Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anindya Raissanea

NIM : 13030120120014

Kelas : B

Tugas Mata Kuliah Sejarah Indonesia Abad XVI-XVIII

Resume

FGD PENELITIAN : Konstruksi Keterlibatan Orang-Orang Bugis Dalam Perompakan


di Perairan Indonesia Pada Masa Kolonial

Pembicara : Dr. Agustinus Supriyono, M.A.

Menurut KBBI bajak laut adalah penyamun atau pengacau yang ada di
laut atau di dekat pantai. Kata bajak laut sendiri sering disamakan dengan kata
“lanun”. Lanun adalah nama suku bangsa yang berasal dari wilayah Filiphina
Selatan dimana sebagian besar merupakan bajak laut. Kegiatan perompakan
atau pembajakan laut dapat dipandang dengan dua cara yakni menurut
pandangan orang-orang pribumi atau Indonesia dan menurut pandangan dari
bangsa barat khususnya Belanda. Menurut pandangan orang-orang Belanda,
kegiatan perompakan adalah kejahatan karena melanggar hukum kolonial
Belanda sedangkan menurut sudut pandang orang Indonesia bajak laut dapat
diartikan sebagai profesi atau bahkan sebagai pahlawan. Hal ini disebabkan
karena kegiatan perompakan laut yang ada di Indonesia seperti bajak laut Bugis
dilatar belakangi kebencian dan balas dendam akan kegiatan kolonialisasi.
Selain itu sebelum kedatangan bangsa barat sudah ada hukum tentang kegiatan
pelayaran dan perdagangan seperti Amanna Gappa.

Sebelum kedatangan bangsa Barat ke wilayah Indonesia kegiatan


perompakan sudah ada sejak masa berburu dan meramu. Kegiatan bajak laut
yakni mengambil dan mengumpulkan apa saja yang ada di laut tidak terkecuali
menyerang. Kemudian kegiatan bajak laut semakin berkembang seiring
berjalannya waktu. Pada masa sebelum datangnya bangsa barat juga kegiatan
bajak laut belum menjadi penyebab ketidakstabilan ekonomi atau belum
menjadi gangguan yang serius di perairan Indonesia Namun sejak kedatangan
bangsa Barat khususnya sejak VOC memonopoli perdagangan dan pelayaran di
beberapa pelabuhan penting di wilayah Indonesia, kegiatan perompakan malah
semakin berkembang dan bertambah jumlahnya.

Salah satu nya adalah kegiatan bajak laut yang dilakukan oleh orang-
orang Bugis. Setelah VOC mengambil alih Makassar yang merupakan kota
pelabuhan penting dan adanya perjanjian Bongaya akibat perang Makassar
mendorong kegiatan perompakan yang dilakukan orang-orang Bugis. Setelah
Makssar dikuasai Belanda, orang-orang Bugis yang sebagian besar bermata
pencaharian sebagai pedagang dan pelaut lebih memilih untuk menyingkir dan
merantau ke wilayah lain. Ditambah lagi dengan faktor lain seperti tradisi
merantau, kearifan lokal I la Galigo, dan pengalaman tentang perairan membuat
orang Bugis berani merantau secara berkelompok-kelompok.

Kemudian orang-orang Bugis yang merantau ke daerah-daerah lain


seperti Pantai Utara Jawa, Kalimantan, Riau, dll membangun diaspora. Orang-
orang Bugis itu kemudian ada yang masuk kedalam rancah politik, memiliki
pekerjaan tetap seperti bertani maupun perdagangan, dan memilih untuk
menjadi bajak laut. Jadi sebetulnya orang-orang Bugis ini awalnya bukanlah
seorang bajak laut. Mereka sebelumnya memiliki pekerjaan tetap. Orang-orang
bugis yang menjadi bajak laut biasanya menyerang kapal-kapal milik VOC
kemudian merampas barang-barang dagangan yang ada di kapal-kapal VOC
tersebut. Dengan menggunakan teknologi kapal, senjata, dan pengalaman di laut
yang setara dengan orang-orang VOC pada masa itu, mereka dapat menganggu
kestabilan ekonomi VOC dan bahkan menjadi ancaman terbesar VOC. Bahkan
selain VOC, kehebatan bajak laut Bugis juga diakui oleh bajak laut Lanun yang
dapat dikatakan lebih terkenal. Bajak laut Lanun ini menggunkan perahu Binta
milik Bugis.
Walaupun dianggap VOC sebagai ancaman besar, namun bajak laut
Bugis ternyata memberikan keuntungan bagi pribumi. Bajak laut Bugis menjadi
perintis perdagangan antar pulau di Indonesia. Bajak laut bugis mengenalkan
barang-barang dagangan baru dan juga melakukan kerjasama dengan pengiasa-
pengiasa di Indonesia. Selain bajak laut Bugis, orang-orang Bugis yang
merantau ke berbagai wilayah Indonesia juga memberikan kontribusi lain bagi
Sejarah Indonesia di abad 18 hingga 19. Orang-orang Bugis ini juga
memberikan kontribusi politik dengan membantu kerajaan-kerajaan lain
menghadapi konflik menjadi serdadu bayaran. Kemudian mereka mendapatkan
wilayah dan mendirikan diaspora, kerajaan, bahkan menjadi penguasa.
Contohnya di Kesultanan Melayu, membantu Sultan Johor dan kemudian
diberikan kepulauan Riau. Selain itu orang-orang Bugis yang merantau juga
mengajak sanak suadara nya dari Makassar untuk melakukan migrasi.

Maka dari itu dengan mengetahui materi yang telah disampaikan, kita
tidak boleh memberikan stigma bahwa orang-orang Bugis adalah keturunan
bajak laut walaupu memang dalam sejarah ada perstiwa yang membuat mereka
menjadi bajak laut. Aktivitas bajak laut Bugis memberikan kontribusi besar bagi
sejarah maritim dan bajak laut di Indonesia pada abad 18-19. Pada akhir abad ke
19 kegiatan peromapakan yang dilakukan bajak laut Bugis ini merosot. Hal ini
karena setelah revolusi Industri yang ada di berbagai wilayah Eropa termasuk
Belanda mendorong munculnya kapal uap dan teknologi perkapalan atau senjata
baru yang mengalahkan bajak laut Bugis. Selain itu VOC juga sangat intensif
untuk menumpas perompakan salah satunya dengan membentuk tim khusus.
Orang-orang Bugis pada akhir abad 19 juga sudah banyak yang melakukan
integrasi dengan penduduk di wilayah rantauannya. Walaupun begitu orang-
orang bugis ini sampai sekarang masih mempertahankan kebudayaan aslinya
dan memberikan warna di kegiatan kemaritiman Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai