Naskah TA BAB 1
Naskah TA BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai dasar-dasar penelitian yang terdiri
atas latar belakang penelitian, rumusan persoalan beserta tujuan dan sasaran penelitian,
manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika
penulisan dan kerangka pemikiran dari penelitian ini.
1.1 Pendahuluan
1
2
Program ini dinilai dapat mengubah pola pikir masyarakat akan perlu dan
pentingnya kemandirian dalam penyediaan pangan bagi tingkat rumah tangga serta
memanfaatkan lingkungan sekitar menjadi lebih bersih, sehat dan produktif.
Penerapan program kampung ini pun dinilai dapat memberikan inspirasi kepada
berbagai pihak dalam menerapkan konsep urban farming pada lahan yang terbatas.
Tahun 2014 merupakan tahun awal disosialisasikan dan dimasyarakatkannya program
kampung berkebun yang dilaksanakan pada 151 RW sebagai perwakilan dari 151
kelurahan di Kota Bandung. Namun, dalam keberjalanannya sejak tahun 2014 dan
2015 hingga saat ini penerapan program kampung berkebun atau urban farming masih
belum merata pada seluruh kelurahan di Kota Bandung, hanya beberapa kelurahan saja
yang berhasil dan terus mengembangkan inovasinya. Dari total 435 RW lokasi
penerapan pada awal disosialisasikannya program, saat ini hanya tersisa 140 RW saja
yang masih bertahan. Kegagalan pada beberapa lokasi penerapan program kampung
berkebun disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan pengelolaan dari masyarakat
setempat yang membuat mereka memilih untuk tidak mengadopsi inovasi tersebut.
Berbeda dengan beberapa kelurahan yang mengalami kegagalan dalam program
kampung berkebun atau urban farming, salah satu lokasi yang berhasil dan menjadi
percontohan terbaik penerapan inovasi program kampung berkebun adalah kampung
berkebun RW 04 Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo.
Komunikasi yang terjadi antara individu satu dengan individu lainnya dalam
hal penyampaian suatu inovasi ini dalam ilmu komunikasi disebut sebagai difusi. Oleh
karenanya, keberjalanan penyebaran inovasi program kampung berkebun atau urban
6
farming di Kota Bandung sangat dipengaruhi oleh elemen utama dari difusi, yaitu
inovasi, saluran komunikasi, waktu dan sistem sosial. Selain dipengaruhi oleh elemen
utama proses difusi, dalam keberjalanan penyebaran suatu inovasi pun ditentukan oleh
faktor yang mempengaruhi masyarakat secara cepat dan aktif mau mengadopsi inovasi
program kampung berkebun tersebut. Salah satu upaya untuk meratakan
penyebarluasan inovasi program kampung berkebun atau urban farming pada seluruh
kelurahan yang ada di Kota Bandung adalah dengan meninjau bagaimana proses
penyebarluasan inovasi yang terjadi pada lokasi yang dianggap telah berhasil
menerapkan dan mengadopsi inovasi tersebut secara baik dan dalam waktu yang cepat.
keberjalanannya sejak tahun 2014 hingga saat ini penerapan program kampung
berkebun atau urban farming masih belum merata pada seluruh kelurahan di Kota
Bandung, hanya beberapa kelurahan saja yang berhasil dan terus mengembangkan
inovasinya. Sebagai salah satu lokasi percontohan terbaik penerapan program
kampung berkebun di Kota Bandung, RW 04 Kelurahan Pajajaran dapat menjadi
contoh dan rujukan dalam proses penyebarluasan inovasi bagi kelurahan atau kota lain
yang belum berhasil dalam menerapkan urban farming, sehingga masyarakat di sana
menjadi mau menerima dan mengadopsi inovasi tersebut secara aktif dan dengan
waktu yang relatif cepat.
Namun, sampai saat ini belum ada penelitian yang membahas mengenai
bagaimana proses penyebarluasan inovasi sehingga banyak masyarakat di RW 04
Kelurahan Pajajaran yang secara aktif dan cepat mau mengadopsi inovasi tersebut,
terutama terkait bagaimana proses inovasi didifusikan dan faktor apa yang paling
memengaruhi kecepatan adopsi inovasi oleh masyarakat di sana. Kegunaan
mengetahui bagaimana proses penyebaran inovasi yang terjadi di RW 04 Kelurahan
Pajajaran adalah untuk menjadi contoh dan rujukan sebagai lokasi terbaik penerapan
urban farming dalam menyelesaikan permasalahan ketahanan pangan bagi tingkat
rumah tangga dengan lahan yang sempit, upaya peningkatan pemanfaatan RTH, serta
upaya meratakan pengembangan inovasi urban farming di Kota Bandung. Dengan
demikian, kelurahan atau bahkan kota lain yang memiliki karakteristik serupa dapat
menerapkannya pada lokasi masing-masing. Selain itu, berbagai penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya cenderung berfokus pada identifikasi proses difusi dan adopsi
inovasi yang terjadi pada masyarakat saja, tanpa melihat apa faktor utama yang
menyebabkan masyarakat memutuskan untuk mau menerima dan mengadopsi inovasi
dalam waktu yang cepat sesaat setelah pertama kali mengetahui adanya suatu inovasi.
Sehingga, belum banyak penelitian yang membahas sekaligus secara lengkap
mengenai proses difusi, proses adopsi dan faktor yang paling memengaruhi kecepatan
adopsi inovasi oleh masyarakat.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan membahas mengenai proses difusi
inovasi yang terjadi serta faktor yang paling memengaruhi masyarakat RW 04
Kelurahan Pajajaran mau mengadopsi secara aktif dan dalam waktu yang relatif cepat
dibandingkan dengan lokasi program kampung berkebun lainnya. Berdasarkan uraian
8
di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu bagaimana proses difusi
inovasi program kampung berkebun atau urban farming yang terjadi di RW 04
Kelurahan Pajajaran serta apa faktor yang paling memengaruhi kecepatan adopsi
inovasi oleh masyarakat di sana, sehingga masyarakat di sana mau mengadopsi dan
mengembangkan inovasi tersebut secara aktif dan dalam waktu yang cepat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi proses difusi inovasi dan
faktor yang paling memengaruhi kecepatan adopsi inovasi program kampung
berkebun atau urban farming pada RW 04 Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo,
Kota Bandung. Adapun sasaran penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut:
1. Teridentifikasinya proses difusi inovasi program kampung berkebun atau
urban farming pada RW 04 Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota
Bandung
2. Teridentifikasinya faktor yang paling memengaruhi kecepatan adopsi inovasi
program kampung berkebun atau urban farming oleh masyarakat RW 04
Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung
Manfaat akademis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat
memberikan pemahaman dan penambahan wawasan mengenai pentingnya proses
penyebarluasan (difusi) pada suatu inovasi, agar suatu inovasi tersebut dapat diterima
dan diadopsi oleh masyarakat yang menjadi target sasaran. Khususnya bagi bidang
perencanaan wilayah dan kota hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan menjadi referensi dalam pengetahuan mengenai proses penyebaran
(difusi) inovasi pada perkotaan, khususnya untuk menangani masalah terkait
penerapan dan pengadopsian inovasi pertanian perkotaan atau urban farming.
Penelitian ini memberikan penjelasan yang komprehensif terhadap proses difusi
9
inovasi serta faktor yang paling memengaruhi kecepatan adopsi inovasi program
kampung berkebun atau urban farming pada salah satu lokasi percontohan terbaik
penerapan urban farming di Kota Bandung.
Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah untuk
mengetahui secara mendalam proses penyebaran (difusi) inovasi ide urban farming
dalam program kampung berkebun pada lokasi studi kasus RW 04 Kelurahan
Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, sehingga kelurahan atau bahkan kota
lain yang memiliki karakteristik serupa dapat menerapkannya pada lokasi masing-
masing sebagai benchmark.
Ruang lingkup yang dibahas pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu
ruang lingkup wilayah yang menunjukkan deliniasi lokasi penelitian dan ruang
lingkup materi sebagai batasan lingkup penelitian.
pengertian dari inovasi, yaitu suatu ide, cara, perilaku, produk, informasi dan
praktik-praktik yang dianggap baru oleh individu atau masyarakat yang
mengalami. Oleh karena itu, berdasarkan pengertian kedua padanan kata
tersebut, maka difusi inovasi adalah suatu proses penyebarluasan suatu ide atau
hal yang dianggap baru dalam upaya untuk merubah suatu perilaku masyarakat
melalui komunikasi dengan menggunakan media komunikasi tertentu, dalam
kurun waktu tertentu pada sekelompok anggota dari sistem sosial. Teori yang
diadaptasi dalam analisis adalah teori elemen utama difusi inovasi menurut
Rogers (2003), teori difusi inovasi menurut Dearing (2009), serta teori difusi
inovasi menurut Katz, et.al (1963).
2. Adopsi adalah keputusan untuk menerima dan menggunakan secara penuh
suatu inovasi, di mana inovasi tersebut diterima melalui saluran komunikasi.
Adopsi adalah suatu proses yang dimulai dari pengetahuan mengenai suatu
inovasi oleh seseorang/individu yang selanjutnya akan membentuk suatu sikap
tertentu, sampai pada tahap mengambil suatu keputusan untuk menerima,
menerapkan dan menggunakan inovasi tersebut ke dalam kehidupan mereka.
Menurut Rogers (2003), keputusan menggunakan secara penuh suatu inovasi
merupakan suatu pilihan terbaik bagi para pengadopsi atau adopter. Teori yang
diadaptasi dalam analisis proses adopsi inovasi adalah teori proses adopsi
inovasi menurut Rogers (2003).
3. Faktor pengaruh kecepatan adopsi inovasi ini akan menjelaskan faktor-faktor
apa saja yang memengaruhi masyarakat untuk menerapkan dan mengadopsi
inovasi secara aktif dan dengan waktu yang relatif cepat. Kecepatan adopsi
merupakan tingkat kecepatan anggota sistem sosial dalam menerima suatu
inovasi. Kecepatan adopsi dapat diukur dengan jumlah pengadopsi atau
adopter suatu inovasi dalam kurun waktu tertentu. Teori yang diadaptasi dalam
analisis faktor pengaruh kecepatan adopsi inovasi adalah teori faktor-faktor
yang memengaruhi kecepatan adopsi inovasi menurut Rogers (2003),
Mardikanto (1993), Lionberger (1960), serta menurut Ban dan Hawkins
(1999).
12
menjawab rumusan masalah pertama, yaitu bagaimana proses difusi inovasi program
kampung berkebun atau urban farming yang terjadi di RW 04 Kelurahan Pajajaran.
Kemudian tahap kedua, yaitu mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif yang
diperoleh dari hasil kuesioner untuk menjawab rumusan masalah kedua, yaitu faktor
yang paling memengaruhi kecepatan adopsi inovasi program kampung berkebun atau
urban farming oleh masyarakat RW 04 Kelurahan Pajajaran.
Pada penelitian ini, terdapat dua metode pengumpulan data yaitu pengumpulan
data primer dan data sekunder. Berikut ini merupakan paparan teknik yang digunakan
untuk setiap metode pengumpulan data.
1. Data Primer
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dari berbagai sumber yang terlibat dalam proses
penyebarluasan inovasi program kampung berkebun. Metode pengambilan data
primer yang digunakan meliputi wawancara, kuesioner dan observasi. Berikut ini
merupakan penjelasan penggunaan metode-metode tersebut.
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode eksploratif sebagai proses untuk
memperoleh informasi sesuai dengan perspektif narasumber dengan
melontarkan pertanyaan yang telah dirumuskan sesuai dengan kebutuhan data.
Menurut Creswell (2014), wawancara dapat dilakukan dengan berbagai macam
opsi, yaitu dengan face-to-face, one-on-one, in-person interview, atau yang
biasa disebut dengn tatap muka langsung, melalui media telefon antara peneliti
dengan narasumber., focus group interview, ataupun melalui surel. Metode
wawancara dipilih untuk menggali informasi mendalam terkait proses difusi
inovasi yang meliputi empat elemen utamanya, yaitu inovasi, saluran
komunikasi, waktu dan sistem sosial pada program kampung bekebun atau
urban farming berdasarkan pandangan narasumber yang dituju. Elemen-
elemen utama difusi inovasi tersebut dimasukkan ke dalam beberapa
pertanyaan sehingga peneliti memperoleh informasi mengenai proses difusi
inovasi yang terjadi pada program kampung bekebun atau urban farming.
14
b. Kuesioner
Metode pengumpulan data berupa kuesioner pada penelitian ini digunakan
untuk mengidentifikasi faktor yang paling memengaruhi masyarakat RW 04
Kelurahan Pajajaran untuk mau menerima dan mengadopsi inovasi program
kampung berkebun atau urban farming secara aktif dan dengan waktu yang
relatif cepat. Kuesioner disusun dengan membuat seperangkat pertanyaan
kepada responden atau masyarakat RW 04 Kelurahan Pajajaran. Dalam
menentukan jumlah responden yang berasal dari masyarakat, peneliti
menggunakan metode sampling. Menurut Sugiyono (2008), sampel merupakan
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Menurut Sevilla et.al dalam Wahyu Supriyanto (2017), salah satu metode yang
digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah dengan menggunakan
rumus Slovin. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus
Slovin sebagai berikut:
𝑵
𝒏=
𝟏 + 𝑵 ( 𝒆) ²
Keterangan:
n = Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi
e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Menurut Kriyantono (2014), batas kesalahan yang ditolerir untuk setiap
populasi tidaklah sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, atau 10%. Kemudian
menurut Franklin Bel, margin of error atau tingkat kepercayaan dalam hal
statistik bervariasi tergantung pada keputusan peneliti, namun standar umum
yang digunakan oleh peneliti adalah 90%, 95%, dan 99%. Adapun tingkat
kepercayaan dalam penelitian ini adalah sebesar 90%, sehingga nilai e (error
tolerance) yang digunakan adalah 0,1. Berdasarkan data dari Kantor Kelurahan
Pajajaran tahun 2019, diketahui bahwa jumlah penduduk di RW 04 Kelurahan
Pajajaran yang merupakan nilai populasi adalah sebanyak 1.055 jiwa yang
terdiri dari 331 Kepala Keluarga (KK).
Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang didapatkan berdasarkan dari
jumlah populasi KK yang ada di RW 04 Kelurahan Pajajaran, yaitu 331 KK.
Alasan penggunaan jumlah total KK sebagai ukuran populasi karena peneliti
17
di mana sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, kurang setuju diberi
skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1.
c. Observasi
Menurut Garayibah et.al dalam Emzir 2012, metode observasi dilakukan
untuk memberikan perhatian lebih dalam menemukan suatu gejala, kejadian
yang berasal dari pengamatan secara langsung oleh peneliti. Data observasi
digunakan untuk memperkuat data hasil wawancara dan kuesioner. Pada
penelitian ini, pengambilan data melalui observasi digunakan untuk
memperoleh informasi terkait gambaran umum lokasi studi dan kondisi nyata
interaksi dan keterlibatan masyarakat dalam penerapan program kampung
berkebun atau urban farming. Pengamatan secara langsung dilakukan pada
tanggal 17 Juni 2020 sampai 11 Juli 2020 dengan catatan peneliti tetap menjaga
jarak dengan masyarakat serta menerapkan protokol kesehatan.
2. Data Sekunder
Metode pengumpulan data sekunder dilakukan melalui dua cara, yaitu studi
literatur dan survei instansi.
a. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan
mempelajari berbagai dokumen kebijakan, peraturan perundangan, media
popular dan berbagai jurnal terkait topik penelitian, yang meliputi teori inovasi,
teori difusi inovasi, teori adopsi inovasi, faktor yang memengaruhi adopsi
inovasi dan teori mengenai urban farming.
b. Survei Instansi
Survei instansi dilakukan untuk mengumpulkan data gambaran umum
lokasi studi, yaitu RW 04 Kelurahan Pajajaran yang dilakukan pada Kantor
Kelurahan Pajajaran Kota Bandung. Selain itu, survei instansi pun dilakukan
pada Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung untuk mengumpulkan data
terkait lokasi penerapan program urban farming di Kota Bandung serta profil
kelompok berkebun RW 04 Kelurahan Pajajaran.
20
Terdapat 4 (empat) metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu metode analisis konten atau analisis isi yang dijelaskan secara deskriptif, metode
analisis statistik deskriptif, metode analisis statistik inferensial serta metode analisis
regresi linier berganda. Data kualitatif selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif
dengan menggunakan metode analisis konten atau analisis isi. Sedangkan data
kuantitatif selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan metode statistik deskriptif
dan metode analisis regresi berganda. Berikut ini merupakan penjelasan untuk ketiga
metode yang digunakan dalam penelitian ini.
informasi yang penting dan kontekstual dengan penelitian yang dilakukan. Menurut
Miles dan Huberman (1994) proses reduksi data adalah proses menyeleksi, memberi
fokus, simplifikasi, menarik abstraksi, dan mentransformasi data yang muncul secara
tertulis dalam penelitian di lapangan. Reduksi berarti meliputi kegiatan merangkum,
memilih hal-hal dasar, memfokuskan perhatian kepada hal-hal yang penting, dan
mengidentifikasi tema atau pola. Pada penelitian ini, reduksi data merupakan tahap
pertama yang diperlukan untuk menjawab sasaran 1 (satu) penelitian, yaitu
teridentifikasinya proses difusi inovasi program kampung berkebun atau urban
farming di RW 04 Kelurahan Pajajaran. Dalam tahap ini, peneliti menggunakan
pemberian kode atau coding agar peneliti bisa dengan cepat menemukan serta
mengelompokkan segmen yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian, hipotesis atau
tema penelitian. Reduksi data dilakukan dengan menggunakan coding yang berguna
untuk memahami rangkaian kata-kata dan mereduksi kumpulan data hasil transkrip
wawancara supaya lebih mudah dianalisis (Miles dan Huberman, 1994). Menurut
Strauss dan Corbin (1990) prosedur untuk melaksanakan pengkodean terbagi menjadi
tiga jenis kode yaitu open coding, axial coding, dan selective coding.
a. Open Coding
Open coding merupakan tahap dalam pemberian kode siklus pertama. Open
coding merupakan bagian dari analisis data di mana peneliti menguraikan,
memeriksa, membandingkan, mengkonsepkan dan mengkatagorikan hal-hal
yang ditemukan dalam teks hasil dari wawancara, observasi, dokumentasi dan
catatan harian peneliti itu sendiri. Langkah pertama untuk melakukan open
coding adalah memecah data menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk
kemudian dianalisis dan didapatkan intinya yang lalu diberikan kode sebagai
penanda. Open coding adalah proses merinci, menguji, membandingkan,
konseptualisasi, dan melakukan kategorisasi data (Strauss dan Corbin, 1990)
b. Axial Coding
Axial coding atau pengkodean aksial merupakan upaya untuk
mengelompokkan rangkuman yang didapat dari open code ke dalam jumlah
kecil kategori atau tema. Menurut Strauss dan Corbin (1990), axial coding
adalah suatu perangkat prosedur di mana data dikumpulkankembali bersama
dengan cara baru setelah open coding, dengan membuatkaitan antara kategori-
kategori. Axial coding merupakan hasil dari analisis terhadap keterhubungan
22
antara konsep yang dielaborasi pada tahap open coding menjadi satu kerangka
berpikir yang terintegrasi dalam satu kategori.
c. Selective Coding
Selective coding merupakan tahapan terakhir dalam pengkodean data.
Menurut Strauss dan Corbin (1990), selective coding adalah proses seleksi
kategori inti, menghubungkan secara sistematis ke kategori-kategori lain,
melakukan validasi hubungan-hubungan tersebut, dan dimasukkan ke dalam
kategori-kategori yang diperlukan lebih lanjut untuk perbaikan dan
pengembangan. Kategori inti mewakili fenomena utama dari penelitian. Dalam
penelitian ini, proses reduksi data ini digunakan pada transkrip wawancara.
Untuk hasil pengkodingan kutipan wawancara berada pada tabel lampiran III.
B. Penyajian Data
Alur atau tahap selanjutnya yang dilakukan setelah reduksi data adalah tahap
penyajian atau penampilan data. Menurut Miles dan Huberman (1994), penyajian
adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penampilan data adalah berupa teks
naratif yang didapat dari catatan lapangan. Selain dari itu juga dapat berbentuk matrik,
grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk tersebut menggabungkan informasi yang tersusun
dalam suatu bentuk terpadu dan mudah diarahkan, dengan demikan dapat
memudahkan peneliti untuk melihat apa yang sedang terjadi dan apakah kesimpulan
sudah dapat ditarik atau sebaliknya harus melakukan analisis ulang.
C. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Alur atau tahap terakhir dari analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Dalam proses menarik kesimpulan, peneliti perlu
mempertimbangkan hasil analisis data beserta implikasinya terhadap pertanyaan
penelitian. Penarikan kesimpulan merupakan proses yang kontinyu mengikuti
keberjalanan penelitian dan disertai juga oleh verifikasi. Verifikasi terintegrasi dengan
penarikan kesimpulan dan merupakan suatu kegiatan cross-check antara kesimpulan
yang didapatkan dengan hasil analisis (Miles dan Huberman, 1994). Dalam
mengevaluasi validitas data, peneliti menggunakan strategi triangulasi (triangulate)
sumber-sumber data yang diperoleh. Pada analisis data kualitatif, triangulasi
merupakan strategi yang dapat membantu peneliti untuk menilai keakuratan hasil
penelitian serta meyakinkan pembaca akan akuransi tersebut karena dapat
23
mengantisipasi jawaban bias yang bersifat subjektif dari narasumber atau jawaban
yang tidak sesuai dengan realita di lapangan. Data yang didapatkan dari hasil survei
diolah melalui strategi triangulasi dari berbagai sumber data dengan memeriksa bukti
dan memastikan kembali sumber-sumber yang digunakan untuk membangun
justifikasi yang koheren dengan tujuan penelitian (Creswell, 2014).
𝑃𝜇 ( 1 − 𝑃𝜇)
𝐶𝐼 = 𝑃𝑠 ± 𝑍 √
𝑛
Keterangan:
n = Sampel
Y’=a+b1X1+b2X2+…………………+bnXn
Keterangan:
Y = Variabel dependen
X = Variabel independen
Kota Bandung merupakan salah satu kota yang telah menerapkan program
pemberdayaan masyarakat dengan konsep urban farming sejak tahun 2014, yang
disebut sebagai kampung berkebun. Tujuan program kampung berkebun adalah untuk
menopang pemenuhan ketersediaan dan kualitas pangan yang baik bagi tingkat rumah
tangga, perbaikan dan pemanfaatan RTH kota, serta mendorong masyarakat untuk
menghasilkan produk pertanian yang memiliki nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi.
Tahun 2014 sampai 2015 merupakan awal diterapkannya program pada 151 kelurahan
se-Kota Bandung secara serentak dengan jumlah lokasi program sebanyak 435 RW.
Namun, dalam keberjalanannya penerapan program masih belum merata pada seluruh
kelurahan di Kota Bandung, karena hanya beberapa kelurahan saja yang berhasil dan
terus mengembangkan inovasinya sampai saat ini. Salah satu lokasi yang berhasil dan
menjadi percontohan terbaik penerapan inovasi program kampung berkebun adalah
29
Sebagai lokasi percontohan, sampai saat ini belum ada penelitian yang
membahas mengenai proses penyebarluasan inovasi, terutama terkait bagaimana
proses inovasi dikomunikasikan dan faktor yang paling memengaruhi kecepatan
adopsi inovasi oleh masyarakat RW 04 Kelurahan Pajajaran. Selain itu, berbagai
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya cenderung berfokus pada identifikasi
proses difusi dan adopsi inovasi yang terjadi pada masyarakat saja, tanpa melihat apa
faktor utama yang menyebabkan masyarakat memutuskan untuk mau menerima dan
30
mengadopsi inovasi dalam waktu yang cepat sesaat setelah pertama kali mengetahui
adanya suatu inovasi. Dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan,
maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu “bagaimana proses difusi inovasi
program kampung berkebun atau urban farming yang terjadi di RW 04 Kelurahan
Pajajaran serta apa faktor yang paling memengaruhi kecepatan adopsi inovasi oleh
masyarakat di sana?”. Rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut menjadi
dasar dalam menentukan tujuan penelitian, yaitu mengidentifikasi proses difusi
inovasi dan faktor yang paling memengaruhi kecepatan adopsi inovasi program
kampung berkebun atau urban farming pada RW 04 Kelurahan Pajajaran, Kecamatan
Cicendo, Kota Bandung. Tujuan tersebut akan diturunkan menjadi 2 (dua) sasaran
penelitian, sasaran pertama adalah teridentifikasinya proses difusi inovasi program
kampung berkebun atau urban farming pada RW 04 Kelurahan Pajajaran, Kecamatan
Cicendo, Kota Bandung. Sedangkan sasaran kedua adalah teridentifikasinya faktor
yang paling memengaruhi kecepatan adopsi inovasi program kampung berkebun atau
urban farming oleh masyarakat RW 04 Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo,
Kota Bandung.
regresi linier berganda, data yang digunakan berasal dari dari kuesioner masyarakat
yang disebarkan pada 78 sampel KK secara online dan tatap muka yang
ditransformasikan terlebih dahulu dengan MSI. Adapun tujuan analisis regresi linier
berganda adalah menghitung dan menentukan dari ke-4 faktor dan ke-15 sub-faktor
yang memengaruhi kecepatan adopsi inovasi, mana yang memiliki pengaruh terbesar
pada kecepatan masyarakat untuk mengadopsi inovasi program kampung berkebun.
Dalam keberjalanannya, hanya beberapa kelurahan saja yang berhasil mengembangkan inovasi.
Keberhasilan.pengembangan inovasi dikarenakan adanya proses komunikasi (difusi) yang baik dalam
Latar menyampaikan inovasi pada masyarakat
Belakang
Salah satu upaya untuk meratakan penyebarluasan inovasi program kampung berkebun adalah meninjau bagaimana
proses difusi inovasi dan faktor pengaruh kecepatan adopsi inovasi pada lokasi percontohan penerapan program kampung
berkebun atau urban farming di Kota Bandung
Penyebarluasan inovasi kampung berkebun di RW 04 Kelurahan Pajajaran dapat menjadi contoh dan rujukan pada
kelurahan atau kota lain, dalam menyelesaikan permasalahan ketahanan pangan bagi tingkat rumah tangga, upaya
peningkatan pemanfaatan RTH di perkotaan, serta sebagai upaya dalam meratakan pengembangan inovasi urban farming
Rumusan
Bagaimana proses difusi inovasi program kampung berkebun atau urban farming yang terjadi di RW 04 Kelurahan
Masalah Pajajaran serta apa saja faktor yang paling memengaruhi kecepatan adopsi inovasi oleh masyarakat di sana?
Mengidentifikasi proses difusi inovasi dan faktor yang paling memengaruhi kecepatan adopsi inovai program kampung
Tujuan berkebun atau urban farming pada RW 04 Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung
Teridentifikasinya proses difusi inovasi program kampung Teridentifikasinya faktor yang paling memengaruhi
berkebun atau urban farming pada RW 04 Kelurahan kecepatan adopsi inovasi program kampung berkebun
Sasaran Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung atau urban farming oleh masyarakat RW 04 Kelurahan
Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung
Metode
Pengumpulan Wawancara Kuesioner Observasi Data Wawancara Kuesioner Data
Data Sekunder Sekunder
Metode
Analisis Konten, Analisis Statistik Deskriptif dan Analisis Analisis Statistik Deskriptif dan Analisis Regresi
Analisis Data Statistik Infrensial Linier Berganda
Proses difusi inovasi terutama elemen utama difusi yang Faktor yang paling memengaruhi kecepatan adopsi
berpengaruh pada penyebarluasan program kampung inovasi program kampung berkebun atau urban
berkebun atau urban farming pada RW 04 Kelurahan farming oleh masyarakat RW 04 Kelurahan Pajajaran,
Keluaran Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung Kecamatan Cicendo, Kota Bandung
Kesimpulan dan
Rekomendasi
Kesimpulan proses difusi inovasi dan faktor yang paling memengaruhi kecepatan adopsi inovai program kampung
berkebun atau urban farming pada RW 04 Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. Rekomendasi
kepada Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung berupa upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam meratakan
penyebarluasan dan pengembangan inovasi urban farming di Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN
Bagian tinjauan pustaka akan menjelaskan pustaka yang menjadi landasan dan
dasar-dasar teori dalam penelitian ini meliputi bahasan mengenai inovasi, inovasi
dalam pembangunan kota, difusi inovasi, adopsi inovasi, faktor-faktor pengaruh
kecepatan adopsi inovasi, urban farming, dan manfaat penerapan urban farming.
BAB IV ANALISIS
Bagian ini akan menjelaskan temuan studi, kesimpulan, dan rekomendasi dari
proses difusi inovasi dan faktor yang memengaruhi kecepatan adopsi inovasi yang
terjadi pada masyarakat RW 04 Kelurahan Pajajaran berdasarkan hasil studi yang
dilakukan. Selain itu, dipaparkan juga kelemahan studi dan saran untuk dilakukannya
studi lanjutan.