Anda di halaman 1dari 1

Saksi Bisu

Hari hariku yang teramat biasa, kuhabiskan dengan memandang berbagai aktivitas setiap
manusia. Mulai dari yang sedang berjalan jalan, yang sedang bermain dengan temannya, bahkan
mereka yang sedang mencorat-coret wajah ku. Yap, akulah si tembok tua di sepanjang lorong yang
sempit. Wajahku semakin lama semakin retak, dan mulai ditumbuhi lumut. Catku pun mulai
memudar, sehingga tak banyak manusia yang mau memperhatikanku.

Hari ini, tepatnya di sore hari, terdengar berita bahwa ada seorang pencuri yang kabur, dan
kabarnya ia bersembunyi disekitar lorong tempatku berada. Aku pun berkata kepada tong sampah
didekatku, “Hei tong, apakah kabar itu benar adanya?”. Ia hanya menggelengkan kepalanya
pertanda tak tahu. Aku pun terdiam sejenak, sambil meratapi langit senja.

Malam pun tiba, cahaya rembulan tak begitu terlihat karena tertutup awan. Lorong pun menjadi
remang remang karena kurangnya fasilitas pencahayaan yang ada. Semakin lama, malam semakin
larut, semua orang pasti telah beristirahat, dan lorong menjadi gelap gulita. Terlihat sesosok
misterius bersembunyi di belakang tong sampah. Tak berapa lama, datang beberapa petugas
kepolisian membawa senter. Mungkin karena lorong yang sangat gelap, pandangan mereka menjadi
terbatas. Aku dan tong sampah mencurigai bahwa sesosok misterius ini adalah pencuri yang menjadi
buronan mereka. Tong sampah menatapku, lalu berkata “Apakah mungkin kita membantu mereka,
sedangkan mereka hanya menganggap kita sebagai benda mati?”. Aku pun mulai berpikir, dan
menyusun rencana.

Teringat olehku akan wajahku yang mulai retak. Aku pun menceritakan rencanaku kepada tong
sampah, lalu ia tersenyum dan menyetujuinya. Aku meminta maaf terlebih dahulu kepada tong
sampah, karena ada kemungkinan ia akan cidera karena rencanaku. “Tidak apa apa, aku justru
senang karena bisa membantumu”, ujarnya. Lalu aku pun mulai menjalankan rencanaku. Pertama
tama, aku berjuang sekuat tenaga untuk memperbesar retakan yang ada di wajahku. Terlihat olehku
wajah panik dari si pencuri. Mungkin ia menyadari bahwa aku akan roboh, dan ada kemungkinan
puing puingku menimpanya. Pencuri itu lantas berdiri dan mengambil ancang ancang pergi, tetapi ia
tak sengaja menyenggol tong sampah. Suara nyaring tong sampah yang terjatuh, menarik perhatian
para polisi. Mereka pun sadar bahwa pencuri itu yang menyenggol tong sampah, dan segera
menangkapnya. Tak berapa lama, aku pun roboh. Pecahan puing ku hanya menggores sedikit badan
tong sampah. Salah satu petugas kepolisian itu mendatangiku, ia berkata “Walau kau hanyalah
tembok tua yang terkikis waktu, peranmu sangat besar dalam membantu kami menangkap pelaku.
Terimakasih telah menjadi saksi bisu kami”.

Keesokannya, terjadi hal yang luar biasa. Beberapa tukang datang membersihkan puing puingku.
Tak lupa mereka membawa semen serta batu bata, lalu membangunku kembali menjadi tembok
yang baru. Mereka juga memasang lampu gantung di beberapa sisi. Tong sampah takjub melihatku
menjadi baru lagi, “Kau tampak keren” ujarnya. “Terimakasih kawan, karena berkatmu juga kita
dapat membantu mereka” balasku dengan tersenyum. “Tapi kan, itu semua rendanamu untuk
membantu mereka, kaulah yang berperan besar dalam kisah ini”, ujarnya lagi. Lalu aku menjawab,
“Dan karena bunyimu yang nyaring juga, rencana ku berhasil”. Kita pun tertawa bersama.

Anda mungkin juga menyukai