Anda di halaman 1dari 17

Nama : Erikson Tarigan

Nim : 21-07-215

Kelas : Pasca Sarjana

Mata Kuliah : Teologi Pastoral:Dasar Alkitabiah dan Perkembangan Historis

Dosen : Pdt. Jaharianson Saragih STh, MSc, Ph.D

AUTISME

I. PENDAHULUAN

Anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki beberapa istilah yang digunakan sebagai
variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan handicap. Menurut World
Health Organization (WHO), masing-masing istilah memiliki makna sebagai berikut:

1. Disability: keterbatasan atau kurangnya kemampuan untuk menampilkan


aktifitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya
digunakan dalam level individu.
2. Impairment: kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis atau struktur
anatomi dan fungsinya biasanya digunakan pada level organ.
3. Handicap: ketidakberuntungan individu yang dihasilkan dari yang membatasi
atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi,
atau fisik. Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan
pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak
secara individual. Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba memaparkan materi anak
berkebutuhan kusus yang disebut dengan Autisme. Semoga apa yang aku persentasekan ini
bisa menambah wawasan kita semuanya.

II. PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Autisme

1
Kata autis berasal dari bahasa Yunani auto berarti sendiri yang ditujukan pada
seseorang yang menunjukkan gejala hidup dalam dunianya sendiri. Anak autis memiliki
gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan
keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autis
merupakan kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat
dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial dan komunikasi yang normal, peserta didik
tersebut terisolasi dari peserta didik lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan
minat yang obsesif.

Autisme adalah gangguan fungsi otak dan saraf serius dan kompleks yang
memengaruhi perilaku dan proses berpikir manusia. Autisme mencakup segala gangguan
dalam interaksi sosial, perkembangan bahasa, dan keterampilan komunikasi baik secara
verbal maupun nonverbal. Gangguan perkembangan ini umumnya dimulai pada masa kanak-
kanak dan bertahan seumur hidup. Anak autis (sebutan lama bagi anak pengidap autisme,
-red) cenderung kesulitan untuk menuangkan pikiran dan mengekspresikan diri, baik dengan
kata-kata, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan. Mereka juga cenderung kesulitan untuk
memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Mereka sangat sensitif sehingga
lebih mudah terganggu, bahkan tersakiti oleh suara, sentuhan, bau, atau pemandangan yang
tampak normal bagi orang lain. Selain itu, anak dengan kelainan ini juga cendrung
melakukan hal yang diulang-ulang dan memiliki ketertarikan yang sempit dan obsesif.
Autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang menyebabkan gangguan perilaku
dan interaksi sosial. Gejala penyakit ini lebih sering terdeteksi pada masa kanak-kanak, tetapi
juga dapat ditemukan ketika dewasa. Autisme saat ini disebut sebagai gangguan spektrum
autisme atau autism spectrum disorder (ASD). Hal ini karena gejala dan tingkat
keparahannya bervariasi pada tiap penderita. Gangguan yang termasuk dalam ASD adalah
sindrom asperger, gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS), gangguan autistik,
dan childhood disintegrative disorder. Berdasarkan data yang dihimpun oleh WHO, autisme
terjadi pada 1 dari 160 anak di seluruh dunia. Sedangkan, di Indonesia, hingga saat ini belum
ada data yang pasti mengenai jumlah penderita autisme.1
II.2. Tanda atau Gejala Autisme

Gejala Autisme cukup beragam antara satu anak dengan yang lain. Kelainan
neurologis dan perkembangan ini menimbulkan gejala beragam. Setiap anak mungkin
memiliki gejala yang berbeda-beda, dengan tingkat keparahan yang ringan hingga berat.
1
https://www.halodoc.com/kesehatan/autisme di akses minggu, 21 Nopember 2021, pukul 20.00 Wib

2
Akan tetapi, umumnya pada penderita menunjukkan beberapa gejala autis seperti dikutip dari
National Health Service, yakni:

1. Gejala Autisme Pada Bayi dan Anak Yang Lebih Muda


 Tidak memberi respons ketika namanya dipanggil
 Menghindari kontak mata dengan orang lain
 Tidak tersenyum, meskipun Anda memberikan senyum pada mereka
 Melakukan gerakan berulang, seperti mengepakkan tangan, menjentikkan jari,
atau mengayunkan tubuh
 Cenderung pendiam, tidak banyak berceloteh seperti bayi kebanyakan
 Sering mengulang kata atau frasa yang sama

2. Gejala Autisme pada anak yang lebih besar


 Sulit mengungkapkan perasaan dan mengekspresikan emosi
 Sulit mengerti apa yang diucapkan, dipikirkan, dan dirasakan orang lain
 Memiliki minat tinggi pada suatu kegiatan sehingga terkesan obsesif dan melakukan
suatu perilaku secara berulang (stimming)
 Menyukai rutinitas yang terstruktur dan sama. Jika rutinitas terganggu, ia akan sangat
marah.
 Sulit untuk menjalin pertemanan dan lebih suka menyendiri
 Sering kali menjawab sesuatu yang tidak sesuai dengan pertanyaan. Alih-alih
menjawab, mereka lebih sering mengulang apa yang dikatakan orang lain.
 Gejala autis pada anak laki-laki dan perempuan, terkadang sedikit berbeda. Anak
perempuan cenderung lebih tenang dan pendiam, sementara anak laki-laki cenderung
lebih hiperaktif. Gejala pada anak perempuan yang “samar-samar” ini menyebabkan
diagnosis jadi lebih sulit.

3. Gejala Autisme Pada Orang Dewasa


 Sulit memahami apa yang dipikirkan atau dirasakan orang lain
 Sangat cemas dengan berbagai situasi sosial atau kegiatan di luar rutinitas
 Sulit berteman atau lebih suka menyendiri
 Sering kali berbicara blak-blakan dan kasar dan menghindari kontak mata
dengan orang lain
 Sulit menunjukkan perasaan pada orang lain

3
 Saat berbicara dengan orang lain, posisi tubuhnya akan sangat dekat dengan
Anda. Bisa juga sebaliknya, tidak suka orang lain berada terlalu dekat atau
melakukan kontak fisik, seperti menyentuh atau memeluk
 Sangat teliti pada suatu hal yang kecil, berpola, dan mudah terganggu oleh bau
atau suara yang dianggap normal oleh orang lain.2

II.3. Penyebab Autisme3

Hingga kini, penyebab autisme tidak diketahui secara pasti. Namun, risiko terjadinya
gangguan autisme dapat meningkat apabila terdapat faktor genetik dan lingkungan, misalnya
paparan racun, asap rokok, infeksi, efek samping obat-obatan, serta gaya hidup tidak sehat
selama hamil. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
terserang autisme, yaitu:

1. Berjenis kelamin laki-laki


2. Memiliki keluarga dengan riwayat autisme
3. Terlahir secara prematur
4. Memiliki kelainan genetik atau kromosom tertentu, seperti sindrom fragile X dan
tuberous sclerosis
5. Dilahirkan dari kedua orang tua yang berusia lebih dari 40 tahun
6. Dilahirkan dari ibu yang mengonsumsi minuman beralkohol atau obat-obatan tertentu,
terutama obat epilepsi, selama masa kehamilan

Perlu diketahui, pemberian vaksin campak dalam bentuk apa pun, termasuk  vaksin MR
dan MMR, tidak terkait dengan kejadian autisme pada anak. Justru dengan pemberian vaksin,
anak akan terhindar dari infeksi, seperti campak, gondongan, atau rubella.

II.4. Faktor-Faktor Resiko Anak Dengan Autisme

Beberapa hal yang bisa meningkatkan faktor risiko seseorang mengalami autisme adalah:
1. Jenis Kelamin. Autisme terjadi 4 kali lebih sering pada laki-laki dibanding wanita.
2. Riwayat Keluarga. Keluarga yang memiliki anak autis mungkin akan memiliki anak
autis lain.
2
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/gangguan-perkembangan/autisme-adalah-autis/ diakses
minggu 21 Nopember 2021, pukul 20.10 Wib
3
https://www.alodokter.com/autisme/penyebab, diakses minggu 21 Nopember 2021, pukul. 20.20 Wib

4
3. Penyakit Lain. Autis cenderung terjadi lebih sering pada anak dengan genetik atau
kondisi kromosom tertentu, seperti sindrom fragile X atau sklerosis tuberous.
4. Bayi Prematur. Autisme lebih sering terjadi pada bayi prematur dengan berat badan
yang rendah. Biasanya bayi lebih berisiko jika lahir sebelum 26 minggu.
5. Paparan bahan kimia dan obat tertentu. Paparan logam berat, obat valproicacid
(Depakene) atau thalidomide (Thalomid) pada janin dapat meningkatkan risiko
terjadinya autis.

II.5. fakta mengenai Autisme

Anak autisme terkadang juga bisa menyerupai gangguan lain, seperti gangguan
pendengaran, depresi pada anak, gangguan cemas, sindrom asperger, serta reaksi trauma
akibat kekerasan. Oleh karena itu, anak yang dicurigai menderita autisme perlu diperiksakan
ke dokter anak. Dalam mendiagnosis autisme pada anak, dokter akan mengevaluasi tumbuh
kembang anak, seperti menilai kemampuan berbicara, berperilaku, belajar, hingga pergerakan
anak. Dokter juga mungkin akan menyarankan pemeriksaan lain berupa tes pendengaran, tes
genetik, dan konsultasi psikologi anak. Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat
menyembuhkan autisme. Namun, ada beberapa metode terapi yang dapat dilakukan untuk
membantu anak meningkatkan kemampuannya dalam berkomunikasi, berinteraksi, dan
belajar. Dokter akan menentukan terapi yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan anak
secara menyeluruh. Tujuan terapi ini adalah untuk membantu anak agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik, serta mampu hidup mandiri ketika ia dewasa nanti.4

II.6. Pengobatan Autisme

Pengidap austisme tidak dapat disembuhkan. Oleh karena itu, orang tua harus
mewaspadai gejalanya sedini mungkin. Meski demikian, ada banyak jenis penanganan yang
bisa dilakukan untuk membantu penyandang autisme agar dapat menyesuaikan diri dalam
kehidupan sehari-hari dan mengembangkan potensi dalam diri mereka secara maksimal.
Tindakan penanganan yang dilakukan pada tiap pengidap bisa berbeda-beda. Namun,
penanganan yang diberikan pada pengidap autisme umumnya berupa terapi. Berikut beberapa
pilihan metode terapi untuk pengidap autisme:

4
https://www.alodokter.com/mengenali-ciri-ciri-anak-autis-sejak-dini, diakses minggu 21 Nopember 2021
pukul 20.30 Wib

5
1. Terapi Perilaku dan Komunikasi

Terapi ini dilakukan dengan memberikan sejumlah pengajaran pada pengidap, termasuk
kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal maupun nonverbal. Dalam terapi sosial, seorang
terapis harus membantu memberikan fasilitas pada anak-anak autis untuk bergaul dengan
teman-teman sebayanya dan mengajari cara-caranya secara lansung, karena biasanya anak
penyandang autis memiliki kelemahan dalam bidang komunikasi dan interaksi.

2. Terapi Keluarga

Terapi ini ditujukan untuk orang tua dan keluarga pengidap autisme. Tujuannya adalah agar
keluarga bisa belajar bagaimana cara berinteraksi dengan pengidap dan juga mengajarkan
pengidap berbicara dan berperilaku normal. perlu para orangtua ketahui, bahwa kondisi
autisme hanya bisa didiagnosis oleh dokter dan psikolog. Cara mendidik anak normal dengan
anak yang autisme pada dasarnya sama. Namun ada beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan, salah satunya adalah perilaku. Perilaku anak autisme dengan anak normal
berbeda.
Layaknya anak normal, orangtua harus tahu karakteristik anak sendiri, begitupun dengan
anak autisme. Setiap anak autisme memiliki karakter yang berbeda. Contoh beberapa perilaku
yang biasanya dimiliki anak autisme adalah:
1. Perilaku berulang (tepuk tangan, menggoyangkan badan, menggoyangkan
tangan),
2. Sensitif pada rangsangan tertentu (suhu, suara, cahaya, atau hal lain)
3. Terpaku pada benda tertentu (misalnya mainan, kipas angin, atau jam)
4. Terpaku pada rutinitas atau jadwal sehari-hari.
Namun tidak semua perilaku tersebut dimiliki oleh setiap anak, jadi orang tua perlu peka
terhadap keadaan dan karakter anak mereka sendiri. Contoh, pada kasus anak autisme yang
peka terhadap rangsangan. Hal ini bisa ditandai ketika anak mendengar suara keras, ia akan
menangis karena merasa tidak nyaman.
3. Terapi Bermain

Terapi bermain bertujuan agar anak-anak autis selalu memiliki sikap yang riang dan gembira
terutama dalam kebersamaan dengan teman-teman sebayanya. Hal ini sangat berguna
membantu anak autisme dapat bersosialisasi dengan anak lainnya.

4. Terapi Perkembangan

6
Dalam terapi perkembangan, anak akan di pelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat
perkembangannya, kemudian di tingkatkan kemampuan sosial, emosional dan intelektualnya
sampai benarbenar anak tersebut mengalami kemajuan sampai dengan interaksi simbolik.5

5. Terapi Kelompok

Penekanan terapi kelompok adalah memahami gangguan dalam relasasi interpersonal dan
mengurangi gangguan itu dalam setting kelompok. Terapi kelompok biasanya berkisar dari 5
sampai 10 anggota. Keunggulan terapi kelompok di bandingkan dengan terapi individual
ialah bahwa anggota kelompok di anggap mewakili suatu lingkungan interpersonal dengan
lebih baik dari pada hanya satu orang terapis, sehingga dapat lebih menjamin perbaikan
hubungan interpersonal.6

6. Pemberian Obat-Obatan

Pemberian obat-obatan tidak bisa menyembuhkan autisme, melainkan dapat mengendalikan


gejalanya. Contohnya obat untuk mengatasi kejang, obat untuk mengatasi masalah perilaku,
obat untuk mengatasi depresi, dan obat untuk mengatasi gangguan tidur.

II.7. 7 Cara-Cara Terbaik Untuk Mengasuh dan Mendidik anak Autisme 7

1. Buat dan Taati Jadwal Kegiatan Sehari-Hari Di Rumah

Salah satu cara terbaik untuk mendidik semua anak adalah dengan membuat rutinitas yang
jelas, dalam bentuk jadwal kegiatan sehari-hari yang punya aturan sendiri dan wajib ditaati
seluruh penghuni rumah. Nah, khusus untuk anak dengan autisme, rutinitas harian ini
ternyata sangat penting untuk membuat mereka merasa aman. Anak autis dapat bereaksi
negatif terhadap sesuatu yang tidak biasa mereka lakukan, hal yang mereka tidak mengerti
maupun wajah orang yang asing bagi mereka. Dengan adanya rutinitas harian yang mengatur
jadwal kegiatan si anak autis, maka sang anak yang sudah terbiasa dan familiar terhadap
aktivitas di tempat yang ia kenal, dengan orang yang juga akrab dengannya, membuat emosi
si anak tetap stabil. Sedari awal, bila orangtua sudah mengetahui bahwa buah hatinya terlahir
dengan kondisi autisme, maka biasakan mereka untuk memiliki jadwal harian yang selalu

5
Jaja Suteja,”Bentuk dan Metode Terapi Terhadap Anak Autisme Akibat Bentukan Prilaku Sosial” Jurnal
Edueksos Voll No 1, Januari-Juni 2014
6
Suprapti Slamet, Sumarno Markam, psikologi klinis, (Jakarta : Universitas Indonesia, 2003), 142
7
https://www.generali.co.id/id/healthyliving/detail/499/7-cara-terbaik-mengasuh-dan-mendidik-anak-
dengan-autisme?PageSpeed=noscript, diakses minggu 21 Nopember 2021, pukul 20.40 Wib

7
ditepati. Ajak mereka untuk sarapan, makan siang dan makan malam pada waktu yang sama
setiap hari, membuat PR, belajar daring, bermain, olahraga ringan dan lakukan aktivitas yang
sama juga pada jadwal yang sama setiap harinya supaya mereka terbiasa dengan rutinitas
tersebut. Ajari anak untuk melakukan beberapa tugas kecil, misalnya, menyiapkan pakaian
yang akan mereka pakai esok hari, membereskan tempat tidur di pagi hari, memberikan
makanan kepada hewan peliharaan, dan tugas-tugas mudah lainnya untuk mengajari mereka
tanggung jawab.

2. Memberitahukan Kondisi Autisme Kepada Pihak Sekolah Agar Dipahami

Karena keterbatasannya sarana dan prasarana yang mendukung di Indonesia, lebih dari 70
persen anak autis di negeri kita masih bersekolah di sekolah biasa. Sejak awal, jangan ragu
untuk memberitahukan kondisi autisme dan spektrum apa yang menjadi kondisi anak kepada
pihak sekolah. Memberitahu sekolah sejak awal akan membantu para guru dan tenaga
pengajar lain untuk memahami keadaan anak dan emosi anak yang kerap berubah. Sekolah
yang baik tentunya akan bersedia mengerti dan memberikan dukungan sebaik-baiknya
kepada orangtua murid dengan kondisi autisme. Termasuk membantu menjaga kemungkinan
anak terkena bullying / perundungan di sekolah.

3. Pertimbangkan Untuk Homeschooling Dengan Guru Privat

Bila sekolah tidak bersedia atau tidak sanggup mengakomodir kebutuhan anak autis, maka
pilihan lainnya yang ada untuk orangtua adalah mengadakan homeschooling. Proses
pembelajaran di rumah sendiri, selain membantu anak autis merasa lebih nyaman – karena
kegiatan dilakukan di tempat yang familiar dengannya – juga memastikan si anak mendapat
perhatian penuh dari guru privat. Bila di sekolah biasa, satu orang guru atau wali kelas harus
menangani sekian puluh anak sehingga fokus perhatian mereka pun jelas terbagi, dengan
tenaga pengajar profesional yang khusus privat, anak autis sepenuhnya mendapat fokus
sehingga kegiatan belajar mengajar pun lebih fleksibel dan lebih lancar berjalan.

4. Cari Tahu Bakat Dan Kesenangan Mereka

Orangtua tentunya pasti tahu siapa Bill Gates, Albert Einstein, Nikola Tesla, Michelangelo,
Wolfgang Amadeus Mozart, Steve Jobs, Thomas Jefferson, Charles Darwin dan Isaac
Newton? Bagaimana dengan Satoshi Tajiri, Hans Christian Andersen, Tim Burton dan Andy

8
Warhol? Apa persamaan kesemua tokoh terkenal ini, selain kejeniusan dan penemuan-
penemuan mereka yang melegenda, bakat mereka di bidang masing-masing yang tidak
diragukan lagi? Ya, betul, persamaannya adalah bahwa kesemua tokoh terkenal di atas
terlahir dengan kondisi autisme. Meski Bill Gates tidak pernah secara publik menyatakan
bahwa ia autis, ada banyak petunjuk jelas yang menandakan bahwa ia mengalami ASD.
Sedangkan Steve Jobs jelas menampakkan tanda-tanda Sindrom Asperger. Begitupun dengan
Einstein, Michelangelo, Mozart, Tesla dan Newton. Anak autis kebanyakan memiliki IQ di
atas rata-rata, kejeniusan dan bakat terpendam yang harus orangtua bantu untuk salurkan.
Sejak anak masih kecil, sejak orangtua diberitahu dokter bahwa si kecil berkondisi autisme,
mulailah cari tahu bakat dan kesenangan mereka. Ajak ia mendengarkan musik dan bermain
instrumen musik, belajar menggambar dan melukis, mengeksplorasi alam dan traveling,
memelihara binatang seperti kucing, anjing maupun ikan, ajak anak bercocok tanam di
kebun, mencoba berbagai jenis cabang olahraga, membaca buku, menonton film, dan
berbagai aktivitas lainnya – perhatikan kegiatan apa yang paling menarik minat mereka dan
membuat mereka happy. Kemudian, teruskan kegiatan tersebut – seiring bertambahnya usia
anak, maka ia pun akan semakin fokus pada satu atau dua kegiatan yang paling mereka sukai.
Setelah anak menemukan minat dan bakatnya, orangtua tinggal mendampingi seraya
mengarahkan anak untuk semakin menggali potensinya, who knows? Mungkin ilmuwan
penemu teknologi canggih di masa depan, adalah putra-putri orangtua sendiri, yang punya
kondisi autisme!

5. Melatih Kesabaran Bersama-Sama Antara Anak dan Orangtua

Kerap kali, anak autis, seperti layaknya anak-anak lainnya, akan membuat orangtua mengelus
dada karena mereka menguji kesabaran kita sebagai orangtua. Nah, saat anak tantrum dan
membuat orangtua kesal... jangan terbawa emosi, ya. Ingatlah bahwa semua anak memang
butuh bimbingan orangtua, apalagi anak dengan kebutuhan khusus seperti anak autis. Yang
bisa orangtua  lakukan adalah melatih kesabaran. Sebelum meledak marah dan membentak
anak, pejamkan mata, tarik napas dalam-dalam, hitung mundur dari angka sepuluh sampai ke
angka nol. Cari tahu apa penyebab anak mengamuk? Rangkul anak, tenangkan dulu sampai
episode tantrumnya berhenti. Setelah itu, beri penjelasan pelan-pelan, ajarkan anak melatih
kesabaran juga. Memang, mengajari anak melatih kesabaran tak mudah. Tapi, dengan
menunjukkan contoh teladan kesabaran dan kepala dingin, alih-alih emosional dan meledak-

9
ledak, lama kelamaan anak pun akan mengerti dan juga akan mencontoh tindakan kalem dari
orangtua.

6. Mencoba Berbagai Terapi Berbeda

Terapi bagi anak yang terlahir dengan kondisi autisme sangat penting. Tujuan utama terapi
bagi anak autis adalah untuk mengurangi masalah perilaku, meningkatkan kemampuan dan
perkembangan belajar anak dalam hal penguasaan bahasa dan membantu anak autis agar
mampu bersosialisasi dalam beradaptasi di lingkungan sosialnya. Ada berbagai macam terapi
yang dapat dilakukan, mulai dari Terapi Multisensori, Terapi Okupasi, Terapi Wicara, Terapi
Musik, Terapi Visual dan Auditori, sampai Terapi Membaca untuk anak yang disleksia.
Jangan lelah mencoba berbagai terapi, sampai menemukan terapi mana yang cocok untuk
anak autis. Setiap anak berbeda-beda, karena itu telusuri dan cobalah berbagai terapi dengan
terapis yang direkomendasikan oleh dokter anak yang menangani anak kita.

7. Bangun Jaringan Pendukung Yang Solid

Tentu saja orangtua-lah yang paling mengenal anak dan paling tepat untuk melakukan
pengasuhan. Akan tetapi, tak ada salahnya untuk membangun jaringan pendukung yang solid
di sekeliling kita. “Support Network” yang bisa berupa keluarga terdekat – kakek-nenek,
paman dan bibi si anak dari kedua belah pihak orangtuanya, akan sangat membantu memberi
dukungan bagi orangtua dengan anak autis. Selain keluarga terdekat, bergabunglah dengan
grup komunitas online dari para orangtua dengan anak autis, untuk saling berbagi
pengalaman dan belajar mengenai pengasuhan anak ASD.

III. Verbatim Dengan Orangtua Yang Memiliki Anaknya Autis dan Analisa Penulis
III.1. Verbatim
Sewaktu saya menerima tugas ini, saya bertanya kepada abang dan kakak kelas
pastoral tentang jemaat atau keluarga yang memiliki autis. Ketika saya bertanya kak Evlida
menyarankan saya untuk melakukan wawancara dengan anggota jemaatnya sewaktu keluarga
ini berada di Jakarta di GBKP Kalender. Setelah kak evlida bertelepon dengan bersangkutan
dan yang bersangkutan bersedia untuk diwawancarai maka kak evlida mengirimkan nomor
HP nya ke saya dan saya menelponya. Percakapan awalnya kami membuat jadwal untuk
bertemu tapi karena jarak yang begitu jauh dari langkat ke medan dan kebetulan pula banyak
sekali kegiatan maka akhirnya kami Kembali sepakat untuk melakukan wawancara via

10
telpon. Saya melakukan wawancara/verbatim melalui via telpon dengan orangtua bunga
(nama samaran) yang memiliki anaknya autis pada jumat, 19 Nopember 2021 pukul 15.30
sampai dengan 16.30.
S : “Selamat sore bik. . .”
Ib : “Selamat sore Pendeta”
S : “Saya berterimaksih kepada bibi sudah bersedia saya wawancarai”
Ib : “iya, saya juga berterimaksih pendeta”
S : “Jadi, kita sitandan lebe y bik (perkenalan) nama saya Pdt. Erikson Tarigan ,
saya melayani di GBKP Rg Tanjung Nguda. Saya dapat info tentang adek I
tengah-tengah jabundu arah Pdt. Kalender ada yang autis. Kalau boleh tahu,
siapa nama adek tersebut bik?”
Ib : “Nama adekndu yang autis itu bungancole” (nama samaran). Ia anak paling
muda ras lit abangna ras abangna gundari i jakarta denga. Kami pindah ku
medan erkiteken bapakndu itengah-tengah jabu kami nggo pensiun ibas PTP
nari emaka pindah kami ku medan nggo lit lebih kurang 3 tahun. Bapakndu
merga tarigan.
S : “iya bik……, kalau bapak merga tarigan aku panggil bapaklah y bik karna
aku juga tarigan.
Ib : “iya pendeta
S : “bibi tidak sibuk hari in ikan bik, karna aku mau berbicara sebentar sama
bibik?
Ib : tidak pendeta, emang kam mau nanya apa pendeta?
S : “iya bik, aku kan lagi kuliah sekarang dan ada tugas dari kampus tetang autis,
hari itu kak pendeta evlida menyatakan turang kami anakndu ada yang autis
bik. Dan gak apa-apa kan bik aku tanya-tanya seputar itu?
Ib : iya pendeta kami di karuniai dua anak, satu laki-laki dan satu lagi perempuan
dan yang perempuan ini yang special (bibik tersebut menyatakan anaknya
yang autis itu anak spesial) dan tetantang apa tugasndu kin pendeta?
S : ini bik, tentang autis, tidak apa-apa lan aku bertanya bik?
Ib : tidak apa-apa pendeta, karena waktu itu juga pernah orang bertanya juga
kepada aku. Tidak apa-apa pendeta.
S : iya bik ya. Jadi sejak kapan kah kam tahu bung aini autis bik? Sejak lahir
kaha tau sudah dewasa?

11
Ib : ohh. Kebetulan aku orang kesehaten (Dokter gigi, hanya saja gundari lanai
aktif), bunga sewaktu lahir normaldan didalam perkembangenna tidak di
laluinya merangkak tapi secara fisik badanya tidak kelihatan autisnya. Umur
setahun belum berjalan dan sempat juga di pisoterapi, CT-Scan dan didalam
perkembanganya saya tanya dokternya tidak ada masalah katanya. Ngomong
juga lama dan hanya bisa menyebut kata mama dan papa. Kami dulu tinggal di
kebun daerah siantar Dan rumah sakit siantar harapan jaya di situlah dulu
bunga di pisoterapi dan di pakaikan sepatu besi kakinya dan ada Latihan-
latihan yang lain. Puji Tuhan motoriknya berkembang dan bisalah bunga
berjalan. Tapi perkembangen bicaranya masih lambat dan kami waktu itu
masih tetap di kebun dan kami pernah berpikir karena hanya 2 orang ini di
rumah tidak ada kontak dengan yang lain makanya lambat berkembangnya.
Kami masukkan ke TK dan ada sedikit perkembanganya tentang ngomongnya.
Tapi dia sering menarik diri, sulit bergaul dengan yang lain, harus ditemani,
didampingi (ada perasaan tidak PD kalau di tinggalkan), inilah
perkembanganya di usia 4-5 tahun.
S : iya bik ya, apakah bibik bekerja sewaktu ada di perkebunan atau sudah focus
menjaga turang kami?
Ib : saya masih bekerja pendeta. dan turangndu dengan PRT di rumah. Dan kami
pindah ke medan umur 6 tahun. Sewaktu di medan kami sudah mulai
mempelajari perkembangan bunga dan di situlah mulai kami tahu si bunga di
diagnose kea rah autis, karena sudah dilakukan tes-tesnya, kasih permainan di
psikolog anak.
S : mendengar bunga mengarah ke autis, bagaimana perasaan bibik dan
keluarga?
Ib : ya pertama pasti menolak pendeta, namun walaupun menolak tapi kami tetap
membawa dia ke psikolog anak dan membawanya ke terapi autis. Dan
menurut teori sebenarnya sudah telat kami membawa bunga untuk di obati
karena usia golden kan 1-5 tahun sedangkan si bunga sudah 6 tahun. Namun
bagi kami tidak ada kata terlambat dan terus dibawa untuk terapi autis.
S : bagaimana dengan bapak dan abangnya bik, ketika mengetahui bunga autis?
Ib : kalau bapakndu katakana ini Tuhan berikan anak spesial buat kita oleh
karena itu jangan terlalu di sesali dan abangnya juga kami bawa ke psikolog
karena kata psikolog abangnya juga harus diberikan pemahaman supaya dia
12
dapat menerima adeknya seperti ini. Puji Tuhan pendeta abang bisa menerima
adekna bung aini dan sewaktu abangna SMA ada perjumpan mereka dengan
temanya dibawanya adeknya ini bahkah ketika dia pacarana dia langsung
menyatakan aku punya adek seperti ini. Dan keluarga kedua belah pihak
menerima bung aini dan tidak pernah ada perkataan yang menyakitkan hati
keluar.
S : Puji Tuhan y bik

Ib : ia Pendeta. tapi kan pendeta yang pertama sekali adalah penerimaan keluarga
dalam artian keluarga menerima dia sudah seperti itu, maka sangat
berpengaruh terhadap perkembanganya, karena tidak sembunyikan dan ketika
kita terima dia titipan Tuhan yang istimewa maka sangat banyak sekali
perkembanganya, berbicaranya sudah semakin baik, sikapnya juga semakin
baik. Sekali lagi pendeta mereka jangan di kurung tapi tunjukkan sajalah dan
jangan malu punya anak seperti ini. Kalau kami kemana pun kami pergi bunga
ini akan kami bawa pendeta walaupun banyak juga tantangan karena banyak
orang belum begitu paham. Karena ada juga yang menyatakan mereka (autis)
anak yang nakal, liar karena memang kadang-kadang sikap mereka tidak
terdeteksi, apalagi masih kecil. Makanya bunga dulu pernah juga kami kirim
sampelnya ke Amerika untuk di tes, supaya tahu kita apa yang bisa dia makan
dan tidak. Karena kalau makan terlalu banyak bisa jadi morpin makanya itu
yang membuat mereka kadang-kadang hiperaktif, misalnya memukul diri
sendiri, menyiksa diri sendiri. Tapi bunga tidak hiperaktif dan bunga sangat
inklusif, misalnya datang orang yang belum dikenalnya dia tidak akan mau
berbicara samanya dan bunga pemalu.

S : berarti bagaimana perkembangan bunga sampai sekarang ini bik?


Ib : perkembanganya sangat banyak pendeta, pernah masuk SD umum, tapi aku
tetap mendampinginya beberapa tahun. Namun dalam sekolah umum ini ada
juga tantangan dari para orangtua murid karena keberatan. Karena ada mereka
4 orang dalam satu kelas itu, ada yang nakal dan ada orang tua bilang jangan
digabung anak kami karena kami takut anak kami juga sperti itu.
S : emang autis ini penyakit menular bik?
Ib : itulah tantangan buat kami pendeta kalau begitu juga perasaan mereka,
padahal ini mana ada penyakit menular tapi autis ini sejauh yang aku pahami

13
belum ada menyatakan ini adalah penyakit turunan secara genetic. Tapi itulah
orangtua ini, kadang-kadang kan mereka tidak tahu ini anak kog seperti ini
dan memang pada masa e lenga berkembang anak-anak autis. Tapi genduari
nggo berkembang dan makin banyak juga orang sudah mengerti tentang autis
ini dan group orangtua autis juga sudah ada. Kalau saya lihat mereka
sebenarya bagaimana kebesaran hati kita untuk menerima mereka dan mereka
juga sangat banyak kelebihan. Misalnya perasaan mereka lebih peka
contohnya saja si bunga ini, ketika aku capek pasti dia tahu. Mama capek ya
biar aku kusuklah ma.
S : Luar biasa y bik. . .
Ib : iya pendeta luar biasa. Dan memang kalau kita lihat orang ini luar biasa dan
sangat peka. Misalnya ketika kita nanti mengantar dia ke sekolah dari jalan A
dan besok kita tidak lagi dari jalan itu dia akan langsung bertanya kenapa kita
dari sini? Aku katakana bunga ini seperti ritualistic, maka bunga ini sudah
tertanam dalam pikiranya semuanya apa yang akan dia lakukan setiap saat.
S : jadi sekarang ini apa kegiatan bunga bik?
Ib : awalnya di masuk SLB namo pencawir dan ada SD-SMA di sana dan ada
juga asramanya. Makanya kekurangan bunga ini sulit dalam hal membaca dan
mendikte. Misalnya kita diktekan dia tidak akan mengerti apa yang kita
diktekan, karena lain yang kita ucapkan lain yang di pahaminya, bahkan
kadang berbolak-balik. Tapi bunga SMA sudah tamat tahun yang lalu 2020
sesuai dengan kemampuanya.
S : berarti sekarang sudah dapat kam terima kan bik, tidak ada lagi penolakan
dalam hati?
Ib : ya pendeta sekarang aku sudah sangat mensyukurinya. Karena pernah aku
dengar ilustrasi seperti ini tentang penciptaan anak special.
S : bagaimana maksudnya bik?
Ib : Tuhan datang dan berkata kepada malekat, aku akan membuat seorang anak
dan anak itu akan seperti ini dan anak ini akan seperti ini dan aku akan pilih
orangtuanya yang sanggung menerima anak ini kata Tuhan kepada malaikat.
Jadi mari kita pilih dan dipilihlah orangtua ini dan diciptakan Tuhanlah
orangtua ini untuk mendidik anak tersebut. Lalu kita lah yang di pilih Tuhan
yang memiliki anak sepesial ini. Ini sangat mengena dalam hatiku dan aku
berefleksi kami ini orangtua pilihan dan bunga ini di ciptakan Tuhan dan
14
bukan begitu-begitu saja di ciptakan. Oleh karena itu kita harus bersyukurlah
bahwa mereka adalah pilihan dan kita juga orangtua pilihan.
S : iya bik, kam orangtua pilihan.
Ib : ya pendeta. Tapi pendeta perasaan seorang ibu kadang- kadang muncul,
bagaimanalah nantinya anakku ini ketika aku tidak ada lagi di dunia ini ya,
padahal sudah di bilang sama abangnya kalau nantinya kami todak ada lagi
bersama dengan bapakndu jaga dan sayangi adekndu y nakku. Dan intinya
memang pendeta jangan malu jika kita mempunyai anak kita special dalam
keluarga kita tapi tetaplah syukuri dan nikmati dalm setiap prosesnya pendeta.
S : iya bik. Makasih ya bik sudah mau berbagi cerita tentang autis. Tuhan Yesus
memberkati dan sehat-sehat kita semuanya bik. Salam sama keluarga kita
semuanya bik.
Ib : AMIN Pendeta. sama-sama pendeta.
S : kami pun mengahiri percakapan kami.

III.2. Analisa Penulis

Dari percakapan yang saya lakukan dengan seorang ibu yang memiliki anak autis,
maka saya membuat beberapa Analisa, yaitu:

1. Pada awalnya ibu bunga menolak atas apa yang dialami oleh keluarganya sendiri,
karena dia merasa itu tidak mungkin karena dia melihat pertumbuhan dan
perkemabangan si bunga tidak menunjukkan gejala autis pada saat kelahiranya. Tapi
bunga menjadi anak yang autis
2. Dalam berjalanya waktu mereka bisa menerima bunga, karena menurut kesaksianya
dari ibunya bunga maka jangan malu memiliki keluarga atau anak kita sendiri yang
berkebutuhan kusus astau seperti penyebutan ibu bunga kepada bunga yaitu anak
yang special. Melalui penerimaan bunga menjadi anak yang special maka
perkembangan dan pertumbuhan bunga semakin baik dan bunga juga bisa diterima
semua pihak keluarga dan bunga tetap mejadi anak yang bertumbuuh dan
berkembang.
3. Secara iman saya melihat mereka tetap patuh kepada iman percaya mereka dan tidak
pernah mereka menyangkut pautkan apa yang terjadi itu akibat dosa atau yang lain,
malah mereka mengatakan kedatangan bunga ke tengah-tengah mereka menjadi

15
keluarga yang special, karena bunga mereka rasakan adalah benar-benar anak yang
special untuk disayangi.
4. Ibu bunga mengajak kita supaya jika ada anak kita seperti bunga, jangan kita
mengurungnya, jangan malu dan terimalah dia seperti kita supaya ada terus
perkembanganya. Kalau kita menolak diam aka dia akan menjadi anak yang tidak
baik. Tapi jikalau kita menerima diam aka kitab isa mengarahkanya kea rah yang
lebih baik lagi.
IV. KESIMPULAN
1. Autisme adalah gangguan fungsi otak dan saraf serius dan kompleks yang
memengaruhi perilaku dan proses berpikir manusia. Autisme mencakup segala
gangguan dalam interaksi sosial, perkembangan bahasa, dan keterampilan komunikasi
baik secara verbal maupun nonverbal. Gangguan perkembangan ini umumnya dimulai
pada masa kanak-kanak dan bertahan seumur hidup. Anak autis (sebutan lama bagi
anak pengidap autisme, -red) cenderung kesulitan untuk menuangkan pikiran dan
mengekspresikan diri, baik dengan kata-kata, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan
sentuhan.
2. Austisme tidak dapat disembuhkan. Oleh karena itu, orang tua harus mewaspadai gejalanya
sedini mungkin. Meski demikian, ada banyak jenis penanganan yang bisa dilakukan untuk
membantu penyandang autisme agar dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari
dan mengembangkan potensi dalam diri mereka secara maksimal. Tindakan penanganan yang
dilakukan pada tiap pengidap bisa berbeda-beda. Namun, penanganan yang diberikan pada
pengidap autisme umumnya berupa terapi
V. DAFTAR PUSTAKA
V.1. Buku

Markam, Suprapti Slamet, Sumarno, psikologi klinis, (Jakarta : Universitas Indonesia, 2003)
Suteja, Jaja,”Bentuk dan Metode Terapi Terhadap Anak Autisme Akibat Bentukan Prilaku
Sosial” Jurnal Edueksos Voll No 1, Januari-Juni 2014

V.2. Internet

https://www.halodoc.com/kesehatan/autisme
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/gangguan-perkembangan/autisme-adalah-
autis/
https://www.alodokter.com/autisme/penyebab,
16
https://www.alodokter.com/mengenali-ciri-ciri-anak-autis-sejak-dini
https://www.generali.co.id/id/healthyliving/detail/499/7-cara-terbaik-mengasuh-dan-
mendidik anak-dengan-autisme?PageSpeed=noscript

17

Anda mungkin juga menyukai