Anda di halaman 1dari 10

FIQHI MAWARIS

Hukum Mempelajari dan Mengajarkan Serta Asas Hukum Islam Tentang


Kewarisan

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Fiqhi Mawaris
Dosen Pengampu : Dra. Rukiah, M.H

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Iqrahyani Saputri 19.2200.005


Dwi Reski Rahayu.A 19.2200.019
Irsyad Hasnan 19.2200.050
Wirna 19.2200.070
Muhammad Rasyid Mudir
Nurhalisa 19.2200.106

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM
IAIN PAREPARE

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa ta’ala yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, Kami senantiasa panjatkan puji syukur atas kehadirat-
Nya., yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan pembahasan Hukum Mengajarkan
dan Mempelajari Fiqhi Mawaris dan Asas Hukum Islam Tentang Kewarisan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan mengerahkan


segala pikiran dan ilmu yang dimiliki oleh penulis dan telah mendapatkan banyak
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkonstribusi dan mendukung pembuatan makalah ini.

Meski demikian, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak


kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu
kami bersedia menerima segala masukan baik berupa saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang sejarah perkembangan


hadis ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap semua pembaca .

Parepare, Maret 2021

Kelompok 1

DAFTAR ISI

Kata Pengatar...............................................................................................1

Daftar Isi........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

2
A.
Latar Belakang..................................................................................3
B.
Rumusan Masalah............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A.
Hukum Mempelajari Fiqhi Mawaris..............................................4
B.
Asas-Asas Hukum Islam Tentang Kewarisan................................7

BAB III PENUTUP


A.
Kesimpulan......................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang

Waris menurut hukum Islam adalah hukum yang mengatur tentang peralihan
harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi
para ahli warisnya dan juga berbagai aturan tentang perpidahan hak milik, hak

3
milik yang dimaksud adalah berupa harta, seorang yang telah meninggal dunia
kepada ahli warisnya. Dalam istilah lain waris disebut juga dengan fara‟id. Yang
artinya bagian tertentu yang dibagi menurut agama Islam kepada semua yang
berhak menerimanya dan yang telah di tetapkan bagian-bagiannya.
agama Islam menghendaki dan meletakkan prinsip adil dan keadilan sebagai
salah satu sendi pembentukan dan pembinaan masyarakat. Untuk itu mempelajari
dan mengamalkan ilmu mawaris merupakan suatu hal yang sangat penting.
Dengan berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dan As-sunnah dan memerhatikan
asas-asas hukum islam tentang kewarisan. Dengan demikian prinsip keadilan bisa
ditegakkan.

B.
Rumusan Masalah

1.
Bagaimana hukum mempelajari fiqhi mawaris ?
2.
Bagaimana hukum mengajarkan fiqhi mawaris ?
3.
Apa saja asas hukum islam tentang kewarisan ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.
Hukum Mempelajari Fiqhi Mawaris

Agama islam mengatur pembagian warisan secara rinci dalam Al-


Qur’an agar tidak terjadi peselisihan diantara para ahli waris yang bisa

4
berakibat rusaknya ikatan persaudaraan. Para ulama berpendapat mempelajari
dan mengajarkan fiqih mawaris hukumnya adalah wajib kifayah yang artinya
suatu kewajiban apabila telah ada sebagian orang yang mempelajarinya, maka
dapat menggugurkan kewajiban semua orang. Akan tetapi bila tidak ada
seorang pun yang mempelajari ilmu tersebut maka semua orang dalam
lingkungan itu akan menanggung dosa.1
Hukum Kewarisan menurut hukum Islam merupakan salah satu
bagian dari hukum keluarga (al-Ahwalus Syahsiyah). Ilmu ini sangat penting
dipelajari agar dalam pelaksanaan pembagian harta waris tidak terjadi
kesalahan dan dapat dilaksanakan dengan seadil-adilnya, sebab dengan
mempelajari hukum kewarisan Islam bagi umat Islam, akan dapat menunaikan
hak-hak yang berkenaan dengan harta waris setelah ditinggalkan oleh
muwarris (pewaris) dan disampaikan kepada ahli waris yang berhak untuk
menerimanya. Dengan demikian, seseorang dapat terhindar dari dosa yakni
tidak memakan harta orang yang bukan haknya, karena tidak ditunaikannya
hukum Islam mengenai kewarisan.2

Sebagaimana hadist Rasulullah yang menyuruh kepada ummatnya agar


mempelajari fiqhi mawaris sebagamana mempelajari Al-Qur’an

Artinya:“ pelajarilah oleh kalian al-Qur‟an, dan ajarkanlah kepada


orang lain, dan pelajarila pula ilmu faraid, dan ajarkan kepada orang lain.
Karena aku adalah orang yang akan terenggut(mati) sedang ilmu akan
dihilangkan. Hampir saja dua orang yang bersengketa tentang pembagian

1
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada,2005), h.6 ,
diambil dalam jurnal reeman, ‘Kewarisan Dalam Islam’
2
Afidah Wahyuni, ‘Sistem Waris Dalam Perspektif Islam Dan Peraturan Perundang-
Undangan Di Indonesia’, SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 5.2 (2018), 147–60
<https://doi.org/10.15408/sjsbs.v5i2.9412>.

5
warisan tidak mendapatkan seorangpun yang memberikan fatwa, kepada
mereka.” (HR. Ahmad, al-Nasa’i dan al-Daruqtny)

Hadis tersebut untuk menunjukan bahwa pengetahuan tentang warisan


merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dalam hal terwujudnya
keadilan dalam masyarakat islam. Sebab seperti yang diketahui manusia
memiliki kecendrungan pada sifat yang materialistik, serakah, tidak puas,
tidak adil bahkan kadang memetingkan diri sendiri, maka mempelajari ilmu
mawaris sangatlah perlu.
Oleh karena itu mempelajari maupun mengajarkan Fiqih mawaris
yang semula fardu kifayah karena alasan tertentu menjadi fardu’ain , terutama
bagi orang –orang yang bagi masyarakat dipandang sebagai pemimpin atau
panutan, terutama pemimpin keagamaan.3

B.
Asas – Asas Hukum Islam Tentang Kewarisan

Dalam islam ada beberapa asas yang menjadi dasar mengenai


peralihan harta kepada ahli waris atau yang berhak menerima warisan,
baik kadar jumlah pebagiannya, maupun waktu terjadinya peralihan harta
tersebut. Beberapa asas yang dimaksud diantaranya ialah :
1. Asas Al-Ijbari (paksaan)
Asas Ijbari ialah pengalihan harta dari seseorang yang meninggal dunia
kepada ahli warisnya yang dimana berlaku dengan sendirinya menurut
ketetapan Allah. Tanpa digantungkan kepada kehendak pewaris dan ahli
warisnya.4 Asas Al-Ijbari dapat dilihat dari beberapa hal yaitu:
a.
Dari segi pewaris, mengandung makna bahwa sebelum meninggal ia
tidak dapat menolak peralihan harta tersebut. Apapun kemauan
pewaris terhadap hartanya, maka kemauannya dibatasi oleh ketentuan
yang di tetapkan oleh Allah. Oleh karena itu sebelum meninggal Ia
tidak perlu memikirkan atau merencanakan sesuatu terhadap hartanya,
3
Ibid h.7
4
Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, ( Jakarta: Sinar
Grafika , Tahun 2008).h.39 , diambil dalam Jurnal Afidah Wahyuni, ‘Sistem Waris Dalam
Perspektif Islam Dan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia’

6
kerena dengan meninggalnya seseorang secara otomatis hartanya
beralih kepada ahli warisnya.
b.
Dari segi peralihan harta, mengandung arti bahwa harta orang yang
meninggal itu beralih dengan sendirinya, bukan dialihkan oleh siapa-
sapa kecuali oleh Allah.oleh sebab itu, kewarisan dalam Islam
diartikan dengan peralihan harta, bukan pengalihan harta karena pada
peralihan berarti beralih dengan sendirinya sedangkan pada kata
pengalihan artinya terdapat usaha seseorang.
c.
Dari segi jumlah harta yang beralih, artinya telah ditentkan atau
diperhitungkan
d.
Dari segi penerima peralihan harta itu , artinya siapa yang berhak
menerima harta itu.

Dalil yang menjelaskan mengenai asas tersebut terdapat pada Q.s An-nisa
ayat 7:

Artinya: Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-
bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut
bahagian yang telah ditetapkan.

Ayat d tersebut menjelaskan mengenai : “bagi seorang laki-laki maupun


perempuan ada nasib dari harta peninggalan orang tuanya atau dari karib
kerabatnya, “nasib” dalam ayat tersebut diartikan sebagai saham, bagian atau
jatah dari harta peninggalan sipewaris.

2. Asas Bilateral

7
Yang dimaksud dengan asas bilateral dalam hukum kewarisan Islam
adalah seseorang menerima hak kewarisan dari kedua belah pihak kerabat,
yaitu dari garis keturunan perempuan maupun keturunan laki-laki. Dalam ayat
7 Q..S An-nisa dijelaskan dikemukakan bahwa seorang laki-laki berhak
memperoleh warisan dari pihak ayahnya maupun ibunya. Asas kebilateralan
itu mempunyai 2 (dua) dimensi saling mewarisi dalam al-Qur’an surah An-
Nisa/4 ayat 7, 11, 12, dan 176, yaitu: (1) antara anak dengan orang tuanya, dan
(2) antara orang yang bersaudara bila pewaris tidak mempunyai anak dan
orang tua.

3. Asas Individual
Yang dimaksud asas individual ini adalah, setiap ahli waris (secara
individu) berhak atas bagian yang didapatkan tanpa terikat kepada ahli waris
lainya (sebagaimana halnya dengan pewaris kolektif yang dijumpai di dalam
ketentuan hukum adat). Dengan demikian bagian yang diperoleh oleh ahli
waris secara individu berhak mendapatkan semua harta yang telah menjadi
bagianya.5

4. Asas Keadilan Berimbang


keadilan berimbang adalah keseimbangan antara antara hak dengan
kewajiban dan keseimbangan antara yang diperoleh dengan kebutuhan dan
kegunaan. Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa faktor jenis
kelamin tidak menentukan dalam hak kewarisan.

5. Kewarisan Akibat Kematian


Hukum waris Islam memandang bahwa terjadinya peralihan harta hanya
semata-mata karena adanya kematian. Dengan perkataan lain harta seseorang
tidak dapat beralih apabila belum ada kematian. 6 seandainya dia masih hidup.
Walaupun ia berhak untuk mengatur hartanya, hak tersebut semata-mata hanya

5
Freeman, ‘Kewarisan Dalam Islam’, Journal of Chemical Information and Modeling,
53.9 (2013), 16.
6
Freeman.

8
sebatas keperluannya semasa ia masih hidup, dan bukan untuk penggunaan harta
tersebut sesudah ia meninggal dunia.7

6. Asas Tandhidh
Asas tandhidh kelihatannya layak untuk dipertimbangkan dalam
pembagian harta warisan, terutama terhadap mauruts/tirkah yang ragam dari
segi bentuk dan nilai. pembagian harta warisan dilakukan setelah dilakukan
penaksiran sehingga sangat mungkin luas tanah atau bangunan yang diterima
oleh waris berbeda-beda tapi relatitif sama dari segi nilai/harga setelah
dilakukan perhitungan porsi/kadar bagian masing-masing ahli waris sesuai
dengan derajat yang dimilikinya.8

BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan

Pengetahuan tentang warisan merupakan salah satu ilmu yang sangat penting

dalam hal terwujudnya keadilan dalam masyarakat islam. Sebab seperti yang

diketahui manusia memiliki kecendrungan pada sifat yang materialistik, serakah,

tidak puas, tidak adil bahkan kadang memetingkan diri sendiri, maka mempelajari

ilmu mawaris sangatlah perlu.

Hukum mempelajari maupun mengajarkan Fiqih mawaris yang semula fardu

kifayah karena alasan tertentu menjadi fardu’ain , terutama bagi orang –orang

7
Suhrawardi Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam Lengkap dan Praktis, Cetakan
kedua, h. 41.
8
Wahyuni.

9
yang bagi masyarakat dipandang sebagai pemimpin atau panutan, terutama

pemimpin keagamaan.

Kewarisan dalam islam terdapat asa-asas yang perlu diperhatikan baik dalam

kadar jumlah maupun waktu. Diantara asas-asas tersebut ialah ; asas individual,

asas bilateral , asas keadilan berimbang, akbat kematian , Tandhidh , dan Al-ijbari

(paksaan) .

DAFTAR PUSTAKA

Freeman, ‘Kewarisan Dalam Islam’, Journal of Chemical Information and

Modeling, 53.9 (2013), 1689–99

Wahyuni, Afidah, ‘Sistem Waris Dalam Perspektif Islam Dan Peraturan

Perundang-Undangan Di Indonesia’, SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya

Syar-I, 5.2 (2018), 147–60 <https://doi.org/10.15408/sjsbs.v5i2.9412>

Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada,2005

Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, ( Jakarta:

Sinar Grafika , Tahun 2008

10

Anda mungkin juga menyukai