Anda di halaman 1dari 12

KONSEP TEORI DAN SCANNING ANAK JALANAN

Disusun Oleh :

1. Maharani Wulandari (1933004)


2. Yeskia Aprinda. P (1933005)
3. Neti Oktafelani (1933006)
4. Mutiara (1933010)
5. Novri Wijaya (1933016)
6. Sindi Ernawati (1933020)
7. Alda Elvariani (1933021)
8. Muocharla Frisca (1933024)
9. Marleza Oktavia (1933025)
10. Anita Pratamah (1933026)
11. I Nyoman Aditya S. (1933036)
12. Angelina Sinambela (1933037)

Mata Kuliah : Keperawatan Kesehatan Jiwa II

Dosen Pengampu : Ns. Aprida Manurung, M. Kep

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anak merupakan aset bangsa yang sangat berharga dalam menentukan kelangsungan
hidup, kualitas dan kejayaan suatu bangsa yang akan datang, untuk menjadi aset bangsa yang
berharga, anak mempunyai hak dan kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi yaitu hak dan
kebutuhan akan makan dan zat gisi, kesehatan, bermain, kebutuhan emosional
pengembangan moral, pendidikan serta memerlukan lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial yang mendukung bagi kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan perlindungannya,
anak juga berhak atas peluang dan dukungan untuk mewujudkan dan mengembangkan diri
dan kemampuannya. Oleh kareana itu dapat dikatakan bahwa Anak merupakan generasi yang
menentukan nasib bangsa di kemudian hari, karakter anak yang terbentuk sejak sekarang
akan menentukan karakter bangsa di kemudian hari. Karakter anak akan terbentuk dengan
baik jika dalam proses tumbuh kembang mereka mendapatkan cukup ruang untuk
mengekspresikan diri secara luas. Hanya saja, sebagian anak tidak mampu untuk
mengekspresikan diri mereka, karena memiliki berbagai keterbatasan, sehingga sebagian
anak lebih memilih untuk menjadi anak jalanan. (Sakman, 2016)
Menurut (B.S. Bambang, 1993:9) dalam (Astri, 2014), Istilah ‘anak jalanan’ pertama kali
diperkenalkan di Amerika Selatan, tepatnya di Brazilia, dengan nama Meninos de Ruas untuk
menyebut kelompok anak-anak yang hidup di jalan dan tidak memiliki tali ikatan dengan
keluarga
Berdasarkan Penelitian di negara Zimbabwe, Anak jalanan merupakan anak-anak yang
sepenuhnya tinggal dijalanan dan tidak mendapatkan perlindungan dari orang tua atau
keluarga. Menurut data dari Unicef (2011) mengestimasi bahwa jumalah anak lebih dari 100
juta orang. Sedangkan jumlah anak jalanan dari seluruh kota didunia mencapai 400 juta.
Data dari Departemen Sosial Repubik Indonesia pada tahun 2014 ada jutaan anak yang masih
berada dalam kondisi rentan seperti anak terlantar (3.488.309 anak), Ini menjadi salah satu
bukti bahwa di Indonesia masih memiliki banyak anak terlantar yang kurang diperhatikan
oleh negara. Menurut data Kemensos RI pada tahun 2014, Menunjukkan bahwa jumlah anak
terlantar berusia 6-18 tahun mencapai 3.156.365 hampir 5,4% dari jumlah anak indonesia.
Sedangkan anak yang tergolong rawan keterlantaran diperkirakan mencapai jumlah
10.349.240 anak. (Suzanna, 2018)

B. Tujuan
C. Manfaat
BAB 2
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Menurut Kementerian Sosial RI anak jalanan adalah anak yang melewatkan atau
memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-harinya
dijalanan. Sedangkan, Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 anak jalanan adalah
anak yang menggunakan sebagian besar waktunya di jalanan. Anak jalanan adalah anak yang
usianya masih dibawah 18 tahun serta sebagian waktu mereka di habiskan di tempat umum
(jalanan, pasar, pertokoan, tempat-tempat hiburan) selama 3-24 jam untuk melakukan
aktivitas ekonomi. Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak
yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan
keluarganya.(Sakman, 2016)
Menurut UNICEF (1986) dalam S.Sumardi (1996:2), mendefinisikan anak jalanan sebagai
children who work on the streets of urban area, without reference of the time they spend
there or reasons for being there. (Astri, 2014)
2. CIRI-CIRI ANAK JALANAN
Menurut (Sakman, 2016) ciri-ciri anak jalanan yaitu:
a. Perasaannya mudah tersinggung.
b. Lebih cepat memurungkan diri sendiri.
c. Mudah putus asa.
d. Mereka memiliki keterampilan tetapi tidak selalu sesuai bila di ukur dengan ukuran
normatif masyarakat umumnya.
e. Tidak mau bertatap muka dengan orang lain
f. Lebih nekat tanpa di pengaruhi oleh orang lain
g. Selalu berkumpul ditempat umum
h. Berpendidikan rendah
i. Berasal dari keluarga yang tidak mampu
j. Melakukan aktivitas ekonomi

3. JENIS-JENIS ANAK JALANAN


Sebagai bagian dari pekerja anak (child labour), anak jalanan sendiri sebetulnya bukanlah
kelompok yang homogen. Mereka cukup beragam, dan dapat dibedakan atas dasar
pekerjaanya. Hubungannya dengan orang tua atau orang dewasa terdekat, waktu dan juga
jenis kegiatannya di jalanan. Secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok.

a. Children on the street, yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai
pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua
mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalan diberikan kepada orangtuanya. Fungsi anak
jalanan pada kategori ini yaitu untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi
keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat
diselesikan sendiri oleh kedua orangtuanya.
b. Children of the street, yaitu anak-anak yang berpatisipasi penuh di jalanan, baik secara
sosial maupun secara ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan
dengan orangtuanya, akan tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak
diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab biasanya karena kekerasan
dan lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada
kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial, emosional, fisik
maupun seksual.
c. Children from families of the street, yaitu anak-anak yang berasal dari keluarga yang
hidup dijalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang
cukup kuat, akan tetapi hidup mereka terombang-ambing dari suatu tempat ketempat
yang lain dengan segala resikonya. Salah satu ciri penting dari kategori ini yaitu
pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi bahkan sejak masih dalam
kandungan. Di Indonesia, kategori ini dengan mudah ditemui di berbagai kolong
jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api, dll. Walau secara kuantitatif
jumlahnya belum diketahui secara pasti.(Suyanto, 2019)

4. FAKTOR PENYEBAB
Menurut (Suyanto, 2019) faktor penyebab dari banyaknya anak-anak terjerumus dalam
kehidupan jalan adalah fenomena terkait dengan alasan ekonomi keluarga dan kecilnya
kesempatan anak mendapatkan pendidikan. Pendapatan orag tua yang tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari juga mejadi salah satu indikator anak ikut bekerja mencari uang.
Berikut beberapa faktor umum penyebab yang sering terjadinya anak jalanan :
a. Dipaksa oleh orang tua
b. Tekanan ekonomi keluarga
c. Diculik dan dipaksa bekerja dengan ornag yang lebih dewasa
d. Pola pikir yang sudah terpengaruhi
e. Faktor dari budaya yang mewajibkan untuk bekerja

Faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan antara lain :

a. Kesulitan ekonomi
b. Tekanan kemiskinan
c. Ketidak harmonisan rumah tangga
d. Hubungan orang tua dengan anak

Kombinasi dari faktor yang sering memaksa anak mengambil inisiatif untuk mecari uang
sendiri dengan cara turun kejalanan. Ada beberapa sudut kota menemukan salah satu faktor
penyebab anak memilih hidup dijalanan adalah karena biaya sekolah dan membantu
pekerjaan orang tua. Memang tekanan tekana kemiskinan adalah kondisi yang mendorong
terjadinya anak-anak turun dijalan. Namun bukan berarti kemiskinan adalah satu-satunya
faktor determinan yang menyebabkana nak-anak turun kejalan dan lari dari rumah.
Kebanyakan anak bekerja dijalanan bukanlah kemauan dari diri sendiri, melainkan mereka
dipaksa oleh orang tuanya.

5. PENDEKATAN DALAM PENANGANAN ANAK JALANAN

Pengelompokkan Anak Jalanan Pendekatan Program Strategi Fungsi Intervensi


Anak yang masih berhubungan Community-based Preventif
atau tinggal bersama kedua
orang tua.
Anak yang masih ada hubungan Street-based Perlindungan
dengan keluarga, tetapi jarang
berhubungan atau tinggal
dengan kedua orang tua nya.
Anak tersisih atau putus Centre-based Rehabilitasi
hubungan dengan keluarga atau
dengan kedua orang tuanya.

Menurut Tata Sudrajat (1996), ada beberapa pendekatan yang biasa dilakukan oleh LSM
dalam penanganan anak jalanan yaitu sebagai berikut:

a. Street Based
Model penanganan anak jalanan ditempat anak jalanan itu berasal atau tinggal.
Kemudian street educator datang kepada mereka dengan mendapingi pada saat
mereka melakukan pekerjaan, memahami dengan situasi yang mereka hadapi, dan
menempatkan diri sebagai teman. Di dalam street based yang pertama ini prinsip
pendekatan nya yang di pakai biasa nya yaitu (asih, asah, dan asuh).
b. Centre Based
Pendekatan dan penangan anak jalanan di lembaga atau di panti. Anak yang masuk
program ini ditampung dan diberikan pelayanan-pelayanan di lembaga atau di panti
seperti memberi makanan dan perlindungan, serta diperlakukan hangat dan
bersahabat dari pekerja sosial. Panti yang permanen disediakan pelayanan seperti
pendidikan, keterampilan, kebutuhan dasar, kesehatan, kesenian, dan pekerjaan bagi
anak-anak jalanan.
c. Community Based
Model penanganan yang melibatkan seluruh potensi masyarakat, terutama keluarga
(orang tua). Pendekatan ini bersifat preventif yaitu mencegah anak agar tidak masuk
atau terjerumus dalam kehidupan anak jalanan dan pendekatan ini juga bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat agar sanggup melindungi,
mengasuh, dan memenuhi kebutuhan anak-anak nya secara mandiri.

6. MASALAH ANAK JALANAN


Menurut (Suyanto, 2019) delapan masalah pokok pada anak jalanan yaitu:
a. Gaya hidup dan perilaku
Gaya hidup dan perilaku anak jalanan sering kali mengancam dan membahayakan
keselamatan dirinya sendiri, seperti ngelem, seks bebas, berkelahi, dan sebagainya.
b. Ancaman gangguan kesehatan
Hal ini berkaitan dengan kondisi lingkungan yang sering kali kelewatan batas bagi anak
jalanan.
c. Minat dan kelangsungan pendidikan
Pendidikan anak jalanan relatif rendah dan terbatas karena tidak adanya waktu luang
yang cukup dan tidak adanya kesempatan belajar yang memadai.
d. Kondisi ekonomi dan latar belakang
Kehidupan sosial psikologis orang tua yang relatif kurang mampu dan kurang harmonis,
sehingga tidak mendukung untuk proses tumbuh kembang anak.
e. Adanya sikap sewenang-wenang
Pihak luar sering sekali bersikap sewenang-wenang terhadap anak jalanan, baik atas
nama hukum maupun karena ulah preman yang mencoba mengambil hak dari anak
jalanan.
f. Adanya masalah khusus
Adapun masalah khusus yang dihadapi oleh anak jalanan, misalnya akibat hal yang
dilakukannya, hal tersebut bisa mengancam dirinya, maupun karena ketidaktahuannya
terhadap bahaya dari sebuah tindakan tertentu, seperti hamil di usia dini yang diakibatkan
karena seks bebas, kebiasaan ngelem, dan sebagainya.
g. Mekanisme koordinasi dan sistem kelembagaan
Sistem kelembagaan penanganan untuk anak jalanan yang belum berkembang secara
baik, misalnya antara pemerintahan dan LSM.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
SCANNING
DAFTAR PUSTAKA
Astri, H. (2014) ‘KEHIDUPAN ANAK JALANAN DI INDONESIA: FAKTOR PENYEBAB,
TATANAN HIDUP DAN KERENTANAN BERPERILAKU MENYIMPANG The’.
Sakman (2016) ‘Studi Tentang Anak Jalanan (Tinjauan Implementasi Perda Kota Makassar
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembinaan Anak Jalanan , Gelandangan , Pengemis , dan
Pengamen di Kota Makassar )’, Supremasi, XI(3), pp. 1–21. Available at:
http://ojs.unm.ac.id/index.php/supremasi/article/download/2816/1516.
Suyanto, B. (2019) Sosiologi Anak. Jakarta: Kencana.
Suzanna (2018) ‘PENGALAMAN PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA ANAK JALANAN DI
PANTI SOSIAL REHABILITASI GELANDANGAN, PENGEMIS, DAN TERLANTAR DI
SUMATERA SELATAN TAHUN 2016 Suzanna’, 5(2355), pp. 40–57.

Anda mungkin juga menyukai