Anda di halaman 1dari 13

POLITIK HUKUM KETAHANAN PANGAN NASIONAL

(KAJIAN SINKRONISASI POLITIK HUKUM UNDANG-UNDANG HAK PVT DAN


UNDANG-UNDANG PANGAN)

oleh:
Moch Najib Imanullah
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
E-mail: imanullahnajib@yahoo.com

Abstract
The aim of this research is to determine the level of legal synchronization horizontally on legal policy of
national food security within Act on Plant Variety Protection and Act on Food. In order to achieve this aim,
it was conducted normative legal research which using secondary data which is based on primary and
secondary legal materials. Data were analyzed by using a legal grammatical interpretation. Its results are
there is a synchronization between Act on Plant Variety Protection and Act on Food and by the legal
protection of plant varieties will increase enthusiasm plant breeders to produce new quality seeds crop,
including the food crops seeds. It will lead to increasing national food security conditions, which will provide
guarantee on quality and sufficient of food for families who receive it.
Keywords: legal policy, crop variety, food, national food security.

Abstrak
Penelitian ini bertujan untuk mengetahui taraf sinkronisasi hukum secara horizontal politik hukum ketahanan
pangan nasional dalam Undang-undang Perlindungan Varietas Tanaman dan Undang-undang Pangan.
Untuk mencapai tujuan ini maka dilakukan penelitian hukum normatif menggunakan data sekunder yang
bersumber pada bahan hukum primer dan sekunder. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
penafsiran hukum gramatikal. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa Undang-undang Perlindungan Varietas
Tanaman sinkron dengan Undang-undang Pangan, yaitu adanya perlindungan hukum terhadap Hak
Perlindungan Varietas Tanaman akan meningkatkan gairah para pemulia tanaman untuk menghasilkan
benih-benih tanaman baru yang berkualitas, termasuk benih-benih tanaman bahan pangan. Tersedianya
benih-benih tanaman bahan pangan yang cukup, akan meningkatkan produksi bahan pangan, sehingga
akan tercapai kondisi meningkatnya ketahanan pangan nasional, yang menjamin sampai pada tingkat
keluarga menerima bahan pangan yang cukup dan bermutu.
Kata kunci : politik hukum, varietas tanaman, pangan, ketahanan pangan nasional.

A. Pendahuluan meningkatkan kompetensi industri perbenihan,


Indonesia merupakan salah satu negara yang m em bendung m em banjirnya produk im por,
memiliki sumber daya hayati yang sangat beragam, meningkatkan pendapatan petani, membuka
dan sering dijuluki sebagai negara yang memiliki lapangan k erja baru, m eningk atk an k ajian
megabiodiversity. Keanekaragaman ini merupakan pemuliaan, meningkatkan produktivitas, mening-
sumber plasma nuftah yang dapat dimanfaatkan katkan kualitas komoditas pertanian, meningkatkan
untuk merakit varietas unggul, yang sangat penting diversitas varietas, mengurangi ketergantungan
bagi pembangunan sektor pertanian, ketahanan pada bahan-bahan kimia, dan perluasan pertanian
pangan, dan pembangunan perekonomian nasional. ke lahan-lahan marginal. Perlindungan hukum ini
Karenanya, pihak yang telah melakukan pemuliaan pada hak ek atn ya s ek aligus m erupak an
tanaman harus diberi penghargaan. Salah satu pelaksanaan dari berbagai kewajiban internasional
bentuk penghargaan t ers ebut m erupak an yang harus dilaksanakan Indonesia, khususnya
memberikan perlindungan hukum Hak Kekayaan yang berkaitan dengan Konvensi Perserikatan
Intelektual (HKI) terhadap varietas tanaman yang Bangsa-bangsa tentang Keanekaragaman Hayati
dihasilkan (Moch Najib Imanullah, 2012:589). (United Convention on Biological Diversity),
Dengan adanya perlindungan HKI terhadap Konvensi Internasional tentang Perlindungan
varietas tanaman ini akan banyak memberikan Varietas Baru Tanaman (International Convention
m anfaat, seperti: m eningkatkan jum lah dan for the Protection of New Varieties of Plants), dan
kecepatan varietas unggul baru yang kompetitif, World Trade Organization/ Trade Related Aspect

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Politik Hukum Ketahanan Pangan Nasional... 87
of Intellectual Property Rights, yang antara lain telah memaksa Pemerintah untuk menyiapkan dan
mewajibkan kepada negara anggota seperti Indo- Rp. 3 triliyun untuk menjaga stabilitas ketahanan
nesia mempunyai dan melaksanakan peraturan pangan tahun ini (www.bps.go.id, diakses 2 Oktober
perundang-undangan di bidang HKI, termasuk PVT. 2011).
Pemberian PVT juga dilaksanakan untuk Persoalan kurangnya produk dan berkurangnya
mendorong dan memberi peluang kepada dunia luas lahan panen, salah satu alternatif solusinya
usaha untuk meningkatkan perananya dalam merupakan apabila tersedia varietas dan bibit unggul
berbagai aspek pembangunan pertanian. Hal ini yang dapat meningkatkan produktivitas. Salah satu
semakin penting mengingat perakitan varietas solusi ketersediaan varietas dan bibit yang unggul
unggul di Indonesia saat ini masih lebih banyak tersebut merupakan adanya kegairahan pemulia
dilakukan oleh lembaga penelitian pemerintah. Pada maupun produsen untuk melakukan pemuliaan
waktunya yang akan datang diharapkan dunia usaha varietas, dan ini akan mereka lakukan apabila karya
dapat semakin berperan, sehingga lebih banyak mereka dihargai dan dilindungi, antara lain dengan
varietas tanaman yang lebih unggul dan lebih perlindungan HKI melalui pemberian Hak PVT.
beragam dapat dihasilkan. Akhirnya kondisi yang kondusif ini akan memberikan
Keuntunga n-k euntungan ters ebut ak an sumbangan yang cukup signifkan terhadap upaya
bermuara pada pencapaian ketahanan pangan pencapaian ketahanan pangan nasional.
nasional. Perlindungan tersebut juga diharapkan Permasalahan mendasar saat ini yang perlu
akan mendorong kreativitas di bidang pemuliaan dikaji dengan seksama adalah: apakah politik
tanaman, sehingga dapat menghasilkan penemuan hukum peraturan perundang-undangan di bidang
berbagai varietas unggul yang sangat diperlukan PVT dan Pangan telah sinkron sehingga mampu
masyarakat. Untuk memberikan landasan hukum memberikan sumbangan yang signifikan mencapai
yang kuat bagi pemberian perlindungan varietas ketahanan pangan nasional.
tanaman hasil pemuliaan dan hak-hak pihak yang
melakukan pemuliaan, maka diundangkan Undang- B. Metode Penelitian
Undang Nomor 29 tahun 2000 Tentang Perlindungan Penelitian ini merupakan penelitian hukum
Varietas Tanaman (UU PVT). normatif, yaitu penelitian taraf sinkronisasi horizon-
Persoalan perlindungan terhadap varietas tal antara Undang-undang PVT dengan Undang-
tanaman ini penting untuk diteliti karena apabila undang Pangan, untuk m engungk apk an
tidak ada perlindungan yang memadai maka akan keserasiannya (Soerjono Soekanto dan Sri
timbul ketidak-puasan bagi pemulia, perasaan tidak Mamudji, 2007: 74). Penelitian ini menggunakan
adil, dan tidak menstimulasi untuk lebih inovatif. data sekunder berupa bahan hukum primer yang
Dengan adanya perlindungan HKI, maka akan bersumber dari kedua undang-undang tersebut.
dirangsang peningkatan karya intelektual yang Selain itu, penelitian ini juga menggunakan bahan
mampu menghasilkan teknik dan teknologi baru hukum primer yang bersumber pada jurnal-jurnal
yang akan menggairahkan dunia usaha, termasuk hasil penelitian yang mengkaji Hak PVT dan
dunia usaha yang bergerak dalam bidang pemuliaan ketahanan pangan nasional. Kesahihan data
tanaman dan pengadaan benih-benih unggul, diperoleh dengan melakukan kritik sumber. Adapun
termasuk benih-benih unggul tanaman bahan analisisnya menggunakan penafsiran hukum
pangan. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data gramatikal.
bahwa produksi beras nasional mencapai 37 juta
ton, sementara itu kebutuhan diasumsikan 33,5 juta C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
ton. Dengan demikian terjadi surplus. Namun sur- 1. Politik Hukum
plus ini bersifat musiman, karena pada waktu Politik hukum secara singkat berarti
tertentu justru terjadi kelangkaan beras sebagai kebijaksanaan hukum (Imam Syaukani dan A.
salah satu sumber pangan. Sedangkan jagung yang Ahsin Thohari, 2007: 25). Sementara itu
juga merupakan bahan pangan penting, produksi Satjipto Rahardjo mengemukakan beberapa
nasional mencapai 17,93 juta ton pipilan kering. pertanyaan mendasar mengenai studi politik
Pr oduk s i ini turun 438,96 ribu ton apabila hukum, yaitu : (1) tujuan apa yang hendak
dibandingkan dengan produksi tahun yang lalu. dicapai dengan sistem hukum yang ada; (2)
Penyebabnya merupakan penurunan luas lahan cara-cara apa dan yang mana, yang dirasa
panen. Sementara itu, produksi ubi kayu hanya paling baik untuk bisa dipakai mencapai tujuan
mencapai kisaran 21.756.991 ton dan untuk tersebut; (3) kapan waktunya hukum itu perlu
memenuhi kebutuhan Pemerintah akan mengimpor diubah melalui cara-carabagaimana perubahan
ubi kayu dari negara lain. Ketidakstabilan produksi itu dilakukan; (4) dapatkah dirumuskan suatu
bahan pangan tersebut dan bahan pangan lainnya pola yang bak u dan m apan yang bisa

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Politik Hukum Ketahanan Pangan Nasional... 88
membantu memutuskan proses pemilihan Tentang PVT). Sedangkan varietas tanaman
tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan yang tidak dapat diberikan perlindungan Hak
tersebut secara baik . Satjipto Rahardjo Varietas Tanaman meliputi: varietas yang
memberikan pengertian politik hukum sebagai penggunaannya bertentangan dengan peraturan
aktivitas memilih dan cara yang hendak dipakai perundang-undangan yang berlaku, ketertiban
untuk mencapai suatu tujuan sosial dan hukum umum, kesusilaan, norma-norma agama,
tertentu dalam masyarakat (Satjipto Rahardjo, kesehatan, dan kelestarian lingkungan hidup.
1991: 352). Hak PVT ini diberikan selama 20 tahun untuk
Dalam bukunya yang berjudul Politik tanaman semusim, 25 tahun untuk tanaman
Huk um di Indonesia, Moh. Mahfud MD tahunan.
mengemukakan bahwa ternyata hukum tidak Im plikasi dari pem berian Hak PVT,
steril dari sub sistem kemasyarakatan lainnya. pemegang Hak PVT m emiliki hak untuk
Politik kerap kali melakukan intervensi atas menggunakan dan memberikan persetujuan
pembuatan dan pelaksanaan hukum sehingga kepada orang atau badan hukum lain untuk
muncul juga pertanyaan berikutnya tentang menggunakan varietas berupa benih dan hasil
subsistem mana antara hukum dan politik panen yang digunakan untuk propagasi. Selain
yang dalam kenyataannya lebih suprematif. hak tersebut, pemegang Hak PVT juga dibebani
Politik hukum, secara sederahana dapat kewajiban, yaitu: melaksanakan hak PVT-nya
dirumuskan sebagai kebijaksanaan hukum (le- di Indonesia, membayar biaya tahunan Hak
gal policy) yang akan atau telah dilaksanakan PVT, menyediakan dan menunjukkan contoh
secara nasional oleh Pemerintah; mencakup benih varietas yang telah mendapatkan Hak
pula pengertian tentang bagaimana politik PVT di Indonesia. Hak PVT tidak bersifat
mempengaruhi hukum dengan cara melihat mutlak, dalam pengertian ada perbuatan atau
konfigurasi kekuatan yang ada di belakang tindakan tertentu yang apabila dilakukan, oleh
pembuatan dan penegakan hukum (Moh. Undang-Undang PVT tidak dianggap sebagai
Mahfud MD,2006:1-2). pelanggaran Hak PVT, yaitu: (a) penggunaan
sebagian hasil panen dari varietas yang
2. Perlindungan Varietas Tanaman dilindungi sepanjang tidak untuk tujuan
Sebuah varietas tanaman dapat diberi Hak komersial; (b) penggunaan varietas yang
PVT apabila berasal dari jenis atau spesies dilindungi untuk kegiatan kajian, pemuliaan
tanaman yang baru, unik, seragam, stabil, dan tanaman, dan perakitan varietas baru; (c)
diberi nama. Suatu varietas dianggap baru penggunaan varietas yang dilindungi oleh
apabila pada saat penerimaaan permohonan Pemerintah dalam rangka kebijakan pengadaan
Hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil panen pangan dan obat-obatan dengan memper-
dari varietas ters ebut belum pernah hatikan hak-hak ekonomi dari pemegang Hak
diperdagangkan di Indonesia atau sudah PVT.
diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, Mak s ud dari pem uliaan tanam an
atau telah diperdagangkan di luar negeri tidak merupakan mengembangkan varietas yang
lebih dari empat tahun untuk tanaman semusim lebih baik dari yang sudah ada. Meskipun
dan enam tahun untuk tanaman tahunan. demikian keuntungan dari varietas baru tersebut
Suatu varietas dianggap unik, apabila belum dapat dirasakan, sebelum tersedia benih
varietas tersebut dapat dibedakan secara jelas yang cukup untuk penanaman skala komersial
dengan varietas lain yang keberadaannya di daerah yang cocok. Demikian pula dengan
sudah diketahui secara umum pada saat penyebaran benih ke petani belum tentu
penerimaan permohonan Hak PVT. Suatu menyelesaikan masalah dalam pemanfaatan
varietas dianggap seragam, apabila sifat-sifat varietas baru, kecuali dibuat aturan-aturan
utama atau penting pada varietas tersebut untuk mempertahankan varietas. Apabila
terbukti seragam meskipun bervariasi sebagai kendala-kendala tersebut dapat diatasi,
akibat dari cara tanam dan lingkungan yang khususnya penciptaan iklim kondusif melalui
berbeda-beda. Suatu varietas dianggap stabil, pemutakhiran peraturan perundang-undangan
apabila sif at-s if atn ya t idak m engalam i di bidang PVT, budi-daya tanaman, pangan,
perubahan setelah ditanam berulang-ulang, dan ketahanan pangan, maka kegairahan untuk
atau untuk yang diperbanyak melalui siklus merakit varietas baru akan semakin meningkat,
perbanyak an k hus us tidak m engalam i tingk at pr oduk s i dan k eanek aragam an
perubahan pada setiap akhir siklus tersebut tanaman pangan meningkat, sehinggta pada
(Pasal 2 Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 akhirnya dapat memberikan sumbangan yang

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Politik Hukum Ketahanan Pangan Nasional... 89
signifikan kepada ketahanan pangan nasional, dititikberatkan pada pertanian berkelanjutan
dan meningkatkan daya saing produk tanaman yang berwawasan lingkungan dan lebih
pangan nasional di pasar internasional. memusatkan pada keanekaragaman sumber
Untuk sampai pada kondisi tersebut, perlu pangan (Emi W idayanti, 2012: 363).
untuk melakukan kajian-kajian yang dapat Selain persoalan jumlah penduduk yang
dijadikan dasar pijakan dalam penyusunan semakin meningkat, persoalan kecukupan
kebijakan penggunaan PVT sebagai salah satu pangan dalam rangka ketahanan pangan
instrumen penting untuk mencapai ketahanan nasional salah satu diantaranya adalah
pangan nasional. Adapun kajian-kajian yang semakin berkurangnya lahan pertanian karena
dim ak s ud m eliputi : (a) identif ik as i, alih fungsi, menjadi daerah perindustrian,
inventarisasi, dan pemetaan plasma nuftah perumahan, dan kebutuhan lahan lainnya.
yang dapat dim anfaatkan untuk merakit Salah satu alt ernatif solusin ya adalah
var ietas ungg ul ta nam a n pangan yang pengembangan wanatani. Dalam wanatani,
dim intak a n pe rlindungan Hak PVT; ( b) hutan dikelola untuk kegiatan pertanian oleh
identifikasi dan inventarisasi permasalahan masyarakat atau petani di sekitar hutan tanpa
yang dihadapi pemohon untuk memperoleh m erusak fungsi hutan, bahkan kegiatan
Hak PVT; (c) identifikasi dan inventarisasi produktif ini diharapkan juga meningkatkan
upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah kelestarian hutan. Dengan demikian, hutan
dan pemangku kepentingan untuk mening- dengan wanataninya akan membuka peluang
katkan perolehan Hak PVT; (d) mengidentifikasi terwujudnya kedaulatan pangan berbasis
dan mengkaji taraf sinkronisisasi hukum, utama pada kearifan lokal dan sumber daya
vertikal maupun horizontal, yang mengatur Hak lokal (Yudi Widodo, 2012: 332). Selain program
PVT, pangan dan ketahanan pangan nasional wanatani, persoalan produksi pangan karena
(e) mengidentifikasi dan mengkaji pemutakhiran berkurangnya lahan juga dapat diatasi dengan
penggunaan bibit -bibit unggul dengan
peraturan perundang-undangan yang mengatur
produktivitas tinggi. Namun demikian, dalam
PVT dan pangan dalam rangka m enuju
penerapan budidaya petani masih mengalami
ketahanan pangan nasional. Setelah kajian-
masalah teknis berupa ketersediaan bibit
kajian tersebut dilakukan dengan cukup
unggul yang tidak tepat waktu (Ade Ruskandar,
seksama, maka pada akhirnya dilakukan
2012: 287). Di sini terlihat, bahwa kegiatan
kajian: pengaruh pemberian Hak PVT terhadap
pemuliaan tanaman untuk menghasilkan bibit
peningkatan ketahanan pangan nasional.
unggul mempunyai peran penting dalam rangka
3. Ketahanan Pangan Nasional ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu,
Kebut uhan pangan nasional ter us pemberian dan perlindungan Hak PVT kepada
meningkat sejalan dengan pertumbuhan pemulia tanaman sangat layak untuk diberikan,
penduduk, sehingga mengaharuskan produksi sehingga ada kegairahan untuk merakit bibi-
pertanian untuk terus ditingkatkan. Berbagai bibit unggul yang akan mampu meningkatkan
upaya terus dilakukan termasuk kebijakan produktivitas bahan pangan.
ketahanan pangan berbasis sumber daya
4. Politik Hukum Undang-Undang PVT
lok al. Sec ara norm atif , untuk dapat
mewujudkan ketahanan pangan sumber utama Negara Republik Indonesia merupakan
pasokan pangan harus dapat diproduksi sendiri negara agraris, maka pertanian yang maju,
hingga k e t ingk at rum ah tangga ( E.S. efisien, dan tangguh mempunyai peranan yang
Beramang, 2012: 325). Sementara itu, sektor penting dalam rangka pencapaian tujuan
pertanian sebagai tumpuan utama dalam pembangunan nasional. Untuk membangun
memenuhi kebutuhan pangan nasional kini pertanian yang maju, efisien, dan tangguh perlu
kondisinya semakin terpuruk. Hal ini dapat didukung dan ditunjang antara lain dengan
dilihat dari semakin meningkatnya jumlah tersedianya varietas unggul. Indonesia sangat
penduduk yang berarti pula s em ak in k aya s um berda ya plasm a nutf ah yang
meningkatnya jumlah kebutuhan pangan merupakan bahan utama pemuliaan tanaman,
nasional, sedangkan sektor pertanian semakin perlu dilestarikan dan dimanfaatkan sebaik-
terpuruk sebagai akibat semakin rendahnya baik nya dalam rangk a m er ak it dan
daya dukung lingkungan. Oleh karena itu, mendapatkan varietas unggul tanaman tanpa
paradigma pembangunan pertanian dalam merugikan pihak manapun yang terkait guna
rangka ketahanan pangan nasional lebih mendorong pertumbuhan industri perbenihan.

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Politik Hukum Ketahanan Pangan Nasional... 90
Guna lebih meningkatkan minat dan peranserta peraturan perundang-undangan yang
perorangan maupun badan hukum untuk berlaku dan bukan merupakan varietas
melakukan kegiatan pemuliaan tanaman dalam turunan esensial sebelumnya;
rangka menghasilkan varietas unggul baru, b. Varietas t ers ebut pada das arn ya
kepada pemulia tanaman atau pemegang hak mempertahankan ekspresi sifat-sifat
Perlindungan Varietas Tanaman perlu diberikan esensial dari varietas asal, tetapi dapat
hak tertentu serta perlindungan hukum atas dibedakan secara jelas dengan varietas
hak tersebut secara memadai. asal dari sifat-sifat yang timbul dari
Perlindungan Varietas Tanaman yang tindakan penurunan itu sendiri;
selanjutnya disingkat PVT, adalah perlindungan c. Varietas turunan esensial tersebut (butir
khusus yang diberikan negara, yang dalam hal a dan butir b) dapat diperoleh dari mutasi
ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksa- alam i atau m utasi induks i, varias i
naannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan somaklonal, seleksi individu tanaman,
Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman silang balik, dan transformasi dengan
yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui rekayasa genetika dari varietas asal.
kegiatan pemuliaan tanaman. Adapun Hak Varietas asal untuk menghasilkan varietas
Perlindungan Varietas Tanaman adalah hak turunan esensial harus telah diberi nama dan
khusus yang diberikan negara kepada pemulia didaftar oleh Pemerintah. Sementara itu varietas
dan/atau pemegang hak Perlindungan Varietas lokal milik masyarakat dikuasai oleh Negara.
Tanaman untuk menggunakan sendiri varietas Penguasaan oleh Negara tersebut dilak-
hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan sanakan oleh Pemerintah, yang berkewajiban
kepada orang atau badan hukum lain untuk memberikan penamaan terhadap varietas lokal
menggunakannya selama waktu tertentu. tersebut. Pemulia yang menghasilkan varietas
Pemegang hak PVT memiliki hak untuk berhak untuk mendapatkan imbalan yang
layak dengan m em per hatik an m anf aat
menggunakan dan memberikan persetujuan
ekonomi yang dapat diperoleh dari varietas
kepada orang atau badan hukum lain untuk
tersebut. Imbalan tersebut dapat dibayarkan
menggunakan varietas berupa benih dan hasil
dengan cara sebagai berikut.
panen yang digunakan untuk propagasi.
a. Dalam jumlah tertentu dan sekaligus;
Ketentuan ini berlaku juga untuk:
b. Berdasarkan persentase;
a. Varietas turunan esensial yang berasal dari
c. Dalam bentuk gabungan antara jumlah
suatu varietas yang dilindungi atau varietas
tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau
yang telah terdaftar dan diberi nama;
bonus;
b. Varietas yang tidak dapat dibedakan
d. Dalam bentuk gabungan antara persen-
secara jelas;
tase dengan hadiah atau bonus, yang
c. Varietas yang diproduksi dengan selalu besarnya ditetapkan sendiri oleh pihak-
menggunakan varietas yang dilindungi. pihak yang bersangkutan.
Hak untuk menggunakan varietas tersebut Ketentuan tersebut sama sekali tidak
m eliputi k egiatan: m em produk si at au menghapuskan hak pemulia untuk tetap
memperbanyak benih; menyiapkan untuk dicantum k an nam anya dalam sertif ik at
tujuan propagasi; mengiklankan; menawarkan; pemberian hak PVT. Seiring dengan pemberian
menjual atau memperdagangkan; meng- Hak PVT, m ak a seb ag ai im ban ga nn ya
ekspor; mengimpor; mencadangkan untuk Pemegang hak PVT berkewajiban sebagai
keperluan tersebut. Penggunaan hasil panen berikut.
yang digunakan untuk propagasi yang berasal a. Melaksanakan hak PVT-nya di Indonesia;
dari varietas yang dilindungi, harus mendapat b. Membayar biaya tahunan PVT;
pers et ujuan dari pem egang hak PVT. c. Menyediakan dan menunjukkan contoh
Penggunaan varietas turunan esensial harus benih varietas yang telah mendapatkan
mendapat persetujuan dari pemegang hak PVT hak PVT di Indonesia.
dan/atau pem ilik variet as asal dengan
Dikecualikan dari kewajiban tersebut
ketentuan sebagai berikut.
apabila pelaksanaan PVT tersebut secara
a. Varietas turunan esensial berasal dari tek nis dan/ atau ek onom is tidak layak
varietas yang telah mendapat hak PVT dilaksanakan di Indonesia. Pengecualian ini
atau mendapat penamaan berdasarkan hanya dapat disetujui Kantor PVT apabila

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Politik Hukum Ketahanan Pangan Nasional... 91
diajukan permohonan tertulis oleh pemegang mempunyai kemampuan dan fasilitas
hak PVT dengan disertai alasan dan bukti-bukti untuk menggunakan sendiri hak PVT
yang diberikan oleh instansi yang berwenang. tersebut serta telah berusaha mengambil
Sering ada opini sebagian masyarakat, bahwa langkah-langkah untuk mendapatkan
pemberian Hak PVT ini juga akan merugikan lisensi dari pemegang Hak PVT atas
kepentingan yang lebih luas, yaitu adanya dasar persyaratan dan kondisi yang wajar,
kriminalisasi atau sanksi terhadap pelanggraran tetapi tidak berhasil.
Hak PVT. Pendapat ini tidak benar, karena UU b. Pengadilan Negeri menilai bahwa hak PVT
PVT telah mengatur pengecualian-penge- tersebut dapat dilaksanakan di Indonesia
cualian sehingga beberapa kegiatan yang dan bermanfaat bagi masyarakat.
dikhawatirkan sebagai pelanggaran, tidak
dianggap sebagai pelanggaran Hak PVT, yaitu Pemeriksaan atas permohonan Lisensi
apabila : Wajib dilakukan oleh Pengadilan Negeri dalam
a. Penggunaan sebagian hasil panen dari suatu persidangan dengan mendengarkan
varietas yang dilindungi, sepanjang tidak pendapat tenaga ahli dari Kantor PVT dan
untuk tujuan komersial; pemegang hak PVT yang bersangkutan.
Lisensi Wajib ini diberikan untuk jangka waktu
b. Penggunaan varietas yang dilindungi untuk
yang tidak lebih lama dari hak PVT. Apabila
kegiatan penelitian, pemuliaan tanaman,
berdas ark an buk ti serta pendapat dan
dan perakitan varietas baru;
Pengadilan Negeri memperoleh keyakinan
c. Penggunaan oleh Pem erintah atas
bahwa belum cukup jangka waktu bagi
varietas yang dilindungi dalam rangka
pemegang hak PVT untuk menggunakannya
kebijakan pengadaan pangan dan obat-
secara k om ers ial di I ndonesia, m ak a
obatan dengan memperhatikan hak-hak
Pengadilan N egeri dapat m enet apk an
ekonomi dari pemegang hak PVT.
penundaan untuk sementara waktu proses
Ketentuan tersebut, merupakan politik persidangan tersebut atau menolaknya.
hukum UU PVT dalam rangka mendukung Pelak sanaan Lisensi W ajib disertai
upaya-upaya pencapaian ketahanan pangan dengan pembayaran royalti oleh pemegang
nasional. Politik hukum UU PVT dalam rangka Lisensi Wajib kepada pemegang hak PVT.
m engarahk an pengaturan pem berian Besarnya royalti yang harus dibayarkan dan
perlindungan Hak PVT juga tampak dari tata c ara pem bayarann ya ditet apk an
ketentuan mengenai pemebrian Lisensi Wajib, Pengadilan Negeri. Penetapan besarnya royalti
yang mengatur sebagai berikut. dilakukan dengan memperhatikan tata cara
a. Setiap orang atau badan hukum, setelah yang lazim digunakan dalam perjanjian lisensi
lewat jangka waktu 36 (tiga puluh enam) PVT atau perjanjian lain yang sejenis. Dalam
bulan terhitung sejak tanggal pemberian putus an Pengadilan Negeri m engenai
hak PVT, dapat mengajukan permintaan pemberian Lisensi W ajib dicantumkan hal-hal
Lisensi W ajib kepada Pengadilan Negeri sebagai berikut.
untuk m enggunak an hak PVT yang a. Alasan pemberian Lisensi W ajib;
bersangkutan. b. Buk ti term as uk k eterangan at au
b. Permohonan Lisensi Wajib hanya dapat penjelasan yang diyakini untuk dijadikan
dilakukan dengan alasan bahwa: hak PVT dasar pemberian Lisensi Wajib;
yang bersangkutan tidak digunakan di In- c. Jangka waktu Lisensi Wajib;
donesia; d. Besarnya royalti yang harus dibayarkan
c. Hak PVT telah digunakan dalam bentuk pem egang Lis ens i W ajib k epada
dan cara yang merugikan kepentingan pem egang Hak PVT dan tata c ara
masyarakat. pembayarannya;
Lisensi W ajib merupakan lisensi untuk e. Syarat berakhirnya Lisensi W ajib dan hal
melaksanakan suatu hak PVT yang diberikan yang dapat membatalkannya;
oleh Pengadilan Negeri setelah mendengar f. Lisensi W ajib semata-mata digunakan
konfirmasi dari pemegang hak PVT yang untuk memenuhi kebutuhan pasar di
bersangkutan dan bersifat terbuka. Lisensi dalam negeri;
Wajib hanya dapat diberikan apabila: g. Lain-lain yang diperlukan untuk menjaga
a. Pemohon dapat menunjukkan bukti yang kepentingan pihak yang bersangkutan
meyakinkan bahwa yang bersangkutan secara adil.

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Politik Hukum Ketahanan Pangan Nasional... 92
Pemegang Lisensi W ajib berkewajiban bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
mencatatkan Lisensi W ajib yang diterimanya tambahan pangan, bahan baku pangan, dan
pada Kantor PVT dan dicatat dalam Daftar bahan lain yang digunakan dalam proses
Um um PVT. Lis ens i W aj ib yang telah penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan
dicatatkan, secepatnya diumumkan oleh makanan atau minuman. Adapun sistem
Kantor PVT dalam Berita Resmi PVT. Lisensi pangan merupakan segala sesuatu yang
W ajib baru dapat dilaksanakan setelah berhubungan dengan pengaturan, pembinaan,
dicatatkan dalam Daftar Umum PVT dan dan atau pengawasan terhadap kegiatan atau
pem egan gn ya telah m em bayar royalti. proses produksi pangan dan peredaran pangan
Pelaksanaan Lisensi W ajib dianggap sebagai sampai dengan siap dikonsumsi manusia.
pelaksanaan hak PVT. Lisensi Wajib berakhir Sementara itu, keamanan pangan merupakan
karena alasan-alasan sebagai berikut. kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
a. Selesainya jangka waktu yang ditetapkan mencegah pangan dari kemungkinan cemaran
dalam pemberiannya; biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
b. Dibatalkan atau dalam hal pemegang mengganggu, merugikan, dan membahayakan
Lisensi W ajib menyerahkan kem bali kesehatan manusia. Salah satu kata kunci
lisensi yang diperolehnya kepada Kantor dalam ketahanan pangan nasional adalah
PVT sebelum jangka waktu tersebut produksi pangan yang merupakan kegiatan
berakhir. atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengawetkan, me-
Kantor PVT mencatat Lisensi W ajib yang
ngem as, m engem as k em bali, dan atau
telah berakhir jangka waktunya dalam buku
mengubah bentuk pangan.
Daftar Umum PVT, mengumumkan dalam
Berita Resmi PVT, dan memberitahukannya Untuk mencapai ketahanan pangan,
secara tertulis kepada pemegang hak PVT sektor pengangkutan pangan merupakan
serta Pengadilan Negeri yang memutuskan setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan
pemberiannya. Batal atau berakhirnya Lisensi dalam rangka memindahkan pangan dari satu
Wajib berakibat pulihnya pemegang hak PVT tempat ke tempat lain dengan cara atau sarana
atas hak PVT yang bersangkutan. angkutan apa pun dalam rangka produksi,
peredaran, dan atau perdagangan pangan.
5. Politik Hukum Undang-undang Pangan Pengangk utan pangan yang baik, ak an
Politik hukum ketahanan pangan nasional menjamin peredaran pangan sampai pada
dapat dicermati dari konsideran Undang- wilayah-wilayah Indonesia yang mengalami
undang Pangan, yang mengarahkan bahwa kekurangan pangan. Peredaran pangan
pangan merupakan kebutuhan dasar manusia merupakan setiap kegiatan atau serangkaian
yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap kegiatan dalam rangka penyaluran pangan
rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber kepada masyarakat, baik untuk diperda-
daya m anus ia yang berk ualitas unt uk gangk an m aupun tidak. Sedangk an
m elak sanakan pem bangunan nasional. perdagangan pangan merupakan setiap
Pangan yang am an, berm utu, bergizi, kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam
beragam , dan t ers edia sec ara c uk up rangka penjualan dan atau pembelian pangan,
merupakan prasyarat utama yang harus termasuk penawaran untuk menjual pangan,
dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu dan kegiatan lain yang berkenaan dengan
sistem pangan yang memberikan perlindungan pemindahtanganan pangan dengan mem-
bagi kepentingan kesehatan serta makin peroleh imbalan.
berperan dalam meningkatkan kemakmuran Ketahanan pangan nasional mengarah
dan kesejahteraan rakyat. Pangan sebagai pada kondisi masyarakat memperoleh mutu
komoditas dagang memerlukan dukungan pangan yang baik, merupakan nilai yang
sistem perdagangan pangan yang jujur dan ditentukan atas dasar kriteria keamanan
bertanggung jawab sehingga tersedia pangan pangan, k andungan gizi, dan st andar
yang terjangkau oleh daya beli masyarakat perdagangan terhadap bahan makanan,
serta turut berperan dalam peningkatan makanan, dan minuman. Pada akhirnya, akan
pertumbuhan ekonomi nasional. tercapai ketahanan pangan nasional yang
Pangan merupakan segala sesuatu yang merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi
berasal dari sumber hayati dan air, baik yang rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
diolah m aupun tidak diolah, yang pangan yang cukup, baik jumlah maupun
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Politik Hukum Ketahanan Pangan Nasional... 93
mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Orang perseorangan yang menangani
Pembangunan pangan diselenggarakan untuk secara langsung dan atau berada langsung
memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dalam lingkungan kegiatan atau proses
memberikan manfaat secara adil dan merata produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan
berdasarkan kemandirian dan tidak berten- atau peredaran pangan wajib memenuhi
tangan dengan keyakinan masyarakat. Tujuan persyaratan sanitasi Setiap orang dilarang
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan menyelenggarakan kegiatan atau proses
pangan merupakan: produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan
a. Tersedianya pangan yang memenuhi atau peredaran pangan dalam keadaan yang
persyaratan keamanan, mutu, dan gizi tidak memenuhi persyaratan sanitasi.
bagi kepentingan kesehatan manusia; Berkaitan dengan kegiatan mengedarkan
b. Terciptanya perdagangan pangan yang bahan pangan, diatur bahwa setiap orang yang
jujur dan bertanggung jawab; memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang
c. Terwujudnya tingkat kecukupan pangan m enggun ak an bahan apa pun s ebagai
dengan harga yang wajar dan terjangkau kemasan pangan yang dinyatakan terlarang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. dan atau yang dapat melepaskan cemaran yang
Salah satu aspek yang pengting untuk merugikan atau membahayakan kesehatan
diperhatikan dalam membangun ketahanan manusia. Pengemasan pangan yang diedarkan
pangan nasional adalah persoalan keamanan dilakukan m elalui tata cara yang dapat
pangan. Sanitasi Pangan, yang diatur sebagai menghindarkan terjadinya kerusakan dan atau
berikut. pencemaran. Pemerintah menetapkan bahan
a. Pemerintah menetapkan persyaratan yang dilarang digunakan sebagai kemasan
sanitasi dalam kegiatan atau proses pangan dan tata cara pengemasan pangan
produksi, penyimpanan, pengangkutan, tertentu yang diperdagangkan. Bahan yang
dan atau per-edaran pangan. akan digunakan sebagai kemasan pangan,
b. Pers yarat an ters ebut m er upak an tetapi belum diketahui dam paknya bagi
persyaratan minimal yang wajib dipenuhi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu
dan ditetapkan serta diterapkan secara diperiksa keamanannya, dan penggunaannya
bertahap dengan memperhatikan kesiapan bagi pangan yang diedarkan dilakukan setelah
dan kebutuhan sistem pangan. memperoleh persetujuan Pemerintah. Lebih
c. Sarana dan atau pras arana yang lanjut, dalam rangka keamanan pangan, maka
digunakan secara langsung atau tidak setiap orang dilarang membuka kemasan akhir
langsung dalam kegiatan atau proses pangan untuk dikemaskembali dan diperda-
produksi, penyimpanan, pengangkutan, gangkan. Ketentuan ini tidak berlaku terhadap
dan atau per edaran pangan wajib pangan yang pengadaannya dalam jumlah
memenuhi persyaratan sanitasi. besar dan lazim dikemas kembali dalam jumlah
d. Penyelenggaraan kegiatan atau proses kecil untuk diperdagangkan lebih lanjut.
produksi, penyimpanan, pengangkutan, Dalam Undang-undang Pangan, masya-
dan atau peredaran pangan serta peng- rakat berhak memperoleh pangan dengan mutu
gunaan sarana dan prasarana, dilakukan yang baik, dalam pengertian masyarakat tidak
sesuai dengan persyaratan sanitasi. menerima pangan tercemar. Oleh karena itu
e. Setiap orang yang bertanggung jawab diatur bahwa setiap orang dilarang meng-
dalam penyelenggaraan kegiatan atau edarkan:
proses produksi, penyimpanan, peng- a. Pangan yang mengandung bahan bera-
angkutan, dan atau peredaran pangan cun, berbahaya, atau yang dapat meru-
wajib: gikan atau membahayakan kesehatan
1) memenuhi persyaratan sanitasi, atau jiwa manusia;
keamanan, dan atau keselamatan b. Pangan yang mengandung cemaran yang
manusia; melampaui ambang batas maksimal yang
2) menyelenggarakan program peman- ditetapkan;
tauan sanitasi secara berkala; dan c. Pangan yang mengandung bahan yang
3) menyelenggarakan pengawasan atas dilarang digunakan dalam kegiatan atau
pemenuhan persyaratan sanitasi. proses produksi pangan;

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Politik Hukum Ketahanan Pangan Nasional... 94
d. Pangan yang mengandung bahan yang tertentu yang diperdagangkan, Pemerintah
k otor, bus uk , tengik, terurai, atau dapat m enetapkan persyaratan khusus
mengandung bahan nabati atau hewani mengenai komposisi pangan. Dalam hal terjadi
yang berpenyakit atau berasal dari kekurangan dan atau penurunan status gizi
bangkai sehingga menjadikan pangan masyarakat, Pemerintah dapat menetapkan
tidak layak dikonsumsi manusia; persyaratan bagi perbaikan atau pengayaan
e. Pangan yang sudah kedaluwarsa. gizi pangan tertentu yang diedarkan. Setiap
orang yang memproduksi pangan, sebagai-
Unt uk m engawasi dan m enc egah
tercemarnya pangan, maka Pemerintah: m ana dim ak sud pad a wajib m em enuhi
persyaratan tentang gizi yang ditetapkan.
a. Menet apk an bahan yang dilarang
Ketahanan pangan nasional juga diupayakan
digunakan dalam kegiatan atau proses
produksi pangan serta ambang batas dengan cara m engatur pem asukan dan
maksimal cemaran yang diperbolehkan; pengeluaran pangan ke dalam dan dari wilayah
Indonesia, agar terjadi kecukupan pangan di
b. M engatur dan at au m enet apk an
persyaratan bagi penggunaan cara, Indonesia dan memberikan nilai tambah bagi
metode, dan atau bahan tertentu dalam komoditas pangan Indonesia. Setiap pangan
k egiatan atau pros es produk s i, yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia
pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, untuk diedarkan wajib memenuhi ketentuan
dan atau peredaran pangan yang dapat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
memiliki risiko yang merugikan dan atau Pangan dan peraturan pelaksanaannya. Setiap
membahayakan kesehatan manusia; orang dilarang memasukkan pangan ke dalam
c. Menetapk an bahan yang dilarang wilayah Indonesia dan atau mengedarkan di
digunakan dalam memproduksi peralatan dalam wilayah Indo nes ia pangan ya ng
pengolahan, penyiapan, pemasaran, dan dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia
atau penyajian pangan. apabila pangan tersebut tidak memenuhi
ketentuan Undang-undang Pangan. Terhadap
Dalam rangka melindungi dan memas-
pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah
tikan bahwa pangan yang diterima masyarakat
Indonesia, Pemerintah dapat menetapkan
merupakan pangan yang bermutu, maka
Pemerintah menetapkan standar mutu pangan. persyaratan sebagai berikut.
Terhadap pangan tertentu yang diperda- a. Pangan telah diuji dan atau diperiksa serta
gangkan, Pemerintah dapat memberlakukan dinyatakan lulus dari segi keamanan,
dan mewajibkan pemenuhan standar mutu mutu, dan atau gizi oleh instansi yang
pangan yang ditetapkan. Lebih lanjut Peme- berwenang di negara asal;
rintah menetapkan persyaratan sertifikasi mutu b. Pangan dilengkapi dengan dokumen hasil
pangan yang diperdagangkan. Persyaratan pengujian dan atau pemeriksaan;
sertifikasi mutu pangan tersebut, diterapkan c. Pangan terlebih dahulu diuji dan atau dipe-
secara bertahap berdasarkan jenis pangan riksa di Indonesia dari segi keamanan, mutu,
dengan m em perhat ik an kes iapan dan dan atau gizi sebelum peredarannya.
kebutuhan sistem pangan. Oleh karena itu,
Lebih lanjut diatur bahwa, setiap orang
Maka setiap orang dilarang memperda- yang memasukkan pangan ke dalam wilayah
gangkan:
Indonesia untuk diedarkan bertanggung jawab
a. Pangan tertentu, apabila tidak memenuhi atas keamanan, mutu, dan gizi pangan. Untuk
standar mutu yang ditetapkan sesuai pengeluaran pangan ke luar wilayah Indone-
dengan peruntukannya;
sia, maka Pemerintah dapat menetapkan
b. Pangan yang mutunya berbeda atau tidak persyaratan agar pangan yang dikeluarkan dari
sama dengan mutu pangan yang dijanjikan; wilayah Indonesia untuk diedarkan terlebih
c. Pangan yang tidak memenuhi persyaratan dahulu diuji dan atau diperiksa dari segi
sertifikasi mutu pangan. keamanan, mutu, persyaratan label, dan atau
Selain m enentuk an m utu pangan, gizi pangan.
Pemerintah juga menetapkan dan menyeleng- Pencapaian ketahanan pangan nasional
garakan kebijakan di bidang gizi bagi per- tidak han ya m enjadi t anggung jawab
baik an s tat us gizi m asyarak at. U ntuk Pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung
meningkatkan kandungan gizi pangan olahan jawab industri pangan dan masyarakat. Badan

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Politik Hukum Ketahanan Pangan Nasional... 95
usaha yang memproduksi pangan olahan untuk Dalam mencapai ketahanan pangan
diedarkan dan atau orang perseorangan dalam nasional, masyarakat memiliki kesempatan
badan usaha yang diberi tanggung jawab unt uk ber peran s eluas -luas nya dalam
terhadap jalannya usaha tersebut bertanggung m ewujudk an perlindungan bagi orang
jawab at as k eam anan pangan yang perseorangan yang mengkonsumsi pangan,
diproduksinya terhadap kesehatan orang lain sesuai dengan ketentuan Undang-undang
yang mengkonsumsi pangan tersebut. Telah Pangan dan peraturan pelaksanaannya serta
dikemukakan bahwa Pemerintah bersama peraturan perundang-undangan lain yang
m asyar ak at bertanggung jawab unt uk berlaku. Dalam rangka penyempurnaan dan
mewujudkan ketahanan pangan. Dalam rangka
peningkatan sistem pangan, masyarakat dapat
mewujudkan ketahanan pangan, Pemerintah
menyampaikan permasalahan, masukan, dan
menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,
atau cara pemecahan mengenai hal-hal di
pengendalian, dan pengawasan terhadap
ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah bidang pangan.
maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, Selain diimplementasikan dalam pasal-
m erata, dan terj angk au oleh daya b eli pasal Undang-undang Pangan, politik hukum
masyarakat. Dalam pelaksanaan ketentuan ketahanan pangan nasional juga dapat
tersebut, maka Pemerintah: didentifikasi, disimak, dan dikaji dari penjelasan
a. Menyelenggarakan, membina, dan atau Undang-undang Pangan. Di sini dikemukakan
mengkoordinasikan segala upaya atau bahwa, Pembangunan nasional merupakan
kegiatan untuk mewujudkan cadangan pencerminan kehendak untuk terusmenerus
pangan nasional; meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
b. Menyelenggarakan, mengatur, dan atau rakyat Indonesia secara adil dan merata dalam
mengkoordinasikan segala upaya atau segala aspek kehidupan serta diselenggarakan
kegiatan dalam rangka penyediaan, secara terpadu, terarah, dan berkesinam-
pengadaan, dan atau penyaluran pangan bungan dalam rangka mewujudkan suatu
tertentu yang bersifat pokok; masyarakat yang adil dan makmur, baik ma-
c. Menetapkan dan menyelenggarakan terial maupun spiritual, berdasarkan Pancasila
kebijakan mutu pangan nasional dan dan Undang-Undang Dasar 1945.
penganekaragaman pangan;
Pangan sebagai kebutuhan dasar manusia
d. Mengambil tindakan yang diperlukan untuk yang pemenuhannya merupakan hak asasi
mencegah dan atau menanggulangi gejala
setiap rakyat Indonesia harus senantiasa
kekurangan pangan, keadaan darurat, dan
tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu,
atau spekulasi atau manipulasi dalam
pengadaan dan peredaran pangan. bergizi, dan beragam dengan harga yang
terjangkau oleh daya beli masyarakat. Untuk
Cadangan pangan nasional tersebut, terdiri mencapai semua itu, perlu diselenggarakan
atas: cadangan pangan Pemerintah dan suatu sistem pangan yang m em berikan
cadangan pangan masyarakat. Cadangan perlindungan, baik bagi pihak yang mem-
pangan Pemerintah ditetapkan secara berkala produksi maupun yang mengkonsumsi pangan,
dengan memperhitungkan tingkat kebutuhan
serta tidak bertentangan dengan keyakinan
nyata pangan masyarakat dan ketersediaan
masyarakat. Sealian itu, sumber daya manusia
pangan, s erta dengan m engantis ipasi
terjadinya kekurangan pangan dan atau yang berkualitas selain merupakan unsur
keadaan darurat. terpenting yang perlu memperoleh prioritas
Dalam upaya mewujudkan cadangan dalam pembangunan, juga sebagai salah satu
pangan nasional, maka Pemerintah: faktor penentu keberhasilan pembangunan.
a. Mengembangkan, membina, dan atau Peningkatan kualitas sumber daya manusia
membantu penyelenggaraan cadangan sangat ditentukan, antara lain, oleh kualitas
pangan masyarakat dan Pemerintah di pangan yang dikonsumsinya.
tingkat perdesaan, perkotaan, propinsi, Kegiatan atau proses produksi pangan
dan nasional; untuk diedarkan atau diperdagangkan harus
b. M engem bangk an, m enunjang, dan memenuhi ketentuan tentang sanitasi pangan,
memberikan kesempatan seluas-luasnya bahan tambahan pangan, residu cemaran, dan
bagi peran koperasi dan swasta dalam k em as an pangan. H al lain yang patut
mewujudkan cadangan pangan setempat diperhat ik an oleh s et iap orang yang
dan atau nasional. memproduksi pangan merupakan penggunaan

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Politik Hukum Ketahanan Pangan Nasional... 96
metode tertentu dalam kegiatan atau proses dimaksudkan sebagai landasan hukum bagi
produksi pangan yang memiliki kemungkinan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan
timbulnya risiko yang dapat merugikan atau terhadap kegiatan atau proses produksi,
membahayakan kesehatan manusia, seperti peredaran, dan atau perdagangan pangan.
rek ayas a genetik a a tau iradiasi, harus Sebagai landasan hukum di bidang pangan,
dilakukan berdasarkan persyaratan tertentu. Undang-undang ini dimaksudkan menjadi
Setiap orang yang memproduksi pangan untuk acuan dari berbagai peraturan perundang-
diperdagangk an perlu m em perhatik an undangan yang berkaitan dengan pangan, baik
ketentuan mengenai mutu dan gizi pangan yang sudah ada maupun yang akan dibentuk.
yang ditetapk an. Pangan tertentu yang Berdas ark an pem ik ir an- pem ik iran
diperdagangkan dapat diwajibkan untuk sebagaimana yang diuraikan, Undang-undang
terlebih dahulu diperiksa di laboratorium tent ang Pangan m em uat pok ok - pok ok
sebelum diedarkan. Dalam upaya mening- pengaturan:
katkan kandungan gizi pangan olahan tertentu, a. Persyaratan teknis tentang pangan, yang
Pemerintah berwenang untuk menetapkan meliputi ketentuan keamanan pangan,
persyaratan tentang k om posisi pangan ketentuan mutu dan gizi pangan, serta
ketentuan label dan iklan pangan, sebagai
tersebut. Setiap orang yang memproduksi
suatu sistem standarisasi pangan yang
pangan untuk diedarkan perlu dibebani
bersifat menyeluruh;
tanggung jawab, terutama apabila pangan yang
b. Tanggung jawab setiap orang yang
diproduksinya menyebabkan baik kerugian
memproduksi, menyimpan, mengangkut,
pada kesehatan manusia maupun kematian
dan atau mengedarkan pangan, serta
orang yang mengkonsumsi pangan tersebut.
sank s i huk um yang s es uai agar
Ketentuan mengenai keamanan, mutu, mendorong pemenuhan atas ketentuan-
dan gizi pangan, serta label dan iklanpangan ketentuan yang ditetapkan;
tidak hanya berlak u bagi pangan yang c. Peranan Pemerintah dan masyarakat
diproduksi dan atau diedarkan di wilayah Indo- dalam mewujudkan tingkat kecukupan
nesia, t etapi juga bagi pangan yang pangan di dalam negeri dan peng-
dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia. anekaragaman pangan yang dikonsumsi
Dalam hal-hal tertentu bagi produksi pangan s ec ara tidak bert entangan den gan
nasional yang akan diedarkan di luar negeri, keyakinan masyarakat;
diberlakukan ketentuan yang sama. Sebagai d. Tugas Pemerintah untuk membina serta
komoditas dagang, pangan memiliki peranan m engem bangk an indus tri pangan
yang sangat besar dalam peningkatan citra nasional, ter utam a dalam upa ya
pangan nasional di dunia internasional dan peningkatan citra pangan nasional dan
sekaligus penghasil devisa. Oleh karena itu, ekspor.
produksi pangan nasional harus mampu
m em enuhi standar yang berlaku secara Pengaturan, pem binaan, dan at au
internasional dan memerlukan dukungan pengawasan terhadap kegiatan atau proses
perdagangan pangan yang dapat memberi produksi, peredaran, dan atau perdagangan
peluang bagi pengusaha di bidang pangan, pangan dalam Undangundang Pangan bersifat
baik yang besar, menengah maupun kecil, pokok-pokok, sedangkan penjabarannya lebih
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. lanjut ditetapkan oleh Pemerintah secara
menyeluruh dan terkoordinasi. Semuanya itu
Pengaturan mengenai pangan diarahkan
diselenggarakan dengan tetap memperhatikan
untuk mewujudkan ketahanan pangan yang
kesiapan dan kebutuhan sistem pangan
mencakup ketersediaan dan cadangan pangan,
nasional, serta perkembangan yang terjadi baik
serta terjangkau sesuai dengan kebutuhan
secara regional maupun internasional.
konsumsi masyarakat. Pemerintah bersama
masyarakat perlu m emelihara cadangan D. Simpulan
pangan nasional. Di samping itu, Pemerintah Dari kajian yang telah dipaparkan dapat
dapat mengendalikan harga pangan tertentu, disimpulkan bahwa taraf sinkronisasi horizontal
baik untuk tujuan stabilisasi harga maupun antara UU PVT dengan UU Pangan telah sinkron
untuk mengatasi keadaan apabila terjadi dan harmonis. UU PVT memberikan pengaturan
kekurangan pangan atau keadaan darurat pemberian dan perlindungan Hak PVT agar tercipta
lainnya. Undang-undang tentang Pangan k egairahan para pem ulia tanam an untuk

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Politik Hukum Ketahanan Pangan Nasional... 97
menghasilkan bibit unggul tanaman, termasuk E. Saran
tanaman pangan, yang akan mampu meningkatkan Saat ini sedang terjadi proses evaluasi UU PVT.
produkt ivit as tanam an pangan sehingga Secara normatif yang perlu dilakukan adalah
ketercukupan bahan pangan sampai ke tingkat pengaturan mengenai sosialisasi dan peningkatan
rumah tangga dapat terjamin. Hanya saja masih kesadaran hukum HKI dam hal ini perlindungan Hak
terjadi m asalah, yaitu k urang harm onisnya PVT. Selain itu disarankan untuk lebih menegaskan
pengaturan soal koordinasi dalam hal sosialisasi bahwa pengaturan Hak PVT dengan segala
Hak PVT. Akibatnya masyarakat yang kurang perlindungan dan penghargaannya lebih diarahkan
mengetahui Hak PVT sering menjadi korban dari pada upaya-upaya pem uliaan tanaman yang
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, antara menghasilkan bibit-bibit unggul tanaman pangan,
lain kriminalisasi ketika masyarakat menggunakan tanpa mengabaikan pemuliaan tanaman yang
hasil panennya sebagai bibit. mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Politik Hukum Ketahanan Pangan Nasional... 98
Daftar Pustaka

Ade Ruskandar. 2012. “Adopsi Varietas Unggul Baru Padi dan Teknologi Budidaya di Tingkat Petani
(kasus di Kalimantan Barat)”. Prosiding Seminar Nasional, Surakarta: Fakultas Pertanian
UNS, April 2012.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2008, 2011. Data Tanaman Pangan. Jakarta: BPS (www.bps.go.id)
E.S. Beranang. 2012. “Jagungku Pendukung Kemandirian Pangan di Flores Timur”. Prosiding
Seminar Nasional, Surakarta : Fakultas Pertanian UNS, April 2012.
Emi W idayanti. 2012. “Kearifan Lokal Masyarakat Petani dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan
Rumah Tangga”. Prosiding Seminar Nasional, Surakarta: Fakultas Pertanian UNS, April 2012.

Imam Syaukani dan A. Ahsin Tohari. 2007. Dasar-dasar Politik Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Kementerian Pertanian 2011. “Review 10 tahun Undang-Undang PVT”.
www.deptan.go.id (diakses tanggal 6 Oktober 2011).
Moch Najib Imanullah. 2012. “Hak PVT sebagai Instrumen Membangun Negara Agraris Yang
Berkeadilan dan Berbasis Kearifan Lokal Menuju Ketahanan Pangan Nasional”. Prosiding
Seminar Nasional, Surakarta: Fakultas Pertanian UNS, April 2012.
Moh. Mahfud MD. 2006. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: LP3ES Satjipto Rahardjo. 1991. Ilmu
Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2007. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Yudi Widodo. 2012. “Ubi-ubian dalam Wanatani: Sumbangsih Kearifan Lokal guna Mewujudkan
Kedaulatan Pangan Seiring Tuntutan Global”. Prosiding Seminar Nasional, Surakarta: Fakultas
Pertanian UNS, April 2012.

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Politik Hukum Ketahanan Pangan Nasional... 99

Anda mungkin juga menyukai