Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah


Menurut Muslimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7), Pembelajaran
berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk
membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan
memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi
pelajar mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri.1
Menurut Jodion Siburian, dkk dalam Utami (2011), Pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang
berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada
suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah
tersebut siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar.2
Menurut Duch (1994) Pembelajaran Berbasis Masalah adalah metode
instruksional yang menantang peserta didik agar belajar untuk belajar, bekerja sama
dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini
digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta memiliki kemampuan analisis
peserta didik dan inisiatif atas materi pelajaran.PBM mempersiapkan peserta didik
untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber
pembelajaran yang sesuai.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa Model
Pembelajaran Berbasis Masalah(Problem Based Learning) adalah model
pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada peserta didik dimana
masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari peserta didik.
Selanjutnya peserta didik menyeleseikan masalah tersebut untuk menemukan
pengetahuan baru.Secara garis besar PBL terdiri dari kegiatan menyajikan kepada
peserta didik suatu situasi masalah yang autentik dan bermakna serta memberikan
kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar.Cet kedua (Jakarta: PT Reneka Cipta, 2002).
Hal. 1-2.
2
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi,cet-3,(Bandung : Revika Aditama, 2013),
hal. 59.
Pada aspek filosofi, PBL dipusatkan pada siswa yang dihadapkan pada siswa
yang dihadapkan pada suatu masalah. Sementara pada subject based learning guru
menyampaikan pengetahuannya kepada siswa sebelum menggunakan masalah untuk
memberi ilustrasi pengetahuan tadi. PBL bertujuan agas siswa mampu memperoleh
dan membentuk pengetahuannya secara efisien, kontekstual, dan terintegrasi.Model
pembelajaran pokok dalam PBL berupa belajar dalam kelompok kecil dengan sistem
tutorial.3

B. Ciri khusus pembelajaran berdasarkan masalah menurut Arends model PBL memiliki
karakteristik sebagai barikut ini:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
3. Penyelidikan autentik
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya
5. Kolaborasi

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model


PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru),
kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah
ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut.
Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga
mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri.4

C. Prinsip-Prinsip dalam Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah, Yaitu :

3
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Apikasi,(Jogyakarta: Ar Ruzz Media, 2014), cet. 2
hal.215-216.
4
Richard Arends, LEARNING TO TEACH(terjemah oleh Helly prajitno).edisi 7.(PUSTAKA PELAJAR : Yogyakarta,
2008).Hal.45.
Pembelajaran berbasis masalah secara khusus melibatkan pebelajar bekerja
pada masalah dalam kelompok kecil yang terdiri dari lima orang dengan bantuan
asisten sebagai tutor. Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru.Analisis
dan penyelesaian terhadap masalah itu menghasilkan perolehan pengetahuan dan
keterampilan pemecahan masalah.Permasalahan dihadapkan sebelum semua
pengetahuan relevan diperoleh dan tidak hanya setelah membaca teks atau mendengar
ceramah tentang materi subjek yang melatar belakangi masalah tersebut.Hal inilah
yang membedakan antara PBL dan metode yang berorientasi masalah lainnya. Tutor
berfungsi sebagai pelatih kelompok yang menyediakan bantuan agar interaksi
pebelajar menjadi produktif dan membantu pebelajar mengidentifikasi pengetahuan
yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Hasil dari proses pemecahan masalah
itu adalah, pebelajar membangun pertanyaan-pertanyaan (isu pembelajaran) tentang
jenis pengatahuan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah? Setelah itu,
pebelajar melakukan penelitian pada isu-isu pembelajaran yang telah diidentifikasi
dengan menggunakan berbagai sumber.Untuk itu pebelajar disediakan waktu yang
cukup untuk belajar mandiri. Proses PBL akan menjadi lengkap bila pebelajar
melaporkan hasil penelitiannnya (apa yang dipelajari) pada pertemuan berikutnya.
Tujuan pertama dari paparan ini adalah untuk menunjukkan hubungan antara
pengetahuan baru yang diperoleh dengan masalah yang ada ditangan pebelajar.
Fokus yang kedua adalah untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih
umum, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru. Setelah melengkapi siklus
pemecahan masalah ini, pebelajar akan memulai menganalisis masalah baru,
kemudian diikuti lagi oleh prosedur: analisis- penelitian- laporan.

D. Tahapan- tahapan SPBM


Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan SPBM. John Dewey seorang 6
langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem
solving), yaitu :
1. Merumuskan masalah yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan
dipecahkan.
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secar kritis dari
berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah yang dapat dilakukan sesuia
rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.5

E. Keunggulan dan Kelemahan SPBM


Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan, di
antaranya:
1. Pemecahan masalah ( problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus
untuk lebih memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa
serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
yata.
5. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan masalah itu
juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
6. Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada
siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain
sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-
buku saja.
7. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan
diskusi siwa.

5
Jumanta Hamdayana, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter,(Bogor: Ghalia Indonesia,
2014).hal 212.
8. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.
10. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa
untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal
telah berakhir.

Kelemahan
Di samping keunggulan, SPBM juga memiliki kelemahan, diantaranya :
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa
enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajara apa yang mereka
ingin pelajari.6

6
Warsono, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen,(Bandung; PT Remaja Rosdakarya. 2013) hal.147

Anda mungkin juga menyukai