Xi Semester 2 Publikasi
Xi Semester 2 Publikasi
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, hidayah, dan pencerahan serta pengetahuan-Nya sehingga
Buku Ajar ini dapat terselesaikan.
Keterbatasan waktu belajar di sekolah menuntut para siswa dan guru untuk
memanfaatkan waktu tersebut secara efektif. Buku Ajar ini diharapkan dapat menjadi
buku panduan yang ringkas, padat, tetapi jelas, sehingga para siswa dapat lebih
mudah memahami mata pelajaran kimia yang selama ini dianggap sulit.
Dalam buku ajar ini, materi ajar disusun secara sistematis, disesuaikan dengan
urutan kompetensi siswa sehingga siswa akan belajar kimia dengan lebih mudah.
Penjelasan dalam buku ini disusun secara singkat tanpa mengurangi esensi ilmu yang
diharapkan untuk dikuasai siswa serta diberikan contoh-contoh sehingga siswa dapat
belajar dengan lebih efektif dan efisien. Buku ini dilengkapi dengan soal latihan untuk
memandu siswa lebih menguasai dan mengembangkan pemahaman selama
pembelajaran, soal Pekerjaan Rumah untuk memandu siswa mengulang pelajaran di
rumahnya, dan soal untuk menguji kompetensi siswa sebagai panduan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan materi ajar. Untuk melatih
keterampilan dasar laboratorium, buku ajar ini dilengkapi dengan panduan praktikum
untuk beberapa materi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam buku
ini. Untuk itu, penulis membuka diri atas berbagai kritik dan saran dari para pembaca
demi lebih sempurnanya buku ini. Akhirnya, penulis sampaikan selamat membaca,
semoga buku ini bermanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan secara umum maupun
bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii
Standar Kompetensi :
4. Memahami sifat-sifat
sifat larutan asam-basa,
asam metode pengukuran, dan terapannya.
Kompetensi Dasar :
4.1. Mendeskripsikan teori-teori
teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH
larutan.
1 PENGERTIAN ASAM-
ASAM-BASA
Indikator :
1. Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Arrhenius.
Arrhenius
2. Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry.
Lowry
3. Menuliskan persamaan reaksi asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry dan
menunjukkan pasangan asam dan basa konjugasinya.
konjugasinya
4. Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Lewis.
Lewis
5. Mengidentifikasi larutan asam dan basa berdasarkan warna indikator.
1. Menurut Arrhenius
Asam : Senyawa yang bila dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+ (atau ion H3O+)
Basa : Senyawa yang bila dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-
Contoh Asam
Rumus Valensi
Nama Reaksi Ionisasi
Asam asam
HCl Asam klorida HCl H+ + Cl- 1
HNO3 Asam Nitrat HNO3 H+ + NO3- 1
H2SO4 Asam Sulfat H2SO4 2H+ + SO42- 2
H2C2O4 Asam Oksalat H2C2O4 2H+ + C2O42- 2
H3PO4 Asam Posfat H3PO4 3H+ + PO43- 3 Svante August Arrhenius
Sumber :
H2CO3 Asam karbonat H2CO3 2H+ + CO32- 2 http://id.wikipedia.org/
CH3COOH Asam asetat CH3COOH H+ + CH3COO- 1 wiki/Svante_August_
Arrhenius
Contoh Basa
Rumus
Nama Reaksi Ionisasi Valensi Basa
Basa
NaOH Natrium Hidroksida NaOH Na+ + OH- 1
Mg(OH)2 Magnesium Hidroksida Mg(OH)2 Mg2+ + 2OH- 2
Ca(OH)2 Kalsium Hidroksida Ca(OH)2 Ca2+ + 2OH- 2
Al(OH)3 Alumunium Hidroksida Al(OH)3 Al3+ + 3OH- 3
Fe(OH)2 Besi (II) Hidroksida Fe(OH)2 Fe2+ + 2OH- 2
Fe(OH)3 Besi (III) Hidroksida Fe(OH)3 Fe3+ + 3OH- 3
NH4OH Amonium Hidroksida NH4OH NH4+ + OH- 1
Carilah contoh asam dan basa yang lainnya serta buatlah reaksi ionisasinya!
Contoh :
Basa meenangkap H+ Asam
Contoh lain :
NH3 + CH3COOH NH4+ + CH3COO-
C
Cl Cl
H
N + B H N B Cl
H
H Cl
Cl
H Cl
H
NH3 masih memiliki pasangan elektron bebas yang dapat didonorkan pada
orbital kosong atom B pada BCl3. BCl3 sebagai penerima elektron bebas
bertindak sebagai asam, sedangkan NH3 debagai basa karena Gilbert N. Lewis
mendonorkan elektron
tron bebasnya. Sumber :
http://en.wikipedia.org/
wiki/Gilbert_N._Lewis
Contoh lain : NH3 + H2O NH4+ + OH-
H H +
H
N + O
N H + O
- H
H
H
H H
H
Indikator :
1. Menjelaskan pengertian kekuatan asam dan menyimpulkan hasil pengukuran pH dari
beberapa larutan asam dan basa yang konsentrasinya sama.
2. Menentukan pH asam dan basa kuat yang telah diketahui konsentrasinya.
3. Menghubungkan kekuatan asam atau basa dengan derajat pengionan ( α ) dan tetapan
asam (Ka) atau tetapan basa (Kb).
4. Menghitung pH larutan asam atau basa lemah yang diketahi konsentrasinya.
5. Menjelaskan penggunaan konsep pH dalam lingkungan.
Untuk dapat menguasai materi ini, siswa harus sudah menguasai beberapa persamaan tentang
molaritas yang sebelumnya telah dipelajari :
Molaritas : M= , dengan V dalam L
M= x , dengan v dalam mL
…
Molaritas Campuran : M =
…
K[H2O] disebut tetapan keseimbangan air, Kw = [H+][OH-]. Dari hasil pengukuran para ahli, pada
temperatur 25 oC harga Kw = 1 x 10-14. Artinya dalam air murni [H+] = [OH-] = 1 x 10-7 M.
Bila ke dalam air murni ditambahkan asam, maka [H+] bertambah tetapi nilai Kw tetap karena
terjadi pergeseran keseimbangan ke kiri yang mengurangi [OH-]. Demikian juga sebaliknya, bila ke
dalam air murni ditambahkan basa maka [OH-] akan bertambah. Jumlah [H+] dan [OH-] dalam larutan
inilah yang mempengaruhi tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan.
Ukuran tingkat keasaman suatu zat dinotasikan dengan pH, dimana : pH = - log [H+]
pH = 7 berarti larutan tersebut netral ( [H+] = [OH-] )
pH < 7 berarti larutan tersebut bersifat asam ( [H+] > [OH-] )
pH > 7 berarti larutan tersebut bersifat basa ( [OH-] > [H+] )
Ukuran kebasaan suatu zat dinotasikan dengan pOH dimana: pOH = - log [OH-]
Karena Nilai Kw = 10-14, maka pKw = - log Kw
= - log (1 x 10-14)
= - 14 (– log 10)
= -14(-1)
= 14
3. pH Basa Kuat
Contoh senyawa basa Kuat : NaOH, KOH, Mg(OH)2, Ca(OH)2, Sr(OH)2
Basa kuat bila dilarutkan dalam air akan terionisasi sempurna.
Ka =
[H+]2 = Ka [CH3COOH]
= 5 x 10-4 M
5. pH Basa Lemah
Dengan analogi yang sama dengan asam lemah, maka untuk basa lemah konsentrasi OH- dapat
dinyatakan:
[OH-] = 2 3 " , dengan Kb = Tetapan ionisasi basa.
pOH = -log [OH-] dan pH = 14 - pOH
Standar Kompetensi :
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
Kompetensi Dasar :
4.2. Menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit dari hasil titrasi asam
basa.
Indikator :
Menentukan jumlah zat yang terlibat dalam reaksi secara stoikiometri.
Untuk dapat menguasai materi ini, siswa harus sudah menguasai beberapa persamaan untuk
mengkonversi jumlah zat ke dalam mol dan sebaliknya.
7
Mol =
Mol = (Untuk gas pada keadaan standar/STP dan V dalam liter)
88,:
;<7= >?@AB
Mol =
C, 8 D
Contoh perhitungan :
Contoh 1 : Hitunglah massa endapan yang terbentuk dari reaksi 50 mL timbal (II) nitrat 0,1 M dengan
50 mL KI 0,1 M (Ar Pb = 207, I = 127)
Contoh 2 : Sebanyak 32 gram gas metana, CH4 dibakar dengan 48 gram gas oksigen.
a. Zat reaktan apa yang tersisa, dan berapa gram sisanya?
b. Berapa gram air yang dihasilkan?
b. Berapa volume gas CO2 yang diukur pada keadaan standard?
Diketahui Ar C O = 16, C = 12, H = 1
7 7
Mol CH4 = Mol O2 =
8 :1
= =
C /7 8 /7
Indikator :
1. Membuat larutan standar
2. Menentukan konsentrasi asam atau basa dengan metode titrasi.
3. Menentukan indikator yang tepat digunakan untuk titrasi asam dan basa.
4. Menentukan kadar zat dari data hasil titrasi.
Titrasi adalah suatu metode analisis volumetri, yaitu analisis kuantitatif untuk mengetahui
konsentrasi suatu senyawa dalam larutan dengan cara mengukur volume larutan standar yang dapat
bereaksi kualitatif dengan larutan zat yang dianalisis yang banyaknya tertentu dan diketahui.
Larutan standar adalah larutan yang kepekatannya/konsentrasinya telah diketahui. Dalam
analisis volumetri, larutan standar ditambahkan ke dalam larutan zat yang dianalisis melalui suatu alat
yang disebut “buret”, prosesnya disebut “menitrir” atau “menitrasi”. Penambahan larutan standar ke
dalam larutan yang dianalisis dilakukan sedikit demi sedikit sampai terjadi reaksi sempurna yang disebut
dengan “titik ekivalen”. Titik ekivalen terjadi bila jumlah mol asam dan basa bereaksi secara
stoikiometri. Saat diakhirinya proses titrasi disebut “titik akhir titrasi” yang dapat diketahui dengan
adanya perubahan warna larutan yang dianalisis. Perubahan warna tersebut dapat disebabkan karena
larutan standarnya sendiri atau larutan lain yang ditambahkan sebelum titrasi yang disebut larutan
“indikator”. Titik akhir titrasi hampir selalu tidak sama dengan titik ekivalen yang mengakibatkan ralat
hitung. Hal ini karena indikator memberikan perubahan warna yang tidak tepat pada saat titik ekivalen.
Hal yang terpenting dalam analisis volumetri adalah proses perhitungan kuantitatif untuk
mengetahui konsentrasi suatu larutan. Pada mulanya, perhitungan konsentrasi didasarkan atas besaran
“normal (N)”, yaitu besaran yang menyatakan gram ekivalen (grek) zat terlarut dalam setiap 1 Liter
larutan.
Tetapi saat ini para kimiawan lebih memilih
menggunakan perhitungan yang melibatkan molaritas
(M) karena perhitungannya lebih sederhana. Beberapa
perhitungan yang diperlukan diantaranya adalah :
1. Pembuatan Larutan Standar
Untuk membuat suatu larutan standar dengan
konsentarsi tertentu dapat digunakan persamaan :
FG # JKKK
M= I , dengan V dalam mL
HG L
Contoh perhitungan :
Larutan standar dibuat dari 1,26 gr kristal H2C2O4. 2H2O (Asam oksalat) kemudian dilarutkan dengan
akuades dalam labu takar 100 mL dan diencerkan sampai tanda. Larutan ini digunakan untuk menitrasi
10 mL larutan NaOH. Ternyata volume asam oksalat yang diperlukan untuk sampai titik ekivalen
sebanyak 6 mL. Berapa konsentrasi larutan NaOH?
7
[H2C2O4] = x Volume H2C2O4 = 6 mL,
,8C
= x mol H2C2O4 =MxV
8C
= 0,1 M = 0,1 M x 6 mL
= 0,6 mmol
Reaksi : H2C2O4 (aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
0,6 mmol 1,2 mmol 0,6 mmol 1,2 mmol
Buatlah laporan dari hasil pengamatan Anda, sistematika laporan dapat ditanyakan pada guru!
UJI KOMPETENSI
Pilihan ganda: Pilihlah jawaban yang Anda anggap paling benar!
1. Persamaan reaksi ion antara larutan Na2CO3 dan larutan HCl adalah …
A. Na+(aq) + Cl–(aq) NaCl(aq)
B. Na2CO3(aq) + 2HCl(aq) 2Na+(aq) + 2Cl–(aq) + H2CO3(aq)
C. 2Na (aq) + CO3 (aq) + 2H (aq) + 2Cl–(aq)
+ 2– +
2NaCl(aq) + H2CO3(aq)
+ 2–
D. 2H (aq) + CO3 (aq) H2O(g) + CO2(g)
E. Na2CO3(aq) + 2H+(aq) + 2Cl–(aq) 2Na+(aq) + 2Cl–(aq) +2H+(aq) + CO32–(aq)
2. Massa CaCO3 yang terdapat pada 0,1 mol CaCO3 adalah…(Ar Ca = 40, O = 16, C = 12)
A. 8 gram B. 10 gram C. 12 gram D. 14 gram E. 16 gram
3. Menurut persamaan reaksi: H2SO4(aq) + 2NaOH(aq) Na2SO4(aq) + 2H2O(l)
Bila 75 ml larutan H2SO4 0,1 M dicampur dengan 50 ml larutan NaOH 0,2 M, maka pada reaksi
tersebut yang tersisa adalah …
A. 2,5 × 10–3 mol H2SO4 C. 2,5 × 10–3 mol NaOH E. 7,5 × 10–3 mol NaOH
–3 –3
B. 5 × 10 mol H2SO4 D. 5 × 10 mol NaOH
4. Sebanyak 100 ml larutan KI 0,2 M dicampur dengan 100 ml larutan Pb(NO3)2 0,2 M menurut reaksi:
2KI(aq) + Pb(NO3)2(aq) PbI2(s) + 2KNO3(aq)
dihasilkan endapan PbI2 sebanyak …
A. 0,01 mol B. 0,02 mol C. 0,04 mol D. 0,10 mol E. 0,20 mol
5. Larutan perak nitrat bereaksi dengan larutan seng klorida dengan reaksi :
2AgNO3 (aq) + ZnCl2 (aq) 2AgCl (s) + Zn(NO3)2 (aq)
maka volume larutan ZnCl2 1 M yang diperlukan untuk menghasilkan AgCl sebanyak 14,35 gram
adalah …(Ar : Ag = 108 , N = 14 , O = 16 , Cl = 35,5, Zn = 65)
A. 1.000 mL B. 500 mL C. 250 mL D. 100 mL E. 50 mL
Standar Kompetensi :
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
Kompetensi Dasar :
4.3. Menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit dari hasil titrasi asam
basa.
Indikator :
1. Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan.
2. Menentukan campuran yang menghasilkan penyangga.
Larutan penyangga adalah suatu larutan yang dapat mempertahankan pH oleh adanya pengaruh
penambahan sedikit asam, sedikit basa atau sedikit pengenceran.
b. Mencampurkan asam lemah dengan basa kuat dimana asam lemah dibuat berlebih.
Sisa asam lemahnya akan bercampur dengan basa konjugasinya dari basa kuat menghasilkan
buffer asam.
Misalnya :100 mL CH3COOH 0,1 M + 50 mL NaOH 0,1 M
Maka akan terjadi reaksi :
Membentuk buffer
Sisa asam CH3COOH akan membentuk larutan penyangga dengan basa konjugasinya yang
berasal dari CH3COONa yang terbentuk.
b. Mencampurkan basa lemah dengan asam kuat di mana basa lemah dibuat berlebih.
Sisa basa lemahnya akan bercampur dengan basa konjugasinya dari asam kuat menghasilkan
buffer.
Misalnya: 100 mL NH3 0,1 M + 50 mL HCl 0,1 M
Maka akan terjadi reaksi:
NH3 (aq) + HCl(aq) NH4Cl (aq)
Mula-mula: 10 mmol 5 mmol
Reaksi: 5 mmol 5 mmol 5 mmol -
Sisa: 5 mmol 5 mmol
Membentuk buffer
Sisa basa NH3 akan membentuk larutan penyangga dengan asam konjugasinya yang berasal dari
NH4Cl yang terbentuk.
Kesimpulan :
Larutan penyanggga / buffer dapat dibuat dari :
1. Campuran Asam/Basa lemah dengan garamnya dari Basa/Asam kuat.
2. Reaksi Asam/Basa lemah dengan Asam/Basa kuat, dengan komponen yang lemah dibuat
berlebih (sisa).
Ukur pH masing-masing
masing masing larutan tersebut dengan indikator universal!
3. Campurkan 20 mL CH3COOH 0,1 M dengan 20 mL CH3COONa 0,1 M dalam sebuah gelas kimia,
kemudian ukur pH-nya!
Buatlah laporan dari hasil pengamatan Anda, sistematika laporan dapat ditanyakan pada guru!
Indikator :
Menghitung pH atau pOH larutan penyangga.
Ka [CH3COOH] = [CH3COO-][H+]
[H+] = Ka
[CH3COO-] berasal dari ionisasi CH3COONa dan CH3COOH. Namun karena CH3COOH merupakan asam
lemah, maka CH3COO- dari ionisasi CH3COOH sangat sedikit. Sehingga CH3COO- dapat dianggap
hanya berasal dari ionisasi garam saja.
[H+] = Ka
NOPOQ
Karena dalam satu larutan mengandung CH3COOH dan CH3COO- maka volume dari CH3COOH dan
CH3COO- sama besar, sehingga :
R Y
X
Sehingga, untuk larutan penyangga asam (terbentuk dari asam lemah dan basa konjugasinya),
konsentrasi ion H+ dalam larutan ditentukan oleh persamaan:
#Z[ !" #
[H+] = Ka x , pH = -log [H+]
#Z[ \ G #
#Z[ 3 "
[OH-] = Kb x , pOH = -log [OH-]
#Z[ \ G #
pH = 14 - pOH
7 ]^7
[H+] = Ka x
7 _7
,
= 10-5 x
= 0,5 x 10-5
= 5 x 10-6
pH = 6 – log 5
Contoh2: 100 mL NH4OH (Kb = 2 x 10-5) 0,1 dicampur dengan 50 mL HCl 0,1 M.
Berapa pH campuran?
Membentuk buffer
7 `^
[OH-] = Kb x
7 _7
,
= 2 x 10-5 x
,
-5
= 2 x 10
pOH = 5 – log 2
pH = 14 – (5 – log 2)
= 9 + log 2
Indikator :
Menghitung pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa atau
dengan pengenceran.
Larutan penyangga dapat mempertahankan pH (agar relatif tetap) oleh pengaruh penambahan sedikit
asam, sedikit basa dan sedikit penambahan air (pengenceran). Artinya, Jika larutan penyangga ditambah
sedikit asam atau sedikit basa, maka pH larutannya relatif tidak berubah.
Contoh perhitungan:
Sebanyak 100 mL larutan penyangga dibuat dari campuran NH3 0,1 M dan NH4Cl 0,1 M.
(Kb NH3 = 1 x 10-5)
a. Tentukan pH larutan penyangga tersebut
b. Tentukan pH larutan jika ke dalamnya ditambahkan 1 mL HCl 0,1 M
c. Tentukan pH larutan jika ke dalamnya ditambah 1 mL NaOH 0,1 M
= 1 x 10-5
pOH =5
pH = 14-5 = 9
b. HCl yang ditambahkan = 0,1 mmol, akan bereaksi dengan komponen basa, yaitu NH3
NH3 + H+ NH4+
Mula-mula 10 mmol 0,1 mmol
Bereaksi 0,1 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol -
Akhir 9,9 mmol - 0,1 mmol
Larutannya masih bersifat penyangga karena masih terdapat NH3 dan NH4Cl
7 `^
[OH-] = Kb x
7 _7
9,9
= 1 x 1 0+, x 10,1
= 0,98 x 10-5
pOH = 5 – log 0,98 = 5,01
pH = 14 - 5,00877 = 8,99
c. NaOH yang ditambahkan = 0,1 mmol, bereaksi dengan komponen asam, yaitu NH4Cl
NH4+ + OH- NH3 + H2O
Mula-mula 10 mmol 0,1 mmol
Bereaksi 0,1 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol -
Akhir 9,9 mmol - 0,1 mmol
Larutannya masih bersifat penyangga karena masih terdapat NH3 dan NH4Cl
7 `^
[OH-] = Kb x
7 _7
10,1
= 1 x 1 0+, x 9,9
= 1,0202 x 10-5
pOH = 5 – log 1,0202 = 4,99
pH = 14 - 4,99 = 9,01
Indikator :
Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.
Larutan penyangga banyak digunakan dalam reaksi-reaksi kimia terutama dalam bidang kimia
analitis, biokimia, bakteriologi, dan bidang kesehatan. Dalam reaksi-reaksi kimia tersebut dibutuhkan pH
yang stabil. Misalnya pH darah harus dijaga pada 7,35 – 7,45.
Berbagai zat yang masuk ke dalam tubuh kemudian diserap oleh darah akan sangat mempengaruhi
harga pH darah. Dengan adanya system penyangga, perubahan pH darah yang drastis tidak akan terjadi.
UJI KOMPETENSI
(Ebtanas 1992)
A. HSO4- dengan H2O C. HSO4- dengan H3O+ E. HSO4- dengan SO42-
+ 2- 2-
B. H3O dengan SO4 D. H2O dengan SO4
6. Diantara senyawa-senyawa di bawah ini yang larutannya dalam air mempunyai pH terbesar adalah…
(Ebtanas 1989)
A. Asam klorida C. Asam asetat E. natrium hidrokssida
B. Asam nitrat D. amonium hidroksida
7. Sebanyak 42 gram KOH dilarutkan dalam air hingga volume larutan menjadi 250 ml. Konsentrasi
larutan tersebut adalah … (Ar: K = 39, O = 16, H = 1) (Ebtanas 1999)
A. 0,2 M B. 0,3 M C. 1,0 M D. 2,0 M E. 3,0 M
8. Derajad keasaman (pH) dari larutan HCl 0,04 M adalah....
A. 2 B. 2 – 2log 2 C. 4 D. 4-log 2 E. 4 – 2log 2
9. 5 cm3 0,1 M larutan H2SO4 diencerkan dengan air murni hingga volumenya 250 cm3. Besarnya pH
setelah diencerkan adalah....
A. 3 – log 2 B. 3 + log 3 C. 3 + log 4 D. 4 – log 2 E. 11 + log 4
10. 100 mL larutan HCl 0,1 M ditambah air sampai volume larutan menjadi 250 mL. Perubahan harga pH
larutan HCl setelah diencerkan adalah dari …
A. 2 menjadi 3 – log 25 C. 2 menjadi 2 – log 2 E. 1 menjadi 2 – log 6,7
B. 1 menjadi 1 – log 25 D. 1 menjadi 2 – 2log 2
Standar Kompetensi :
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
Kompetensi Dasar :
4.4. Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut.
4.5. Menggunakan kurva perubahan harga pH pada titrasi asam basa untuk menjelaskan larutan
penyangga dan hidrolisis.
1 PENGERTIAN HIDROLISIS
HIDROLISIS GARAM
Indikator :
1. Menentukan beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan.
2. Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi.
Hidrolisis merupakan istilah reaksi suatu zat dengan air. Bila asam dan basa direaksikan, maka
akan menghasilkan suatu garam. Garam bila dilarutkan dalam air akan terion menjadi kation dan anion.
Kation dan anion ini ada yang dapat bereaksi dengan air dan ada yang tidak bereaksi dengan air.
• Garam dari basa kuat dan asam lemah bersifat basa serta terhidrolisis sebagian
Contoh : NaCN(aq) Na+(aq) + CN-(aq)
+
Na (aq) + H2O(l) Tidak terjadi reaksi (tidak terhidrolisis)
CN-(aq) + H2O(l) HCN(aq) + OH-(aq)
Hanya ion CN- yang terhidrolisis sedangkan ion Na+ tidak terhidrolisis sehingga disebut terhidrolisis
sebagian, hidrolisis CN- menghasilkan ion OH- artinya larutan NaCN bersifat basa.
Hanya ion NH4+ yang terhidrolisis sedangkan ion Cl- tidak terhidrolisis sehingga disebut terhidrolisis
sebagian, hidrolisis ion NH4+ menghasilkan ion H+ artinya larutan NH4Cl bersifat asam.
• Garam dari basa lemah dan asam lemah sifatnya tergantung pada harga tetapan ionisasi asam (Ka)
dan basa (Kb) serta terhidrolisis total
Contoh : CH3COONH4(aq) NH4+(aq) + CH3COO-(aq)
NH4+(aq) + H2O(l) NH4OH + H+
-
CH3COO (aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + H+(aq)
Ion NH4+ maupun ion CH3COO- sama-sama terhidrolisis sehingga disebut terhidrolisis total,
menghasilkan ion H+ maupun OH-. Sifat asam atau basanya tergantung harga Ka dan Kb.
Ka > Kb : bersifat asam
Ka < Kb : bersifat basa
Ka = Kb : bersifat netral
NH4NO3
Na2CO3
Na2SO4
NaCN
FeCl3
Fe(CN)2
(NH4)3PO4
Ca(NO3)2
AlCl3
3. Tentukan ion yang terhidrolisis (jika ada) dari garam-garam berikut kemudian tuliskan reaksi
hidrolisisnya!
Garam Ion yang terhidrolisis Reaksi hidrolisis
NaCl
CH3COONa
NH4Cl
(NH4)2SO4
Na3PO4
K2SO4
NH4NO3
Na2CO3
Na2SO4
NaCN
Buatlah laporan dari hasil pengamatan Anda, sistematika laporan dapat ditanyakan pada guru!
K2SO4
NH4NO3
Na2CO3
Na2SO4
NaCN
FeCl3
Fe(CN)2
(NH4)3PO4
Ca(NO3)2
AlCl3
Indikator :
Menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis
pH garam terhidrolisisi yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat dapat ditentukan :
Misal garam CH3COONa dilarutkan dalam air,
Ionisasi garam yang terjadi : CH3COONa(aq) Na+ + CH3COO-(aq
-
Hidrolisis yang terjadi : CH3COO (aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH-(aq)
K [H2O] = , K[H2O] = tetapan hidrolisis = Kh
Kh = x Kw dengan Kw = tetapan keseimbangan air = 1 x 10-14
bO
Ka = tetapan ionisasi asam
bc d
Sehingga : Kh = atau Kh =
bO bO
Kh =
Kh =
Kh =
Sehingga pH untuk garam terhidrolisisi yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat (bersifat
basa), dapat ditentukan dengan persamaan :
[OH-] = h i \ G # pOH = -log [OH-]
pH = 14 – pOH
dengan Kw = 10-14
pH untuk garam terhidrolisisi yang terbentuk dari basa lemah dan asam kuat (bersifat asam), dapat
ditentukan dengan persamaan :
i
[H+] = h \ G # pH = – log [H+]
2
dengan Kw = 10-14
jd jd
x [H+][OH-]
j jd
= x x = x
d
bc
=
bO D bk
K
= hK xwK
a b
K K
[H+] = Ka hK xwK = hK x Kw
a b b
pH untuk garam terhidrolisisi yang terbentuk dari basa lemah dan asam lemah , dapat ditentukan
dengan persamaan :
[H+] = h I i pH = - log [H+]
2
dengan Kw = 10-14
Ka = tetapan ionisasi asam
Kb = tetapan ionisasi basa
d
= h8 D d 0,01 pH = 14 - (6 – log 2,23)
= 0,5 x 10+
= √5 x 10+8
= 2,23 x 10-6
77
=
8 7M 7M
77
= = 0,03 M
7M
Garam (NH4)2SO4 yang terbentuk terhidrolisis dan bersifat asam, sehingga:
b
[H+] = h bc Garam
k
d
= h D s 0,03
= 1 x 10+r -3 x 10+8 .
= √3 x 10+
= 1,2 x 10-5,5
pH = 5,5 – log 1,2
Jika garam X terdiri dari asam lemah dan basa kuat, maka Mr garam X adalah ........
(Ka = 2 .10-4; Kw =10-14)
A. 100 B. 50 C. 25 D. 15 E. 10
-5
9. 100 mL larutan CH3COOH (Ka = 10 ) dengan pH = 3, dicampur dengan 100 mL larutan KOH dengan
pH = 13. Maka pH larutan setelah dicampur adalah....
A. 6 – log 7 B. 7 C. 8 + log 7 D. 10 E. 11
10. Jika dicampurkan 50 mL larutan NH4OH 0,02 M dengan 50 mL larutan HCl 0,02 M akan dihasilkan
larutan dengan pH … . (Kb NH4OH = 10–5)
A. 5 B. 6 C. 8 D. 10 E. 11
Indikator :
1. Menentukan pH larutan saat penambahan volume tertentu larutan standar pada proses
titrasi asam-basa.
2. Menganalisis grafik hasil titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam
lemah dan basa kuat untuk menjelaskan larutan penyangga dan hidrolisis.
Bila suatu asam dititrasi dengan basa tetes demi tetes, maka pH asam akan naik seiring dengan
penambahan jumlah basa tersebut. Demikian juga sebaliknya, bila suatu basa dititrasi dengan asam
tetes demi tetes pH basa tersebut akan turun seiring dengan penambahan jumlah asam. Apabila
perubahan jumlah larutan standar yang ditambahkan dihubungkan dengan perubahan pH-nya, akan
diperoleh grafik dengan pola tertentu yang disebut kurva titrasi.
12
10
8
pH
0
0 20 40 60 80 100 120
12
10
8
pH
0
0 20 40 60 80 100 120
8
pH
6
Titik ekivalen
(pH garam terhidrolisis)
4
2
pH ditentukan oleh [HCl]
0
0 20 40 60 80 100 120
Catatan :
Untuk memudahkan perhitungan, gunakan bantuan program exel. Bila Anda belum menguasainya dapat
berdiskusi dengan guru TIK Anda.
UJI KOMPETENSI
A. Asam kuat dititrasi dengan basa kuat D. Asam kuat dititrasi dengan basa lemah
B. Asam lemah dititrasi dengan basa kuat E. Asam kuat dititrasi dengan basa lemah
C. Basa kuat dititrasi dengan asam lemah
19. Sebanyak 200 mL HCN 0,1 M dititrasi dengan NaOH 0,1 M, maka harga pH saat tercapai titik ekivalen
adalah... (Ka HCN = 2 x 10-5)
A. 8 – log 2 B. 6 + log 2 C. 6 – log 5 D. 8 – log 5 E. 8 + log 5
20. Dilakukan titrasi 50 ml larutan asam asetat 0,2 M oleh larutan NaOH 0,5 M. Pada saat terjadi larutan
penyangga dengan pH = 5, ke dalam (Ka = 1 x 10–5) telah ditambahkan larutan NaOH 0,5 M
sebanyak... .
A. 5 ml B. 10 ml C. 15 ml D. 20 ml E. 25 ml
Standar Kompetensi :
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
Kompetensi Dasar :
4.6. Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali
kelarutan.
Indikator :
1. Menjelaskan keseimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut.
2. Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan nya.
3. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air.
Kelarutan (s = solubility) adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu
zat pelarut atau sejumlah tertentu larutan pada suhu tertentu. Biasanya kelarutan dinyatakan dalam
mol/L atau gram/L. Bila suatu zat yang sukar larut dilarutkan dalam sejumlah pelarut sedikit demi
sedikit, maka suatu saat akan mencapai keadaan di mana zat itu tidak dapat larut lagi dalam pelarut
tersebut. Kondisi di mana pelarut tepat tidak dapat lagi melarutkan zat terlarutnya (konsentrasinya telah
maksimal) disebut larutan tepat jenuh. Jika ke dalam larutan tepat jenuh ditambah zat terlarut lagi,
maka akan terjadi pengendapan.
Pada saat larutan tepat jenuh, sebenarnya proses pelarutan tidak berhenti tetapi terjadi
keseimbangan antara zat yang larut dengan zat yang mengendap. Tetapan keseimbangan zat yang sukar
larut ini disebut Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp).
Misalkan zat sukar larut AxBy dilarutkan, maka akan terjadi keseimbangan : AxBy (s) xAy+(aq) + yBx-(aq)
Ksp = [Ay+]x [Bx-]y
Contoh : Jika kristal Ag2CrO4 dilarutkan, maka akan terjadi keseimbangan :
Ag2CrO4 (s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Ksp = [Ag ] [CrO42-]
+ 2
Berikut ini beberapa contoh zat yang sukar larut dengan harga Ksp-nya.
Zat Ionisasi Rumus Ksp Harga Ksp
CuCl CuCl(s) Cu+(aq) + Cl-(aq) Ksp = [Cu+] [Cl-] 1,9 x 10-7
PbF2 PbF2 (s) Pb2+(aq) + 2F-(aq) Ksp = [Pb2+] [F-]2 3,2 x 10-8
3+ -
AuCl3 AuCl3 (s) Au (aq) + 3Cl (aq) Ksp = [Au3+] [Cl-]3 3,2 x 10-25
Mg(OH)2 Mg(OH)2 (s) Mg2+(aq) + 2OH-(aq) Ksp = [Mg2+][OH-]2 7,1 x 10-12
3+ -
Fe(OH)3 Fe(OH)3 (s) Fe (aq) + 3OH (aq) Ksp = [Fe3+] [OH-]3 1,1 x 10-36
BaSO3 BaSO3 (s) Ba2+(aq) + SO32+(aq) Ksp = [Ba2+] [SO32+] 8,0 x 10-8
+ 2-
Ag2SO4 Ag2SO4 (s) 2Ag (aq) + SO4 (aq) Ksp = [Ag+]2 [SO42-] 1,5 x 10-5
CaCrO4 CaCrO4 (s) Ca2+(aq) + CrO42-(aq) Ksp = [Ca2+] [CrO42-] 9,0 x 10-9
2+ 2-
FeCO3 FeCO3 (s) Fe (aq) + CO3 (aq) Ksp = [Fe2+] [CO32-] 2,1 x 10-11
2+ 2-
BaHPO4 BaHPO4 (s) Ba (aq) + HPO4 (aq) Ksp = [Ba2+] [HPO42-] 4,0 x 10-8
Ag3PO4 Ag3PO4 (s) 3Ag+(aq) + PO43-(aq) Ksp = [Ag+]3 [PO43-] 4,0 x 10-27
2+ 3-
Mg3(PO4)2 Mg3(PO4)2 (s) 3Mg (aq) + 2PO4 (aq) Ksp = [Mg2+]3 [PO43-]2 6,3 x 10-26
Pada suhu yang sama, kelarutan garam FeCO3 (Ksp 2,1 x 10-11) dalam air lebih besar bila dibandingkan
dengan kelarutan Mg3(PO4)2 (Ksp = 6,3 x 10-26).
Indikator :
Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau
sebaliknya
Hal penting yang harus Anda kuasai untuk mendukung pembelajaran tentang masalah ini :
1. Mengionkan zat elektrolit
2. Stokiometri : Perbandingan mol = perbandingan koefisien
3. Persamaan Ksp zat, misal AxBy (s) xAy+(aq) + yBx-(aq), maka Ksp = [Ay+]x [Bx-]y
= 0,6 x 10+8
s
= 0,843 x 10-4 M
a. kelarutan Ag2CrO4 pada 27oC adalah 8,43 x 10-5 mol/L atau 8,43 x 10-5 M
b. konsentrasi ion Ag+ = 2s
= 2 x 8,43 x 10-5
= 16, 86 x 10-5 mol/L
3. Larutan jenuh garam MX3 mengandung konsentrasi X- sebesar 1 x 10-5 M. Tentukan harga Ksp MX3!
Indikator :
Menentukan pH larutan dari harga Ksp-nya dan sebaliknya.
Bila suatu basa sukar larut dilarutkan dalam air, harga pH yang terukur dapat digunakan untuk
menentukan harga Ksp pada temperatur tertentu. Keberadaan ion OH- pada larutan juga mempengaruhi
kelarutan suatu basa (akibat adanya ion sejenis, yakni OH-)
Contoh perhitungan:
Jika Ksp Mg(OH)2 = 1 x 10-12, tentukan kelarutan Mg(OH)2
a. dalam air
b. dalam larutan dengan pH = 11
4s3 = 1 x 10-12
D
s3 = = 0,25 x 10-12
:
Suatu basa lebih mudah larut dalam larutan bersifat asam dan lebih sukar larut dalam larutan basa.
Garam berasal dari asam lemah lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat basa kuat.
Dalam larutan asam terdapat ion H+. Ion H+ ini akan bereaksi dengan ion CO32- membentuk HCO3- atau
H2CO3 sehingga ion CO32- berkurang. Pengurangan ion CO32- akan menggeser keseimbangan ke kanan.
Dengan kata lain, menyebabkan CaCO3 melarut.
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
2. Dalam 20 L larutan ternyata dapat melarutkan 41,35 gram Cu(IO3)2. Berapakah harga Ksp Cu(IO3)2
tersebut? (Ar O = 16, Cu = 63,5, I = 127)
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
3. Tentukan konsentrasi Ag+ dalam larutan jenuh Ag2SO4 bila Ksp Ag2SO4 = 1,5 x 10-5!
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
Indikator :
1. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan.
2. Menentukan kelarutan atau harga Ksp pada larutan zat sukar larut yang mengandung ion
sejenis.
Pada larutan jenuh terjadi keseimbangan reaksi ionisasi. Jika terdapat ion sejenis (senama)
dalam larutan, maka akan terjadi pergeseran keseimbangan (Asas Le’ chatelier).
Misal, jika CuCl dilarutkan dalam air, maka terjadi keseimbangan CuCl(s) Cu+(aq) + Cl-(aq). Ion-ion
dalam larutan hanya berasal dari CuCl saja. Tetapi jika CuCl dilarutkan dalam larutan NaCl, maka ada
penambahan ion Cl- dari NaCl, sehingga ion Cl- berasal dari CuCl dan NaCl.
CuCl(s) Cu+(aq) + Cl-(aq).
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
Penambahan ion Cl- dari NaCl, akan menggeser keseimbangan CuCl(s) Cu+(aq) + Cl-(aq) ke kiri, sehingga
menurunkan kelarutan CuCl.
Contoh perhitungan:
Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Ag2CrO4 pada 27oC adalah 2,4 x 10-12.
a. Tentukan kelaruan molar Ag2CrO4 tersebut dalam air murni
b. Tentukan kelaruan molar Ag2CrO4 tersebut dalam larutan AgNO3 0,1 M
c. Tentukan kelaruan molar Ag2CrO4 tersebut dalam larutan AgNO3 0,2 M
d. Tentukan kelaruan molar Ag2CrO4 tersebut dalam larutan K2CrO4 0,1 M
= 0,6 x 10+8
s
= 0,843 x 10-4 M
Jadi, kelarutan Ag2CrO4 dalam air pada 27oC adalah 8,43 x 10-5 M.
Indikator :
Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp.
Jika terdapat suatu ion dalam air, maka ion tersebut dapat dikeluarkan melalui reaksi
pengendapan. Misalnya ion Ca2+ dalam air dapat diendapkan dengan menambahkan larutan Na2CO3
sedemikian sehingga [Ca2+][CO32-] > Ksp CaCO3. Dalam hal ini, ion Ca2+ dalam air akan bereaksi dengan
ion CO32- dari penambahan Na2CO3 tersebut : Ca2+(aq) + CO32-(aq) CaCO3 (s).
Bila terdapat ion Ax+ dan By- bereaksi : yAx+(aq) + xBy-(aq) AxBy (s), dan perkalian konsentrasi
ion-ion dinyatakan dengan Qc = [Ax+]y[By-]x, maka dapat terjadi tiga kemungkinan:
1. Jika Qc < Ksp, artinya larutan belum jenuh (masih dapat larut)
2. Jika Qc = Ksp, artinya larutan tepat jenuh
3. Jika Qc > Ksp, artinya terjadi pengendapan
Contoh Perhitungan:
1. Jika Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6, prediksikanlah dengan perhitungan apakah akan terjadi pengendapan
jika 100 mL CaCl2 0,2 M dicampur dengan 100 mL larutan NaOH 0,02 M
CaCl2 (aq) Ca2+(aq) + 2Cl-
20 mmol 20 mmol 40 mmol
8 77
[Ca2+] = = 0,1 M
8 7M
8 77
[OH-] = = 0,01 M
8 7M
Ca(OH)2 (s) Ca2+(aq) + 2OH-(aq)
Qc = [Ca2+][OH-]2 = (0,1)(0,01)2 = 10-5
Qc > Ksp Ca(OH)2 berarti menghasilkan endapan Ca(OH)2
2. Dalam suatu larutan terdapat MgCl2 0,01. Jika Ksp Mg(OH)2 = 2 x 10-12, tentukan konsentrasi NaOH
minimal untuk mengendapkan ion Mg2+!
MgCl2 Mg2+ + Cl-
0,01 0,01 0,02
Ksp = [Mg2+][OH-]2
2 x 10-12= (0,01)[OH-]2
8 D
[OH-]2 = = 2 x 10-10
UJI KOMPETENSI
Standar Kompetensi :
5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar :
5.1 Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya.
Indikator :
1. Mengklasifikasikan suspensi kasar, larutan sejati dan koloid berdasarkan data hasil
pengamatan (effek Tyndall, homogen/heterogen, dan penyaringan).
2. Mengelompokkan jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersi.
3. Menjelaskan proses pembuatan koloid melalui percobaan.
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaan dan ukurannya terletak antara campuran
dan suspensi (campuran kasar). Koloid terdiri dari dua fase : Fase Terdispersi dan Pendispersi. Berikut
ini perbedaan campuran, koloid, dan suspensi.
Perbedaan Larutan Koloid Suspensi
Secara makroskopis
Homogen, zat-zat yang
homogen, tetapi bila Heterogen, dapat
bercampur t walau
Campuran diamati dengan dibedakan zat-zat
diamati dengan
mikroskop ultra terlihat yang bercampur
mikroskop ultra
heterogen
Antara 1 nm sampai
Ukuran Partikel < 1 nm > 100 nm
100 nm
Fase Satu fase Dua fase Dua fase
Kesetabilan Stabil Pada umumnya stabil Tidak stabil
Tidak dapat disaring
Jika disaring Tidak dapat disaring kecuali dengan Dapat disaring
penyaring ultra
Campuran susu dengan Campuran tepung
Contoh Larutan Gula dalam air
air terigu dengan air
Indikator :
Mendeskripsikan sifat-sifat koloid (effek Tyndall, gerak Brown, dialisis, elektroforesis, emulsi,
koagulasi).
1. Efek Tyndal
Efek Tyndall adalah suatu efek penghamburan berkas sinar oleh partikel-partikel yang terdapat
dalam sistem koloid, sehingga jalannya berkas sinar terlihat. Contoh: sorot lampu mobil dalam
malam berkabut, berkas sinar matahari melalui celah-celah daun yang berkabut pada pagi hari.
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan terpatah-patah (gerak zig-zag) yang terus-menerus dalam sistem
koloid.
3. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid
dimasukkan dua batang elektroda dan diberi arus searah, maka partikel koloid akan bergerak sesuai
muatan pada koloid itu. Koloid bermuatan positif akan bergerak ke elektroda negatif (katoda) dan
koloid bermuatan negatif akan bergerak ke elktroda positif (anoda).
4. Adsorbsi
Adsorbsi adalah penyerapan pada permukaan koloid sehingga koloid tersebut akan memiliki muatan
listrik. Sifat adsorbsi koloid ini yang menstabilkan koloid.
Contoh : Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik
seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit,
pencampuran koloid yang berbeda muatan. Untuk melindungi koloid dari proses koagulasi atau
penggumpalan digunakan Koloid pelindung. Ada beberapa koloid pelindung yang digunakan pada
emulsi, misalnya casein dalam susu. Jenis koloid ini disebut emuglator (zat pengemulsi).
Indikator :
Menjelaskan koloid liofil dan koloid liofob.
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Sol liofil
adalah sol di mana fase terdispersinya senang akan medium pendispersinya (senang akan cairan) atau di
katakan juga afinitas atau daya tarik terhadap mediumnya sangat kuat. Sol liofob adalah kebalikan dari
sol liofil, di mana partikel fase terdispersinya kurang/tidak senang akan cairannya (mediumnya).
Perbedaan antara koloid liofob dengan koloid liofil dapat disimak pada tabel dibawah ini:
No. Koloid liofil Koloid liofob
Partikel tidak dapat dilihat dengan mikroscop Partikelnya dapat dilihat denan
1.
ultra mikroscop ultra
2. Tidak menunjukan peristiwa elektroforesis Menunjukan peristiwa elektroforesis
Tidak mengalami koagulasi bila diberi sedikit Mengalami koagulasi jika diberi
3.
elektrolit elektrolit
4. Memiliki viskositas besar Viskositas mirip medium pendispersinya
Tegangan permukaan mirip medium
5. Tegangan permukaan kecil
pendispersinya
6. Tidak menjukan gerak brown Menunjukan gerak brown yang jelas
Pada penguapan atau pendinginan akan
Pada penguapan atau pendinginan
menghasilkan koagulasi, tidak
7. menghasilkan gel, yang akan membentuk sol
membentuk sol kembali bila diberi
lagi bila diberi medium pendispersinya
medium pendispersinya.
8. Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat Contoh: susu, sol belerang, sol emas.
4 PEMBUATAN KOLOID
Indikator :
Menjelaskan proses pembuatan koloid melalui percobaan.
2. Cara Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi
partikel yang lebih halus/ lebih kecil; dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan
loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
i. Cara Mekanik
Dengan cara ini butir-butir kasar digerus atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat
kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi
Contoh: Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu
zat inert (seperti Gula Pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air (seperti
yang dilakukan dalam praktikum)
ii. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau
dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
Contoh: Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselusosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-
lain.
iii. Cara Busur Bredig
Digunakan untuk membuat sol-sol logam, logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai
elektroda yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik diantara
kedua ujungnya. Mula-mula atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu mengalami
kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara ini merupakan penggabungan antara
cara dispersi dengan cara kondensasi.
Dialisis adalah proses penyaringan koloid dengan menggunakan kertas perkamen atau membran
semipermeabel dengan tujuan menyaring ion-ion yang mengganggu kesetabilan koloid dalam
pembuatan koloid.
Bredy, James E., Kimia Universitas Asas dan Struktur (Alih bahasa oleh Maun, S., Anas K., dan Sally),
Binarupa Aksara., Jakarta.
Budi Utami, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah, Bakti Mulyani, 2009, Kimia
untuk SMA dan MA Kelas XI, BSE, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta.
Crys Fajar Partana, Antuni Wiyarsi, 2009, Mari Belajar Kimia 2, BSE, Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
Irvan Permana, 2009, Memahami Kimia 2, BSE, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta.
Purba, M, 2004, Kimia SMA Kelas XI, Jilid 2B, Erlangga, Jakarta.
Vogel, 1979, Analisis Anorganik Kualitatif makro dan Semimikro, Bagian I, kalman Media Pustaka,
Jakarta.
Vogel, 1979, Analisis Anorganik Kualitatif makro dan Semimikro, Bagian II, kalman Media Pustaka,
Jakarta.
Harvey, David, 2000, Chemistry Modern Analitical Chemistry, McGraw_Hill Companies, USA.
Sutardi, S.Si, M.Sc. Lahir di Bantul, 19 April 1981. Pendidikan dasar dan
menengah dilaluinya di SDN 50 Pandan, SLTP N 1 Sungai Tebelian, dan SMA N 2
Sintang, Kalimantan Barat. Pada tahun 2001 mengikuti pendidikan di Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta dengan beasiswa dari Yayasan Supersemar dan Damandiri
hingga memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada tahun 2005. Sejak kuliah,
beliau telah aktif mengajar di berbagai bimbingan belajar ternama di
Yogyakarta. Sejak tahun 2006 hingga saat ini aktif mengajar di MAN Model
Singkawang sebagai guru kimia.
Pada tahun 2009, beliau berkesempatan melanjutkan pendidikan di Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta melalui beasiswa S2 Departemen Agama RI dan berhasil meraih gelar Master
of Science (M.Sc) dengan predikat Cum Laude pada tahun 2011. Sejak 2011 beliau juga mengajar di
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Singkawang.
Selain aktif mengajar, beliau juga aktif menulis. Lebih dari 30 judul tulisan telah dimuat di media
massa dan 3 tulisan ilmiah telah dipublikasikan pada seminar nasional, yakni :
1. Sintesis Magnetit (Fe3O4) dan Aplikasinya untuk adsorpsi Pb(II) dalam Medium Air, pada Seminar
Nasional Bioteknologi Tahun 2006, Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI);
2. Sintesis MCM-41 dan NH2-MCM-41 Sebagai Adsorben Hg(II) dalam Larutan, pada Seminar
Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia tahun 2011, Universitas Negeri Surakarta;
3. Kajian Kinetika Adsorpsi Hg(II) oleh Sintesis MCM-41 dan NH2-MCM-41 dalam Medium Air, pada
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA tahun 2011, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Agus Wahidi, S.Pd, M.Pd. Lahir 25 Agustus 1975, di Pemalang Jawa Tengah.
Lulus Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Muhammadiyah 4 Petarukan Tahun
1988, Lulus Sekolah Menengah Pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Petarukan tahun 1991. Lulus Sekolah Menengah Atas di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Pemalang Jawa Tengah Tahun 1994. Lulusan Sarjana Pendidikan Kimia
Univertas Sebelas Maret Surakarta tahun 2001. Lulusan Magister Pendidikan
dari Program Pascasarjana Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta
tahun 2010 dengan predikat Cum Laude melalui beasiswa Program RSBI SMA
Negeri 1 Singkawang. Menjadi Kepala Cabang Singkawang Lembaga Pendidikan
Primagama Tahun 2005. Dari tahun 2006 sampai sekarang aktif mengajar di
SMA Negeri 1 Singkawang sebagai guru Kimia. Beliau juga aktif mengajar di Sekolah Tinggi Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Singkawang matakuliah Kimia Dasar dan di Akademi Kebidanan Singkawang matakuliah
Biokimia dan Aplikasi Komputer untuk Penelitian.