Anda di halaman 1dari 27

PEMIKIRAN TOKOH-TOKOH BESAR FILSOF MUSLIM IBNU MISKWAIH, AL-

GHAZALI DAN IBNU KHALDUN TENTANG KONSEP PENDIDIKAN

(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Filsafat Ilmu dan Pendidikan Semester
3 Kelas A)

Nama Dosen Pengampu: Dr. Syamsul Aripin, M.A.

Disusun oleh:

1. Nur H Rizky (11190110000066)

2. Rafif Rabbani (11190110000081)

3. Putri Zahra Khofifa (11190110000091)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULAH


JAKARTA

2020 M/1441

2
LEMBAR VERIFIKASI MAKALAH
Kelompok : Kelompok 4
Judul Materi : Pemikiran Tokoh-Tokoh Besar Filsof Muslim Ibnu Miskwaih, Al-
Ghazali Dan Ibnu Khaldun Tentang Konsep Pendidikan

No Materi Ketersediaan Materi Ketidaktersediaan Materi


1. Cover
2. Lembar Verifikasi
3. Abstrak
4. Kata Pengantar
5. Daftar Isi
6. Bab I : Pendahuluan
7. a. Latar Belakang Masalah
8. b. Identifikasi Masalah
9. c. Pembatasan Masalah
10 d. Perumusan Masalah
.
11 e. Tujuan Penulisan Makalah
.
12 f. Manfaat Penulisan Makalah
.
13 g. Metode Penulisan Makalah
.
14 h. Sistematika Penulisan Makalah
.
15 Bab II : Pembahasan
.
16 Bab III. Penutup
.
17 a. Kesimpulan
.
18 b. Saran
.
19 Glosarium
.
20 Indeks
.
21 Singkatan
.
22 Tentang Penyusun
.
23 Daftar Nama Petugas Diskusi
.

Keterangan : Ceklis dikotak

i
Jakarta, 2 Oktober 2020
Pemeriksa

( )

LEMBAR VERIFIKASI KELENGKAPAN POWER POINT (PPT)


Kelompok : Kelompok 01
Judul Materi : Pemikiran Tokoh-Tokoh Besar Filsof Muslim Ibnu Miskwaih, Al-Ghazali Dan
Ibnu Khaldun Tentang Konsep Pendidikan
No Komponen Power Point Ketersediaan Ketidak Ketersediaan
Materi

1. Print Out Berwarna


2. Cover Depan Berisi :
a. Nama Mata Kuliah
b. Nama Dosen
c. Semester
d. Kelompok Berapa
e. Judul Materi
f. Foto, Nama, Nim Para Penyusun
g. Nama Kampus
h. Nama Fakultas
i. Nama Prodi
j. Logo Kampus
k. Tahun Akademik
3.. Daftar Isi dan Nomor Halaman
4. Foto, Nama, Nim Moderator
5. Foto, Nama, Nim Operator
6 Foto, Nama, Nim Notulis
7 Isi Power Point
8 Thank you/Terima Kasih
9 Any Question/Ada Pertanyaan
10 Foto, Nama, Nim Petugas Penanya
11 Foto, Nama, Nim Petugas Komentator
12 Foto Petugas Penanya serta Kolom/Kotak

ii
Pertanyaan Kosong untuk diisi pertanyaan mereka
Keterangan : Ceklis dikotak
Ceklis Hasil Verifikasi Makalah :
1. Disetujui dimajukan ( )
2. Diperbaiki dulu ( )
Jakarta, 2 Oktober 2020
PJ. Pemeriksa

( )
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN MAKALAH KELOMPOK

Judul : Pemikiran Tokoh-Tokoh Besar Filsof Muslim Ibnu Miskwaih, Al- Ghazali Dan

Ibnu Khaldun Tentang Konsep Pendidikan

Disusun Oleh : 1. Nur H Rizky


2. Rafif Rabbani
3. Putri Zahra Khofifa
Nim : 1. 11190110000066
2. 11190110000081
3. 11190110000091
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Semester :3
Telah benar diperbaiki kesalahannya sesuai saran dan masukan pada saat diskusi kelas dan
koreksi dosen dan PJ.

Jakarta, 02 Oktober 2020

iii
Menyetujui

Dr. Syamsul Aripin, MA

Nama dan Tanda Tangan Penanggung Jawab Mata Kuliah

DAFTAR PETUGAS PELAKSANA DISKUSI

A. MODERATOR : Rafif Rabbani (11190110000081)

B. OPERATOR : Nur H Rizky (11190110000066)

C. PENANYA : 1. Ayu Utami (11190110000093)


2. Nisa Hikmatika (11190110000075)
3. Muhammad Wildan Hadziq (11190110000022)
4. Sayyidah Hamidah (11190110000035)
5. Nila Durri Al-Maqrizi (11190110000046)

D. KOMENTATOR : 1. Alfaz Hamidy (11190110000086)


2. Isnaini Munawaroh (11190110000070)
3. Akram Abiyyi Yoan (11190110000079)
4. Shavira Azkiya (11190110000028)
5. Nadia Munjiah (11190110000018)

E. NOTULEN : Putri Zahra Khofifa (11190110000091)

iv
ABSTRAK

Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun adalah tiga tokoh pemikir Islam, bahkan
ketiga tokoh ini juga dikenal memiliki konsep yang cukup terkenal dalam pendidikan Islam.
Dalam pendidikan, Ibnu Miskawaih menitikberatkan permasalahan moral masyarakat, fitrah
manusia mempunyai beberapa komponen cakupan termasuk fisik, akal dan jiwa. Dalam
mentafsir komponen jiwa, ilmuwan Islam pertama yang menjelaskan secara terperinci ialah Ibnu
Miskawaih yang mendapat julukan Bapa Etika Islam kerana beliau terkenal dengan pemikiran
mengenai al-nafs dan al-akhlak.

Sejalan dengan Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali juga menitikberatkan pada pendidikan


Akhlak atau Tadzkiyah An-Nafs. Pendidikan dalam pandangan Al-Ghazali bertujuan hanyalah
untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Sedangkan Ibnu Khaldun menekankan pada miliki konsep Dalam hal ini beliau
mengingatkan betapa perlunya menjadikan al-Quran sebagai asas landasan bagi pendidikan
kanak-kanak. Beliau secara khusus menyentuh pendekatan yang perlu bagi membentuk perangai
kanak-kanak dengan metode dan pendekatan lemah lembut.

Kata Kunci : Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali, Ibnu Khaldun.

v
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah, karena telah memberi kami
nikmat yang luar biasa, melimpahkan rahmat serta karunia-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang memberikan dukungan serta
bimbingannya yaitu:
1. Dr. Syamsul Aripin, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat dan Ilmu
Pendidikan yang telah membimbing penyusun sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga penulisan
makalah dapat terselesaikan.
3. Rekan-rekan kelas 3A Pendidikan Agama Islam yang telah membantu kelancaran
penyelesaian makalah ini.
Sehingga makalah yang berjudul “Pemikiran Tokoh-Tokoh Besar Filsof Muslim Ibnu
Miskwaih, “Al-Ghazali Dan Ibnu Khaldun Tentang Konsep Pendidikan” dapat disusun.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun
berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca, agar penyusun dapat menjadikan
kekurangan tersebut menjadi sebuah pelajaran ke depannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR VERIFIKASI..............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................iii

DAFTAR NAMA PETUGAS DISKUSI.....................................................................iv

ABSTRAK.....................................................................................................................v

KATA PENGANTAR...................................................................................................vi

DAFTAR ISI..................................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1


B. Identifikasi Masalah............................................................................................1
C. Pembatasan Masalah...........................................................................................1
D. Rumusan Masalah...............................................................................................1
E. Tujuan Penulisan Makalah..................................................................................1
F. Manfaat Penulisan Makalah................................................................................1
G. Metode Penulisan Makalah.................................................................................2
H. Sistematika Penulisan Makalah..........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1. Konsep Pendidikan Menurut Ibnu Miskawih.....................................................3


2. Konsep Pendidikan Menurut Al-Ghazali............................................................4
3. Konsep Pendidikan Menurut Ibnu Khaldun.......................................................9

BAB III PENUTUP


vii
A. Kesimpulan.........................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13

GLOSARIUM...............................................................................................................14

INDEKS.........................................................................................................................15

SINGKATAN................................................................................................................16

TENTANG PENYUSUN..............................................................................................17

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Filsafat adalah ilmu yang membahas tentang fenomena kehidupan yang
dijabarkan oleh manusia secara mendasar. Filsafat sudah ada sejak 7 abad SM. Banyak
hal yang dibahas dalam filsafat, contohnya saja filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan
membahas bagaimana hakikat pelaksanaan pendidikan. Banyak tokoh yang telah
menuangkan pikirannya pada pendidikan. Contohnya seperti Ibnu Miskawih, Al-Ghazali,
dan Ibnu Khaldun. Mereka adalah tokoh yang terkenal pemikirannya tentang pendidikan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah,
yaitu :
1. Pentingnya mempelajari tentang konsep pendidikan.
2. Pentingnya melihat dan merujuk tentang bagaimana konsep pendidikan menurut
Ibnu Miskawih, Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembahasan pada makalah ini
hanya pada konsep pendidikan menurut Ibnu Miskawih, Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat kamu rumuskan masalah yang
akan dibahas, yaitu :
1. Bagaimana Pemikiran Ibnu Miskawih Tentang Konsep Pendidikan?
2. Bagaimana Pemikiran Al-Ghazali Tentang Konsep Pendidikan?
3. Bagaimana Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang Konsep Pendidikan?
E. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
pengetahuan tentang konsep pendidikan menurut para ahli yang telah disebutkan.
Diharapkan pemikiran dari para ahli tersebut dapat menjadi menjembatani calon pendidik
dalam proses pengajaran.
F. Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan calon pendidik tentang konsep pendidikan yang mana akan membantu
dalam proses pengajaran.

1
G. Metode Penulisan Makalah
Metode penulisan yang penyusun pilih adalah metode kajian pustaka yang berarti
mempelajari materi dengan mengumpulkan data yang bersumber dari buku, jurnal, serta
informasi yang berasal dari internet.
H. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini terdiri dari 3 bab. Materi buku ini disusun dengan sistematika sebagai
berikut :
BAB I Pendahuluan yang didalamnya terdapat latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat
penulisan makalah, metode penulisan makalah, serta sistematika penulisan makalah.
BAB II yang terdiri dari pembahasan materi yaitu pengertian, obyek, dan tujuan
mengkaji filsafat dan ilmu pendidikan.
BAB III Penutup berisi kesimpulan dan saran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pemikiran Ibnu Miskawaih Tentang Konsep Pendidikan


Ibnu Miskawaih adalah seorang cendekiawan muslim yang berfokus pada bidang
filsafat akhlak. Corak pemikirannya dipengaruhi oleh Plato dan Aristoteles. Oleh karena
itu Ibnu Miskawaih beranggapan bahwa penciptaan tertinggi adalah akal sedangkan yang
terendah adalah materi. Dari berbagai karyanya, Ibnu Miskawaih banyak membahas
persoalan-persoalan filsafat. Pemikirannya tentang pendidikan bertumpu pada tema
manusia, jiwa dan akhlak.1
a) Manusia
Ibnu Miskawaih menyatakan bahwa manusia terdiri dari dua substansi : pertama
substansi yang berupa tubuh (al-jism) sebagai wawasan materi, dan yang kedua jiwa
(al-nafs) substansi yang tidak berdimensi sebagai wawasan immateri dan inilah
esensi manusia, jiwa bukan tubuh, bukan bagian dari tubuh, bukan pula keadaan
dalam tubuh, tetapi sesuatu yang lain dengan tubuh, baik dari segi substansinya,
penilaiannya, sifat-sifat serta tingkah lakunya.2
b) Jiwa
Jiwa menurut Ibnu Miskawaih adalah substansi ruhani yang kekal, tidak hancur
dengan kematian jasad. Kebahagiaan dan kesengsaraan di akhirat nanti hanya
dialami oleh jiwa.3 Ia tidak dapat dirasakan oleh salah satu indra manusia, dan hanya
mengetahui dirinya sendiri.4
Secara umum, Ibn Miskawaih membagi kekuatan jiwa menjadi tiga macam, yakni
Al-Quwwah Al-Nathiqah, Al-Quwwah Al-Syahwiyyah, dan Al-Quwwah Al-
Ghadabiyyah. Berikut penjelasannya :
 Kekuatan rasional atau daya pikir (quwwah natiqah), yang disebut quwwah
Malikiah, merupakan fungsi jiwa tertinggi, kekuatabn berfikir dan melihat fakta
yang dipergunakan dari dalam badan adalah otak sebagai alat.
 Kekuatan apetitif atau marah (quwwah ghadabiyah), yaitu keberanian
menghadapi resiko, ambisi terhadap kekuasaan, kedudukan dan kehormatan.

1
Harpan Reski Mulia, “Pendidikan Karakter : Analisa Pemikiran Ibnu Miskawaih”, Jurnal Tarbawi: Jurnal Ilmu
Pendidikan, Vol. 15 No. 1, Juli 2019, Hal. 41
2
Ramli, “Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Dalam Upaya Mencari Format Pendidikan Yang Islami (Kajian
Pemikiran Ibnu Miskawaih)”, EL-FURQONIA Vol. 1 No. 1 Agustus 2015, Hal. 175
3
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Shautul-Arabiyah/article/download/1058/1023
4
Hasyimiyah dan Nasution, op. cit., Hal. 57
3
Kekuatan ini disebut pula quwwah subu’iyah (daya kekuasaan). Daya yang
dipergunakan dari dalam badan adalah hati.
 Kekuatan gairah atau nafsu (quwwah syahwiyah) disebut juga dengan quwwah
bahimiah, yakni daya hewani, seperti dorongan nafsu makan, keinginan terhadap
kelezatan makanan, minuman, seksualitas dan segala macam kenikmatan
inderawi (al-ladzizay al-hissiyah). Alat yang digunakan dari dalam badan adalah
perut.5
c) Akhlak
Menurut Ibn Miskawaih, akhlak adalah suatu keadaan jiwa. Keadaan ini
menyebabkan jiwa bertindak tanpa dipikir atau dipertimbangkan secara mendalam.
Ibn Miskawaih membagi asal keadaan jiwa ini menjadi dua jenis. Pertama, alamiah
dan bertolak dari watak. Kedua, tercipta melalui kebiasaan dan latihan. Baginya
akhlak itu alami sifatnya namun akhlak pun dapat berubah cepat atau lambat melalui
disiplin serta nasihat-nasihat yang mulia. Pada mulanya, keadaan ini terjadi karena
dipertimbangkan dan dipikirkan, namun kemudian melalui praktik terus menerus
akan menjadi akhlak.6
 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan menurut
Ibnu Miskawaih tertumpu pada pendidikan akhlak. Ibnu Miskawaih memberikan
perhatian serius terhadap pendidikan akhlak. Karena menurutnya, anak-anak harus
dididik mulai dengan menyesuaikan rencana-rencananya. Mulai dari mendidik daya
keinginan, daya marah dan daya berfikir. Tujuannya adalah agar terwujudnya sikap
batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan
yang bernilai baik sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain.
2. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Konsep Pendidikan
Sistem pendidikan al-Ghazali sangat dipengaruhi luasnya ilmu pengetahuan yang
dikuasainya, sehingga dijuluki filsuf yang ahli tasawuf (Failasuf al-Mutasawwifin). Dua
corak ilmu yang telah terpadu dalam dirinya itu kemudian turut mempengaruhi formulasi
komponen-komponen dalam sistem pendidikannya. Ciri khas sistem al-Ghazali
sebenarnya terletak pada pengajaran moral religius dengan tanpa mengabaikan urusan
dunia. Al-Ghazali mengungkapkan, bahwa pendidikan sebagai suatu sistem yang terdiri
dari beberapa komponen sebagai berikut:
a) Tujuan Pendidikan

5
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Shautul-Arabiyah/article/download/1058/1023
6
Ibn Miskawaih, “Menuju Kesempurnaan Akhlak”, Terj. Helmi Hidayat, (Bandung : Mizan, 1997), Hal. 56
4
Tujuan pendidikan menurut al-Ghazali harus mengarah kepada realisasi tujuan
keagamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada perolehan keutamaan dan
taqarrub kepada Allah dan bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi atau
mendapatkan kemegahan dunia. Rumusan tujuan pendidikan didasarkan kepada
firman Allah Swt. Tentang tujuan penciptaan manusia yaitu:“Tidaklah Aku jadikan
jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku” (QS. Al Dzariyat: 56).
Tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh al-Ghazali tersebut dipengaruhi oleh
ilmu tasawuf yang dikuasainya, karena ajaran tasawuf memandang dunia ini bukan
merupakan hal utama yang harus didewakan, tidak abadi dan akan rusak, sedangkan
maut dapat memutuskan kenikmatannya setiap saat.7
Al-Ghazali membagi pula tujuan pendidikan membagi tujuan pendidikan menjadi
dua, yaitu:
1) Tujuan jangka panjang, yaitu pendekatan diri kepada Allah. Pendidikan dalam
prosesnya harus mengarahkan manusia menuju pengenalan, kemudian pendekatan
diri kepada Tuhan pencipta alam.8
2) Tujuan jangka pendek, yakni diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat
dan kemampuannya.9

Pemikiran al-Ghazali terhadap pendidikan tidaklah mengabaikan keseimbangan


antara dunia dan akhirat. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendidikannya yaitu agar
manusia berilmu, bukan sekedar berilmu, melainkan ilmu yang diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Mempelajari ilmu pengetahuan tidaklah semata-mata untuk ilmu
pengetahuan itu sendiri, tetapi sebagai wujud ibadah kepada Allah. Hal ini juga yang
menjadi tujuan pendidikan Islam saat ini.

b) Kurikulum Pendidikan
Pandangan al-Ghazali terhadap kurikulum dapat dilihat dari pandangannya
mengenai ilmu pengetahuan. Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan kepada beberapa
sudut pandang:
1) Berdasarkan pembidangan ilmu dibagi menjadi dua bidang:
 Ilmu syariat sebagai ilmu teruji, terdiri atas: (1) Ilmu Ushul (ilmu pokok): ilmu al-
Qur’an, Sunnah Nabi, pendapat-pendapat sahabat dan Ijma’; (2) Ilmu Furu’
(cabang): Fiqh, ilmu hal ihwal hati dan akhlak; (3) Ilmu Pengantar (mukaddimah):

7
Ramayulis dan Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pemikiran Islam, Cet. Ke-1 (Jakarta: PT. Ciputat Press Group,
2005), Hal. 5.
8
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), Hal. 57.
9
Ibid., Hal. 59.
5
ilmu bahasa dan gramatika; (4) Ilmu Pelengkap (mutammimah): ilmu Qira’at,
Makhrij al-Huruf wa al-Alfadz, ilmu Tafsir, Nasikh dan Mansukh, lafaz Umum
dan Khusus, lafaz Nash dan Zahir, serta biografi dan sejarah perjuangan
sahabat.
 Ilmu bukan syari’at terdiri atas: (1) Ilmu yang terpuji: ilmu kedokteran, ilmu
berhitung dan ilmu perusahaan; (b) Ilmu yang diperbolehkan (tak merugikan):
kebudayaan, sastra, sejarah, dan puisi;
 Ilmu yang tercela (merugikan): ilmu tenung, sihir, dan bagian-bagian tertentu
dari filsafat.
2) Berdasarkan objek, ilmu dibagi kepada tiga kelompok:
 Ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak, baik sedikit maupun banyak
seperti sihir, azimat, nujum, dan ilmu tentang ramalan nasib.
 Ilmu pengetahuan yang terpuji, baik sedikit maupun banyak, namun kalau
banyak lebih terpuji, seperti ilmu agama dan ilmu tentang beribadat.
 Ilmu pengetahuan yang dalam kadar tertentu terpuji, tetapi jika mendalaminya
tercela, seperti dari filsafat Naturalisme. Menurut al-Ghazali, ilmu-ilmu tersebut
jika diperdalam akan menimbulkan kekacauan pikiran dan keraguan, dan akhirnya
cenderung mendorong manusia kepada kufur dan ingkar.
3) Berdasarkan status hukum mempelajari yang dikaitkan dengan nilai gunanya
dapat digolongkan kepada:
 Fardhu ‘ain, ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap individu. Contohnya
meliputi ilmu agama dan cabang-cabangnya.
 Fardhu kifayah, ilmu ini tidak diwajibkan kepada setiap muslim, tetapi harus ada
di antara orang muslim mempelajarinya untuk memudahkan urusan duniawi,
seperti : ilmu hitung, kedokteran, teknik, ilmu pertanian dan industri.10

Mengutip pendapat Muhaimin dan Abdul Majid dalam “Pemikiran Pendidikan


Islam”, bahwa isi kurikulum di atas masih mencerminkan adanya dikotomi
keilmuan dan masih membeda-bedakan ilmu dari Allah dan ilmu produk manusia.
Padahal, dalam epistimologi Islam dinyatakan bahwa semua ilmu itu merupakan produk
Allah semata, sedangkan manusia hanya menginterpretasikannya saja.11

c) Pendidik

10
Ibid., Hal.6-9.
11
Muhaimin dan Abdul Majid, Pemikiran Pendidikan Islam, Cet. Ke-1 (Bandung: PT. Trigenda Karya, 1993), Hal. 216.
6
Menurut al-Ghazali, pendidik adalah orang yang berusaha membimbing,
meningkatkan, menyempurnakan, dan mensucikan hati sehingga menjadi dekat dengan
Khaliqnya. Tugas ini didasarkan pada pandangan bahwa manusia merupakan makhluk
yang mulia. Untuk itu, pendidik dalam perspektif Islam melaksanakan proses pendidikan
hendaknya diarahkan pada aspek tazkiyah an-nafs.
Seorang pendidik dituntut memiliki beberapa sifat keutamaan yang menjadi
kepribadiannya. Di antara sifat-sifat tersebut adalah: (a) Sabar dalam menanggapi
pertanyaan murid; (b) Senantiasa bersifat kasih, tanpa pilih kasih (objektif); (c) Duduk
dengan sopan, tidak riya’ atau pamer; (d) Tidak takabur; (e) Bersikap tawadhu’
dalam setiap pertemuan ilmiah; (f) Sikap dan pembicaraan hendaknya tertuju pada topik
persoalan; (g) Memiliki sifat bersahabat terhadap semua murid-muridnya; (h)
Menyantuni dan tidak membentak orang-orang bodoh; (i) Membimbing dan mendidik
murid yang bodoh dengan cara yang sebaik-baiknya; (j) Berani berkata tidak tahu
terhadap masalah yang anda persoalkan; (k) Menampilkan hujjah yang benar.12
Dalam buku Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat karya Mehdi
Nakosteen, disebutkan pula bahwa pendidik hendaknya: (a) Selalu jujur kepada setiap
murid; (b) Jangan membiarkan murid bertingkah laku buruk. Apabila perlu, tegurlah
dan marahilah mereka atas perbuatan buruk itu; (c) Jangan sekali-kali membicarakan
keburukan teman guru lainnya di hadapan seorang murid; (d) Hindari mengajarkan
pelajaran yang berada di luar kemampuan berpikir murid; (e) Selalu memberi teladan
yang baik; (f) Puji dan doronglah murid-murid apabila perbuatan mereka patut
mendapatkan pujian; (g) Maafkan mereka jika mereka baru melakukan kesalahan sekali,
tetapi jika ia mengulanginya peringatkanlah ia secara tersendiri; (h) Untuk membetulkan
kesalahannya janganlah mencaci mereka; (i) Jauhkan mereka dari “teman-teman yang
jahat” bagi mereka karena ini adalah hal yang amat dasar bagi pendidikannya; (j)
Perbaikilah niat mereka dan bersihkanlah hati mereka, agar pendidikannya dapat
berfungsi dengan baik; (k) Guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagaimana tujuan
utama dari pekerjaannya (mengajar).
Dari beberapa syarat pendidik di atas, ada beberapa hal yang sudah tidak
diperhatikan lagi oleh seorang pendidik. Seperti pada syarat yang terakhir, saat ini
banyak yang menjadikan guru sebagai suatu profesi, yang dampaknya mereka lebih
memperhatikan upah mereka daripada pendidikan anak didiknya.
d) Peserta Didik

12
Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. Ke-2 (Jakarta: PT. Ciputat Press Group, 2005), Hal.
88.
7
Ada beberapa sifat, tugas, tanggung jawab, dan langkah-langkah yang harus
dipenuhi dan dilaksanakan bagi peserta didik. Hal tersebut diuraikan al-Ghazali dalam
Ayyuhal Walad , yang diringkas sebagai berikut:
1) Seorang murid hendaklah menjauhkan diri dari perbuatan keji, munkar, dan
maksiat.
2) Seorang murid atau peserta didik hendaknya senantiasa berusaha mendekatkan diri
kepada Allah dan itu tidak akan terwujud kecuali dengan mensucikan jiwa serta
melaksanakan ibadah kepada-Nya.
3) Seorang peserta didik atau murid hendaknya memusatkan perhatiannya atau
konsentrasi terhadap ilmu yang sedang dikaji atau dipelajarinya, ia harus
mengurangi ketergantungannya kepada masalah keduniaan.
4) Seorang pelajar janganlah menyombongkan diri dengan ilmunya dan janganlah
menentang gurunya.
5) Hendaklah seorang peserta didik tidak melibatkan diri dalam perdebatan atau
diskusi tentang segala ilmu pengetahuan baik yang bersifat keduniaan maupun
keakhiratan sebelum terlebih dahulu mengkaji dan memperkukuh pandangan dasar
ilmu-ilmu itu.
6) Hendaknya seorang pelajar tidak meninggalkan suatu mata pelajaran pun dari
ilmu pengetahuan yang terpuji, selain dengan memandang kepada maksud dan tujuan
dari masing-masing ilmu itu.
7) Peserta didik harus merasa satu bangunan dengan peserta didik lainnya, maka peserta
didik harus saling menyayangi dan menolong serta berkasih sayang sesamanya.
8) Peserta didik harus menjauhi diri dari mempelajari berbagai mazhab yang dapat
menimbulkan kekacauan dalam pikiran.

Berdasarkan uraian tersebut, ini artinya bahwa dalam pelaksanaan pendidikan,


akhlak, moral maupun budi pekerti dari seorang peserta didik mendapatkan perhatian
yang sangat besar. Walaupun demikian, beberapa tahun belakangan ini, di Indonesia
khususnya, terjadi dekadensi moral oleh para peserta didik. Sehingga untuk saat ini dirasa
perlu untuk diterapkannya pendidikan karakter yang sebenarnya konsep ini sudah ada
jauh sebelumnya.

e) Metode dan Media


Menurut al-Ghazali, metode itu harus dilihat secara psikologis, sosiologis,
maupun pragmatis dalam rangka keberhasilan proses pembelajaran. Untuk metode,
misalnya menggunakan metode mujahadah dan riyadlah digunakan dalam pendidikan
8
praktek kedisiplinan, pembiasaan dan penyajian dalil naqli dan aqli, serta bimbingan dan
nasihat. Sedangkan media adalah alat yang digunakan dalam pengajaran. Beliau
menyetujui adanya hukuman dan pujian, di samping keharusan menciptakan kondisi yang
mendukung terwujudnya akhlak yang mulia.13
Mengenai metode pengajaran, al-Ghazali juga menganut prinsip gradasi, yakni
pengajaran secara bertahap. Dengan alasan jika pengetahuan itu diberikan tidak sesuai
dengan bakat dan kemampuannya, akan membahayakan mereka.
Metode-metode ini masihlah relevan untuk pendidikan saat ini. Sebagaimana
masih efektifnya metode hukuman dan pujian bagi peserta didik dalam proses
pembelajaran. Walaupun demikian, pemberian hukuman ataupun pujian haruslah
diberikan sesuai dengan kadarnya. Selain itu, sekarang ini sudah banyak lagi metode
yang muncul sehingga pembelajaran akan lebih variatif dan tidak membosankan.
f) Proses Pembelajaran
Mengenai proses pembelajaran, al-Ghazali mengajukan konsep pengintegrasian
antara materi, metode, dan media atau alat pengajarannya. Materi pengajaran yang
diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak, baik dalam hal usia,
intelegensi, maupun minat dan bakatnya.14
Dalam proses pembelajaran ini pun pemikiran al-Ghazali masih relevan bagi
pendidikan saat ini. Seluruh komponen tersebut haruslah terpadu agar tercapai
pembelajaran yang optimal.
 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan
menurut Al Ghazali merujuk kepada aspek religious. Tujuan pendidikan menurut al-
Ghazali harus mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik
penekanannya pada perolehan keutamaan dan taqarrub kepada Allah dan bukan untuk
mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia.
3. Pemikiran Ibnu khaldun Tentang Konsep Pendidikan
Ibnu Khaldun telah menuangkan pemikirannya tentang pendidikan dalam
karyanya yaitu Muqaddimah. Dalam buku tersebut beliau mengatakan bahwa:”barang
siapa tidak terdidik oleh orang tuanya, dalam buku tersebut beliau mengatakan bahwa
maksudnya barangsiapa yang tidak terdidik oleh orangtuanya, maka akan terdidik oleh
zaman, maksudnya barangsiapa yang tidak memperoleh tata karma yang dibutuhkannya
sehubungan pergaulan bersama melalui orangtua mereka yang mencakup guru-guru dan

13
Ramayulis dan Syamsul Nizar, Ensiklopedi ..., Hal. 13.
14
Ramayulis dan Syamsul Nizar, Ensiklopedi ..., Hal. 14.
9
para sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka, maka ia akan mempelajarinya
dengan bantuan alam dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang zaman, zaman akan
mengajarkannya”(al alamah Abdurrahman:11)
Pendidikan merupakan aktivitas yang bersifat perenungan dan pemikiran agar
jauh dari aspek pragmatis dalam kehidupan. Maka dari itu Ibnu Khaldun berpendapat
bahwa tujuan pendidikan islam yang ideal serta praktis yang mencapai 3 unsur
diantaranya:
a) Pengembangan kemahiran bidang tertentu. Potensi manusia tidak dapat diraih
kecuali ia telah memahami dan mendalami satu ilmu tertentu. Ibnu khaldun
mengatakan bahwa” sebabnya karena ketrampilan dalam ilmu pengetahuan akan
aspeknya yang beragam serta penguasaan atasnya merupakan hasil dari kemahiran”.
b) Penguasaan ketrampilan professional sesuai dengan tuntunan zaman. Pendidikan
ditujukan untuk mendpatkan ketrampilan yang kreatif pada profesi tertentu untuk
menunjang kemajuan dan kontinuitas kebudayaan serta peradaban umat manusia.
c) Pembinaan pemikiran yang baik. Menurut Ibnu Khaldun menjadi pendidik harus
mempunyai pengetahuan yang luas sekaligus pribadi yang amat baik. Sebab menjadi
pendidik tidak hanya sebagai pengajar dalam kelas akan tetapi pendidik sebagai
contoh atau teladan untuk peserta didik. Ibnu Khaldun berharap agar para pendidik
mempunyai sikap dan perilaku yang penuh kasih sayang kepada peserta didik,
mengajar dengan sikap yang ramah kepada peserta didik sekaligus pengertian dan
tidk menerapkan perilaku yang keras dan kasar. Sebab dengan sikap demikian, akan
menjadi dampak negative kepada peserta didik bisa jadi membhayakan sikap mental
para peserta didik.15
Karya –karya Ibnu Khaldun sebagaimana telah dikemukakan bahwa salah satu
kelebihan Ibnu khaldun disamping menguasai berbagai disiplin ilmu. Beliau termahsyur
sebagai ilmuan besar adalah karena buah karya beliau muqaddimah sebuah kitab
pengantar kitab Al-‘Ibar. Karya monumentalnya tersebut telah membuat para sarjana baik
timur maupun barat begitu mengaguminya.
a) Muqaddimah
b) Al-ibar wa diwan al-mubtada ‘wa al-khabar fi ayyam al-arab wa al-Ajam wa al
babar wa Man ashrohum min dzawi al-sultan al-Akbar
c) Al- ta’rif Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu ghorban wa syirqon16

15
Jurnal Tarbawi Vol.17 No.2 Januari-Juni2020
16
Ahmad Falah, konsep pendidikan anak menurut ibnu Khaldun, Vol. 2I No.1Ijanuari-juni2014
10
 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan
menurut Ibnu Khaldun adalah pendidikan yang didasarkan kepada Al-Quran, sehingga
pendidikan yang digagas dan dicetuskan oleh Ibnu Khaldun berpijak pada ketentuan
Intelektual. Dan juga tujuan pendidikan dari penjelasan di atas adalah membentuk anak
agar memiliki akhlak yang mulia, kepribadian yang tangguh dan mulia.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
11
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan dan
perbedaan pemikiran dari para tokoh tokoh yang telah disebutkan. Persamaannya adalah
sama sama menitikberatkan pada pendidikan akhlak. Meskipun ada perbedaan dalam
pandangan mereka, tujuannya masih sama, yaitu untuk melahirkan manusia yang
memiliki moral mulia.
B. KRITIK DAN SARAN
Dengan disusunnya makalah ini, penyusun berharap makalah ini dapat dijadikan
referensi untuk menambah wawasan. Penyusun juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami maupun pembaca. Penyusun sangat menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun agar dapat dijadikan tolak ukur bagi penyusun agar lebih baik
dalam pembuatan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mulia, Harpan Reski. 2019. “Pendidikan Karakter : Analisa Pemikiran Ibnu Miskawaih”. Jurnal
Tarbawi: Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 15 No. 1.

12
Ramli. 2015. “Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Dalam Upaya Mencari Format Pendidikan
Yang Islami (Kajian Pemikiran Ibnu Miskawaih)”. EL-FURQONIA Vol. 1 No. 1.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Shautul-Arabiyah/article/download/1058/1023.
Nasution, Hasyimiyah. 1999. Filsafat Islam Cet. I. Jakarta: Gajah Mada Press.
Ibn Miskawaih. 1997. “Menuju Kesempurnaan Akhlak”. Terj. Helmi Hidayat. Bandung: Mizan.
Ramayulis dan Syamsul Nizar. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pemikiran Islam. Cet. Ke-1. Jakarta:
PT. Ciputat Press Group.
Rusn, Abidin Ibnu. 1998. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Muhaimin dan Abdul Majid. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Cet. Ke-1 .Bandung: PT.
Trigenda Karya.
Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. Ke-2 Jakarta: PT. Ciputat
Press Group.
2020. Jurnal Tarbawi Vol.17 No.2.
Falah, Ahmad. 2014. “Konsep Pendidikan Anak Menurut Ibnu Khaldun”. Vol. 2I No.1.

GLOSARIUM

13
Cendekiawan : Orang cerdik, pandai, intelektual.

Dekadensi : Pemerosotan, penurunan.

Esensi : Hakikat, inti, hal yang pokok.

Immateri : Memori, informasi yang bukan materi namun masih berkaitan dengan materi.

Intelektual : Cerdas, berakal dan berfikir jernih berdasarkan ilmu pengetahuan.

Kontinuitas : Kesinambungan, kelanjutan.

Monumental : Suatu kesan peringatan kepada sesuatu yang agung.

Pragmatis : Sesuatu yang mengutamakan segi kemanfaatan.

Sesepuh : Orang tua yang sudah berpengalaman.

INDEKS

14
C
Cendekiawan, 3

D
Dekadensi, 8

E
Esensi, 3

I
Immateri, 3
Intelektual, 7

K
Kontinuitas, 10

M
Monumental, 10

P
Pragmatis, 8

S
Sesepuh, 9

SINGKATAN
15
HAL : Halaman

SM : Sebelum Masehi

Vol : Volume

No : Nomor

Terj : Terjemah

TENTANG PENYUSUN

16
Penulis bernama Nur H Rizky, bisa dipanggil rizky atau
iky. Lahir di Jakarta pada tanggal 20 Februari 2001.
Anak ke-3 dari 4 bersaudara. Alamat rumahnya di Jl.
Pengadegan Timur II, RT 04/01. Saat ini Rizky sedang
menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri
Jakarta.

Lulusan dari SMK Negeri 8 Jakarta. Memiliki hobi


bermain game, futsal, riding. “Dunia adalah tempatnya
capek, kalau gamau capek gausa idup”

Penulis bernama Rafif Rabbani. Biasa dipanggil rafif.


lahir di Kuningan Jawa barat 29 agustus 2000, anak ke 3
dari 4 bersaudara, lahir dan besar di Kuningan. Saat ini
tinggal di Ma'had UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kel.
Pisangan Kec. Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan.

Penulis bernama Putri Zahra Kh, biasa dipanggil puput. Lahir di bogor jawa barat 29
Oktober2000, anak ke1dari 2 bersaudara, lahir dan besar di Bogor. Saat ini tinggal di Pengasinan
Gn.Sindur Kab.Bogor. Lulusan dari Man1 kotaBogor.

17

Anda mungkin juga menyukai