Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN MORAL DI JEPANG DAN PENDIDIKAN MORAL DI

INDONESIA

DISUSUN OLEH

NAMA : LALU ARYA ADITIYA MAULANA

NIM : 2019D1BO59

KELAS : 3B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

FAKULTAS TEKNIK SIPIL

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PENDIDIKAN MORAL DIJEPANG DAN PENDIDIKAN MORAL DI INDONESIA” ini
tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi
tugas pada matakuliah KEWARGANEGARAAN. Selain itu, makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan bagipenulis dan juga pembaca. Saya juga
berterimakasih pada semua pihakyang teleh membagisebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Mataram ,17 November 2020

Lalu Arya Aditiya Maulana


DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pendidikan Moral Di Jepang

B. Pendidikan Moral Di Indonesia

BAB III: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Moral ini selalu menjadi isu yang penting di masyarakat, terutama di


sekolah atau satuan pendidikan. Pendidikan di Indonesia pun tak luput
mengangkat isu ini baik kedalam kebijakan maupun implementasinya di
tiap satuan pendidikan. Metode dan isi konten yang di implementasikan
pun mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Jepang yang dikenal memiliki implementasi pendidikan moral yang


baik pun tetap mengalami dinamika dan ada beberapa isu yang belum
dapat ditangani, salah satunya bullying atau perundungan. Implementasi
dan isi kontennya pun mengalami perubahan seiring waktu.

Setiap bangsa dan masyarakat yang tinggal di wilayahnya memiliki


nilai dan norma yang unik dan berlaku. Hal itu membentuk karakteristik
masyarakat, adat budaya dan kearifan lokalnya, dan dapat dipahami bahwa
belum tentu nilai norma dari bangsa lain dapat diimplementasikan dan
diterima jika diterapkan di suatu negara lainnya, terlebih bagi negara yang
memiliki latar belakang budaya yang sangat berbeda.

Disini penulis akan sedikit membahas bagaimana pendidikan moral di


Jepang dan di Indonesia, dimana Jepang dan Indonesia merupakan sama-
sama negara Asia, dimana Jepang yang sedikit banyak memiliki kesamaan
dengan Indonesia di beberapa sisi. Terlebih tidak dapat dipungkiri dengan
fakta sejarah terlepas baik atau buruknya masa kependudukan Jepang,
Jepang pernah mengimplementasikan program pendidikan yang sesuai
dengan kebijakan dan kepentingan yang dimilikinya di Indonesia ketika itu,
yang pasti sedikit memiliki kesamaan dengan implementasi pendidikan di
Negara Jepang sendiri
B. Rumusan masalah

1.Seperti apa pendidikan moral di Jepang dan di Indonesia?

2.Apakah pendidikan moral di Jepang dapat di gunakan di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk menumbuhkan semangat dan menghormati martabat

2. Untuk meberikan semangat kepada peserta didik budaya untuk mau


memelihara, mewariskan dan mengembangkan budaya tradisional

3. Untuk memberikan semangat kepada peserta didik untuk berusaha


membentuk dan mengembangkan masyarakat dan negara yang demokratis

4. Untuk memberikan semangat kepada peserta didik agar dapat


berkontribusi untuk mewujudkan masyarakat internasional yang damai

5. Untuk membina peserta didik agar dapat membuat keputusan yang


independen dan mandiri

6. Untuk membina peserta didik agar memiliki kepekaan rasa moralitas


BAB II
PEMBAHASAN

A.Pendidikan moral di jepang

Pendidikan moral dewasa ini selalu menjadi isu yang penting di masyarakat,
terutama di sekolah atau satuan pendidikan. Pendidikan di indonesia pun tak
luput mengangkat isu ini baik kedalam kebijakan maupun implementasinya di tiap
satuan pendidikan. Metode dan isi konten yang di implementasikan pun
mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Secara garis besar isi konten dari pendidikan moral di jepang terdiri dari
empat jenis,ialah"menimpa ikatan diri sendiri", " menimpa ikatan hubungan
dengan orang lain"," menimpaikatan hubungan dengan alam"dan " menimpa
ikatan hubungan antara kelompok dan masyarakat".

1. Menimpa ikatan diri Sendiri

a) Moderat

Menyemangati partisipan didik supaya melaksanakan apa yang dapat


diperbuat untuk dirinya sendiri serta menempuhckehidupan beroparasi
moderatk.

b) Tekun

Menyemagati peserta didik untuk melakukan sesuatu dengan tekun

c) Keberanian

Menyemangati peserta didik untuk berani melakukan apa yang ia rasa


benar dengan keberanian

d) Ketulusan

menyemangati peserta didik untuk melakukan dengan ketulusan


e) Perbaikan diri

Menyemangati peserta didik untuk mengenal diri sendiri, dan mengubah


apa yang harus diubah dan mengembangkan potensi baiknya

f) Cinta kebenaran

Mencintai dan mencari kebenaran, dan menjelajahi kehidupan dengan


tujuan mewujudkan cita cita

2. Menimpa ikatan hubungan dengan orang lain

a) Sopan santun

Untuk memahami pentingnya kesopanan, dan dapat berbicara dan


bertindak sesuai dengan situasi yang tepat

b) Tenggang rasa dan baik hati

Bertenggang rasa, dan bersikap baik hati, bersimpati, menempatkan diri


pada posisi orang lain

c) Persahabatan

Untuk memahami, memercayai, dan membantu satu sama lain

d) Rasa terimakasih dan rasa hormat

Menyemangati peserta didik untuk saling mendukung satu sama lain dan
mendukung orang yang lebih tua, dengan penuh rasa terimakasih dan
hormat

e) Kesederhanaan

Untuk menjadi rendah hati dan menghargai orang lain dengan berbagai ide
dan posisi dengan berbagai sudut pandang yang luas
3. Menimpa ikatan hubungan dengan alam

a) Menghormati alam Untuk mengenal alam sekitar dan memiliki kasih


sayang terhadap hewan dan tumbuhan

b) Menghormati Kehidupan Untuk menghormati kehidupan dan semua


makhluk hidup

c) Estetika Untuk memiliki sensitivitas estetika dan perasaan kagum


terhadap kekuasaan yang melebihi manusia (Tuhan)

d) Kebangsawanan Untuk percaya pada kekuatan dan kemuliaan manusia


untuk mengatasi kelemahan dan keburukannya, dan berusaha untuk
menemukan kegembiraan hidup sebagai manusia

4. Menimpa ikatan hubungan kelompok dan masyarakat

a) Tugas dalam masyarakat Untuk menepati janji dan aturan yang ada di
masyarakat, dan menghargai kewajiban dan hak dalam bermasayarakat

b) Keadilan Berlaku adil dan tidak diskriminasi dan berprasangka buruk, dan
berusaha untuk mewujudkan keadilan di sekitarnya

c) Partisipasi dan tanggung jawab di Masyarakat Untuk bersedia


berpartisipasi dalam masyarakat, sadar akan peran yang dimiliki oleh diri
sendiri dan orang lain, dan melakukan tugasnya dalam kerja sama dengan
orang lain dan masyarakat

d) Industri Untuk memahami pentingnya bekerja, dan memiliki kemauan


untuk bekerja

e) Rasa hormat untuk anggota keluarga Untuk mencintai dan menghormati


orang tua, kakek nenek dan saudara yang lain, dan bersedia membantu
mereka di dalam kehidupan berumah tangga (pekerjaan rumah)
f) Rasa Hormat untuk Guru dan Orang lain di Sekolah Untuk mencintai dan
menghormati guru dan warga di sekolah, dan berusaha untuk membangun
tradisi sekolah yang lebih baik dalam kerja sama dengan warga sekolah
yang lain

g) Kontribusi kepada Masyarakat Agar sadar menjadi salah satu anggota di


komunitas lokal, dengan rasa hormat dan cinta terhadap mereka yang
mengabdikan diri untuk berkontribusi pada masyarakat dan warga lanjut
usia, berkontribusi pada pengembangan komunitas di sekitarnya

h) Menghormati Tradisi dan Cinta kepada Bangsa Untuk tertarik pada


budaya dan tradisi, dan cinta terhadap bangsa dan Negara

i) Menghormati Tradisi dan budaya lain Untuk menghargai budaya dan


tradisi bangsa lain, dengan kesadaran tetap menjadi orang Jepang,
berusaha untuk mempromosikan persahabatan internasional

B. Pendidikan Moral Di Indonesia

Fungsi utama pendidikan adalah menumbuhkan kreativitas,


mengembangkan nilai-nilai insaniah dan ilahiah, serta meningkatkan kemampuan
kerja produktif dari para peserta didik (Noeng Muhadjir: 2003). Pendidikan tidak
sekadar mengembangkan kemampuan otak untuk berpikir, tetapi juga kecerdasan
spiritual dan emosional. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa proses
pendidikan memberi perhatian tidak hanya nilai-nilai akademik, tetapi juga
nilainilai sosial dan religius.

Dengan demikian, pendidikan moral tentu saja harus menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari proses pendidikan, di mana pun dan dalam tingkat apa pun.
Nilai-nilai moralitas merupakan Conditio Sine Qua Non dari subjek pendidikan
dalam bidang apa pun, baik sains dan teknologi maupun sosial humaniora.

Kepentingan dari pendidikan moral tidak lain karena makna esensialnya


bagi kehidupan. Ia pada dasarnya adalah pendidikan etika agar peserta didik
mampu mengikuti prinsip-prinsip yang baik dalam kehidupan. Konten dari
pendidikan ini berupa prinsip-prinsip utama yang dibutuhkan untuk mendukung
kelanggengan kehidupan, seperti kejujuran, kebenaran, simpati terhadap
kebaikan, dan lain sebagainya. Peserta didik memerlukan ajaran-ajaran kebaikan
itu karena dalam menjalani kehidupan, prinsip-prinsip moralitas menjadi alat
untuk menjalani kehidupan ini dengan benar sehingga kita semuanya dapat
menjadi warga masyarakat yang berperan aktif dalam mendorong kelangsungan
kehidupan itu sendiri.

Pendidikan moral itu sejatinya adalah proses pembelajaran yang dengannya


peserta didik mampu memahami diri mereka sendiri, dan dunia yang ada di
sekitarnya. Moralitas adalah pengetahuan tentang bagaimana berperilaku dalam
kehidupan ini, baik dalam konteks lokus maupun tempus tertentu. Jika seseorang
hidup tanpa nilai-nilai moralitas, hakikatnya dia akan lenyap dalam kehidupan ini,
terlepas dari semua bentuk tatanan dan model kebaikan dan keburukan.

Sebagai salah satu agen perubahan, sekolah tentu saja memiliki peran yang
sangat esensial bagi pembangunan nilai moralitas. Melalui sistem kurikulum dan
metode pembelajaran yang baik, pendidikan moral yang dilaksanakan dalam
lembaga pendidikan dapat menjadi pintu yang sangat kukuh bagi peserta didik
mengembangkan kemampuan kecerdasan moralitasnya.

Saat masyarakat disesaki dengan berbagai macam bentuk kejahatan,


kekerasan, terorisme, hoaks dan ujaran kebencian, pendidikan moral akan
mampu menolong peserta didik menghadapi berbagai bentuk kesulitan tanpa
harus melepaskan diri dari nilai-nilai kebaikan dan kebajikan. Kasih sayang tanpa
pamrih, kerja keras, kejujuran, memaafkan kesalahan orang, dan sifat-sifat
kebaikan lainnya yang menancap dalam relung hati peserta didik akan dengan
sendirinya menjadi faktor pengubah bagi dunia ini menjadi tempat yang nyaman
untuk menopang kehidupan masyarakat.

Bab II Pasal 3 dari UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional secara jelas menyebutkan bahwa pendidikan bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung
jawab.
Sementara itu, Pasal 1 UU tersebut menyatakan bahwa di antara tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Dapat kita pahami karenanya bahwa
garis besar dari tujuan pendidikan nasional selain mencerdaskan, juga
menciptakan karakter peserta didik yang beriman, mandiri, dan berakhlak mulia.
Pendidikan moral dengan demikian sangat signifikan bagi arah dan cita
pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya.

Tidak ayal lagi bahwa fondasi terkuat dari bangunan masyarakat adalah
individu yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moralitas yang baik. Semakin
kuat nilai-nilai moral seseorang, akan beresonansi kepada bangunan masyarakat
yang semakin kuat juga. Karena itulah, sangat penting untuk sejak dini kita
rumuskan substansi nilai-nilai dan ajaran moral yang bagaimanakah yang
diperlukan dalam usaha kita memenuhi amanat UU Sisdiknas. Beberapa nilai
moral di bawah ini sekadar memberikan contoh dari berbagai nilai moral yang kita
perlukan.

1. Kejujuran (truthfulness)
Pada tingkat yang paling dasar, kejujuran berarti 'berbicara
kebenaran'. Berbicara tentang kebenaran dalam makna yang kita ketahui
pada setiap saat dan dalam segala situasi. Tidak ada pengecualian untuk
berbicara kebenaran ini dan tidak ada hitam dan putih di dalamnya, yang
ada hanya kebenaran. Namun, ini belum berarti final karena yang melekat
pada kebenaran adalah keinginan kita untuk mencari kebenaran. Apatah
manfaatnya berbicara kebenaran jika apa yang kita ucapkan tidak benar.
Sebagai contoh, jika kita mengatakan bahwa 'pria lebih unggul dari wanita'
dan kita percaya, berarti kita berbicara tentang kebenaran seperti yang kita
ketahui. Namun, pernyataan ini tentu saja tidak benar dan tidak ada
manfaat yang bisa didapat darinya, baik untuk kita sendiri maupun
masyarakat.
Dengan demikian, tentang kejujuran ini kita harus menjadi pencari
kebenaran untuk menjadi jujur, tidak sekadar jujur dalam arti tidak
berbohong. Dengan nilai moralitas ini, berbagai bentuk kebohongan harus
dipahamkan kepada peserta didik. Tindakan seperti menyontek, berkata
bohong, melakukan dan menyebarkan berita hoaks, dan sebagainya harus
sejak dini dipahamkan sebagai tindakan ketidakbenaran yang harus
dihindari.
2. Keadilan (Justice)
Kualitas moral penting lainnya adalah keadilan. Konsep lain yang
terkait dengan kualitas ini adalah kejujuran (fairness), kesejajaran (equality)
dan kesetaraan (equity). Kita harus benar-benar adil dalam berhubungan
dengan orang lain. Sebagai contoh jika seorang guru tidak berbuat adil
kepada semua siswanya, tentu ia tak akan mampu membantu setiap siswa
untuk bertumbuh-kembang sesuai dengan potensi masingmasing. Dalam
masyarakat, keadilan berarti bahwa setiap orang dapat menikmati hak
asasinya yang mendasar. Setiap individu memiliki hak atas pendidikan yang
sama disesuaikan dengan hasrat dan kemampuannya. Karenanya, tidak
sepatutnya ada perbedaan dalam pendidikan untuk masyarakat pedesaan
dan perkotaan ataupun untuk yang kaya dan miskin. Keadilan juga berarti,
keadilan dalam cara bagaimana sumber daya dapat digunakan dan
bagaimana kekayaan itu didistribusikan. Tiap-tiap individu harus mampu
bertindak sesuai keadilan, tidak dipengaruhi oleh sikap masyarakat
memperlakukan kita. Jika ketidakadilan menimpa kita, kita tetap harus
mampu menemukan cara untuk mendapatkan keadilan. Ketika menuntut
keadilan, kita juga harus memenuhi tanggung jawab untuk
memperjuangkan keadilan bagi orang lain.
3. Cinta dan Kasih Sayang (Love)
Cinta adalah kekuatan yang mengikat masyarakat bersama. Namun
sayangnya, cinta juga merupakan konsep yang paling banyak
disalahgunakan. Ia telah disamakan dengan nafsu dan dan hasrat
seksualitas. Hal ini karena cinta terlalu diartikan sebagai ungkapan yang
sangat maskulin sifatnya. Demikian pula, cinta adalah kemampuan
mendasar yang harus kita miliki dalam kehidupan keseharian. Dalam
melakukan interaksi sosial, kita tidak dapat mencintai sebagian dan bukan
yang lain. Pasalnya, jika demikian, ada kepentingan pribadi dan keegoisan
dalam hubungan kita. Jika mencintai, kita juga harus sabar, pemaaf, dan
murah hati terhadap mereka yang kita cintai. Cinta kepada masyarakat
tidak boleh dilawan dengan cinta terhadap negara, dan cinta untuk negara
tak boleh bertentangan dengan cinta untuk kemanusiaan secara
keseluruhan. Dalam hubungannya dengan nilai-nilai moral di atas, dapat
dipahami bahwa tidak mungkin ada spiritualitas tanpa ada moralitas.
Agama di sini hakikatnya adalah guru untuk mengajari kita memiliki
kecerdasan moralitas yang tinggi dalam menjalani kehidupan di alam fana
ini.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setiap pendidikan moral yang berlaku di suatu negara pada dasarnya
bertujuan hanya semata-mata untuk memperbaiki sikap atau etika kita
terhadap lingkungan sekitar kita. Jadi untuk pendidikan moral di Jepang
dapat juga kita terapkan di Indonesia. Dikarenakan terlebih tidak dapat
dipungkiri dengan fakta sejarah terlepas baik atau buruknya masa
kependudukan Jepang, Jepang pernah mengimplementasikan program
pendidikan yang sesuai dengan kebijakan dan kepentingan yang dimilikinya
di Indonesia ketika itu, yang pasti sedikit memiliki kesamaan dengan
implementasi pendidikan di Negara Jepang sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Okita,Buyung (29 Juli 2020) Pendidikan Moral di Jepang: Kompasiana.


Diakses pada 17 November 2020 melalui
https://www.kompasiana.com/buyungokita/5f212057097f3643123eaa02/pendidi
kan-moral-di-sekolahjepang?page=all

Lukito,Ratno (Senin 18 Maret 2019) Pendidikan Moral: Media Indonesia.


Diakses pada 17 November 2020 melalui
https://mediaindonesia.com/read/detail/223780-pendidikan-moral

Anda mungkin juga menyukai