Anda di halaman 1dari 14

Kurikulum (menurut SK Mendiknas No. 232/ U/ 2000 Ps.

1 butir 6) adalah seperangkat rencana dan


pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaiannya dan
penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di
perguruan Tinggi. Sedangkan yang dimaksud dengan Kompetensi (dalam SK Mendiknas No. 045/ U/
2002, Ps. 21) adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan
tertentu.

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Berdasarkan gambaran kompetensi di atas. Maka kurikulum berbasis kompetensi adalah suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan kompetensi tugas-tugas dengan standar
performasi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tersebut.

Berdasarkan pengertian kompetensi diatas, maka kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan
sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh
peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

Jadi Kurikulum berbasis Kompetensi ialah kurikulum yang disusun berdasarkan atas elemen-elemen
kompetensi yang dapat menghantarkan peserta didik untuk mencapai kompetensi utama, kompetensi
pendukung, dan kompetensi lain sebagai a method of inquiry yang diharapkan. Yang dimaksud
dengan method inquary diantaranya adalah suatu metode pembelajaran yang menumbuhkan hasrat
besar untuk ingin tahu, meningkatkan kemampuan untuk menggunakan atribut kompetensi guna
menentukan pilihan jalan kehidupan di masyarakat, meningkatkan cara belajar sepanjang hayat
(learning to learn dan learning throughout life). Dengan kata lain, KBK adalah kurikulum yang
menitik beratkan pada pencapaian kompetensi lulusan. Dalam Taxonomi Bloom kompetensi terdiri dari
Kognitif meliputi pengetahuan, Afektif meliputi sikap, nilai, minat, dan Psikomotorik yang mencakup
ketrampilan. Pengertian Kurikulum menurut para ahli inilah pengertian kurikulum secara terminologi.

.       Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi


Dalam dokumen kurikulum 2004 dirumuskan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi
merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus
dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar,dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan (Depdiknas 2002).
KBK menuntut keragaman penggunaan berbagai sumber informasi, yang tidak hanya
mengandalkan dari mulut guru, akan tetapi dari sumber lainnya termasuk dari media elektronik
semacam komputer dan internet, vidio, dan lain sebagainya. Dengan demikian kemajuan bidang
teknologi khususnya teknologi informasi, memungkinkan siswa bisa belajar dari berbagai
sumber belajar sesuai dengan minat, kemampuan, dan kecepatan masing-masing.
Berdasarkan makna tersebut, maka KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki tiga
karakteristik utama. Pertama, KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
siswa
Kedua, implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan kepada proses pengalaman
dengan memerhatikan keberagaman setiap individu. Pembelajaran tidak hanya diarahkan untuk
menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana materi itu dapat menunjang dan
mempengaruhi kemampuan berpikir dan kemampuan bertindak sehari-hari. Ketiga, evaluasi
dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses belajar. Kedua sisi evaluasi itu sama
pentingnya sehingga pencapaian standar kompetensi dilakukan secara utuh yang tidak hanya
mengukur aspek pengetahuan saja, akan tetapi sikap dan keterampilan.
Depdiknas (2002) mengemukan karakteristik KBK secara lebih rinci sebagai berikut:
1.      Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupaun klasikal.
Artinya isi KBK pada intinya adalah menekankan pada pencapaian sejumlah kompetensi yang
harus dicapai oleh siswa. Kompetensi inilah yang selanjutnya dinamakan standar minimal atau
kemampuan dasar.
2.      Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Artinya, keberhasilan pencapaian kompetensi
dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang dijadikan acuan apakah
kompetensi yang diharapkan sudah tercapai atau belum.
3.      Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. Dalam
KBK proses menerima informasi dari guru harus ditinggalkan. Belajar adalah proses mencari
dan menemukan. Jadi menuntut keaktifan siswa, oleh sebab itu proses pembelajaran harus
bervariasi.
4.      Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
5.      Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi.
Artinya, keberhasilan pembelajaran KBK tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat
menguasai isi atau materi pelajaran, akan tetapi bagaimana cara mereka menguasai pelajaran
tersebut. Jadi hasil dan proses adalah dua sisi yang sama penting.
6.      Jadi tujuan KBK adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk menghadapai perannya
dimasa datang dengan mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life skill). Lebih lanjut, dari
berbagai sumber sedikitnya dapat diidentifikasikan enam karakteristik kurikulum berbasis
kompetensi, yaitu: (1) sistem belajar dengan modul; (2) menggunakan keseluruhan sumber
belajar; (3) pengalaman lapangan; (4) strategi individual personal; (5) kemudahan belajar;
dan (6) belajar tuntas.
7.      Pada KBK model administratifnya sama dengan model administratif kurikulum tahun 1994
yaitu, model garis staff atas ke bawah. Karena inisiatif dan gagasan datang dari pemerintah
pusat. Jadi pemerintah pusatlah yang menyusun atau mengembangkan kurikulum yang akan
dijalankan oleh tiap satuan pendidikan.
Prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi
Sesuai dengan prinsip diversifikasi dan desentralisasi pendidikan maka pengembangan
kurikulum ini digunakan prinsip dasar “kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam
pelaksanaan” prinsip kesatuan dalam kebijakan yaitu dalam mencapai tujuan pendidikan perlu
ditetapkan standar kompetensi yang harus dicapai secara nasional, pada setiap jenjang
pendidikan. Sedangkan prinsip keberagaman dalam pelaksanaan yaitu dalam menyelenggarakan
pendidikan yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran penilaian dan
pengelolaannya mengakomodasikan perbedaan yang berkaitan dengan kesiapan dan potensi
akademik, minat lingkungan, budaya, dan sumber daya sekolah sesuai dengan karakteristik
satuan pendidikan masing-masing.
“Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan
berbagai faktor yang saling terkait” (Mulyasa, 2002 : 61).
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi menfokuskan pada kompetensi tertentu
berupa pedoman pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang didemostrasikan peserta didik
sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya. Penerapan kurikulum berbasis
kompetensi memungkinkan para guru menilai hasil belajar yang mencerminkan penguasaan dan
pemahaman terhadap apa yang dipelajarinya.
Secara rinci pengembangan KBK mempertimbangkan hal-hal berikut :
         Keimanan, nilai-nilai dan budi pekerti luhur yang perlu digali, dipahami dan damalkan siswa.
         Penguatan integritas nasional yang dicapai melalui pendidikan
         Keseimbangan berbagai bentuk pengalaman belajar siswa yang meliputi etika, logika, estetika
dan kinestetika
         Penyediaan tempat yang memberdayakan semua siswa untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap sangat diutamakan seluruh siswa dari berbagai kelompok
         Kemampuan berfikir dan belajar dengan mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk
mengatasi situasi yang cepat beruibah dan penuh ketidakpastian merupakan kompetensi penting
dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
         Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperehensif (Sujatmiko, 2003 :
7).

Sedangkan prinsip dasar kegiatan belajar mengajar yang dikembangkan dalam KBK
adalah mengembangkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, bersikap dan bertanggung
jawab pada kebiasaan dan prilaku sehari-hari melalui pembelajaran secara aktif yaitu :
1.      Berpusat pada siswa
2.      Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi
3.      Memiliki semangat mandiri kerjasama dan berkompetensi perlu dilatih untuk terbiasa bekerja
mandiri, kerjasama dan berkompetensi
4.      Menciptakan kondisi yang menyenangkan
5.      Mengembangkan kemampuan dan pengalaman belajar
6.      Karakteristik mata pelajaran (Depdiknas,2003:10)

D.      Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi


1.      Keunggulan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai berikut:
a.       Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didk pada setiap aspek mata pelajaran dan
bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri.
b.      KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus dan bermuara pada hakekat
peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-
masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung
secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu,
bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge).
c.       Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-
kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,
kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek kepribadian
dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
d.      Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik /siswa (student oriented).
Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra
seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar.
Dengan demikian, peserta dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara
dan mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan
memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat diperoleh melalui
kegiatan mengindra, mengingat, berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan
sesuatu. Kegiatan tersebut dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis.
e.       Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai mata pelajaran yang diajarkan.
f.       Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran
memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran.
g.      Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi
kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang terfokus pada konten.
h.      Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat
menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan.

2.      Kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai berikut:


a.      Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator sebaiknya disusun
oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang kondisi peserta didik dan lingkungan.
b.      Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan
kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara
berkelanjutan.
c.      Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya yang
lebih pada teacher oriented.
d.     Memandang  kompetensi  sebagai sebuah entitas yang bersifat tunggal, padahal kompetensi
merupakan ” a complex  combination of knowledge,attitudes, skills and values displayed in the
context of task performance “. (Gonczi,1997), sistem pengukuran perilaku yang menggunakan
paradigma behaviorisme ditengarai tidak mampu mengukur sesuatu perilaku yang dihasilkan dari
pembelajaran bermakna (significant learning) (Barrie dan Pace,1997), dan kendala yang
dihadapi dalam mengimplementasikan KBK adalah waktu,biaya dan tenaga yang banyak.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh, dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah
dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar, dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006, dan Nomor 23
Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Salah satu perubahan yang menonjol pada KTSP dibanding dengan kurikulum sebelumnya
adalah KTSP bersifat desentralistik. Artinya, segala tata aturan yang dicantumkan dalam
kurikulum, yang sebelumnya dirancang dan ditetapkan oleh pemerintah pusat, dalam KTSP
sebagian tata aturan dalam kurikulum diserahkan untuk dikembangkan dan diputuskan oleh
pihak di daerah atau sekolah.
3.      Karakteristik KTSP
KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks desentralisasi
pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan baru terhadap system yang
sedang berjalan salama ini. Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah
dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber
belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta system penilaian.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut:
1.   Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat
tanggungjawab untuk mengembangakan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Selain itu
sekolah dan satuan pendidikan juga diberkan kewenangan untuk mengali dan engelola sumber
dana sesuai dengan prioritas kebutuhan.
2.  Partisipasi Masyarakat dan Orangtua yang Tunggi
Dalam KTSP, pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi masyarakat dan orangtua peserta
didik yang tinggi, bukan hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui
komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program
yagn dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
3.  Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
Dalam KTSP, pengembangan danpelaksanaan kurikulum didukung oleh adanya kepemimpinan
sekolah yang demokratis dan professional. Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga
pelaksana kurikulum merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas
professional. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan professional yang direkrut komite
sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.
4.   Tim-Kerja yang Kompak dan Transparan
Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pemelajaran didukung oleh kinerja
team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan. Dalam
dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara
harmonis sesuaidengan posisinya masing-masing utnuk mewujudkan suatu “sekolah yang dapat
dibanggakan” oleh semua pihak.

4.      Komponen KTSP


a.       Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu
kepada tujuan umum pendidikan berikut
1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut
2.   Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
3.  Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

b.      Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang
dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
1)      Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2)      Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3)      Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4)      Kelompok mata pelajaran estetika
5)      Kelompok mata pelajaranjasmani, olahraga dan kesehatan
5.      Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP
KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan di bawah koordinasi dan supervise dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan
kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite
sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh
dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan
kurikulum yang disusun oleh BSNP.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.      Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi
sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian
tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki
posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2.      Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap
perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri
secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan
akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan
dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua
jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan
peserta didik agar mampu dan mau belajar yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal
dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah
pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan
nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto
Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
  Kelebihan dan Kekurangan KTSP
Beberapa kelebihan KTSP adalah sebagai berikut :
1)            Mendorong terwujudnya otonoini sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah
adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di
lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal.
2)            Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
3)            KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan
mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa. Sekolah dapat menitikberatkan
pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh daerah
kawasan wisata dapat mengembangkan kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai keterampilan
hidup.
4)            KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat. Karena menurut ahli beban
belajar yang berat dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
5)            KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
6)            Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
7)            Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan
isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan siswa dan kondisi daerahnya
masing-masing.
8)            Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau
kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar.
9)            Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik kemampuan, kecakapan
belajar, maupun konteks social budaya.
10)        Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang
berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi
bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
11)        Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi (pada satuan tingkat pendidikan)
sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan yang
dituangkan dalam kurikulum.
12)        Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untyuk menyususn dan mengembangkan silabus mata
pelajaran sehingga dapat mengakomodasikan potensi sekolah kebutuhan dan kemampuan peserta
didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
13)        Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan
kemudahan belajar siswa.
14)        Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan pemahaman yang
akan membentuk kompetensi individual.
15)        Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah, masyarakat, dan
dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.
16)        Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
17)        Berpusat pada siswa.
18)        Menggunakan berbagai sumber belajar.
19)        kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinainis dan menyenangkan
Beberapa kekurangan KTSP adalah sebagai berikut :
1)            Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada.
Pola penerapan KTSP atau kurikulum 2006 terbentur pada masih minimnya kualitas guru
dan sekolah. Sebagian besar guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi peinikiran dan
ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu (KTSP), baik di atas kertas maupun di
depan kelas. Selain disebabkan oleh rendahnya kualifikasi, juga disebabkan pola kurikulum lama
yang terlanjur mengekang kreativitas guru.
2)            Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan
KTSP.
Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif merupakan salah satu
syarat yang paling urgen bagi pelaksanaan KTSP. Sementara kondisi di lapangan menunjukkan
masih banyak satuan pendidikan yang ininim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang
yang menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP.
3)            Masih banyak guru yang belum memahaini KTSP secara komprehensif baik konsepnya,
penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.
Masih rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahaini dan menguasai
KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana secara
menyeluruh. Jika tahapan sosialisasi tidak dapat tercapai secara menyeluruh, maka pemberlakuan
KTSP secara nasional yang targetnya hendak dicapai paling lambat tahun 2009 tidak
memungkinkan untuk dapat dicapai.
4)            Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak
berkurang pendapatan para guru.
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) akan menambah persoalan di
dunia pendidikan. Selain menghadapi ketidaksiapan sekolah berganti kurikulum, KTSP juga
mengancam pendapatan para guru. Sebagaimana diketahui rekomendasi BSNP terkait
pemberlakuan KTSP tersebut berimplikasi pada pengurangan jumlah jam mengajar. Hal ini
berdampak pada berkurangnya jumlah jam mengajar para guru. Akibatnya, guru terancam tidak
memperoleh tunjangan profesi dan fungsional.
Untuk memperoleh tunjangan profesi dan fungsional semua guru harus mengajar 24 jam,
jika jamnya dikurangi maka tidak akan bisa memperoleh tunjangan. Sebagai contoh, pelajaran
Sosiologi untuk kelas 1 SMA atau kelas 10 mendapat dua jam pelajaran di KTSP maupun
kurikulum sebelumnya. Sedangkan di kelas 2 SMA atau kelas 11 IPS, Sosiologi diajarkan
selama lima jam pelajaran di kurikulum lama. Namun di KTSP Sosiologi hanya mendapat jatah
tiga jam pelajaran. Hal yang sama terjadi di kelas 3 IPS. Pada kurikulum lama, pelajaran
Sosiologi diajarkan untuk empat jam pelajaran tapi pada KTSP menjadi tiga jam pelajaran.
Sementara itu masih banyak guru yang belum mengetahui tentang ketentuan baru kurikulum ini.
Jika KTSP telah benar-benar diberlakukan, para guru sulit memenuhi ketentuan 24 jam mengajar
agar bisa memperoleh tunjangan. Beberapa faktor kelemahan di atas harus menjadi perhatian
bagi pemerintah agar pemberlakuan KTSP tidak hanya akan menambah daftar persoalan-
persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita. Jika tidak, maka pemberlakuan KTSP
hanya akan menambah daftar makin carut marutnya pendidikan di Indonesia.

B. Perbedaan KBK dengan KTSP


Kurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas 2002) memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Pencapaian kompetensi siswa (individual/klasikal)
 Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
 Penyampaian pembelajaran dengan pendekatan dan metode bervariasi
 Sumber belajar guru dan sumber lainnya yang memenuhi unsur edukatif
 Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar (penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi)
 Menggunakan sistem sentralisasil penuh dari pusat

Sedangkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki karakteristik sebagai


berikut :
 Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan
 Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
 KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan
mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
 KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih
20%.
 KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.

Kedua kurikulum tersebut sama-sama mempunyai tujuan yang baik untuk memajukan
pendidikan Indonesia. Akan tetapi dari sisi sistem dan proses pelaksanannya di lapanagan
menganggap dan berpendapat bahwa Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan lebih baik untuk di
terapkan di Indonesia. Sistem dan proses yang digunakan oleh KTSP adalah sistem desentralisasi
atau otonomi pendidikan dimana setiap sekolah-sekolah di seluruh indonesia diberi kebebasan
untuk mengembangkan dan menyusun sendiri muatan-muatan mata pelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing setiap sekolah.
Dengan demikian KTSP menekankan pada proses kontekstual dalam pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa dan lingkungan serta dunia kerja. Bila dibandingkan dengan KBK
dimana sistem yang diterapkan oleh KBK adalah sistem sentralisasi yang semua perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran disusun dan dilaksanakan semuanya berdasarkan
ketentuan dari pusat, tanpa mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan sekolah serta siswa di
lapangan.

1.        Persamaan dan Perbedaan KBK dengan KTSP


a)        Persamaan.
1)        Sama-sama menekankan pada aspek kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
2)        Sama sama merupakan kurikulum yang bersifat otonomi daerah dimana setiap daerah diberikan
kesempatan yng seluas-luasnya untuk mengembangkanya.
3)        Adanya persamaan dalam perancangan pembelajaran berupa adanya standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator pencapaian.
4)        Sama sama adanya sistem evaluasi dalam penenentuan hasil belajar siswa.
5)        Adanya kebebasan dalam pengembngan yang dilakukan oleh guru waluapun di KTSP itu guru
diberikan kebebasan yang lebih.
6)        Sama -sama berorientasi pada prinsip pendidikan sepanjang hayat.
7)        Sama- sama memerlukan sarana dan prasarana yang memadai

b)        Perbedaan KBK dan KTSP


KBK KTSP
Kurang operasional Lebih operasional
Guru cenderung tidak kreatif Guru lebih kreatif
Guru menjabarkan kurikulum yang dibuat Depdiknas Guru membuat kurikulum sendiri
Sekolah kurang diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum Sekolah diberi keleluasaan untuk
mengembangkan kurikulum
Kurang relevan dengan otonomi daerah Lebih relevan

Anda mungkin juga menyukai