Konsep Teori Dan Scanning Anak Jalanan - Kelompok 3
Konsep Teori Dan Scanning Anak Jalanan - Kelompok 3
Disusun Oleh :
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB 2
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Menurut Kementerian Sosial RI anak jalanan adalah anak yang melewatkan atau
memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-harinya
dijalanan. Sedangkan, Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 anak jalanan adalah
anak yang menggunakan sebagian besar waktunya di jalanan. Anak jalanan adalah anak yang
usianya masih dibawah 18 tahun serta sebagian waktu mereka di habiskan di tempat umum
(jalanan, pasar, pertokoan, tempat-tempat hiburan) selama 3-24 jam untuk melakukan
aktivitas ekonomi. Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak
yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan
keluarganya.(Sakman, 2016)
Menurut UNICEF (1986) dalam S.Sumardi (1996:2), mendefinisikan anak jalanan sebagai
children who work on the streets of urban area, without reference of the time they spend
there or reasons for being there. (Astri, 2014)
2. CIRI-CIRI ANAK JALANAN
Menurut (Sakman, 2016) ciri-ciri anak jalanan yaitu:
a. Perasaannya mudah tersinggung.
b. Lebih cepat memurungkan diri sendiri.
c. Mudah putus asa.
d. Mereka memiliki keterampilan tetapi tidak selalu sesuai bila di ukur dengan ukuran
normatif masyarakat umumnya.
e. Tidak mau bertatap muka dengan orang lain
f. Lebih nekat tanpa di pengaruhi oleh orang lain
g. Selalu berkumpul ditempat umum
h. Berpendidikan rendah
i. Berasal dari keluarga yang tidak mampu
j. Melakukan aktivitas ekonomi
a. Children on the street, yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai
pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua
mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalan diberikan kepada orangtuanya. Fungsi anak
jalanan pada kategori ini yaitu untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi
keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat
diselesikan sendiri oleh kedua orangtuanya.
b. Children of the street, yaitu anak-anak yang berpatisipasi penuh di jalanan, baik secara
sosial maupun secara ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan
dengan orangtuanya, akan tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak
diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab biasanya karena kekerasan
dan lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada
kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial, emosional, fisik
maupun seksual.
c. Children from families of the street, yaitu anak-anak yang berasal dari keluarga yang
hidup dijalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang
cukup kuat, akan tetapi hidup mereka terombang-ambing dari suatu tempat ketempat
yang lain dengan segala resikonya. Salah satu ciri penting dari kategori ini yaitu
pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi bahkan sejak masih dalam
kandungan. Di Indonesia, kategori ini dengan mudah ditemui di berbagai kolong
jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api, dll. Walau secara kuantitatif
jumlahnya belum diketahui secara pasti.(Suyanto, 2019)
4. FAKTOR PENYEBAB
Menurut (Suyanto, 2019) faktor penyebab dari banyaknya anak-anak terjerumus dalam
kehidupan jalan adalah fenomena terkait dengan alasan ekonomi keluarga dan kecilnya
kesempatan anak mendapatkan pendidikan. Pendapatan orag tua yang tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari juga mejadi salah satu indikator anak ikut bekerja mencari uang.
Berikut beberapa faktor umum penyebab yang sering terjadinya anak jalanan :
a. Dipaksa oleh orang tua
b. Tekanan ekonomi keluarga
c. Diculik dan dipaksa bekerja dengan ornag yang lebih dewasa
d. Pola pikir yang sudah terpengaruhi
e. Faktor dari budaya yang mewajibkan untuk bekerja
Faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan antara lain :
a. Kesulitan ekonomi
b. Tekanan kemiskinan
c. Ketidak harmonisan rumah tangga
d. Hubungan orang tua dengan anak
Kombinasi dari faktor yang sering memaksa anak mengambil inisiatif untuk mecari uang
sendiri dengan cara turun kejalanan. Ada beberapa sudut kota menemukan salah satu faktor
penyebab anak memilih hidup dijalanan adalah karena biaya sekolah dan membantu
pekerjaan orang tua. Memang tekanan tekana kemiskinan adalah kondisi yang mendorong
terjadinya anak-anak turun dijalan. Namun bukan berarti kemiskinan adalah satu-satunya
faktor determinan yang menyebabkana nak-anak turun kejalan dan lari dari rumah.
Kebanyakan anak bekerja dijalanan bukanlah kemauan dari diri sendiri, melainkan mereka
dipaksa oleh orang tuanya.
Menurut Tata Sudrajat (1996), ada beberapa pendekatan yang biasa dilakukan oleh LSM
dalam penanganan anak jalanan yaitu sebagai berikut:
a. Street Based
Model penanganan anak jalanan ditempat anak jalanan itu berasal atau tinggal.
Kemudian street educator datang kepada mereka dengan mendapingi pada saat
mereka melakukan pekerjaan, memahami dengan situasi yang mereka hadapi, dan
menempatkan diri sebagai teman. Di dalam street based yang pertama ini prinsip
pendekatan nya yang di pakai biasa nya yaitu (asih, asah, dan asuh).
b. Centre Based
Pendekatan dan penangan anak jalanan di lembaga atau di panti. Anak yang masuk
program ini ditampung dan diberikan pelayanan-pelayanan di lembaga atau di panti
seperti memberi makanan dan perlindungan, serta diperlakukan hangat dan
bersahabat dari pekerja sosial. Panti yang permanen disediakan pelayanan seperti
pendidikan, keterampilan, kebutuhan dasar, kesehatan, kesenian, dan pekerjaan bagi
anak-anak jalanan.
c. Community Based
Model penanganan yang melibatkan seluruh potensi masyarakat, terutama keluarga
(orang tua). Pendekatan ini bersifat preventif yaitu mencegah anak agar tidak masuk
atau terjerumus dalam kehidupan anak jalanan dan pendekatan ini juga bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat agar sanggup melindungi,
mengasuh, dan memenuhi kebutuhan anak-anak nya secara mandiri.