Oleh:
I KETUT ANTONO
(219012673)
Paru-paru
Reseptor peradangan
Bronkus & alveoli
hipothalamus
Mengganggu kerja makrofag
Suhu tubuh Dx : Hipertermi
infeksi
Dx : Risiko
Edema Intake cairan Hipovolemia
Nutrisi berkurang
Peningkatan
Dx : Defisit Nutrisi metabolisme
8. Komplikasi
a. Sianosis merupakan warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena
kandungan oksigen yang rendah dalam darah
b. Hipoksemia merupakan penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah, kadang-
kadang khusus sebagai kurang dari yang tanpa spesifikasi lebih lanjut, akan
mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada
hemoglobin
c. Bronkaltasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus
yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan
muskular dinding bronkus
d. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang
diserang tidak mengandung udara dan kolaps) terjadi akibat penumpukan sekret
e. Meningitis terjadi karena adanya infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang
9. Pemeriksaan diagnostik
a. Sinar X: Mengidentifikasi distribusi struktural (missal: lobar, bronchial) : dapat
juga menyatakan abses
b. Biopsy Paru: Untuk menetapkan diagnosis
c. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: Untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada
d. Pemeriksaan serologi: Membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus
e. Pemeriksaan fungi paru: Untuk mengetahui paru. Paru menetapkan luas, berat dan
membantu diagnosis keadaan
f. Spirometrik static: Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi: Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
10. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik
per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan
sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, hanya dirawat
dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan,
cairan intravena dan atau alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaaannya membaik dalam waktu 2
minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
- Oksigen 1-2 L / menit
- IVFD dekstrose 10%: Nacl 0.9% = 3:1, + KCI 10 mEq/500ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
- Jika sesak tidak terlalu berat, dapat melalui makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan keeding drip
- Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit
- Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
1) Untuk kasus pneumonia communiti base :
a. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
b. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Untuk kasus pneumonia hospital base :
a. Sefotaksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
b. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
3) Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
4) Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
5) Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian (identitas klien dan identitas penanggung jawab)
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan suhu
tubuh/demam.
c. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Pada klien dengan
pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah
meminum obat batuk yang biasa ada di pasaran. Pada awalnya keluhan batuk
tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif
dengan mukus purulent kekuning – kuningan, kehijau – hijauan, kecoklatan atau
kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami
demam tinggi dan menggigil. Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas,
peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan nyeri kepala.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian di arahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah mengalami
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) deengan gejala seperti luka tenggorokan,
kongesti nasal, bersin, dan demam ringan.
e. Riwayat sosiokultural
f. Pola fungsi kesehatan Gordon
- Pola persepsi dan manajemen kesehatan
- Nutrisi metabolik
- Pola eliminasi
- Pola aktivitas dan latihan
- Pola kognitif dan persepsi
- Pola tidur dan istirahat
- Pola peran dan hubungan
- Pola seksual – reproduksi
- Pola toleransi stress – koping
- Pola nilai kepercayaan
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum pada klien dengan pneumonia dapat dilakukan secara selintas
pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu
dinilai secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri dari composmentis,
apatis, supor, supor coma, atau koma.
2) Tanda – tanda vital:
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital pada klien dengan pneumonia biasanya
di dapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari 40oC, frekuensi napas
meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan apabila tidak
melibatkan infeksi sistemis yang berpengaruh pada hemodinamika
kardiovaskular tekanan darah biasanya tidak ada masalah.
3) Inspeksi: Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Gerakan pernapasan simetris.
Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas
cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS).
Napas cuping hidung pada sesak berat dialami terutama oleh anak – anak.
Batuk dan sputum. Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan
pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya
peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulent.
4) Palpasi: Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. Pada palpasi
klien dengan pneumonia gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan
seimbang antara bagian kanan dan kiri. Getaran suara (vocal fremitus). Taktil
fremitus pada klien dengan pneumonia biasanya normal.
5) Perkusi: Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya
didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. bunyi redup
perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila bronchopneumonia
menjadi suatu sarang (kunfluens).
6) Auskultasi: Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah
dan bunyi napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi
perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana
didapatkan adanya ronkhi.
7) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi
h. Data penunjang (pemeriksaan diagnostik)
2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi dengan
ventilasi.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
e. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, evaporasi
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
g. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
3. Intervensi
No No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
diagnosa
1 1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
1 selama…x24jam diharapkan bersihan 1. Monitor status pernapasan 1. Mengetahui permsalahan dan
jalan nafas kembali efektif dengan (frekuensi, kedalaman, usaha memantau jalan napas klien
kriteria hasil : napas)
1. Frekuensi pernafasan normal 2. Monitor bunyi napas tambahan 2. Mengetahui ada atau tidaknya
(18-30x/mnt) (wheezing atau ronchi) bunyi napas tambahan
2. Produksi sputum menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna) 3. Untuk mengetahui apakah
3. Mampu batuk efektif produksi sputum meningkat
4. Tidak ada suara nafas tambahan atau tidak dan untuk mengetahui
(wheezing atau ronchi) apakah sputum normal atau
tidak
Terapeutik:
1. Posisikan pasien semi fowler 1. Posisi semi fowler dapat
memaksimalkan ekspansi paru
dan menurunkan upaya
pernpasan. Ventilasi maksimal
membuka area atelektasis dan
meningkatan gerakan sputum ke
jalan napas besar untuk
dikeluarkan
2. Berikan minum hangat 2. Membantu mengencerkan dahak
sehingga mampu batuk efektif
3. Fisioterapi dada dapat
3. Lakukan fisioterapi dada membantu memudahkan
pengeluaran sputum
4. Untuk memudahkan
4. Lakukan penghisapan lendir mengeluarkan dahak jika
pasien tidak mampu batuk
efektif
5. Untuk memenuhi kebutuhan
5. Berikan terapi oksigen oksigen pasien
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan IV 1. Untuk membantu memenuhi
isotonis (RL, NaCL) cairan tubuh pasien yang
nantinya akan mencegah
terjadinya resiko syok
hipovolemi
6 6 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
selama …x24jam diharapkan 1. Monitor sistem kardiorespirasi 1. Mengetahui perkembangan
intoleransi aktivitas teratasi dengan pasien selama kegiatan (takikardi, kondisi pasien
kriteria hasil: frekuensi pernapasan, dyspnea,
1. Frekuensi pernapasan saat dan pucat)
sesudah beraktivitas normal Terapeutik:
(18-30x/menit) 1. Berikan kegiatan pengalihan yang 1. Peningkatkan relaksasi pada
2. Frekuensi nadi saat dan sesudah menenangkan untuk pasien asma sangat penting
beraktivitas normal (70- meningkatkan relaksasi agar pasien tidak keletihan
120x/menit) Edukasi:
3. Kemudahan bernapas ketika 1. Anjurkan melakukan aktivitas 1. Dilakukan secara bertahap
beraktivitas secara bertahap agar ketahanan pasien terjaga
4. Dapat melakukan ADL secara 2. Ajarkan pasien mengenai 2. Mengajarkan pasien dapat
mandiri pengelolaan kegiatan dan teknik memberikan kemandirian
manajemen waktu untuk untuk melakukan tindakan
5. Mampu berpindah dengan atau
mencegah kelelahan awal yang harus ia lakukan
tanpa bantuan alat
Kolaborasi:
1. Delegatif pemberian therapy obat 1. Pemberian obat untuk
membantu mempercepat
penyembuhan
7 7 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
selama…x24jam diharapkan pasien 1. Monitor suhu tubuh dan tanda- 1. Untuk mengetahui suhu
mampu mempertahankan suhu dalam tanda vital pasien tubuh dan tanda-tanda vital
batas normal dengan kriteria hasil : lain apa sudah normal/belum
1. Suhu tubuh pasien dalam batas Terapeutik:
normal(36,5-37,5°C) 1. Berikan terapi kompres hangat 1. Dengan kompres akan
2. Tingkat pernafasan pasien pada pasien terjadi perpindahan panas
kembali normal (18-30x/mnt) secara konduksi dan dan
3. Denyut nadi pasien kembali kompres hangat akan
normal (70-120x/mnt) mendilatasi pembuluh darah
4. Pasien tidak menggigil 2. Berikan cairan oral 2. Agar pasien tidak mengalami
dehidrasi saat hipertermi
Edukasi:
1. Anjurkan klien tirah baring 1. Agar kondisi pasien
membaik
2. Ajarkan keluarga pasien tentang 2. Agar keluarga dapat dengan
lokasi kompres yang benar yaitu mandiri memberikan
pada lipatan paha dan ketiak kompres pada pasien
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan dan 1. Untuk membantu
elektrolit intravena, jika perlu penyembuhan pasien
4. Implementasi
Melaksanakan implementasi sesuai dengan apa yang direncanakan di intervensi keperawatan
5. Evaluasi
No Hari/Tgl/Jam No Evaluasi Nama dan
Diagnosa TTD
1 1 S=Data yang disampaikan langsung oleh
klien/keluarga
O= Frekuensi pernafasan normal (18-
30x/mnt), produksi sputum menurun,
mampu batuk efektif, tidak ada suara nafas
tambahan (wheezing atau ronchi)
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi
tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak
tercapai
P=Planning/Rencana yang dibuat
berdasarkan hasil analisa: pertahankan
kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau
modifikasi intervensi
2 2 S=Data yang disampaikan langsung oleh
klien/keluarga
O= Saturasi oksigen kembali normal (92-
100%), PaCO2 pasien kembali normal (80-
100 mmHg), PaCO2 pasien kembali normal
(35-45 mmHg)
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi
tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak
tercapai
P=Planning/Rencana yang dibuat
berdasarkan hasil analisa: pertahankan
kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau
modifikasi intervensi
3 3 S=Data yang disampaikan langsung oleh
klien/keluarga
O= Frekuensi pernafasan normal (18-
30x/mnt), tidak ada dyspnea, tidak ada
penggunaan otot bantu nafas, irama
pernafasan menjadi teratur, suara
auskultasi nafas normal (vesikular)
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi
tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak
tercapai
P=Planning/Rencana yang dibuat
berdasarkan hasil analisa: pertahankan
kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau
modifikasi intervensi
Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi ke-5.
Singapore:Elsevier
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC SLE/LES (Sistemik Lupus Eritematosus). Jilit
2. Hlm 221-226. Jogjakarta: Mediaction.
Smeltzer. C.S & Bare.B (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC.
Tim Pogja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.