Anda di halaman 1dari 18

AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA

LOKAL
DOSEN PENGAMPU : SAIDIN HAMZAH M. HUM

DISUSUN OLEH :

HAMSINAR (18.2500.063)

RISMA RAMADHANI (18.2500.047)

AULIA RAMADHANI (2120203874231050)

ADHITYANTO SYAM (2120203874231034)

AHMAD FAUZAN DHOIFULLAH (19.2500.054)

ANDI MUTIARA MAULIDIYAH (2120203874231056)

HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepadanya kita memuji dan bersyukur,
memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon perlindungan dari
keburukan diri dan syaiton yang selalu menghembuskan kebatilan. Shalawat serta salam
semoga dilimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, juga pada orang-
orang yang senantiasa mengikuti sunnah-sunnahnya.

Dengan rahmat dan pertolongan-Nya alhamdulillah makalah yang berjudul


“AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Banyak sekali kekurangan penulis dalam menyusun makalah ini baik menyangkut isi
atau yang lainnya, mudah-mudahan semua itu dapat menjadi suatu pembelajaran bagi penulis
agar lebih meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang.

Parepare, 26 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................iii

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................iii

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................iv

C. TUJUAN..........................................................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................1

A. Pengertian........................................................................................................................1

B. Sejarah Akulturasi Islam dan Budaya Nusantara.............................................................2

C. Bentuk Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Di Indonesia..............................................4

D. Proses Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Di Indonesia...............................................5

E. Pengaruh dan Dampak Akulturasi Budaya......................................................................7

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................9

A. KESIMPULAN................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................vi

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jauh sebelum agama Islam datang ke Indonesia, beberapa agama telah ada dan
berkembang di Indonesia diantaranya yaitu agama Hindu, Budha dan agama-agama
primitif animistis lainnya, serta tradisi sosial kemasyarakatan. Manusia yang telah hidup
dalam masyarakat tersebut sudah jelas telah di pengaruhi oleh berbagai paham dan
tradisi yang ada di masyarakatnya.1

Ketika Islam masuk di Indonesia, kebudayaan nusantara telah dipengaruhi oleh


agama Hindu dan Budha, selain masih kuatnya berbagai kepercayaan tradisional, seperti
animisme, dinamisme, dan sebagainya.2 Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali
mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena
percampuran bangsabangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan
baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti
kebudayaan Hindu dan Budha hilang.3

Aktualisasi Islam dalam lintasan sejarah telah menjadikan Islam tidak dapat
dilepaskan dari aspek lokalitas.4 Kemampuan Islam untuk beradaptasi dengan budaya
setempat, memudahkan Islam masuk ke lapisan paling bawah dari masyarakat.
Akibatnya, kebudayaan Islam sangat dipengaruhi oleh kebudayaan petani dan
kebudayaan pedalaman, sehingga kebudayaan Islam mengalami transformasi bukan saja
karena jarak geografis antara Arab dan Indonesia, tetapi juga karena ada jarak-jarak
kultural.5

1
Al-Amri, Limyah, and Muhammad Haramain. “Akulturasi Islam Dalam Budaya Lokal.” KURIOSITAS: Media
Komunikasi Sosial Dan Keagamaan 10, no. 2 (2017): 87–100.
2
Zuhdi, M. H. (2017). Dakwah Dan Dialektika Akulturasi Budaya. Religia, 15(1).
3
Al-Amri, Limyah, and Muhammad Haramain. “Akulturasi Islam Dalam Budaya Lokal.” KURIOSITAS: Media
Komunikasi Sosial Dan Keagamaan 10, no. 2 (2017): 87–100.
4
Rohmah, N. (n.d.). AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL (Memahami Nilai-Nilai Ritual Maulid Nabi
di Pekalongan). 148, 148–162.
5
Zuhdi, M. H. (2017). Dakwah Dan Dialektika Akulturasi Budaya. Religia, 15(1).

iii
Terjadinya akulturasi nilai Islam dengan nilai budaya lokal yang kental pengaruh
kepercayaan masa lalu itu, memasuki kawasan Islamisasi budaya, walaupun tidak
semua budaya lokal dengan corak Islam. Karena masih ditemukan masih ada adat
budaya lokal yang masih eksis dan menjadi sistem nilai yang dipegang masyarakat.
Tradisi adalah sumber nilai luhur yang melengkapi dan tetap dijunjung tinggi dan
dipelihara keberadaannya, menyesuaikan dan selaras dengan nilai-nilai Islam.6

Meskipun Indonesia merupakan salah satu negara yang muslimnya mayoritas di


dunia, namun paling sedikit mendapat pengaruh arabisasi, dibandingkan dengan negara-
negara muslim besar lainnya. Selain itu, dalam proses Islamisasi di nusantara,
penyebaran agama dan kebudayaan Islam tidak menghilangkan kebudayaan lokal dan
tidak menggunakan kekuatan militer dalam upaya proses Islamisasi. Hal itu disebabkan
karena proses Islamisasi dilakukan penetrasi secara damai melalui jalur perdagangan,
kesenian, dan perkawinan dan pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini ialah :

1. Apa yang dimaksud dengan akulturasi budaya?


2. Bagaimana sejarah dari akulturasi islam dan budaya nusantara?
3. Bagaimana bentuk akulturasi islam dan budaya lokal di Indonesia?
4. Bagaimana proses akulturasi islam dan budaya lokal di Indonesia?
5. Bagaimana pengaruh dan dampak akulturasi budaya?

6
Muhammad Taufik. (2013). Harmoni Islam dan budaya lokal. Ilmu Ushuluddin, 12(2), 255–270.

iv
C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini, ialah sebagai
berikut :

1. Mengetahui dan memahami pengertian akulturasi budaya.


2. Mengetahui dan memahami sejarah dari akulturasi islam dan budaya nusantara.
3. Mengetahui dan memahami bentuk akulturasi islam dan budaya lokal di Indonesia.
4. Mengetahui dan memahami proses akulturasi islam dan budaya lokal di Indonesia.
5. Mengetahui dan memahami pengaruh dan dampak akulturasi budaya.

v
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kata akulturasi berasal dari bahasa Inggris yaitu, acculturate yang artinya:
menyesuaikan diri. Sedangkan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia “akulturasi”
adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling
mempengaruhi atau proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu
masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan
asing itu.7

Secara etimologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, akulturasi adalah


percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi
atau proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat, sebagian
menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu.8

Secara terminologi, pengertian akulturasi banyak dikemukakan oleh para ahli, di


antaranya:

Menurut Diaz dan Greiner dalam Nugroho dan Suryaningtyas, “akulturasi


merupakan suatu tingkat dimana seorang individu mengadopsi nilai, kepercayaan, budaya
dan praktik-praktik tertentu dalam budaya baru”.9

Erni Budiwanti berpendapat bahwa, “Akulturasi adalah proses perubahan sosial yang
timbul pada kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu di hadapan unsur-
unsur kebudayaan asing dalam jangka waktu yang lama dan terus-menerus sehingga

7
Al-Amri, Limyah, and Muhammad Haramain. “Akulturasi Islam Dalam Budaya Lokal.” KURIOSITAS: Media
Komunikasi Sosial Dan Keagamaan 10, no. 2 (2017): 87–100.
8
Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia - Edisi Keempat (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h. 134.
9
Raden Arief Nugroho dan Valentina Widya Suryaningtyas, Akulturasi Antara Etnis Cina dan Jawa:
Konvergensi atau Divergensi Ujaran Penutur Bahasa Jawa? (Yogyakarta: Andi Ofset, 2010), h. 2.

1
lambat laun kebudayaan asing dan kebudayaan lokal dapat menjadi satu tanpa harus
menghapus salah satunya”.10

Berdasarkan pengertian dan pendapat beberapa ahli mengenai akulturasi, dapat


disimpulkan bahwa akulturasi merupakan hasil integrasi budaya asing ke dalam budaya
kelompok tertentu (lokal) melalui interaksi, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing
diterima dan diolah dalam kebudayaannya sendiri tanpa menghilangkan karakteristik
budaya lokal itu.

Dalam konteks masuknya Islam ke Nusantara (Indonesia) dan dalam perkembangan


selanjutnya telah terjadi interaksi budaya yang saling mempengaruhi. Namun dalam
proses interaksi itu, pada dasar kebudayaan setempat yang tradisional masih tetap kuat,
sehingga terdapat suatu bentuk perpaduan budaya asli (lokal) Indonesia dengan budaya
Islam. Perpaduan inilah yang kemudian disebut akulturasi kebudayaan.

B. Sejarah Akulturasi Islam dan Budaya Nusantara

Penyebaran agama Islam di Indonesia dimulai sejak abad XI-XII, mengikuti jalur
perdagangan yang ada saat itu.11 Sebelum Islam datang ke Indonesia, di Nusantara
(Indonesia) telah berdiri ke- rajaan-kerajaan yang bercorak Hinduisme dan Budhisme,
seperti kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.12

Setelah runtuhnya Majapahit 1520 M; di daerah pesisir proses Islamisasi berjalan


intensif hingga akhirnya berdirilah kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak, Banten dan
Cirebon. Namun dalam segi pemahaman akidah Islam, tidak serta merta mantap dan
melenyapkan alam pikiran filsafat lama, seperti Hindu dan Budha. Me- reka memang
mengucapkan kalimat syahadat, akan tetapi kenangan dan praktik kepada kepercayaan
kepada Bata Guru, Batara Wisnu, Dewata Sewwa’E, dan lainnya masih tetap hidup. Di
sinilah muncul kecenderungan sinkritisme. Dengan demikian, maka Islam yang
berkembang di pedalaman Jawa berbeda dengan Islam yang ber- kembang di pesisir
10
Burga, M. A. (2019). KAJIAN KRITIS TENTANG AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL. 5(1),
21–38.
11
Muasmara, R., & Ajmain, N. (2020). Akulturasi Islam Dan Budaya Nusantara. TANJAK: Journal of
Education and Teaching, 1(2), 111–125. https://doi.org/10.35961/tanjak.v1i2.150
12
AT, M. A. (n.d.). KAJIAN KRITIS TENTANG AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL. 27, 211–220.

2
adalah Islam yang mobilitas sosialnya tinggi dan mengikuti perkembangan dunia Islam.
Setelah kerajaan Majapahit runtuh, maka muncul peng- gantinya di daerah pedalaman,
muncullah kerajaan Mataram Islam tahun 1575 M. Karena masa peralihan yang lama
antara kerajaan Islam pedalaman dan Islam pesisir, menyebabkan mereka saling berebut
pengaruh yang menyebabkan terjadinya pe- perangan.13

Sultan Agung (1613–1645 M) dari kerajaan Mataram berusaha merebut ke- kuasaan
kerajaan pesisir sehingga unsur agama memegang peranan kembali, yakni di mata
kerajaan-kerajaan pesisir kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam yang sin- kritisme.
Di keraton kesultanan berkumpul segolongan pujangga yang mencampur- adukkan antara
Islam dengan Hindu, seperti terbukti pada Babad Tanah Jawi yang mengandung
pencampuran Islam dengan Hinduisme.14

Sultan Agung memiliki perhatian yang besar terhadap kegiatan agama Islam yang
dipadukan dengan budaya lokal. Dia sering berhubungan dengan ulama dari Tembayat.
Perayaan grebeg disesuaikan dengan perayaan Idul fitri (Grebeg Pasa) dan Grebeg Mulud
(Maulid Nabi). Selama grebeg, Gamelan Sekaten dibunyikan di halaman masjid besar.
Sejak tahun 1663, tahun Saka yang berangka 1555 dan merupakan tahun Syamsiah,
disesuaikan dengan tahun Hijrah yang merupakan tahun Qamariah dan lebih dikenal
dengan tahun Jawa. Sebagai orang yang gemar ilmu dan filsafat, Sultan Agung
mengarang kitab Sastra Gending yang berisikan mistik.15

Oleh karena itu, dalam menyikapi akulturasi budaya analisis dari perspektif sejarah
masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Karena dalam proses Islamisasi di
Indonesia tidak berjalan satu arah, tetapi banyak arah atau melalui berbagai macam pintu.
Pintu-pintu itu, misalnya melalui kesenian, pewayangan, perkawinan, pendidikan,
perdagangan, aliran kebatinan, mistisisme dan tasawuf.

Ini semua menyebabkan terjadinya kontak budaya, yang sulit dihindari unsur-unsur
budaya lokal masuk dalam proses Islamisasi di Indonesia. Oleh karena itu kita sebagai

13
Ibid
14
Ibid
15
Ibid

3
muslim, harus punya sikap kritis dalam melihat konteks akulturasi Islam dan budaya
lokal dalam menelaah sejarah Islam di Indonesia.

Kita harus punya pandangan, bahwa Islam itu bukanlah suatu sistem yang hanya
membicarakan ke Tuhanan saja, tetapi yang tak kalah pentingnya adalah mengandung
ajaran peradaban (tamaddun) yang komplit atau lengkap.

C. Bentuk Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Di Indonesia

1. Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Acara Adat

Masuknya nilai-nilai Islami dalam acara adat, dapat dilihat dari praktik ritual
dalam budaya populer di Indonesia. Salah satunya digambarkan oleh Kuntowijoyo
dalam Upacara Pangiwahan di Jawa Barat. Upacara ini dimaksudkan agar manusia
dapat menjadi wiwoho (mulia). Berangkat dari pemahaman ini, masyarakat harus
memuliakan kelahiran, perkawinan, kematian, dan sebagainya. Semua ritual itu
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kehidupan manusia itu bersifat mulia.
Konsep mengenai kemuliaan hidup manusia ini jelas-jelas diwarnai oleh konsep
ajaran Islam yang memandang manusia sebagai makhluk yang mulia.16

2. Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Seni dan Konstruksi Bangunan
a. Seni
1) Kaligrafi menjadi kesenian arab yang menghiasi dinding mesjid di
Indonesia. Bahkan dalam perkembangannya kaligrafi telah menghiasi
dinding rumah dan madrasah.
2) Wayang dan gamelang adalah satu paket yang lengkap, antara media
bermain beserta alat musiknya. Keduanya merupakan kebudayaan asli dari
Indonesia yang berfungsi untuk mempermudah penyebaran Islam.
b. Konstruksi Bangunan

Akulturasi dalam konstruksi bangunan dapat dilihat dari model masjid di


Indonesia yang beragam dan mempunyai bentuk khas. Misalnya masjid Demak,

16
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi (Bandung: Mizan, 2001), h. 235.

4
model atau bentuk bangunannya menyerupai pendopo bujur sangkar. Selain itu
atap masjid berbentuk tumpang dengan jumlah ganjil tiga yang mirip pura
tempat peribadatan Hindu sebagai kepercayaan masyarakat lokal sebelum
datangnya Islam. Pola arsitektur masjid ini tidak dikenal di kawasan dunia
muslim lainnya.17

3. Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Konsepsi Sosial

Akulturasi Islam dan budaya lokal juga tergambar dalam konsepsi sosial
masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada praktik muamalah dan masuknya syari’at
sebagai falsafah hidup masyarakat lokal.

Sulawesi misalnya, Mattulada mengungkapkan bahwa dalam aspek


Pangadereng (Bugis) atau Pangngadakkang (Makassar), dikenal 5 (lima) unsur
pokok yang dikembangkan masyarakat Bugis-Makassar dalam berinteraksi dan
berdinamika, yaitu (1) ade’, (2) bicara, (3) rapang, (4) wari’, dan (5) sara’. 18 Kelima
unsur tersebut merupakan tata nilai pergaulan bagi masyarakat Bugis-Makassar,
terutama unsur pokok kelima yang masuk terakhir, yaitu sara’. Hal ini
menggambarkan dan menandakan masuknya Islam ke dalam tata kehidupan
masyarakat Sulawesi Selatan.

D. Proses Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Di Indonesia

Koentjaraningrat mengutip pandapat G.M. Foster dalam bukun yang berjudul


Radisional Cultures And The Impact Of Technological Change, menjelaskan bahwa
proses akulturasi bisa terjadi karena

a. Awal terjadinya proses akulturasi dalam golongan atas yang tinggal di kota,
kemudian menyebar ke golongan-golongan yang lebih rendah di daerah pedesaan
serta dapat dimulai dari perubahan social ekonomi

Mark R. Woodward, Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 87.
17

Mattulada, Latoa: Suatu Lukisan Analitis Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis (Yogyakarta:
18

Gadjahmada University Press, 1985), h. 344.

5
b. Perubahan dalam sektor ekonomi ini dapat menyebabkan perubahan yang penting
dalam asas-asas kehidupan kekeluargaan
c. Penanaman tanaman untuk eksport (komoditi perdagangan) dan perkembangan
ekonomi uang merusak pola-pola gotong royong tradisional, karena
berkembangnya sistem pengerahan tenaga kerja yang baru
d. Perkembangan sistem ekonomi uang juga menyebabkan perubahan dalam
kebiasaan-kebiasaan makan yang berakibat pada aspek gizi ekonomi dan sosial
budaya
e. Proses akulturasi yang berkembang cepat menyebabkan berbagai pergeseran
sosial yang tidak seragam dalam semua unsur dan sektor masyarakat. Sehingga
Mengakibatkan terjadinya kesenjangan masyarakat yang berpotensi terjadinya
konflik social.
f. Gerakan-gerakan nasionalisme juga dapat dianggap sebagai salah satu tahap
dalam proses akulturasi.19

Islam adalah agama yang berkarakteristik universal, dengan pandangan hidup


mengenai persamaan, keadilan, takaful, kebebasan dan kehormatan serta memiliki konsep
teosentrisme yang humanistik sebagai nilai inti (core value) dari seluruh ajaran Islam, dan
karenanya menjadi tema peradaban Islam.20

Pada saat yang sama, dalam menerjemahkan konsep-konsep langitnya ke bumi,


Islam mempunyai karakter dinamis, elastis dan akomodatif dengan budaya lokal, selama
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam itu sendiri. Permasalahannya terletak
pada tata cara dan teknis pelaksanaan.21

Upaya rekonsiliasi antara agama dan budaya di Indonesia memang wajar dan telah
dilakukan sejak lama serta bisa dilacak bukti-buktinya. Masjid Demak adalah contoh
konkrit dari upaya rekonsiliasi atau akomodasi itu. Ranggon atau atap yang berlapis pada
masa tersebut diambil dari konsep ‘Meru’ dari masa pra Islam (Hindu-Budha) yang

19
Sapardi, Antropologi Agama, (Surakarta: LPP UNS, 2006), h. 178-179
20
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi (Bandung: Mizan, 2001), h. 229
21
Burga, M. A. (2019). KAJIAN KRITIS TENTANG AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL. 5(1), 21–38.

6
terdiri dari sembilan susun. Sunan Kalijaga memotongnya menjadi tiga susun saja, hal ini
melambangkan tiga tahap keberagamaan seorang muslim; iman, Islam dan ihsan.22

Patut diamati pula, kebudayaan populer di Indonesia banyak sekali menyerap


konsep-konsep dan simbol-simbol Islam, sehingga seringkali tampak bahwa Islam
muncul sebagai sumber kebudayaan yang penting dalam kebudayaan populer di
Indonesia. Selain itu, penyebaran Islam di nusantara menggunakan pendekatan tasawuf
(mistik Islam).23 Ini sangat sesuai dengan pemikiran masyarakat lokal yang animisme dan
dinamisme. Secara perlahan dan bertahap, tanpa menolak dengan keras budaya
masyarakat, Islam memperkenalkan toleransi dan persamaan derajat.

E. Pengaruh dan Dampak Akulturasi Budaya

Berdasarkan dari data (nu.or.id), bahwa ditemukan ada 26 “ungkapan penghubung”


yang menunjukkan bahwa Islam mempengaruhi budaya Indonesia. Sedangkan ungkapan
yang menunjukkan adanya keseimbangan antar keduanya ada 13. Sementara hanya ada
hanya ada 3 ungkapan yang menunjukkan budaya lokal memengaruhi Islam. Dengan
demikian, hubungan keduanya bisa dipetakan menjadi tiga. 24

Pertama, Islam adalah agama yang datang ke nusantara dengan tujuan mengislamkan
masyarakatnya. Islam hadir untuk memengaruhinya. Ini dapat dilihat dari ungkapan yang
menjelaskan Islam Nusantara sebagai konsep bahwa Islam dengan nilai-nilainya itu yang
mempengaruhi. Mirip dengan kaidah dalam kitab fikih, fath al-Mu’in; yang mendatangi
itu lebih diunggulkan daripada yang didatangi. Dalam hubungan ini, budaya yang dibawa
Islam untuk memengaruhi Nusantara adalah sistem nilai subtantif atau universal, teologi,
dan ritual Ibadah yang sifatnya pasti. 25

Kedua, pada tataran ini Islam dan budaya Indonesia dalam posisi seimbang. Islam
merasa sejajar dengan budaya lokal bisa dimaknai tiga pengertian. (1) Islam memiliki
budaya fisik-sosiologis yang memilki karakteristik ke-Arab-an bisa digabung dengan
22
Ibid
23
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Cet. II; Jakarta: Amzah, 2010), h. 316.
24
Luthfi, K. M. (2016). Islam Nusantara: Relasi Islam dan Budaya Lokal. SHAHIH : Journal of Islamicate
Multidisciplinary, 1(1), 1. https://doi.org/10.22515/shahih.v1i1.53
25
Ibid

7
budaya lokal, sehingga memunculkan budaya baru. Selanjutnya, (2) Islam dan budaya
lokal seimbang dalam wilayah nilai-nilai universal. (3) Islam merasa sejajar dalam
wilayah teologis (sistem kepercayaan) dan peribadatan dengan budaya lokal, tetapi di
antara keduanya tidak ada saling sapa melainkan saling menghormati atau toleransi.26

Ketiga, budaya lokal memengaruhi Islam. Budaya Indonesia sebagai “tuan rumah”
aktif dalam menjaga, memberi tempat, dan membina Islam agar tidak berbenturan. Ini
menunjukkan bahwa ketika masuk dalam budaya lokal, Islam diletakkan dalam posisi
tertentu sehingga tidak memengaruhi unsur-unsur budaya Nusantara. Ibarat rumah, Islam
hanya diperbolehkan masuk ke kamar tertentu tetapi dilarang masuk kamar lain.27

Karena penghadiran agama dalam kehidupan masyarakat cenderung selalu


memperhatikan serta melibatkan berbagai budaya. Sehingga proses dialektika terus
berlangsung, dan lama kelamaan memberikan pengaruhnya kedalam kesadaran
masyarakat yang semakin eksis karena secara empirik mempunyai keserasian. Meskipun
seseorang telah memilih Islam sebagai agama namun Ia akan merasa lebih leluasa
melaksanakan beranekaragam tradisi atau kepercayaan yang sudah hidup jauh
sebelumnya.28

26
Ibid
27
Ibid
28
Hasyim Muzadi, Nahdlatul Ulama di Tengah Agenda Persoalan Bangsa,(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
h. 5

8
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari pembahasan diatas, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan


ialah sebagai berikut:

1. Kata akulturasi berasal dari bahasa Inggris yaitu, acculturate yang artinya:
menyesuaikan diri. Sedangkan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia
“akulturasi” adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu
dan saling mempengaruhi atau proses masuknya pengaruh kebudayaan asing
dalam suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak
unsur kebudayaan asing itu.
2. Dapat disimpulkan bahwa akulturasi merupakan hasil integrasi budaya asing ke
dalam budaya kelompok tertentu (lokal) melalui interaksi, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing diterima dan diolah dalam kebudayaannya sendiri tanpa
menghilangkan karakteristik budaya lokal itu. Sehingga terdapat suatu bentuk
perpaduan budaya asli (lokal) Indonesia dengan budaya Islam. Perpaduan inilah
yang kemudian disebut akulturasi kebudayaan.
3. Penyebaran agama Islam di Indonesia dimulai sejak abad XI-XII, mengikuti
jalur perdagangan yang ada saat itu. Sebelum Islam datang ke Indonesia, di
Nusantara (Indonesia) telah berdiri ke- rajaan-kerajaan yang bercorak
Hinduisme dan Budhisme, seperti kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Oleh
karena itu, dalam menyikapi akulturasi budaya analisis dari perspektif sejarah
masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Karena dalam proses Islamisasi
di Indonesia tidak berjalan satu arah, tetapi banyak arah atau melalui berbagai
macam pintu. Pintu-pintu itu, misalnya melalui kesenian, pewayangan,
perkawinan, pendidikan, perdagangan, aliran kebatinan, mistisisme dan tasawuf.
Ini semua menyebabkan terjadinya kontak budaya, yang sulit dihindari unsur-
unsur budaya lokal masuk dalam proses Islamisasi di Indonesia.
4. Bentuk akulturasi islam dan budaya lokal di Indonesia, diantaranya :

9
a. Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Acara Adat
Masuknya nilai-nilai Islami dalam acara adat, dapat dilihat dari praktik
ritual dalam budaya populer di Indonesia.
b. Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Seni dan Konstruksi Bangunan
a) Seni
1) Kaligrafi menjadi kesenian arab yang menghiasi dinding mesjid di
Indonesia. Bahkan dalam perkembangannya kaligrafi telah
menghiasi dinding rumah dan madrasah.
b) Konstruksi Bangunan

Akulturasi dalam konstruksi bangunan dapat dilihat dari model


masjid di Indonesia yang beragam dan mempunyai bentuk khas.

c. Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Konsepsi Sosial

Akulturasi Islam dan budaya lokal juga tergambar dalam konsepsi


sosial masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada praktik muamalah dan
masuknya syari’at sebagai falsafah hidup masyarakat lokal.

5. Karena penghadiran agama dalam kehidupan masyarakat cenderung selalu


memperhatikan serta melibatkan berbagai budaya. Sehingga proses dialektika
terus berlangsung, dan lama kelamaan memberikan pengaruhnya kedalam
kesadaran masyarakat yang semakin eksis karena secara empirik mempunyai
keserasian. Meskipun seseorang telah memilih Islam sebagai agama namun Ia
akan merasa lebih leluasa melaksanakan beranekaragam tradisi atau kepercayaan
yang sudah hidup jauh sebelumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Amri, L., & Haramain, M. (2017). Akulturasi Islam Dalam Budaya Lokal. KURIOSITAS:
Media Komunikasi Sosial Dan Keagamaan, 10(2), 87–100.
https://doi.org/10.35905/kur.v10i2.594

Zuhdi, M. H. (2017). Dakwah Dan Dialektika Akulturasi Budaya. Religia, 15(1).


https://doi.org/10.28918/religia.v15i1.122

Rohmah, N. (n.d.). AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL (Memahami Nilai-Nilai


Ritual Maulid Nabi di Pekalongan). 148, 148–162.

Muhammad Taufik. (2013). Harmoni Islam dan budaya lokal. Ilmu Ushuluddin, 12(2), 255–
270.

Departemen Pendidikan Nasioal RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia - Edisi Keempat (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008).

Nugroho, Raden Arief, dan Valentina Widya Suryaningtyas. Akulturasi Antara Etnis Cina dan
Jawa: Konvergensi atau Divergensi Ujaran Penutur Bahasa Jawa? (Yogyakarta: Andi Ofset,
2010).

Burga, M. A. (2019). KAJIAN KRITIS TENTANG AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA


LOKAL. 5(1), 21–38.

Muasmara, R., & Ajmain, N. (2020). Akulturasi Islam Dan Budaya Nusantara. TANJAK:
Journal of Education and Teaching, 1(2), 111–125.
https://doi.org/10.35961/tanjak.v1i2.150

AT, M. A. (n.d.). KAJIAN KRITIS TENTANG AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL.
27, 211–220.

Kuntowijoyo. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi (Bandung: Mizan, 2001).

Woodward, Mark R. Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan (Yogyakarta: LKiS,
2012).

Mattulada. Latoa: Suatu Lukisan Analitis Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis
(Yogyakarta: Gadjahmada University Press, 1985).

vi
Sapardi, Antropologi Agama, (Surakarta: LPP UNS, 2006)

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam (Cet. II; Jakarta: Amzah, 2010).

Luthfi, K. M. (2016). Islam Nusantara: Relasi Islam dan Budaya Lokal. SHAHIH : Journal of
Islamicate Multidisciplinary, 1(1), 1. https://doi.org/10.22515/shahih.v1i1.53

Muzadi, Hasyim, Nahdlatul Ulama di Tengah Agenda Persoalan Bangsa,(Jakarta: Logos


Wacana Ilmu, 1999)

vii

Anda mungkin juga menyukai