Anda di halaman 1dari 5

Nama ;melda andriani

Nim:po.71.20.2.19.018

Tingtk :3A

Laporan pendahuluan gigitan anjing

I. Konsep Dasar Penyakit

A. Pengertian

Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang

disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies.

B. Etiologi

Adapun penyebab dari rabies adalah :

• Virus rabies.

• Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.

• Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.

C. Patofisiologi

Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi

kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan.Virus akan

berpindah dari tempatnya masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak,

dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf

menuju ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.Banyak hewan yang bisa menularkan

rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing

D. ManifestasiKlinis

Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa

inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling

pendek pada orang yang digigit pada kepala, tempat yang tertutup celana pendek, atau bila

gigitan terdapat di banyak tempat.Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan

pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai
dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam.

Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan

mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebankan rasa sakit

luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses

menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa

menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum. Karena

hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).

E. Pemeriksaan Fisik

• Palpasi : Apakah ada kaku kuduk atau tidak

Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen

Adakah pembesaran lien dan hepar

• Auskultasi : Adakah suara napas tambahan

Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya

Adakah bunyi tambahan

Adakah bradicardi atau tachycardia

Peristaltik usus

• Perkusi : Apakah ada distensi abdomen

• Infeksi : Amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,

frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale .

Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari

kejang.

2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk

mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan

lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah


otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT

4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang

membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann

darah dalam otak

5. Uji laboratorium

Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

Panel elektrolit

Skrining toksik dari serum dan urin

GDA

Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)

BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik

akibat dari pemberian obat.

Elektrolit : K, Na

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

Natrium ( N 135 – 144 meq/dl

G. Tindakan Pengobatan

1. Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit

hewan yang menderita rabies kemungkian tidak akan menderita rabies. Orang yang digigit

kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak memerlukan pengobatan lebih

lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang

buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena

hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.

2.Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera

mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot

dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah
mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobulin rabies,

dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan.

3.Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada

saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan pembengkakan di

tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari

1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.

4.Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan

berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada

hari 0 dan 2).

5.Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari.

Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan

atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan,

tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif

untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan otak. Pemberian vaksin

maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan

gejala-gejala rabies.

H. Pencegahan

Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera

setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang

berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu :

1.Dokter hewan.

2.Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.

3.Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada

anjing banyak ditemukan.

4. Para penjelajah gua kelelawar.

5.Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun,

sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapatkan
dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.

Anda mungkin juga menyukai