Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BOTANI LAUT

MANGROVE

OLEH

MUHAMMAD HAFIZH

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT.karena berkat rahmat dan karunia-

Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Botani Lautini yang bertema tentang

”Mangrove”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Efriyeldi,

M.Si.selaku Dosen Pengampu mata kuliah Botani Laut, dan rekan-rekan yang telah membantu

dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.

Penulis menyadari dalam penulisan laporan praktikum initidak terlepas dari kekurangan.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat

membangun untuk perbaikan ke arah kemajuan dan kesempurnaan laporan praktikumini.Semoga

laporan praktikumini dapat berguna bagi penulis dalam melaksanakannya juga dapat berguna

untuk rekan-rekan di masa yang akan datang.

Pekanbaru, Desember 2020

Muhammad Hafizh
DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
DAFTAR TABEL............................................................................................................................4
I. PENDAHULUAN....................................................................................................................5
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................5
1.2. Tujuan Praktikum...............................................................................................................5
1.3. Manfaat Praktikum.............................................................................................................6
II. TINJUAN PUSTAKA..............................................................................................................7
2.1. Definisi Mangrove..............................................................................................................7
2.2. Jenis Jenis Mangrove..........................................................................................................7
2.3. Kerapatan Jenis dan Realtif Mangrove...............................................................................9
2.4. Fungsi Ekosistem Mangrove............................................................................................10
III. METODE PRAKTIKUM.....................................................................................................11
3.1. Waktu dan Lokasi.............................................................................................................11
3.2. Alat dan Bahan.................................................................................................................11
3.3. Metode Praktikum............................................................................................................11
3.4. Prosedur Praktikum..........................................................................................................11
IV. HASIL.....................................................................................................................................13
4.1. Hasil..................................................................................................................................13
V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................................15
5.1. Kesimpulan.......................................................................................................................15
5.2. Saran.................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kerapatan Mangrove Pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan di Desa

Martajasah........................................................................................ 13

2. Kerapatan Tertinggi Mangrove Di Kawasan Mangrove Desa

Martajasah........................................................................................ 13

3. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove (Di) dan Nilai

Kerapatan Relatif (RDi)................................................................... 14


I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu kekayaan sumber alam di Indonesia yang tidak ternilai

harganya, termasuk didalamnya kawasan hutan mangrove dengan ekosistem yang khas dan unik

(Purnobasuki, 2005). Sebagai salah satu ekosistem pesisir, ekosisitem mangrove merupakan

ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi

ekologis ekosisitem mangrove antara lain: pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut,

habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran

(nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai

pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain: penghasil keperluan rumah

tangga (kayunya sebagai bahan bangunan, hiasan dan meubel) dan penghasil keperluan industri

(bahan tekstil, bahan pembuatan kertas). Sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya

dengan mengintervensi ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi lahan

(mangrove) menjadi tambak, pemukiman, industry dan penebangan oleh masyarakat untuk

berbagai kepentingan (Rochana, 2010).

Ekosistem mangrove merupakan mata rantai utama yang berperan sebagai produsen dalam

jaring makanan ekosistem pantai. Ekosistem ini memiliki produktivitas yang tinggi dengan

menyediakan makanan berlimpahbagi berbagai jenis hewan laut dan menyediakan tempat

berkembang biak, memijah, dan membesarkan anak bagi beberapa jenis ikan, kerang, kepiting,

dan udang. Berbagai jenis ikan baik yang bersifat herbivora, omnivora maupun karnivora hidup

mencari makan di sekitar mangrove terutama pada waktu air pasang (Gunarto 2004).

Ekosistem hutan mangrove adalah suatu sistem ekologi yang terdiri dari komunitas vegetasi

pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan

berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000).

I.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini yaitu dapat mengetahui beberapa jenis buah mangrove dalam

beradaptasi dengan lingkungan yang berlumpur dan adanya pasang surutlaut, Mengetahui
beberapa, jenis perakaran mangrove untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berlumpur dan

oksigen yang rendah serta adanya pasang surut laut dan Mengetahui Bagaimana cara menghitung

kerapatan vegetasi mangrove dalam rangka menentukan kondisinya atau tingkat kerusakannya.

I.3. Manfaat Praktikum

Manfaat yang didapat dari praktikum ini yaitu praktikan dapat mengetahui beberapa jenis

buah mangrovedalam beradaptasi dengan lingkungan yang berlumpur, Kemudian praktikan dapat

mengetahui beberapa mengenai perakaran mangrove dan praktikan dapat mengetahui bagaimana

cara menghitung kerapatan vegetasi mangrove.


II. TINJUAN PUSTAKA

II.1. Definisi Mangrove

Asal kata “mangrove” tidak diketahui secara jelas dan terdapat berbagai pendapat mengenai

asal-usul katanya. Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di

daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang

pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya

bertoleransi terhadap garam.

Menurut Snedaker (1978), hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh

di sepanjang garis pantai tropis sampai subtropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu

lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah

anaerob. Hutan mangrove adalah tumbuhan halofit yang hidup di sepanjang areal pantai yang

dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang

tumbuh di daerah tropis dan subtropik (Aksornkoae, 1993).

II.2. Jenis Jenis Mangrove

Mangrove sejati utama (mayor) adalah tumbuhan yang tumbuh pada wilayah pasang surut

dan membentuk tegakan murni. Mangrove jenis ini jarang bergabung dengan tanaman darat.

Berikut merupakan pengenalan jenis buah mangrove yang biasa ditemukan di Indonesia:

a. Avicennia

Avicennia berbentuk pinsil menonjol dari permukaan air yang berfungsi

sebagai akar nafas. Akar nafas yang dimiliki oleh mangrove jenis ini merupakan

akar yang berbentuk seperti pensil atau kerucut yang menonjol ke atas. Akar

nafas terbentuk dari perluasan akar yang tumbuh secara horizontal.

b. Bruguiera

Bruguiera adalah nama marga tetumbuhan yang termasuk ke dalam

suku Rhizophoraceae. Ini adalah marga kecil yang beranggotakan enam

spesies pepohonan mangrove di wilayah Samudra Hindia dan Samudra Pasifik

bagian barat; mulai dari pantai Afrika Timur dan Madagaskar, menyusuri pesisir
India, Sri Lanka dan wilayah Asia Tenggara hingga ke Australia utara, Melanesia

dan Polinesia. Beberapa jenisnya dikenal dengan nama-nama lokal seperti berus,

kendeka, putut, tumu atau tongke.

Bruguiera atau biasa disebut Lindur dapat diolah menjadi tepung roti yang

selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan baku kue, cake, untuk campuran nasi

atau dimakan langsung dengan bumbu kelapa (Sadana,2007).

c. Ceriops

Perawakan perdu sampai pohon, tinggi dapatmencapai 3m, kulit batang

relatif halus, warna abu-abu kekuningan. Daun tunggal, letak berlawanan,

permukaan atas licin, warna hijau muda sampai tua, ujung membulat, bentuk elip

bulat memanjang, ukuran panjang 4-6cm, lebar 2-3cm. Karangan bunga

bergerombol, berjumlah 5-10 bunga, dengan tangkai bunga pendek, terletak di

ketiak daun, kelopak 5, warna hijau , daun mahkota 5, warna putih kecoklatan.

Buah bulat, warna merah kecoklatan, hipokotil mirip pensil, panjang 9-15cm,

halus, beralur, dan sedikit berbintil pada bagian ujungnya. Akar sedikit tampak

adanya akar papan. Habitat: tanah agak kering dan sedikit berpasir (Ashton,

1988).

d. Rhizopora

Rhizhopora memiliki perawakaan: pohon, tinggi dapat mencapai 20m,

kulit batang kasar, berwarna abu-abu kehitaman. Daun: bentuk elip sampai bulat

panjang, ukuran 10- 16cm, ujung meruncing dengan duri (mucronatus),

permukaan bawah tulang daun berwarna kehijauan, berbintik bintik hitam tidak

merata. Karangan bunga: tersusun atas 4-8 bunga tunggal, kelopak 4, warna

kuning gading, mahkota 4, berambut pada bagian pinggir dan belakang, benang

sari 8. tangkai putik panjang 1–2mm dengan ujung berbelah dua. Buah: bentuk

mirip jambu air, ukuran 2- 2,3cm, warna hijau kekuningan, hipokotil silindris

berdiameter 2-2,5 cm, panjang dapat mencapai 90 cm, dengan permukaan

berbintik-bintik, warna hijau kekuningan. Akar:tunjang. Habitat: tanah berlumpur


dalam dan sedikit berpasir (Ashton, 1988).
e. Sonneratia

Sonneratia memiliki "perawakan" sebagai pohon besar yang memiliki

banyak sekali akar berbentuk serupa pensil yang mencuat ke atas. Bentuk

akar ini merupakan bentuk adaptasi sonneratia untuk bernafas mengambil

udara, karena kondisi tanah mangrove yang anoksik. Secara langsung bisa

dikatakan kondisi anoksik adalah kondisi beracun, tapi arti sebenarnya dari

anoksik adalah kurang oksigen atau tidak ada oksigen. Hal ini disebabkan

ketidakberadaan oksigen di satu tempat bisa membuat satu pohon (dalam hal

ini mangrove) bisa mati, oleh karena itu sonneratia "membuat" mekanisme

akar nafas.

II.3. Kerapatan Jenis dan Realtif Mangrove

1. Kerapatan jenis (Di) adalah jumlah tegakan jenis ke-i dalam suatu unit area. Untuk

mengetahui kerapatan jenis mangrove dengan menggunakan rumus (English et al.,

1994) :

Keterangan :

Di = Kerapatan jenis ke - i (ind/m2 )

Ni = Jumlah total individu dari jenis ke – i (ind)

A = Luas area total pengambilan contoh ( m2 )


2. Densitas/ Kerapatan Relatif

Kerapatan Relatif (RDi) adalah perbandingan antara jumlah tegakan jenis ke-i (Ni) dan

total tegakan seluruh jenis (∑n) (English et al., 1994):

Keterangan : RDi = Kerapatan Relatif (%)

Ni = Jumlah individu jenis ke-i (ind)

∑n = Jumlah seluruh individu ( ind)

II.4. Fungsi Ekosistem Mangrove

Fungsi ekosistem mangrove adalah sebagai perangkap dan pengumpul sedimen yang

terbawa arus pasang surut dari daratan lewat aliran sungai. Hutan mangrove selain

melindungi pantai dari gelombang dan angin merupakan tempat yang dipenuhi pula oleh

kehidupan lain seperti mamalia, ambifi, reftile, burung, kepiting, ikan, primate, serangga, dan

sebagainya. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem mangrove

juga sebagai plasma nutfah (genetic pool) dan menunjang keseluruhan system kehidupan

disekitarnya. Habitat mangrove merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi

hewan-hewan tersebut dansebagai tempat pengasuh dan membesarkan (nursery ground),

tempat bertelur dan memijah (spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi

berbagai juvenile dan larva ikan serta kerang (shellfish) dan predator (Irwanto, 2006)
III. METODE PRAKTIKUM

III.1. Waktu dan Lokasi

Lokasi penelitian berada di desa Martajasah Kabupaten Bangkalan, Waktu penelitian

tanggal 14 April 2015- 19 April 2015

III.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah GPS (Global Positioning System) untuk

menentukan titik koordinat pengamatan, roll meter untuk menentukan jarak, tali rafia sebagai

pembatas area transek, refraktometer untuk mengukur salinitas air, DO meter untuk

mengukur suhu air, kertas lakmus untuk mengukur pH tanah, tabung erlenmeyer sebagai

wadah untuk sampel tanah, pH meter untuk mengukur pH air, dan buku identifikasi sebagai

alat bantu indentifikasi.

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu mangrove sebagai komponen yang

diteliti, sampel air digunakan sebagai komponen parameter pendukung, aquades sebagai

komponen pencampur substrat dan membersihkan alat.

III.3. Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam pratikum botani laut adalah metode pengukuran Transek

Garis Berpetak (Line Transect Plot), yang tetap berpegang pada buku panduan pratikum dan

didukung beberapa literature tertentu.

III.4. Prosedur Praktikum

Prosedur pengambilan data penelitian dilakukan pada 3 (tiga) stasiun sampel secara

purposive sampling methode dengan metoda pengukuran Transek Garis Berpetak (Kusmana,

1997; Ardhana, 2012). Jarak petak di jalur disesuaikan dengan keadaan luasan mangrove di

setiap stasiun yaitu pada stasiun I ketebalan mangrove mencapai 150 meter dibuat 5 petak

contoh dengan jarak 30 m, stasiun II ketebalan mangrove mencapai 200 m dibuat 4 petak
contoh dengan jarak 50 m, sedangkan stasiun III ketebalan mangrove mencapai 300 m dibuat

4 petak contoh dengan jarak contoh dengan jarak 75 m untuk mencapai 14 intensitas

sampling yang dikehendaki pada ketelitian sampel yang memadai (Kementerian Lingkungan

Hidup, 2004).
IV. HASIL

IV.1. Hasil

Adapun kerapatan jenis mangrove di ekosistem mangrove Desa Martajasah dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kerapatan Mangrove Pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan di Desa Martajasah

Tingkat Pertumbuhan Kerapatan Pada Lokasi


Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Pohon 120 97 61
Pancang 45 52 24
Samai 64 54 13

Kerapatan Mangrove Pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan di Desa Martajasah Tingkat

Pertumbuhan Kerapatan Pada Lokasi (individu/ha)Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Pohon (tree)

1209761 Pancang (sapling) 455224 Semai (seedling) 645413 Kerapatan pada tingkat pohon

pada tiga stasiun pengamatan antara 61 –120 (ind/ha), pada tingkat pancang antara 24 -52

(ind/ha), sedangkan pada tingkat semai antara 13 -54 (ind/ha). Lebih lanjut, berdasarkan

tingkat pertumbuhan yang memiliki kerapatan tertinggi terdapat pada tingkat pohon,

sedangkan kerapatan terendah terdapat pada tingkat pancang.Adapun jenis mangrove yang

memiliki nilai kerapatan tertinggi di tiap stasiun ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2.Kerapatan Tertinggi Mangrove Di Kawasan Mangrove Desa Martajasah

Stasiun Tingkat Jenis Mangrove Kerapatan Individu


Pertumbuhan (Ind/100m2)
Stasiun 1 Pohon Bruguiera gymnorrhiza 128
Pancang Rhizophora mucronata 46
Samai Bruguiera gymnorrhiza 52
Stasiun 2 Pohon Rhizophora mucronata 97
Pancang Sonneratia alba 35
Samai Rhizophora mucronata 38
Stasiun 3 Pohon Avicennia alba 53
Pancang Sonneratia alba 40
Samai Sonneratia alba 73

Nilai Kerapatan Relatif (RDi)


Nilai kerapatan jenis atau Relatively Density Indeks(RDi) merupakan jumlah tegakan

jenis ke-i dalam suatu unitarea. Adapun kerapatan jenis mangrove di tiap stasiun seperti

Tabel 3.

Tabel 3.Nilai Kerapatan Jenis Mangrove (Di) dan Nilai Kerapatan Relatif (RDi)
V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Mangrove jenis Bruguiera gymnorrhizamemiliki peran (dominansi) dan struktur

vegetasi mangrove tertinggi (INP =1,245) dibandingkan jenis mangrove lainnya yang ada di

Desa Martajasah.

V.2. Saran

Ekosistem mangrove di Desa Martajasahpada Stasiun 1 tekanan ekologinya tinggi dan

ekosistem berada dalam kondisi kurang stabil. Ekosistem mangrove pada Stasiun 2 tekanan

ekologinya tinggidan berada dalam kondisi stabil. Sedangkan pada Stasiun 3 tekanan

ekologinya tinggi dan berada dalam kondisi stabil.


DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, P. (2001). Mangrove Jawa Timur, hutan pantai yang terlupakan. Ecological
Observation and Wetlands Conservation (ECOTON). Gresik.

Bengen, D. G. (2002). Sinopsis ekosistem dan sumberdaya alam pesisir.Pusat Kajian


Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor Indonesia

Purnobasuki, H. (2005). Tinjauan perspektif hutan mangrove. Airlangga University


Press. Surabaya.

Rochana, E. (2010). Ekosistem Mangrove dan Pengelolaannya di Indonesia. Artikel


Ilmiah. http://www.irwantoshut.com/ekosistem_mangrove

Anda mungkin juga menyukai