LOKAL
DOSEN PENGAMPU : SAIDIN HAMZAH M. HUM
DISUSUN OLEH :
HAMSINAR (18.2500.063)
Banyak sekali kekurangan penulis dalam menyusun makalah ini baik menyangkut isi
atau yang lainnya, mudah-mudahan semua itu dapat menjadi suatu pembelajaran bagi penulis
agar lebih meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................iii
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................iii
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................iv
C. TUJUAN..........................................................................................................................v
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................1
A. Pengertian........................................................................................................................1
A. KESIMPULAN................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................vi
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jauh sebelum agama Islam datang ke Indonesia, beberapa agama telah ada dan
berkembang di Indonesia diantaranya yaitu agama Hindu, Budha dan agama-agama
primitif animistis lainnya, serta tradisi sosial kemasyarakatan. Manusia yang telah hidup
dalam masyarakat tersebut sudah jelas telah di pengaruhi oleh berbagai paham dan
tradisi yang ada di masyarakatnya.1
Aktualisasi Islam dalam lintasan sejarah telah menjadikan Islam tidak dapat
dilepaskan dari aspek lokalitas.4 Kemampuan Islam untuk beradaptasi dengan budaya
setempat, memudahkan Islam masuk ke lapisan paling bawah dari masyarakat.
Akibatnya, kebudayaan Islam sangat dipengaruhi oleh kebudayaan petani dan
kebudayaan pedalaman, sehingga kebudayaan Islam mengalami transformasi bukan saja
karena jarak geografis antara Arab dan Indonesia, tetapi juga karena ada jarak-jarak
kultural.5
1
Al-Amri, Limyah, and Muhammad Haramain. “Akulturasi Islam Dalam Budaya Lokal.” KURIOSITAS: Media
Komunikasi Sosial Dan Keagamaan 10, no. 2 (2017): 87–100.
2
Zuhdi, M. H. (2017). Dakwah Dan Dialektika Akulturasi Budaya. Religia, 15(1).
3
Al-Amri, Limyah, and Muhammad Haramain. “Akulturasi Islam Dalam Budaya Lokal.” KURIOSITAS: Media
Komunikasi Sosial Dan Keagamaan 10, no. 2 (2017): 87–100.
4
Rohmah, N. (n.d.). AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL (Memahami Nilai-Nilai Ritual Maulid Nabi
di Pekalongan). 148, 148–162.
5
Zuhdi, M. H. (2017). Dakwah Dan Dialektika Akulturasi Budaya. Religia, 15(1).
iii
Terjadinya akulturasi nilai Islam dengan nilai budaya lokal yang kental pengaruh
kepercayaan masa lalu itu, memasuki kawasan Islamisasi budaya, walaupun tidak
semua budaya lokal dengan corak Islam. Karena masih ditemukan masih ada adat
budaya lokal yang masih eksis dan menjadi sistem nilai yang dipegang masyarakat.
Tradisi adalah sumber nilai luhur yang melengkapi dan tetap dijunjung tinggi dan
dipelihara keberadaannya, menyesuaikan dan selaras dengan nilai-nilai Islam.6
B. RUMUSAN MASALAH
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini ialah :
6
Muhammad Taufik. (2013). Harmoni Islam dan budaya lokal. Ilmu Ushuluddin, 12(2), 255–270.
iv
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini, ialah sebagai
berikut :
v
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kata akulturasi berasal dari bahasa Inggris yaitu, acculturate yang artinya:
menyesuaikan diri. Sedangkan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia “akulturasi”
adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling
mempengaruhi atau proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu
masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan
asing itu.7
Erni Budiwanti berpendapat bahwa, “Akulturasi adalah proses perubahan sosial yang
timbul pada kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu di hadapan unsur-
unsur kebudayaan asing dalam jangka waktu yang lama dan terus-menerus sehingga
7
Al-Amri, Limyah, and Muhammad Haramain. “Akulturasi Islam Dalam Budaya Lokal.” KURIOSITAS: Media
Komunikasi Sosial Dan Keagamaan 10, no. 2 (2017): 87–100.
8
Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia - Edisi Keempat (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h. 134.
9
Raden Arief Nugroho dan Valentina Widya Suryaningtyas, Akulturasi Antara Etnis Cina dan Jawa:
Konvergensi atau Divergensi Ujaran Penutur Bahasa Jawa? (Yogyakarta: Andi Ofset, 2010), h. 2.
1
lambat laun kebudayaan asing dan kebudayaan lokal dapat menjadi satu tanpa harus
menghapus salah satunya”.10
Penyebaran agama Islam di Indonesia dimulai sejak abad XI-XII, mengikuti jalur
perdagangan yang ada saat itu.11 Sebelum Islam datang ke Indonesia, di Nusantara
(Indonesia) telah berdiri ke- rajaan-kerajaan yang bercorak Hinduisme dan Budhisme,
seperti kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.12
2
adalah Islam yang mobilitas sosialnya tinggi dan mengikuti perkembangan dunia Islam.
Setelah kerajaan Majapahit runtuh, maka muncul peng- gantinya di daerah pedalaman,
muncullah kerajaan Mataram Islam tahun 1575 M. Karena masa peralihan yang lama
antara kerajaan Islam pedalaman dan Islam pesisir, menyebabkan mereka saling berebut
pengaruh yang menyebabkan terjadinya pe- perangan.13
Sultan Agung (1613–1645 M) dari kerajaan Mataram berusaha merebut ke- kuasaan
kerajaan pesisir sehingga unsur agama memegang peranan kembali, yakni di mata
kerajaan-kerajaan pesisir kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam yang sin- kritisme.
Di keraton kesultanan berkumpul segolongan pujangga yang mencampur- adukkan antara
Islam dengan Hindu, seperti terbukti pada Babad Tanah Jawi yang mengandung
pencampuran Islam dengan Hinduisme.14
Sultan Agung memiliki perhatian yang besar terhadap kegiatan agama Islam yang
dipadukan dengan budaya lokal. Dia sering berhubungan dengan ulama dari Tembayat.
Perayaan grebeg disesuaikan dengan perayaan Idul fitri (Grebeg Pasa) dan Grebeg Mulud
(Maulid Nabi). Selama grebeg, Gamelan Sekaten dibunyikan di halaman masjid besar.
Sejak tahun 1663, tahun Saka yang berangka 1555 dan merupakan tahun Syamsiah,
disesuaikan dengan tahun Hijrah yang merupakan tahun Qamariah dan lebih dikenal
dengan tahun Jawa. Sebagai orang yang gemar ilmu dan filsafat, Sultan Agung
mengarang kitab Sastra Gending yang berisikan mistik.15
Oleh karena itu, dalam menyikapi akulturasi budaya analisis dari perspektif sejarah
masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Karena dalam proses Islamisasi di
Indonesia tidak berjalan satu arah, tetapi banyak arah atau melalui berbagai macam pintu.
Pintu-pintu itu, misalnya melalui kesenian, pewayangan, perkawinan, pendidikan,
perdagangan, aliran kebatinan, mistisisme dan tasawuf.
Ini semua menyebabkan terjadinya kontak budaya, yang sulit dihindari unsur-unsur
budaya lokal masuk dalam proses Islamisasi di Indonesia. Oleh karena itu kita sebagai
13
Ibid
14
Ibid
15
Ibid
3
muslim, harus punya sikap kritis dalam melihat konteks akulturasi Islam dan budaya
lokal dalam menelaah sejarah Islam di Indonesia.
Kita harus punya pandangan, bahwa Islam itu bukanlah suatu sistem yang hanya
membicarakan ke Tuhanan saja, tetapi yang tak kalah pentingnya adalah mengandung
ajaran peradaban (tamaddun) yang komplit atau lengkap.
Masuknya nilai-nilai Islami dalam acara adat, dapat dilihat dari praktik ritual
dalam budaya populer di Indonesia. Salah satunya digambarkan oleh Kuntowijoyo
dalam Upacara Pangiwahan di Jawa Barat. Upacara ini dimaksudkan agar manusia
dapat menjadi wiwoho (mulia). Berangkat dari pemahaman ini, masyarakat harus
memuliakan kelahiran, perkawinan, kematian, dan sebagainya. Semua ritual itu
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kehidupan manusia itu bersifat mulia.
Konsep mengenai kemuliaan hidup manusia ini jelas-jelas diwarnai oleh konsep
ajaran Islam yang memandang manusia sebagai makhluk yang mulia.16
2. Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Seni dan Konstruksi Bangunan
a. Seni
1) Kaligrafi menjadi kesenian arab yang menghiasi dinding mesjid di
Indonesia. Bahkan dalam perkembangannya kaligrafi telah menghiasi
dinding rumah dan madrasah.
2) Wayang dan gamelang adalah satu paket yang lengkap, antara media
bermain beserta alat musiknya. Keduanya merupakan kebudayaan asli dari
Indonesia yang berfungsi untuk mempermudah penyebaran Islam.
b. Konstruksi Bangunan
16
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi (Bandung: Mizan, 2001), h. 235.
4
model atau bentuk bangunannya menyerupai pendopo bujur sangkar. Selain itu
atap masjid berbentuk tumpang dengan jumlah ganjil tiga yang mirip pura
tempat peribadatan Hindu sebagai kepercayaan masyarakat lokal sebelum
datangnya Islam. Pola arsitektur masjid ini tidak dikenal di kawasan dunia
muslim lainnya.17
Akulturasi Islam dan budaya lokal juga tergambar dalam konsepsi sosial
masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada praktik muamalah dan masuknya syari’at
sebagai falsafah hidup masyarakat lokal.
a. Awal terjadinya proses akulturasi dalam golongan atas yang tinggal di kota,
kemudian menyebar ke golongan-golongan yang lebih rendah di daerah pedesaan
serta dapat dimulai dari perubahan social ekonomi
Mark R. Woodward, Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 87.
17
Mattulada, Latoa: Suatu Lukisan Analitis Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis (Yogyakarta:
18
5
b. Perubahan dalam sektor ekonomi ini dapat menyebabkan perubahan yang penting
dalam asas-asas kehidupan kekeluargaan
c. Penanaman tanaman untuk eksport (komoditi perdagangan) dan perkembangan
ekonomi uang merusak pola-pola gotong royong tradisional, karena
berkembangnya sistem pengerahan tenaga kerja yang baru
d. Perkembangan sistem ekonomi uang juga menyebabkan perubahan dalam
kebiasaan-kebiasaan makan yang berakibat pada aspek gizi ekonomi dan sosial
budaya
e. Proses akulturasi yang berkembang cepat menyebabkan berbagai pergeseran
sosial yang tidak seragam dalam semua unsur dan sektor masyarakat. Sehingga
Mengakibatkan terjadinya kesenjangan masyarakat yang berpotensi terjadinya
konflik social.
f. Gerakan-gerakan nasionalisme juga dapat dianggap sebagai salah satu tahap
dalam proses akulturasi.19
Upaya rekonsiliasi antara agama dan budaya di Indonesia memang wajar dan telah
dilakukan sejak lama serta bisa dilacak bukti-buktinya. Masjid Demak adalah contoh
konkrit dari upaya rekonsiliasi atau akomodasi itu. Ranggon atau atap yang berlapis pada
masa tersebut diambil dari konsep ‘Meru’ dari masa pra Islam (Hindu-Budha) yang
19
Sapardi, Antropologi Agama, (Surakarta: LPP UNS, 2006), h. 178-179
20
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi (Bandung: Mizan, 2001), h. 229
21
Burga, M. A. (2019). KAJIAN KRITIS TENTANG AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL. 5(1), 21–38.
6
terdiri dari sembilan susun. Sunan Kalijaga memotongnya menjadi tiga susun saja, hal ini
melambangkan tiga tahap keberagamaan seorang muslim; iman, Islam dan ihsan.22
Pertama, Islam adalah agama yang datang ke nusantara dengan tujuan mengislamkan
masyarakatnya. Islam hadir untuk memengaruhinya. Ini dapat dilihat dari ungkapan yang
menjelaskan Islam Nusantara sebagai konsep bahwa Islam dengan nilai-nilainya itu yang
mempengaruhi. Mirip dengan kaidah dalam kitab fikih, fath al-Mu’in; yang mendatangi
itu lebih diunggulkan daripada yang didatangi. Dalam hubungan ini, budaya yang dibawa
Islam untuk memengaruhi Nusantara adalah sistem nilai subtantif atau universal, teologi,
dan ritual Ibadah yang sifatnya pasti. 25
Kedua, pada tataran ini Islam dan budaya Indonesia dalam posisi seimbang. Islam
merasa sejajar dengan budaya lokal bisa dimaknai tiga pengertian. (1) Islam memiliki
budaya fisik-sosiologis yang memilki karakteristik ke-Arab-an bisa digabung dengan
22
Ibid
23
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Cet. II; Jakarta: Amzah, 2010), h. 316.
24
Luthfi, K. M. (2016). Islam Nusantara: Relasi Islam dan Budaya Lokal. SHAHIH : Journal of Islamicate
Multidisciplinary, 1(1), 1. https://doi.org/10.22515/shahih.v1i1.53
25
Ibid
7
budaya lokal, sehingga memunculkan budaya baru. Selanjutnya, (2) Islam dan budaya
lokal seimbang dalam wilayah nilai-nilai universal. (3) Islam merasa sejajar dalam
wilayah teologis (sistem kepercayaan) dan peribadatan dengan budaya lokal, tetapi di
antara keduanya tidak ada saling sapa melainkan saling menghormati atau toleransi.26
Ketiga, budaya lokal memengaruhi Islam. Budaya Indonesia sebagai “tuan rumah”
aktif dalam menjaga, memberi tempat, dan membina Islam agar tidak berbenturan. Ini
menunjukkan bahwa ketika masuk dalam budaya lokal, Islam diletakkan dalam posisi
tertentu sehingga tidak memengaruhi unsur-unsur budaya Nusantara. Ibarat rumah, Islam
hanya diperbolehkan masuk ke kamar tertentu tetapi dilarang masuk kamar lain.27
26
Ibid
27
Ibid
28
Hasyim Muzadi, Nahdlatul Ulama di Tengah Agenda Persoalan Bangsa,(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
h. 5
8
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kata akulturasi berasal dari bahasa Inggris yaitu, acculturate yang artinya:
menyesuaikan diri. Sedangkan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia
“akulturasi” adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu
dan saling mempengaruhi atau proses masuknya pengaruh kebudayaan asing
dalam suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak
unsur kebudayaan asing itu.
2. Dapat disimpulkan bahwa akulturasi merupakan hasil integrasi budaya asing ke
dalam budaya kelompok tertentu (lokal) melalui interaksi, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing diterima dan diolah dalam kebudayaannya sendiri tanpa
menghilangkan karakteristik budaya lokal itu. Sehingga terdapat suatu bentuk
perpaduan budaya asli (lokal) Indonesia dengan budaya Islam. Perpaduan inilah
yang kemudian disebut akulturasi kebudayaan.
3. Penyebaran agama Islam di Indonesia dimulai sejak abad XI-XII, mengikuti
jalur perdagangan yang ada saat itu. Sebelum Islam datang ke Indonesia, di
Nusantara (Indonesia) telah berdiri ke- rajaan-kerajaan yang bercorak
Hinduisme dan Budhisme, seperti kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Oleh
karena itu, dalam menyikapi akulturasi budaya analisis dari perspektif sejarah
masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Karena dalam proses Islamisasi
di Indonesia tidak berjalan satu arah, tetapi banyak arah atau melalui berbagai
macam pintu. Pintu-pintu itu, misalnya melalui kesenian, pewayangan,
perkawinan, pendidikan, perdagangan, aliran kebatinan, mistisisme dan tasawuf.
Ini semua menyebabkan terjadinya kontak budaya, yang sulit dihindari unsur-
unsur budaya lokal masuk dalam proses Islamisasi di Indonesia.
4. Bentuk akulturasi islam dan budaya lokal di Indonesia, diantaranya :
9
a. Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Acara Adat
Masuknya nilai-nilai Islami dalam acara adat, dapat dilihat dari praktik
ritual dalam budaya populer di Indonesia.
b. Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Seni dan Konstruksi Bangunan
a) Seni
1) Kaligrafi menjadi kesenian arab yang menghiasi dinding mesjid di
Indonesia. Bahkan dalam perkembangannya kaligrafi telah
menghiasi dinding rumah dan madrasah.
b) Konstruksi Bangunan
10
DAFTAR PUSTAKA
Al-Amri, L., & Haramain, M. (2017). Akulturasi Islam Dalam Budaya Lokal. KURIOSITAS:
Media Komunikasi Sosial Dan Keagamaan, 10(2), 87–100.
https://doi.org/10.35905/kur.v10i2.594
Muhammad Taufik. (2013). Harmoni Islam dan budaya lokal. Ilmu Ushuluddin, 12(2), 255–
270.
Departemen Pendidikan Nasioal RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia - Edisi Keempat (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Nugroho, Raden Arief, dan Valentina Widya Suryaningtyas. Akulturasi Antara Etnis Cina dan
Jawa: Konvergensi atau Divergensi Ujaran Penutur Bahasa Jawa? (Yogyakarta: Andi Ofset,
2010).
Muasmara, R., & Ajmain, N. (2020). Akulturasi Islam Dan Budaya Nusantara. TANJAK:
Journal of Education and Teaching, 1(2), 111–125.
https://doi.org/10.35961/tanjak.v1i2.150
AT, M. A. (n.d.). KAJIAN KRITIS TENTANG AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL.
27, 211–220.
Woodward, Mark R. Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan (Yogyakarta: LKiS,
2012).
Mattulada. Latoa: Suatu Lukisan Analitis Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis
(Yogyakarta: Gadjahmada University Press, 1985).
vi
Sapardi, Antropologi Agama, (Surakarta: LPP UNS, 2006)
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam (Cet. II; Jakarta: Amzah, 2010).
Luthfi, K. M. (2016). Islam Nusantara: Relasi Islam dan Budaya Lokal. SHAHIH : Journal of
Islamicate Multidisciplinary, 1(1), 1. https://doi.org/10.22515/shahih.v1i1.53
vii