INDONESIA
DISUSUN OLEH
NIM : 2019D1BO59
KELAS : 3B
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PENDIDIKAN MORAL DIJEPANG DAN PENDIDIKAN MORAL DI INDONESIA” ini
tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi
tugas pada matakuliah KEWARGANEGARAAN. Selain itu, makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan bagipenulis dan juga pembaca. Saya juga
berterimakasih pada semua pihakyang teleh membagisebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
COVER
KATA PENGANTAR
A.Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
C. Tujuan
Pendidikan moral dewasa ini selalu menjadi isu yang penting di masyarakat,
terutama di sekolah atau satuan pendidikan. Pendidikan di indonesia pun tak
luput mengangkat isu ini baik kedalam kebijakan maupun implementasinya di tiap
satuan pendidikan. Metode dan isi konten yang di implementasikan pun
mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Secara garis besar isi konten dari pendidikan moral di jepang terdiri dari
empat jenis,ialah"menimpa ikatan diri sendiri", " menimpa ikatan hubungan
dengan orang lain"," menimpaikatan hubungan dengan alam"dan " menimpa
ikatan hubungan antara kelompok dan masyarakat".
a) Moderat
b) Tekun
c) Keberanian
d) Ketulusan
f) Cinta kebenaran
a) Sopan santun
c) Persahabatan
Menyemangati peserta didik untuk saling mendukung satu sama lain dan
mendukung orang yang lebih tua, dengan penuh rasa terimakasih dan
hormat
e) Kesederhanaan
Untuk menjadi rendah hati dan menghargai orang lain dengan berbagai ide
dan posisi dengan berbagai sudut pandang yang luas
3. Menimpa ikatan hubungan dengan alam
a) Tugas dalam masyarakat Untuk menepati janji dan aturan yang ada di
masyarakat, dan menghargai kewajiban dan hak dalam bermasayarakat
b) Keadilan Berlaku adil dan tidak diskriminasi dan berprasangka buruk, dan
berusaha untuk mewujudkan keadilan di sekitarnya
Dengan demikian, pendidikan moral tentu saja harus menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari proses pendidikan, di mana pun dan dalam tingkat apa pun.
Nilai-nilai moralitas merupakan Conditio Sine Qua Non dari subjek pendidikan
dalam bidang apa pun, baik sains dan teknologi maupun sosial humaniora.
Sebagai salah satu agen perubahan, sekolah tentu saja memiliki peran yang
sangat esensial bagi pembangunan nilai moralitas. Melalui sistem kurikulum dan
metode pembelajaran yang baik, pendidikan moral yang dilaksanakan dalam
lembaga pendidikan dapat menjadi pintu yang sangat kukuh bagi peserta didik
mengembangkan kemampuan kecerdasan moralitasnya.
Tidak ayal lagi bahwa fondasi terkuat dari bangunan masyarakat adalah
individu yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moralitas yang baik. Semakin
kuat nilai-nilai moral seseorang, akan beresonansi kepada bangunan masyarakat
yang semakin kuat juga. Karena itulah, sangat penting untuk sejak dini kita
rumuskan substansi nilai-nilai dan ajaran moral yang bagaimanakah yang
diperlukan dalam usaha kita memenuhi amanat UU Sisdiknas. Beberapa nilai
moral di bawah ini sekadar memberikan contoh dari berbagai nilai moral yang kita
perlukan.
1. Kejujuran (truthfulness)
Pada tingkat yang paling dasar, kejujuran berarti 'berbicara
kebenaran'. Berbicara tentang kebenaran dalam makna yang kita ketahui
pada setiap saat dan dalam segala situasi. Tidak ada pengecualian untuk
berbicara kebenaran ini dan tidak ada hitam dan putih di dalamnya, yang
ada hanya kebenaran. Namun, ini belum berarti final karena yang melekat
pada kebenaran adalah keinginan kita untuk mencari kebenaran. Apatah
manfaatnya berbicara kebenaran jika apa yang kita ucapkan tidak benar.
Sebagai contoh, jika kita mengatakan bahwa 'pria lebih unggul dari wanita'
dan kita percaya, berarti kita berbicara tentang kebenaran seperti yang kita
ketahui. Namun, pernyataan ini tentu saja tidak benar dan tidak ada
manfaat yang bisa didapat darinya, baik untuk kita sendiri maupun
masyarakat.
Dengan demikian, tentang kejujuran ini kita harus menjadi pencari
kebenaran untuk menjadi jujur, tidak sekadar jujur dalam arti tidak
berbohong. Dengan nilai moralitas ini, berbagai bentuk kebohongan harus
dipahamkan kepada peserta didik. Tindakan seperti menyontek, berkata
bohong, melakukan dan menyebarkan berita hoaks, dan sebagainya harus
sejak dini dipahamkan sebagai tindakan ketidakbenaran yang harus
dihindari.
2. Keadilan (Justice)
Kualitas moral penting lainnya adalah keadilan. Konsep lain yang
terkait dengan kualitas ini adalah kejujuran (fairness), kesejajaran (equality)
dan kesetaraan (equity). Kita harus benar-benar adil dalam berhubungan
dengan orang lain. Sebagai contoh jika seorang guru tidak berbuat adil
kepada semua siswanya, tentu ia tak akan mampu membantu setiap siswa
untuk bertumbuh-kembang sesuai dengan potensi masingmasing. Dalam
masyarakat, keadilan berarti bahwa setiap orang dapat menikmati hak
asasinya yang mendasar. Setiap individu memiliki hak atas pendidikan yang
sama disesuaikan dengan hasrat dan kemampuannya. Karenanya, tidak
sepatutnya ada perbedaan dalam pendidikan untuk masyarakat pedesaan
dan perkotaan ataupun untuk yang kaya dan miskin. Keadilan juga berarti,
keadilan dalam cara bagaimana sumber daya dapat digunakan dan
bagaimana kekayaan itu didistribusikan. Tiap-tiap individu harus mampu
bertindak sesuai keadilan, tidak dipengaruhi oleh sikap masyarakat
memperlakukan kita. Jika ketidakadilan menimpa kita, kita tetap harus
mampu menemukan cara untuk mendapatkan keadilan. Ketika menuntut
keadilan, kita juga harus memenuhi tanggung jawab untuk
memperjuangkan keadilan bagi orang lain.
3. Cinta dan Kasih Sayang (Love)
Cinta adalah kekuatan yang mengikat masyarakat bersama. Namun
sayangnya, cinta juga merupakan konsep yang paling banyak
disalahgunakan. Ia telah disamakan dengan nafsu dan dan hasrat
seksualitas. Hal ini karena cinta terlalu diartikan sebagai ungkapan yang
sangat maskulin sifatnya. Demikian pula, cinta adalah kemampuan
mendasar yang harus kita miliki dalam kehidupan keseharian. Dalam
melakukan interaksi sosial, kita tidak dapat mencintai sebagian dan bukan
yang lain. Pasalnya, jika demikian, ada kepentingan pribadi dan keegoisan
dalam hubungan kita. Jika mencintai, kita juga harus sabar, pemaaf, dan
murah hati terhadap mereka yang kita cintai. Cinta kepada masyarakat
tidak boleh dilawan dengan cinta terhadap negara, dan cinta untuk negara
tak boleh bertentangan dengan cinta untuk kemanusiaan secara
keseluruhan. Dalam hubungannya dengan nilai-nilai moral di atas, dapat
dipahami bahwa tidak mungkin ada spiritualitas tanpa ada moralitas.
Agama di sini hakikatnya adalah guru untuk mengajari kita memiliki
kecerdasan moralitas yang tinggi dalam menjalani kehidupan di alam fana
ini.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setiap pendidikan moral yang berlaku di suatu negara pada dasarnya
bertujuan hanya semata-mata untuk memperbaiki sikap atau etika kita
terhadap lingkungan sekitar kita. Jadi untuk pendidikan moral di Jepang
dapat juga kita terapkan di Indonesia. Dikarenakan terlebih tidak dapat
dipungkiri dengan fakta sejarah terlepas baik atau buruknya masa
kependudukan Jepang, Jepang pernah mengimplementasikan program
pendidikan yang sesuai dengan kebijakan dan kepentingan yang dimilikinya
di Indonesia ketika itu, yang pasti sedikit memiliki kesamaan dengan
implementasi pendidikan di Negara Jepang sendiri.
DAFTAR PUSTAKA