Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MAZHAB NEO KLASIK

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 4 :

1. Dina Ardiyanti Rukmana (A1A019056)


2. Dinda Febriani (A1A019057)
3. Dini Ismayanti (A1A019058)
4. Dini Salvia (A1A019059)

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN AJARAN 2020/2021


1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
hidayah dan pertolongannya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan, guna memenuhi
salah satu persyaratan mata kuliah di Universitas Mataram.

Berbagai rintangan dan hambatan yang kami alami selama membuat makalah ini,
namun Alhamdulillah akhirnya dengan penuh keuletan dan kesungguhan kami, sehingga
dapat terselesaikan dengan judul, “Mazhab Neo Klasik”.

Kami menyadari bahwa untuk mencapai hasil yang memuaskan tidaklah mudah,
karena keterbatasan kemampuan kami baik dari segi ilmu maupun literatur, sehingga
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun, kami sangat harapkan untuk menuju ke arah penyempurnaan makalah
ini.

Akhirnya kepada Allah juga kami memohon ampun, jika sampai terjadi kesalahan
dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, besar harapan kami atas masukan guna
perbaikan isi materi dari makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembangunan,
khususnya dalam pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Amin ya Robal’alamin.

Mataram, 26 Februari 2021

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................1

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................................4

1.3 Tujuan ...............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Neo Klasik..........................................................................................................6


2.2 Sejarah Munculnya Mazhab Neo Klasik..........................................................................6-8
2.3 Konsep Dasar Mazhab Neo Klasik......................................................................................8
2.4 Pendekatan Marginal Mazhab Neo Klasik........................................................................8-9
2.5 Pemikiran Dalam Mazhab Neo Klasik............................................................................9-12
2.6 Dua Generasi Dalam Mazhab Neo Klasik....................................................................12-14
2.7 Pokok-Pokok Ajaran Dalam Mazhab Neo Klasik........................................................14-16
2.8 Perbedaan Mazhab Neo Klasik Dengan Mazhab Lainnya............................................16-17
2.9 Aplikasi Mazhab Neo Klasik Dalam Kehidupan Sehari-Hari......................................17-18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemikiran-pemikiran ekonomi yang berkembang saat ini telah mengalami suatu proses
yang panjang. Perkembangan dunia diikuti juga oleh perkembangan pemikiran disemua
bidang kehidupan, tidak terkecuali dibidang ekonomi. Perkembangan awal mengenai teori
ekonomi klasik dilanjutkan oleh munculnya teori neoklasik.

Mazhab neoklasik  telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori
maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau
biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Jika pada
mazhab Klasik mengutamakan segi pasok, biaya produksi, barang dan jasa yang
bersangkutan, maka pada mazhab Neo Klasik menjnelaskan kenyataan bahwa ekonomi
masyarakat yang sudah majemuk ditandai dengan beralngsungnya proses tukar-menukar
dalam transaksi jual-beli di pasar.

Pokok permasalahan pada mazhab neo klasik berkisar pada soal penawaran dan
permintaan harga (supply-demand-curve). Dalam tingkat akhir, nilai suatu barang ditentukan
oleh penilaian subjektif dari pihak konsumen. Berdasarkan pertimbangan pokok tersebut
dikembangkan pengertian kepuasan marginal. Oleh sebab itu, mazhab Neo-Klasik sering
disebut dengan aliran kepuasan marginal.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan neo klasik ?
2) Bagaimana sejarah munculnya mazhab neo klasik ?
3) Bagaimana konsep dasar mazhab neo klasik ?
4) Bagaimana pendekatan marginal dalam mazhab neo klasik ?
5) Apa saja pemikiran dalam mazhab neo klasik ?
6) Baagaimana dua generasi dalam mazhab neo klasik ?
7) Apa saja pokok-pokok ajaran dalam mazhab neo klasik ?
8) Bagaimana perbedaan antara mazhab neo klasik dengan mazhab lainnya ?
9) Bagaimana pengaplikasian mazhab neo klasik dalam kehidupan sehari-hari ?

4
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian neo klasik.
2) Untuk mengetahui sejarah munculnya mazhab neo klasik.
3) Untuk mengetahui konsep dasar mazhab neo klasik.
4) Untuk mengetahui pendekatan marginal mazhab neo klasik.
5) Untuk mengetahui pemikiran dalam mazhab neo klasik.
6) Untuk mengetahui dua generasi dalam mazhab neo klasik.
7) Untuk mengetahui pokok-pokok ajaran dalam mazhab neo klasik.
8) Untuk mengetahui perbedaan antara mazhab neo klasik dengan mazhab lainnya.
9) Untuk mengetahui pengaplikasian mazhab neo klasik dalam kehidupan sehari-hari.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Neo Klasik

Neo-klasik adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan beberapa aliran


pemikiran ilmu ekonomi yang mencoba menjabarkan pembentukan harga, produksi, dan
distribusi pendapatan melalui mekanisme permintaan dan penawaran pada suatu pasar.
Asumsi maksimalisasi utilitas mendekatkan mazhab ini pada aliran ekonomi marginalis yang
lahir pada akhir abad 19. Tiga penggagas utama mazhab ini adalah Léon Walras, Carl
Menger dan William Stanley Jevons.

Istilah neo-klasik sendiri diperkenalkan pertama kali oleh Thorstein Veblen pada
tahun 1900 untuk mengkategorikan segolongan ekonom yang mendukung revolusi marginalis
yang digagas oleh William Stanley Jevons. Di antara ekonom tersebut terdapat Alfred
Marshall dan para ekonom Austria (Mazhab ekonomi Austria). Sejak dekade 1930-an,
diawali oleh pemikiran John Hicks, aliran ekonomi walrasian (yang dipelopori oleh Léon
Walras) semakin mendapat tempat di antara kaum ekonom marginalis. Aliran walrasian
mengadopsi pemikiran Keynesianisme dalam sintesis neo-klassik. Evolusi ini berakibat pada
pemisahaan dari para ekonom Austria dari mazhab neo-klassik.

2.2 Sejarah Munculnya Mazhab Neo Klasik

Mazhab neoklasik lahir berkaitan dengan masalah ekonomi-sosial yang belum


terselesaikan dengan baik. Pemikiran-pemikiran ekonomi klasik yang diaplikasikan dalam
revolusi industri tidak sepenuhnya memberikan solusi. Terbukti masih tingginya kemiskinan
masyarakat, meskipun tingkat produktivitas tinggi dan sejarah membuktikan bahwa naiknya
pendapatan nasional tidak selalu disertai dengan jaminan pemerataan diantara lapisan
masyarakat. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencemooh ajaran klasik, seperti lahirnya
pemikiran sosialisme, dukungan terhadap serikat buruh, atau tuntutan terhadap intervensi
pemerintah untuk mengatur perekonomian ditentang oleh kaum neoklasik yang berpendapat
bahwa meskipun teori-teori yang dilahirkan mazhab klasik tidak cermat, namun pandangan
kebijaksanaan mereka tepat. Pendapat mazhab neoklasik tentang konsep marjinal telah
berhasil meninggalkan teori nilai kerja dari Ricardo dan memecahkan masalah nilai dan harga
yang belum sempat diselesaikan.

6
Teori-teori yang dikembangkan oleh Marx dan Engels mendapat banyak tanggapan
dari pakar-pakar ekonomi, baik dari kaum sosialis sendiri maupun dari pendukung sistem
liberal-kapitalisme. Pemikiran-pemikiran ekonomi dari para pakar pendukung sistem liberal
ini kemudian dimasukkan ke dalam suatu kelompok pemikiran ekonomi tersendiri yang
disebut mazhab Neo-Klasik. Disebut sebagai neo klasik atau teori klasik baru, karena
pemikiran-pemikiran kaum neo-klasik ini juga sekaligus merupakan pembaruan dan
pembelaan terhadap pemikiran kaum klasik dalam menanggapi kritikan kaum marxis. Para
pakar neo klasik kala itu berusaha mengkaji ulang tentang pokok pikiran teori Klasik yang
dikritik oleh Marx, yakni dalam hal nilai kerja dan tingkat upah. Tingkat upah dan nilai kerja
dianggap oleh Marx sebagai penyebab utama yang akan meruntuhkan kejayaan kaum
kapitalis. Beberapa pakar yang berusaha melakukan penelitian yakni W. Stanley Jevons,
Leon Walras, Karl Menger dan Alfred Marshall. Keempat pakar ini melakukan penelitian
mengenai hal yang sama, yakni teori nilai lebih dari Marx.

Dalam teori nilai lebih Marx (surplus value), diasumsikan bahwa usaha para kapitalis
untuk mendapatkan laba setinggi mungkin akan menekan para buruh. Tekanan yang besar
terhadap buruh akan membuat buruk memberontak dan menggulingkan para kapitalis. Pada
akhirnya, kekuasaan pemerintahan akan dipegang oleh para buruh. Proses ini diyakini Marx
akan terjadi secara otomatis dan akan menjadi tanda keruntuhan bagi kaum kapitalis.
Berdasarkan asumsi tersebut, keempat pakar membuat penelitian secara terpisah dengan
landasan teori-teori ekonomi. Lalu, kesimpulan yang mereka dapatkan rupanya sama. Dalam
penelitian mereka, didapatkan bahwa teori surplus value Marx tidak mampu menjelaskan
tentang nilai komoditas (modal) ini secara tepat.

Kesimpulan tersebut meruntuhkan seluruh bangunan teori sosialis yang


dikembangkan Marx dan Engels, serta mengembalikan kekokohan sistem kapitalis. Hal ini
sekaligus menyelamatkan para kapitalis dari kemungkinan krisis. Selain itu, para pakar
ekonomi Neoklasik juga menolak kritikan Marx mengenai asumsi mekanisme pasar. Marx
mengklaim bahwa pemikiran kaum klasik mengenai mekanisme pasar yang bisa berjalan
dengan sendirinya, yang pada akhirnya akan mengarah pada keseimbangan tanpa harus ada
campur tangan pemerintah, adalah keliru. Pemikir Neoklasik memang mengakui bahwa
ekonomi memang tidak selalu bisa berjalan mulus secara alami, dan tidak bisa selalu menuju
keseimbangan secara otomatis. Akan tetapi, kaum Neoklasik lebih tidak setuju jika harus
mengabaikan keberadaan mekanisme pasar serta menyerahkan segalanya kepada pemerintah.

7
Bagi Neoklasik, kelemahan pasar dan ketidaksempurnaan pasar dapat diatasi oleh
pemerintah, dan memang pemerintah seharusnya campur tangan dalam hal ini. Akan tetapi,
batasan campur tangan pemerintah dalam hal ekonomi ini hanya sebatas memperbaiki
distorsi yang berlangsung dipasar, dan bukannya malah menggantikan fungsi mekanisme
pasar itu sendiri

2.3 Konsep Dasar Mazhab Neo Klasik

Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi, baik dalam teori
maupun metodolginya. Teori nilai guna tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau
biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marginal (marginal utility). Pendekatan ini
merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi. Salah satu pendiri mazhab neo
klasik yaitu Gossen. Dia telah memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang
kemudian disebut Hukum Gossen I dan II. Selain Gossen, Jevons dan Manger juga
mengembangkan teori nilai dari kepuasan marginal. Jevons berpendapat bahwa perilaku
individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang, dan perbedaan preferensi yang
menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Manger menjelaskan teori nilai dari orde
berbagai jenis barang. Menurutnya, nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat kepuasan
terendah yang dapat dipenuhinya.

2.4 Pendekatan Marginal Mazhab Neo Klasik

Beberapa pakar menyebut arus utama pemikiran neo-klasik sebagai marginal


revolution, sebab telah ditemukannya pendekatan baru yaitu pendekatan marjinal. Analisis
marjinal ini mengaplikasikan kalkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen dan
produsen serta penentuan harga-harga di pasar. Artinya, unit analisis pembahasan yang
digunakan dalam menjelaskan ekonomi lebih bersifat mikro. Konsep marjinal ini sering
diakui sebagai kontribusi utama dari aliran atau mazhab Austria. Akan tetapi jika ditelusuri
kebelakang ternyata teori ini telah cukup lama dikembangkan oleh pengarang terdahulu,
tepatnya oleh Heindrich Gossen.

Heindrich Gossen (1810-1858) telah lama menggunakan konsep marginal dalam


menjelaskan kepuasan atau faidah (utility) dari pengkonsumsian sejenis barang. Pemikiran
gossen ini dituangkan dalam sebuah dalil, yang disebut dengan Hukum Gossen I dan II.
Hukum Gossen pertama menyatakan bahwa “Semakin banyak barang dikonsumsi, maka
tingkat kepuasan dari barang tersebut akan semakin menurun”. Selanjutnya Hukum Gossen

8
kedua menyatakan bahwa “Sumber daya dan dana yang tersedia selalu terbatas secara relatif
untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang relatif tak terbatas”. Dengan demikian,
berdasarkan hukum Gossen tersebut dapat diketahui bahwa kepuasan maksimum tercapai
apabila faidah marginal untuk setiap barang yang dibutuhkan sama besar nilainya. Namun
dengan syarat semua sumber daya dan dana terpakai habis seluruhnya.

2.5 Pemikiran Dalam Mazhab Neo Klasik

Pemikiran mazhab neoklasik terbagi menjadi beberapa pemikiran berdasarkan pusat


pemikirannya dalam menganalisis masalah ekononomi, pemikiran ekonomi tersebut terdiri
atas mazhab-mazhab sebagai berikut:

1) Mazhab Austria
Mazhab Austria merupakan sebutan bagi para ekonom yang berasal dari Universitas
Wina (Austria) yang merupakan pendukung dari pemakai konsep marginal. Tokoh utamanya
adalah Karl Menger, Friedrich Von Wieser dan Eugen Van Bohm Bawerk. Adapun ciri-ciri
pemikiran mazhab Austria ini adalah penerapan kalkulus dalam pengembangan teori-
teorinya. Secara terperinci dapat diketahui karya dari setiap tokoh tersebut, yang pertama
adalah Karl Menger (1840-1921), karya utamanya adalah Grunsatze der Volks
Wirtschaftslehre (1871). Dalam buku tersebut Menger mengembangkan teori utilitas marjinal
yang memberikan pengaruh besar dalam pengembangan teori-teori ekonomi. Tokoh
selanjutnya yaitu Friederick von Wieser (1851-1920). Karya utama yang dihasilkan adalah
Uber den Ursprung und die Hauptgesetze des Wirtschaftlichen Wartes (1884), Der
Naturaliche Wert (1889), dan Theorie der Gesselschatlitchen Wirtschaft (1914). Wieser telah
berjasa dalam mengembangkan teori utilitas marginal dengan menambahkan biaya
opportunitas (Deliarnov, 2010: 108).
Tokoh terakhir yaitu Eugen Van Bohm Bawerk, kontribusi utama Bohm Bawerk ini
adalah dalam mengembangkan teori tentang modal (theory of capital) dan teori tingkat suku
bunga (dalam bukunya Capital of interest, 1884) serta karya lainnya tentang modal yaitu
Positive Theory of Capital (1889). Teori-teori pemikiran mazhab Austria ini kemudian
dikembangkan oleh tokoh-tokoh lainnya, seperti Knut Wicksell, von Misses, F.A Hayyek dan
J.R Hicks.

9
2) Mazhab Lausanne
Pemikiran utama mazhab Lausanne adalah analisis yang komprehensif tentang teori
keseimbangan umum. Tokoh pertamanya adalah Leon Walras yang juga dianggap sebagai
pendiri aliran mazhab Lausanne. Karya utamanya adalah Element of Pure Economics (1878)
dan dianggap sebagai mahakarya dalam bidang ekonomi. Pada karyanya tersebut, Walras
berhasil mengungkapkan teori keseimbangan umum dengan pendekatan matematis.
Sebenarnya konsep keseimbangan umum pernah dibahas oleh pemikir ekonomi
sebelumnya, seperti Adam Smith, Quesnay, Cournot, J.H. Von Thunen. Namun, hanya
Walras yang mampu memberikan kisi yang lebih jelas tentang interdepensi bagian-bagian
ekonomi dalam model keseimbangan umum (general equilibrium model). Selain itu, dia
juga menguraikan dengan jelas bahwa perubahan suatu faktor atau bagian ekonomi akan
membawa perubahan pada variabel-variabel lain dalam sistem ekonomi tersebut secara
menyeluruh. Atas jasanya, Walras dihargai sebagai pendiri dan pengembang ilmu ekonomi
matematika. Selanjutnya, ilmu ekonomi matematika Walras dikembangkan oleh Frosch dan
Tinbergen menjadi ilmu ekonomterika dan Wassily Leontief dalam konsep analisis input-
output.

Tokoh mazhab Lausanne lainnya yaitu Vilfredo Pareto. Pareto banyak menjelaskan
kondisi-kondisi yang harus dipenuhi agar sumber-sumber daya dapat dialokasikan sehingga
memberikan hasil yang optimum dalam model keseimbangan umum. Menurut Pareto, suatu
pengalokasian sejumlah sumber disebut efisien jika dalam suatu realokasi tidak ada seorang
individu pun yang dapat memperoleh kesejahteraan tanpa mengurangi kesejahteraan orang
atau individu lainnya. Sederhananya pengalokasian sumber-sumber disebut efisien jika
keadaan atau kondisi yang dicapai secara jelas dan tidak bisa dibuat menjadi lebih baik lagi,
hal ini disebut dengan hukum Pareto atau Pareto’s Law.

3) Mazhab Cambridge

Pelopor aliran mazhab Cambridge adalah Alfred Marshall, dia dianggap sebagai pelopor
atau pendiri mazhab Cambridge (Cambridge School of Economics) di Inggris. Beberapa
karya utamanya antara lain The Pure Theory of Foreign Trade(1879), The Principles of
Economy(1890), Industry and Trade (1919), dan Money, Credit and Commerce(1923).
Diantara buku tersebut, karya buku yang berjudul The Principles of Economy yang
memberikan pengaruh paling besar terhadap pengembangan teori-teori ekonomi selanjutnya.
Intisari pemikiran Marshall dan tokoh mazhab lainnya yaitu mengenai analisis faktor-faktor

10
yang menentukan harga-harga relatif. Para tokoh ini tidak setuju dengan teori nilai biaya
produksi dari kaum klasik yang menyatakan bahwa “harga barang ditentukan oleh biaya-
biaya yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut” atau harga ditentukan dari sisi
pnawaran. Sebaliknya para kaum neoklasik mempercayai bahwa yang paling menentukan
harga adalah sesuai dengan teori utilitas marginal yaitu utilitas yang diterima dari
pengkonsumisan unit terakhir dari barang tersebut atau dari sisi permintan. Akan tetapi,
Marshal menggabungkan kedua konsep tersebut. Sehingga ia menyimpulkan bahwa harga
terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan di pasar: penawaran dari pihak produsen dan
permintaan dari pihak konsumen.

Pemikiran lainnya yaitu tentang konsep utilitas total (total utility), utilitas marginal
(marginal utility) dan utilitas rata-rata (average utility). Sebagai contoh dalam menjelaskan
paradox antara intan dan air. Adam Smith sebagai tokoh utama klasik menyatakan bahwa air
sangat berfaedah, tetapi mempunyai harga yang rendah, sebaliknya intan kurang berfaedah
tapi mempunyai harga yang tinggi. Menurut Smith hal ini karena biaya yang diperlukan
untuk memperoleh air rendah, sedangkan biaya untuk memperoleh intan tinggi. Marshall
sebagai tokoh mazhab Cambridge menyatakan bahwa faktor yang menentukan harga selain
faktor biaya adalah faktor subjektif dari pihak produsen maupun konsumen. Unsur subjektif
dari pihak konsumen adalah pendapatan (daya beli), sedangkan faktor subjektif dari pihak
produsen adalah kondisi keuangan perusahaan. Lebih lanjut Marshall menyatakan bahwa
harga terbentuk sebagai interaksi atara kekuatan permintaan dan penawaran yang dilakukan
oleh produsen maupun konsumen. Apabila harga yang terbentuk melebihi biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut, maka produsen akan memperoleh
keuntungan begitu pula sebaliknya.
Marshall dianggap sebagai salah satu ekonom ulung yang karya-karyanya sangat
fundamental dalam pengembangan ekonomi. Selain terkenal dalam kepakarannya, Marshall
terkenal sangat peduli terhadap nasib kaum miskin. Menuurtnya, ilmu ekonomi sebagai alat
dan sarana untuk memperoleh kesejahteraan umat (economics is a tool forbetterment) dan
sebagai kekuatan untuk menemukan kebenaran (as engine for discovery of truth) selanjutnya
menurut Marshall kebenaran tersebut harus ditujukan pada penyelesaian masalah kemiskinan
dan kemelaratan.
Tokoh terakhir dari mazhab Cambridge adalah Pigou, yaitu orang yang mengemukakan
konsep real balance effect, yang kemudian dikenal dengan Pigou effect. Dampak Pigou
adalah suatu stimulasi kesempatan kerja yang disebabkan oleh meningkatnya nilai riil dan

11
kekayaan liquid sebagai konsekuensi dari turunnya harga-harga. Konsep ini merupakan dasar
dari pemikiran kaum klasik dan neoklasik yang percaya bahwa keseimbangan kesempatan
kerja penuh (full employment equilibrium) dapat tercapai.

2.6 Dua Generasi Mazhab Neo Klasik

Para pemikir neoklasik secara sederhana dapat dibagi ke dalam dua kelompok aliran,
yakni aliran generasi pertama dan generasi kedua. Kedua aliran ini dibedakan dari sudut
pandangnya dalam melihat teori yang dicetuskan kaum Klasik. Aliran Neoklasik generasi
pertama lebih banyak mengarahkan usahanya dalam memperbaiki teori-teori yang dicetuskan
kaum Klasik. Akan tetapi, mereka masih mempercayai anggapan kaum Klasik terkait prinsip
pasar persaingan sempurna dan anggapan bahwa ekonomi akan selalu menuju pada
keseimbangan.

Adapun aliran neoklasik generasi kedua lebih banyak menolak pandangan kaum
Klasik, terutama dalam hal pasar persaingan sempurna Adam Smith. Mereka beranggapan
bahwa dalam kehidupan nyata, asumsi-asumi kaum Klasik banyak terlanggar karena berbagai
faktor yang dapat mengakibatkan pasar berjalan tidak sempurna.

A. Neoklasik Generasi Pertama

Neoklasik Generasi Pertama masih dibedakan lagi dalam dua kelompok, yakni kelompok
ekonomi Austria (The Classical Liberal Perspectives), dan kelompok ekonomi Cambridge
(The Modern Liberal Perspective). Kelompok pertama generasi pertama banyak menelaah
terkait teknik-teknik matematika, seperti kalkulus. Pakar neoklasik dalam mazhab Austria ini
mengembangkan pembahasan ekonomi yang bersifat mikro. Mereka jugalah yang
memisahkan istilah political economy, sehingga ilmu ekonomi dapat berdiri sendiri sebagai
disiplin ilmu yang mandiri.

Sedangkan kelompok kedua generasi pertama Neoklasik memiliki pendekatan yang


berbeda. Kelompok Cambride yang salah satunya adalah Alfred Marshall lebih banyak
memperhatikan nasib kaum marginal. Marshal beranggapan bahwa ilmu ekonomi politik
seharusnya bisa menjadi sarana untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat, sekaligus
sebagai motor penggerak dalam mengungkap kebenaran guna mengatasi kemiskinan dan
kemelaratan.

12
B. Neoklasik Generasi Kedua

Pakar Neoklasik generasi kedua mulai bermunculan pada tahun 1930-an. Mereka adalah
Piro Srafa, Joan Violet Robinson, dan Edward Chamberlin. Menurut para pakar ekonomi
Neoklasik, pasar tidak hanya berupa pasar persaingan sempurna seperti yang diasumsikan
oleh kaum Klasik. Tidak ada mekanisme pasar yang mutlak dapat membawa pasar dalam
sebuah persaingan sempurna hingga otomatis mencapai titik keseimbangannya sendiri. Para
pakar Neoklasik berasumsi bahwa sangat mungkin terjadi pasar persaingan tidak sempurna,
seperti kompetisi, monopoli, oligopoli, monopsoni dan sejenisnya. Kemungkinan terjadinya
ketidaksempurnaan pasar ini karena asumsi-asumsi pasar persaingan sempurna yang bisa saja
terlanggar. Sebagai contoh, jumlah penjual dan pembeli, produk yang homogen, perusahaan
yang bebas keluar masuk pasar, serta informasi sempurna, dan sebagainya yang tidak selalu
terkondisi sesuai dengan asumsi pasar persaingan sempurna. Jika asumsi-asumsi ini
terlanggar, maka pasar tidak lagi beroperasi dalam bentuk pasar persaingan sempurna,
melainkan dalam bentuk pasar persaingan tidak sempurna.

Hal ini menjadi perbedaan paling mencolok dari ekonomi Neoklasik dengan ekonomi
Klasik. Ketika pasar terjadi dalam bentuk persaingan tidak sempurna, maka menurut pakar
Neoklasik, hal ini menjadi peluang bagi tindakan politik untuk ikut campur. Pada kondisi ini,
pemerintah perlu ‘mengoreksi’ ketidaksempurnaan yang terjadi dalam pasar. Para pakar
Neoklasik menyatakan bahwa pemerintah perlu berperan dalam mengarahkan perekonomian
ke arah ideal agar pasar dapat berfungsi layaknya pasar persaingan yang sempurna. Namun,
campur tangan pemerintah ini ditegaskan hanya pada proses dan keputusan politik terkait
perbaikan pasar.

Akan tetapi, pakar Neoklasik sama sekali tidak membahas tentang perlunya campur
tangan pemerintah dalam masalah-masalah sosial, seperti redistribusi pendapatan,
pemberantasan kemiskinan, kesenjangan sosial, perbaikan tingkat kesehatan masyarakat,
memajukan pendidikan, isu –isu lingkungan, dan sejenisnya. Hal yang lebih banyak dibahas
para pemikir Neoklasik ini adalah persoalan eksternalitas, barang publik serta pasar
persaingan tidak sempurna secara umum. Proses politik yang diusulkan untuk dilakukan
pemerintah salah satunya dengan menetapkan larangan terhadap aktivitas yang menimbulkan
eksternalitas itu sendiri.

13
Selain itu, bisa juga dengan melakukan pajak bagi aktivitas yang menimbulkan
eksternalitas negatif, pemberian subsidi bagi aktivitas dengan dampak positif, serta
penggunaan hak kepemilikan. Sedangkan jika permasalahan terkait barang publik, maka
pemerintah bisa mengambil alih pengadaannya. Berbagai peran pemerintah ini harus
dilakukan guna menjaga pasar tetap berfungsi layaknya pasar persaingan sempurna. Sebab,
adalah hal yang logis jika perusahaan berusaha mencapai laba maksimum dengan
menggunakan berbagai macam cara. Perusahaan mungkin akan berusaha mempengaruhi
harga dan output dengan melakukan monopoli, menguasai teknologi, serta menguasai modal
dan finansial untuk kelompok sendiri.

2.7 Pokok-Pokok Ajaran Mazhab Neo Klasik

Dasar teori yang digunakan dalam pemikiran mazhab neoklasik adalah teori-teori
dasar yang telah diletakkan oleh mazhab klasik. Namun, demikian mazhab neoklasik
menggunakan pendekatan baru, khususnya pendekatan yang yang berhubungan dengan teori
nilai, harga dan distribusi pendapatan diantara faktor-faktor produksi. Secara garis besar
konsep dasar mazhab neoklasik terdiri dari 10 prinsip atau tema pokok yaitu:
1. Analisis terpusat pada konsep marginal. Mazhab neoklasik konsisiten dalam
mengembangkan konsep marginal dari teori sewa tanah diferensial David Ricardo
sebelumnya ke seluruh teori ekonominya. Konsep-konsep marginal yang dihasilkan
oleh mazhab neoklasik diantaranya adalah pendapatan marjinal, biaya marjinal,
produksi marjinal, laba marjinal, marjinal investasi, rasio output tambahan dan lain
sebagainya.
2. Mengutamakan pendekatan mikro. Mazhab neoklasik beranggapan bahwa pendekatan
mikro lebih penting dibandingkan pendekatan makro. Oleh karena itu, analisis-
analisis yang digunakannya menekankan pada pendekatan pribadi atau perusahaan
secara individu. Perhitungan ekonomi yang digunakan mempertimbangkan keputusan
individu, kondisi pasar untuk suatu jenis barang individu dan output perusahaan
secara spesifik.
3. Penggunaan metode abstrak-deduktif. Metode ini merupakan metode penarikan
kesimpulan melalui penalaran. Penggunanan metode ini dipelopori oleh Mazhab
klasik yang untuk memperoleh kesimpulan khusus berangkat dari kesimpulan umum.
4. Pendekatan keseimbangan. Kaum neoklasik sama halnya dengan klasik, yaitu percaya
bahwa semua kekuatan ekonomi akan menuju pada titik keseimbangan (equilibrium),

14
seperti keseimbangan harga yang terjadi antara kekuatan permintaan dan penawaran.
Beberapa ekonom neoklasik, yaitu Piero Sraffa, Edward Chamberlin dan Joan
Robinson menguji ulang konsep keseimbangan pasar secara mendalam. Hasil dari
analisisinya menyimpulkan bahwa pasar tidak selalu dalam kondisi keseimbangan
sempurna. Terdapat kondisi yang menyebabkan pasar menjadi persaingan
monopolistik dan persaingan tak sempurna.
5. Pengintegrasian tanah dan modal. Kaum neoklasik meyakini bahwa tanah dan modal
menjadi bagian utama dalam mengembangkan suatu usaha. Adapun bunga, sewa, dan
laba sebagai imbal hasil dari sumber daya kepemilikan.
6. Perilaku ekonomi rasional. Kaum neoklasik beranggapan bahwa pada dasarnya
manusia akan selalu bertindak rasional. Tindakan manusia dianggap benar, apabila
tindakan tersebut mengarah pada kebahagiaan. Oleh karena itu, bentuk utama rasional
manusia adalah akan selalu bersikap yang memaksimumkan fungsi guna. Fungsi guna
ini menyatakan bahwa ‘kebahagiaan terbesar diperoleh dari jumlah terbesar’, artinya
kebahagiaan akan dicapai apabila dapat memaksimumkan fungsi guna atau utilitas
dan menurut mazhab neoklasik ini menjadi tujuan murni manusia.
7. Keterlibatan pemerintah minimal. Sama halnya dengan pemikiran klasik, mazhab
neoklasik beranggapan bahwa keterlibatan pemerintah dalam perekonomian harus
dibatasi, karena ini merupakan pilihan kebijakan yang terbaik. Tujuan dari kebijakan
ini adalah untuk memperoleh kemanfaatan sosial yang besar dari terlaksananya
hukum-hukum ekonomi alamiah.
8. Penekanan pada persaingan murni. Analisis pasar mazhab neoklasik berdasarkan pada
asumsi pasar persaingan sempurna (perfect competition). Dengan asumsi tersebut,
maka tidak ada perseorangan atau perusahaan yang mempunyai cukup kekuasaan
ekonomi untuk mempengaruhi harga pasar dengan jelas. Setiap individu perusahaan
apapun tidak mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi permintaan dan penawaran
dan melakukan intervensi terhadap penetapan harga. Prinsip ini muncul karena asumsi
yang mereka gunakan bahwa di pasar terdapat banyak pelaku usaha dalam satuan-
satuan kecil. Namun, dalam realitasnya konsep pasar sempurna dipastikan hampir
tidak ada, karena pada kenyataannya diantara para pelaku usaha di pasar memiliki
posisi pasar yang tidak sama. Eduard Chamberlin dan Joan Robinson telah berhasil
memperbaiki konsep pasar persaingan sempurna mazhab neoklasik dengan
menyatakan bahwa kemungkinan bentuk pasar yang terjadi adalah pasar persaingan
monopolistik, yaitu bentuk pasar yang menjual barang-barang sejenis tapi memiliki

15
perbedaan-perbedaan (diferensiasi produk). Dengan demikian, posisi pasar dari
barang-barang sejenis tersebut pun berbeda.
9. Teori harga yang berorientasi pada permintaan. Mazhab neoklasik beranggapan
bahwa permintaan memiliki pengaruh yang kuat dalam menentukan harga. Pemikiran
ini berbanding terbalik dengan mazhab klasik yang memiliki anggapan sebaliknya,
bahwa penawaran yang akan mempengaruhi permintaan. Pemikiran neoklasik yang
berorientasi pada permintaan ini sejalan dengan pemikiran Keynesian. Namun,
diantara ekonom mazhab neoklasik, yaitu Alfrad marshall menyatakan bahwa
keseimbangan harga ditentukan oleh perpaduan kekuatan permintaan dan penawaran.
Meskipun demikian, dalam analisisnya Marshall memiliki kecenderungan terhadap
kekuatan permintaan.
10. Penekanan pada guna subjektif. Herman Heinrich Gossen dalam bukunya
Entwicklung der Gesetze des menschliches Handeln, menyatakan bahwa permintaan
tergantung pada guna marjinal yang merupakan gejala subjektif psikologis. Hasil
pemikiran Gossesn tertuang dalam Hukum Gossesn I dan II. Pada hukum tersebut
tergambarkan hukum guna yang semakin menurun (law of diminishing utility) dan
asumsi akan memenuhi berbagai kebutuhannya sampai pada tingkat yang sama.

2.8 Perbedaan Mazhab Neo Klasik Dengan Mazhab Lainnya

1. Perbedaan Mazhab Praklsaik dengan Mazhab Neo-Klasik.


 Pra Klasik
·           Belum mempersoalkan apakah pasar dalam kenyataan kehidupan sehari-hari betul-betul
mencerminkan pasar persaingan sempurna.
 Neo-Klasik
 Telah mengasumsikan pasar persaingan sempurna dan monopolistik
 Penyempurnaan dari paham sebelumnya.
 Teori ekonomi neoklasik lebih banyak mengkritik teori sebelumnya yaitu paham
klasik.

16
2. Perbedaan Mazhab Klasik dengan Mazhab Neo-Klasik.
 Mazhab Klasik dalam Perdagangan Internasional.
Teori nilai yang digunakan pada mazhab ini adalah teori biaya produksi (Adam Smith),
walaupun pada awalnya menggunakan teori nilai tenaga kerja. Barang mempunyai nilai guna
dan nilai tukar. Ongkos produksi menentukan harga relatif barang, sehingga tercipta dua
macam harga, yakni harga alamiah dan harga pasar dalam jangka panjang. Harga pasar akan
cenderung menyerupai harga alamiah dan dengan teori tersebut timbulah konsep paradoks
tentang nilai.
 Mazhab Neo-klasik dalam Perdagangan Internasional.
Pada mazhab ini, teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya
produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility).

3. Perbedaan Mazhab Historismus dengan Mazhab Neo-Klasik.


 Mazhab Neo-Klasik
·         Mazhab Neo-Klasik merupakan penyempurnaan dari paham klasik. Dalam mazhab ini telah
ada asumsi mengenai pasar persaingan sempurna dan monopolistik.\
 Mazhab Historismus
·         Mazhab Historismus tidak terlalu memikirkan asumsi mengenai pasar tersebut. Dimana
mereka hanya menekankan pada rasa nasionalisme untuk memajukan perekonomian Jerman

2.9 Aplikasi Mazhab Neo Klasik Dalam Kehidupan Sehari-Hari

a) Heinrich Gossen (1810-1858)

Heinrich Gossen telah lama menggunakan konsep marginal dalam menjelaskan


kepuasan atau faidah (utility) dari pengkonsumsian sejenis barang. Menurut Gossen,
faidah tambahan (marginal utility) dari pengkonsumsian suatu macam barang akan
semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak (Hukum Gossen I).
Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia selalu
terbatas secara relatif untuk memenuhui berbagai kebutuhan yang relatif tak terbatas
(Hukum Gossen II). Pernyataan Gossen tersebut sesuai dengan realitas yang terjadi di
dalam kehidupan masyarakat, yaitu semakin banyak kita mengkonsumsi suatu barang (1

17
jenis) maka tingkat kepuasan kita terhadap barang tersebut semakin berkurang.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas, tidak akan
terpenuhi dengan sumber daya yang sangat terbatas.

b) Pareto’s Law

Menururt Pareto, suatu pengalokasian sejumlah sumber disebut efisien jika dalam
suatu realokasi tidak ada seorang individu pun yang dapat memperoleh kesejahteraan tanpa
mengurangi kesejahteraan orang atau individu lainnya. Secara lebih sederhana, suatu
pengalokasian sumber-sumber disebut efisien jika keadaan atau kondisi yang dicapai secara
jelas dan tidak bisa dibuat menjadi lebih baik lagi. Hal ini dikenal dengan hukum Pareto
(Pareto’s Law). Kondisi yang efisien tersebut tidak harus terjadi pada saat semua orang
mendapatkan “kue” yang sama besarnya. Kondisi ini bisa saja berlangsung dengan
pemerataan pembagian kue yang pincang.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori ekonomi neo-klasik merupakan pengembangan dari teori ekonomi klasik dan telah
mengubah pandangan ekonomi baik tentang teori maupun dalam metodologinya. Teori neo-klasik
digunakan untuk berbagai pendekatan ekonomi yang berfokus pada penentuan harga, output,
pendapatan distribusi di pasar melalui penawaran dan permintaaan, Arus utama pemikiran neo-
klasik yaitu sebagai marginal revolution, karena ditemukannya pendekatang baru yaitu pendekatan
marginal (marginal utility) dikarenakan munculnya pemikiran bahwa konsumen cenderung mencari
kepuasan dalam kegiatan ekonomi. Pendekatan marginal (marginal utility) juga mengaplikasikan
kalkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen dan produsen serta penentuan harga-harga
pasar.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.portal-ilmu.com/2018/03/neo-klasik-sejarah-dan-pokok-pemikiran_22.html

http://kusumarini-endah.blogspot.com/2012/12/sejarah-pemikiran-ekonomi-mazhab.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_neoklasik

https://speunand.blogspot.com/2011/01/mazhab-neo-klasik.html

20

Anda mungkin juga menyukai