Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Revolusi Amerika
Revolusi Amerika adalah upaya perlawanan rakyat koloni Amerika terhadap
pemerintah kolonial Inggris di Amerika. Revolusi Amerika berlangsung pada
1765 hingga 1783. Revolusi Amerika ditandai dengan munculnya gerakan-
gerakan rakyat koloni Inggris di Amerika Utara untuk menentang kerajaan
Inggris yang dianggap terlalu ikut campur dalam urusan negara koloni.
Rakyat koloni melakukan penolakan dengan menceburkan muatan kapal
yang berisi teh di pelabuhan Boston.
Revolusi China
Revolusi China adalah sebuah pergolakan politik yang berusaha untuk
meruntuhkan kekaisaran Dinasti Manchu dan mendirikan negara demokrasi
China. Revolusi China berlangsung pada awal abad ke-20 Masehi . Salah
satu tokoh revolusi yang berperan vital dalam Revolusi China adalah Sun
Yat Sen. Dalam ajarannya, Sun Yat Sen mencita-citakan terbentuknya
republik China yang diperintah dengan demokratis.
Dalam buku Tiongkok Sepanjang Abad karya Nio Joe Lan, Dinasti Manchu
secara resmi menyerahkan kedaulatan kepada bangsa China pada 12
Februari 1912.
Revolusi Rusia
Pada dasarnya Revolusi Rusia terjadi akibat sikap Tsar Nicholas II yang
otoriter. Tindakan tersebut melahirkan persatuan kaum buruh, petani, dan
tentara Rusia. Munculnya Partai Sosial Demokrat (PSD) turut pula
mempengaruhi jalannya revolusi. PSD adalah partai yang didirikan oleh
George Plekhanov pada 1898, namun pada 1903 PSD terbagi menjadi dua
aliran, yaitu Menshevik (sosial demokrat atau sosialis) dipimpin George
Plekhanov dan Alexander Karensky sedangkan Bolshevik (radikal
revolusioner atau komunis) dipimpin Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Leon
Trotsky, dan Joseph Vissarionovic (Stalin).
Salah satu pemicu ketidakpuasan rakyat terhadap kepemimpinan Tsar
Nicholas II adalah peristiwa Minggu Berdarah (Bloody Sunday 1905).
Peristiwa ini disebabkan karena adanya aksi protes oleh rakyat yang
meminta keadilan kepada Tsar Nicholas II sebab mereka diperlakukan tidak
adil. Aksi ini memicu tewasnya 1000 orang karena terjadi baku tembak
antara aparat keamanan dan para demonstran.
Muncul kelompok penentang Tsar Nicholas II
Sebagai akibat dari perlakuan Tsar Nicholas II yang otoriter, muncul
beberapa kelompok yang mendeklarasikan diri sebagai penentang Tsar
Nicholas II.
Kelompok yang menentang Tsar Nicholas II
1. Kelompok liberal/ kadet(konstitusional demokrat)
Kelompok ini menghendaka rusia memiliki undang-undang dasar
2. Kelompok sosial
Menghendaki susunan kelompok sosial dan pemerintahan modern
Kekalahan Rusia dalam Perang Dunia I
Kalahnya Rusia pada Perang Dunia I menyebabkan perekonomian Rusia
memburuk. Rusia dilanda kelaparan hebat karena minimnya persediaan
bahan makanan. Akibatnya, rakyat semakin meragukan kepemimpinan Tsar
Nicholas II.
Terjadinya kesenjangan sosial
Salah satu faktor yang semakin memicu terjadinya Revolusi Rusia adalah
adanya kesenjangan sosial antara kaum bangsawan dan rakyat. Gaya hidup
bangsawan yang mewah berbanding terbalik dengan kehidupan rakyat
yang serba kekurangan.
Proses Revolusi Rusia
Revolusi Rusia terjadi dalam dua fase, yaitu pada Februari 1917 dan
Oktober 1917.
Revolusi Februari 1917
Revolusi pertama terjadi pada 23-27 Februari 1917. Revolusi ini terjadi
karena Tsar Nicholas II menindak tegas aksi protes yang dilakukan rakyat
Rusia di St. Petersburg. Akibatnya, golongan menengah dan kaum proletar
Bolshevik bersatu melawan kekejaman Tsar Nicholas II. Revolusi berhasil
dengan keputusan turunnya Tsar Nicholas II dari kursi pemerintahan.
Setelah itu, dibentuklah Pemerintahan Sementara dengan bentuk
pemerintahan liberal. Pemimpin dari Pemerintahan Sementara adalah
Alexander Karensky.
Revolusi Oktober 1917
Revolusi kedua yang terjadi pada Oktober 1917 disebut juga sebagai
Revolusi Bolshevik. Revolusi ini terjadi karena adanya protes dari kelompok
sosialis radikal. Kelompok tersebut beranggapan bahwa pemerintahan
Alexander Karensky dinilai lambat mewujudkan cita-cita rakyat Rusia.
Partai Bolshevik dibawah kepemimpinan Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin)
berhasil meruntuhkan kepemimpinan Alexander Karensky. Revolusi ini
menjadi awal masuknya komunis di Rusia dan pada 30 Agustus 1922, Lenin
membentuk Uni Soviet yang meliputi Republik Sosialis Federasi Soviet
Rusia, Republik Sosial Federasi Soviet Transkaukasia, Republik Sosialis
Soviet Ukraina, dan Republik Sosialis Soviet Belarusia.
Pemerintahan Lenin kemudian digantikan oleh Joseph Vissarionovic (Stalin)
yang melakukan kebijakan politik tirai besi. Di masa pemerintahan Stalin
banyak negara-negara di Eropa Timur bergabung dalam Uni Soviet, yang
menyebabkan Uni Soviet menjadi negara komunis terbesar di dunia pada
tahun 1922-1991.
Revolusi Indonesia
Revolusi Indonesia atau Revolusi Nasional Indonesia adalah masa setelah
kemerdekaan ketika Republik Indonesia masih berkonflik dengan Kerajaan
Belanda.
Peristiwa ini terjadi mulai dari proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17
Agustus 1945, hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh pihak
Belanda pada 29 Desember 1949.
Revolusi ini berujung pada berakhirnya pemerintah kolonial Hindia Belanda
yang mengakibatkan perubahan struktur sosial di Indonesia.
Latar Belakang
Pergerakan nasionalis untuk mendukung kemerdekaan Indonesia, seperti
Budi Utomo, Partai Nasional Indonesia, Sarekat Islam, dan Partai Komunis
Indonesia bertumbuh cepat di abad 20.
Gerakan nasionalis tersebut memprakarsai strategi kerja sama dengan
mengirim wakil mereka ke Volksraad (Dewan Rakyat) dengan harapan
Indonesia akan diberikan hak memerintah sendiri tanpa ada campur tangan
dari Belanda.
Sedangkan gerakan nasionalis yang dipimpin oleh Soekarno, Moh. Hatta,
dan dua orang mahasiswa nasionalis memilih cara nonkooperatif.
Upaya Diplomasi
10 - 15 November 1945
Terjadi Perundingan Linggarjati
21 Juli 1947
Belanda meluncurkan serangan militer pada tengah malam 20 Juli 1947,
sebagai bentuk Agresi Militer Belanda I.
Tujuan utama agresi ini adalah untuk menghancurkan kekuatan republikan.
Wilayah yang diserang adalah Jawa dan Sumatera.
Aksi militer ini kemudian dianggap melanggar perjanjian Linggarjati, di
mana dalam perjanjian disebutkan bahwa Indonesia dan Belanda akan
bekerja sama membentuk Negara RIS.
17 Januari 1948
Terjadi Perundingan Renville, namun Belanda kembali berkhianat dengan
baku tembak terhadap Indonesia yang terjadi antara Karawang dan Bekasi.
19 Desember 1948
Agresi Militer Belanda II dilakukan, di mana Belanda memperluas daerah
serangan mereka, sampai ke Yogyakarta yang saat itu menjadi Ibukota.
14 April 1949
Terjadi Perundingan Roem-Royen untuk menyelesaikan konflik di awal
kemerdekaan.
23 Agustus - 2 November 1949
Diadakan Konferensi Meja Bundar yang menghasilkan Belanda bersedia
mengakui kedaulatan Indonesia.
Baca juga: Sejarah Perumusan Pancasila: Pembentukan BPUPKI
Konflik
Pemberontakan Komunis
Pada 18 September 1948, Republik Soviet Indonesia diproklamasikan di
Indonesia oleh anggota PKI yang berniat melakukan pembangkangan atas
kepemimpinan Moh. Hatta.
Pertempuran terjadi antara TNI dan PKI.
Kemenangan pun diraih oleh TNI, di mana pemimpin PKI, Musso, berhasil
ditangkap dan dibunuh di tempat.
Pemberontakan Darul Islam
Pemerintah berniat untuk membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan
(KGSS).
Sang pemimpin, Kahar Muzakkar, menuntut agar KGSS dan kesatuan gerilya
lainnya digabungkan dalam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin
di bawah pimpinannya.
Namun, tuntutannya tersebut ditolak, karena dianggap tidak memenuhi
syarat untuk dinas militer.
Saat akan dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium
VII, Kahar Muzakkar bersama kelompoknya melarikan diri ke hutan dengan
membawa senjata lengkap.
Ia kemudian mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia
dan menyatakan menjadi bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada 7 Agustus
1953.
Dampak
Meskipun tidak ada data akurat yang menunjukkan berapa banyak nyawa
penduduk Indonesia yang melayang dalam gerakan Revolusi Indonesia,
diperkirakan terdapat 45.000-100.000 jiwa.
Untuk rakyat sipil diperkirakan penduduk yang meninggal, yaitu 25.000-
100.000 jiwa.
Sedangkan untuk Belanda, lebih dari 5000 tentaranya kehilangan nyawa
mereka di Indonesia.
Gerakan Revolusi Nasional Indonesia ini sendiri memberikan efek langsung
terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan budaya terhadap Indonesia.
Di antaranya yaitu, kekurangan bahan makanan dan bahan bakar.