Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

“Metode dan Teknik Sampling Analisis Fisik, Kimia, Biologi Air dan Tanah”

Disusun oleh :

Kelompok 2 :

Noor syafikah (1810104024)

Leoni rika putri (1810104019)

Patri Yuliani (1810104026)

Gerda marianti (1810104012)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan hidayah-Nya, makalah ini
dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i kesehatan
masyarakat maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah Analisis Kualitas
Lingkungan dengan judul “Metode dan Teknik Sampling Analisis Fisik, Kimia, Biologi Air dan
Tanah”. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan.Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun
dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita semua.Amin.

Padang,November 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................................. 2
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................. 4
A. Pengertian Analisis Lingkungan Kualitas Air........................................................................4
B. Pentingnya Analisis Air......................................................................................................... 4
C. Persyaratan Kualitas Air....................................................................................................... 4
D. Metode pengambilan..............................................................................................................7
BAB III PENUTUP........................................................................................................................ 29
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 29
B. Saran....................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air
antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Diantara kegunaankegunaan air
tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum (termasuk untuk masak) air
harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi
manusia.
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup
yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana,
dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang
(Effendi, 2003).
Pembangunan di Negara ini semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju
pembangunan ini menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat dihindarkan terhadap
kualitas lingkungan antara lain terjadinya degradasi kualitas air. Dampak suatu kegiatan
terhadap keseimbangan lingkungan memang merupakan suatu hal yang sulit dihilangkan
sepenuhnya. Satu-satunya upaya yang dapat dilakukan adalah meminimumkan pengaruh
yang mungkin muncul. Sumber daya air yang strategis dan banyak dimanfaatkan untuk
berbagai aktivitas adalah air sungai. Air sungai merupakan sumber daya alam yang
potensial menerima beban pencemaran limbah kegiatan manusia. Akibatnya kualitas dan
kuantitas air menjadi berkurang (Effendi, 2003).
Tanah adalah salah satu system bumi, yang bersamaan dengan system bumi yang
lain yaitu air dan atmosfer, menjadi inti, fungsi, perubahan dan kemantapan ekosistem.
Tanah berkedudukan khas dalam masalah lingkungan hidup, merupakan kimia
lingkungan dan membentuk landasan hakiki bagi manusia. Tanah merupakan sumber
daya alam yang sangat berfungsi penting dalam kelangsungan hidup mahluk hidup.

1
Bukan hanya fungsinya sebagai tempat berjangkarnya tanaman, penyedia sumber daya
penting dan tempat berpijak tetapi juga fungsinya sebagai suatu bagian dari ekosistem.
Kualitas tanah meliputi kualitas tanah secara fisika, kimia dan biologi. Ketiga hal
tersebut memiliki parameter masingmasing dan tidak dapat terpisahkan satu sama lain
serta saling mempengaruhi. Parameter sifat fisik yang menentukan kualitas tanah antara
lain, tekstur, struktur, stabilitas agregat, kemampuan tanah menahan dan meloloskan lain
serta ketahanan tanah terhadap erosi dan lain sebagainya. Lalu parameter kimia yang
mempengaruhi kualitas tanah adalah, ketersediaan unsure hara, KTK, KTA, pH, ada
tidaknya zat pencemar, dan lain sebagainya. Sedangkan parameter biologi yang
menentukan kualitas tanah antara lain jumlah dan jenis mikroba yang ada dan beraktivitas
di dalam tanah. Setiap parameter memiliki peranan tersendiri dalam menentukan kualitas
tanah.
Dalam pertanian kualitas tanah tentunya berhubungan dengan pertumbuhan dan
produksi tanaman. Setiap parameter dapat berpengaruh pada ketersediaan unsure hara,
ketersediaan air, keleluasaan akar untuk tumbuh, dan reaksi serta interaksi antara
tanaman dengan faktor biotik dan abiotik dalam ekosistem.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah “Apasaja Metode dan
Teknik Sampling Analisis Fisik, Kimia, Biologi Air dan Tanah?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang “Metode dan Teknik Sampling Analisis
Fisik, Kimia, Biologi Air dan Tanah? “

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Metode dan Teknik Sampling Analisis Fisik, Kimia, Biologi
Air
b. Untuk mengetahui Metode dan Teknik Sampling Analisis Fisik, Kimia, Biologi
Tanah
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan menjadi bahan informasi khususnya dalam bidang
kesehatan untuk masyarakat dan mahasiswa kesehatan masyarakat guna meningkatkan

2
pengetahuan meneganai Metode dan Teknik Sampling Analisis Fisik, Kimia, Biologi Air
dan Tanah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Lingkungan Kualitas Air


Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat dari
karkteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran
kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali
menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia
terhadap air minum. Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan
keputusan politik dalam menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan
tertentu.

Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan setempat.
Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu
subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan. Aktivitas industriseperti
manufaktur, pertambangan, konstruksi, dantransportasi merupakan penyebab utama
pencemaran air, juga limpasan permukaan dari pertaniandanperkotaan.

B. Pentingnya Analisis Air


Dalam menganalisis kualitas air baku sungai dapat digunakan beberapa standar
sebagai pedoman parameter air minum. Tujuan dari penggunaan standar ini adalah untuk
mengetahui parameter yang harus diperbaiki ataupun dikurangi konsentrasinya. Standar
yang dapat digunakan antara lain:
1 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002
tentang baku mutu air minum.
2 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/SK/2010 tentang baku mutu air
minum.
C. Persyaratan Kualitas Air
Baku Air mempunyai persyaratan kualitas tertentu, tergantung pada peruntukan
air yang akan digunakan. Persyaratan kualitas air industri berbeda dengan persyaratan
kualitas air untuk keperluan pertanian. Demikian pula dengan keperluan minum,
perikanan dan sebagainya. Penyimpangan terhadap kualitas yang telah ditentukan akan
menyebabkan gangguan pada berbagai keperluan tersebut di atas. Untuk air yang

4
diperuntukkan bagi keperluan minum, mempunyai persyaratan fisis, kimia, radioaktif dan
mikroorganisme yang mempunyai besaran (konsentrasi) tertentu.
Beberapa persyaratan dari kualitas air minum dipaparkan sebagai berikut:
1 Persyaratan Fisika :
a. Tidak Berbau: Air yang berbau dapat disebabkan proses penguraian bahan
organik yang terdapat di dalam air.
b. Jernih: Air keruh adalah air mengandung partikel padat tersuspensi yang dapat
berupa zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Disamping itu air yang keruh sulit
didesinfeksi, karena mikroba patogen dapat terlindung oleh partikel tersebut
(Slamet, 2007).
c. Tidak Berasa: Air yang tidak tawar mengindikasikan adanya zat-zat tertentu di
dalam air tersebut.
d. Suhu: Air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok dengan
udara sekitar (udara ambien). Di Indonesia, suhu air minum idealnya ± 3 °C dari
suhu udara di atas atau di bawah suhu udara berarti mengandung zat-zat tertentu
(misalnya fenol yang terlarut) atau sedang terjadi proses biokimia yang
mengeluarkan atau menyerap energi air (Kusnaedi, 2002).
e. TDS: Total Dissolved Solid/TDS, adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10 -6 -
10 -3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi,
2002). Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Kesadahan
mengakibatkan terjadinya endapan/kerak pada sistem perpipaan.
2 Persyaratan Kimia Parameter kimiawi dikelompokkan menjadi kimia organik dan
kimia anorganik :
a. Zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya dan
beracun serta derajat keasaman (pH).
b. Zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida, volatile organis
chemicals (zat kimia organik mudah menguap) zat-zat berbahaya dan beracun
maupun zat pengikat Oksigen.
Sumber logam pada air dapat berasal dari Kegiatan Industri, pertambangan
ataupun proses pelapukan secara alamiah, atau karena korosi dari pipa penyalur air.
Bahan kimia organik dalam air minum dapat dibedakan menjadi 3 kategori :

5
 Kategori 1 adalah bahan kimia yang mungkin bersifat carcinogen bagi
manusia.
 Kategori 2 adalah bahan kimia yang tidak bersifat carcinogen bagi manusia.
 Kategori 3 adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit kronis
tanpa ada fakta carcinogen.
3 Persyaratan Mikrobiologi ;
Indikator organisme yang dipakai sebagai parameter mikrobiologi digunakan
bakteri koliform (indicator organism). Secara loboratoris total coliform digunakan
sebagai indikator adanya pencemaran air bersih oleh tinja, tanah atau sumber alamiah
lainnya.
Sedangkan fecal coliform (koliform tinja) digunakan sebagai indikator
adanya pencemaran air bersih oleh tinja manusia atau hewan. Parameter mikrobiologi
tersebut dipakai sebagai parameter untuk mencegah mikroba patogen dalam air
minum. Berdasarkan jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel
air (Most Probability Number/MPN), kondisi air dibagi kedalam beberapa golongan
sebagai berikut:
a. Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri
koliform dan patogen atau zat kimia beracun.
b. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN < 5000/100 cc
c. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN > 5000/100 cc
d. Air dengan penjernihan khusus; MPN > 250.000/100 cc
e. MPN mewakili Most Probable Number, yaitu jumlah terkaan terdekat dari
bakteri koliform dalam 100 cc air.
4 Persyaratan Radioaktivitas :
Zat radioaktivitas dapat menimbulkan efek kerusakan sel. Kerusakan tersebut
dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Sel yang mati dapat
tergantikan asalkan belum seluruh sel mati, sedangkan perubahan genetis dapat
menimbulkan penyakit seperti kanker atau mutasi sel.
5 Nilai Ambang Batas (NAB) :
Nilai ambang batas (NAB) adalah nilai atau batas tertinggi dimana manusia
mampu menahannya tanpa menimbulkan gangguan kesehatan selama 40 jam atau 5

6
hari dalam seminggu. Mungkin seperti itulah gambaran harfiah dari Nilai ambang
batas. Untuk zat-zat yang memiliki standar NAB, Udara, air, tanah, dan yang
sebenarnya Nilai ambang batas ini lebih terkhusus pada zat-zat kimia berbahaya,
karena pertimbangan risiko, tingkat frekuensi dan tingkat kefatalan yang ditimbulkan
oleh zat kimia tersebut maka perlu diupayakan adanya pengendalian.
Berikut ini ialah beberapa kriteria parameter kualitas air beserta penjelasannya:
 DO atau dissolve oxygen ialah kadar oksigen yang terlarut dalam air.
semakin tinggi DO maka air tersebut akan semakin baik. pada suhu 20C.
tingkat DO maksimal ialah 9ppm. ppm ialah satuan untuk menunjukkan
kadar atau satuan. P
 pm ialah singkatan dari part per million atau sama dengan mg/L.
 BOD atau biological oxygen demand ialah tingkat permintaan oksigen oleh
makhluk hidup dalam air tersebut. jadi semakin tinggi nilainya maka
semakin banyak mikrobanya dan membuat nilai DO turun. Semakin tinggi
nilai BOD maka akan semakin rendah kualitas air.
 COD atau chemical oxygen demand mirip seperti BOD. bedanya disini ialah
tingkat kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen. bisa jadi dipakai untuk
mengurai dan sebagainya. nilai COD juga berbanding terbalik dengan DO.
 TDS atau total dissolve solid ialah jumlah zat padat yang terlarut di dalam
air. semakin rendah TDS maka akan semakin bagus kualitas air. banyak tds
meter yang mudah untuk didapatkan dan bisa digunakan hanya dengan
mencelupkan ujung alat tersebut kedalam air.
D. Metode pengambilan
Metode pengambilan dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengambilan contoh
air di lapangan untuk uji kualitas air. Metode pengambilan meliputi persyaratan dan tata
cara pengambilan contoh kualitas air untuk keperluan perneriksaan kualitas air yang
mencakup pemeriksaan sifat fisik, kimia, mikrobiologi, biologi dan lain-lain.

Beberapa pengertian yang dimaksud dalam metode ini meliputi :

 Sumber air adalah air permukaan, air tanah dan air meteorik

7
 Air permukaan adalah air yang terdiri dari: air sungai, air danau, air waduk, air
saluran, mata air, air rawa dan air gua / air karst
 Air tanah babas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi air dan terletak
pada suatu dasar yang kedap air serta mempunyai permukaan bebas
 Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air dengan bagian
alas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air
 Akifer adalah suatu lapisan pembawa air
 Epilimnion adalah lapisan alas danau/waduk yang suhunya relatif sama
 Termoklin/metalimnion adalah lapisan danau yang mengalami penurunan suhu
yang cukup besar (lebih dari 1°C/m) ke arah dasar danau
 Hipolimnion adalah lapisan bawah danau yang mempunyai suhu relatif sama dan
lebih dingin dari lapisan di atasnya, biasanya lapisan ini mengandung kadar
oksigen yang rendah dan relatif stabil
 Air meteorik adalah air meteorik dari labu ukur di stasion meteor, air meteorik
yang ditampung langsung dari hujan dan air meteorik dari bak penampung air
hujan
 Contoh, dalam panduan ini adalah contoh uji air untuk keperluan pemeriksaan
kualitas air.

1) Persyaratan pengambilan contoh


a. Peralatan
Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1 Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat dari logam)
2 Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya
3 Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampungan tanpa ada sisa
bahan tersuspensi di dalammya
4 Kapasitas alat 1 - 5 L tergantung dari maksud pemeriksaan
5 Mudah dan aman dibawa.
Beberapa jenis alat pengambil contoh yang dapat digunakan meliputi :
a) Alat pengambil contoh sederhana berupa :

8
1 Botol biasa atau ember plastik yang digunakan pada permukaan air secara
langsung
2 Botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada kedalaman tertentu

b) Alat pengambil contoh setempat secara mendatar, dipergunakan untuk


mengambil contoh di sungai atau di tempat yang airnya mengalir pada
kedalaman tertentu, contoh alat ini adalah tipe Wohlenberg

c) Alat pengambil contoh setempat secara tegak, dipergunakan untuk mengambil


contoh pada lokasi yang airnya tenang atau alirannya sangat lambat seperti di
danau, waduk, dan muara sungai pada kedalaman tertentu, contoh alat ini
adalah tipe Ruttner
d) Alat pengambil contoh pada kedalaman yang terpadu, digunakan untuk
pemeriksaan zat padat tersuspensi atau untuk mendapatkan contoh yang

9
mewakili semua lapisan air, contoh alat ini adalah tipe USDH Alat Pengambil
Contoh Air Tipe Kedalaman Terpadu (Integrated Depth Sampler - USHD)
e) Alat pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur waktu
dan volume yang diambil, digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air
limbah atau air sungai yang tercemar, agar diperoleh kualitas air rata-rata
selama periode tertentu,
f) Alat pengambil untuk pemeriksaan gas terlarut yang dilengkapi tutup,
sehingga alat dapat ditutup segera setelah terisi penuh ; contoh alat ini adalah
tipe Cascila
g) Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan bakteriologi adalah botol gelas
yang di tutup kapas/aluminium foil, tahan terhadap panas dan tekanan selama
proses sterilisasi

h) Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan plankton berupa jaring yang


berpori 173 mesh/inci, yang biasa digunakan adalah jaring plankton no.20/SI

10
i) Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan hewan benthos disesuaikan dengan
jenis habitat hewan benthos yang akan diambil, beberapa contoh alat untuk
jenis habitat tertentu, antara lain:
 Eckman grab, dibuat dari baja, yang beratnya + 3,2 kg, dengan ukuran 15 x
15 cm, dipergunakan untuk pengambilan contoh pada sumber air yang
alirannya relatif kecil dan mempunyai dasar lumpur dan pasir

 Jala Surber, terbuat dari benang nilon yang ditenun dan mempunyai ukuran
mata jaring 0,595 mm dalam keadaan terbuka, panjang jala 69 cm dan
ukuran permukaan depan 30,5 cm x 30,5 cm, alat ini biasa dipergunakan
pada sumber air yang alirannya deras dan mempunyai dasar berbatu-batu,

11
 Petersen grab, terbuat dari baja yang luasnya antara 0,06 - 0,09 m2 dengan
berat antara 13,7 - 31,8 kg biasanya dipergunakan pada sumber air yang
mempunyai dasar keras, misalnya lempung, batu dan pasir

 Ponar grab, terbuat dari baja yang luasnya 23 x 23 cm dengan berat ± 20


kg banyak dipergunakan di danau yang dalam dan pada dasar sumber air
yang bervariasi

12
 Jaring apung terbuat dari benang nilon yang ditenun, mempunyai ukuran
mata jarring 0,595 mm dan luas 929 cm2 dipergunakan untuk
mengumpulkan hewan yang hidup dipermukaan sumber air dan lamanya
waktu yang dipergunakan dalam satu kali pengambilan adalah tiga jam

j) Alat ekstraksi
Alat ini terbuat dari bahan gelas atau tenun yang tembus pandang dan
mudah memisahkan fase pelarut dari contoh.

k) Alat penyaring

13
Alat ini dilengkapi dengan pompa isap atau pompa tekan agar dapat
menahan kertas saring yang mempunyai ukuran pori 0,45/um.

l) Alat pendingin
Alat ini dapat menyimpan contoh pada 4°C, dapat membekukan contoh
bila diperlukan dan mudah diangkut ke Iapangan.

b. Bahan
1 Bahan kimia untuk pengawet
Bahan kimia yang digunakan untuk pengawet harus memenuhi
persyaratan bahan kimia untuk analisis dan tidak mengganggu atau
mengubah kadar zat yang akan diperiksa.
2 Wadah Contoh
Wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh harus memenuhi
persyaratan sehagai berikut :
 Terbuat dari bahan gelas atau plastik
 Dapat ditutup dengan kuat dan rapat
 Mudah dicuci
 Tidak mudah pecah
 Wadah contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dapat disterilkan

14
 Tidak menyerap zat-zat kimia dari contoh
 Tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam contoh
 Tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan contoh.
c. Sarana pengambilan contoh
Sarana yang dapat digunakan adalah:
 Sedapat mungkin menggunakan jembatan atau lintasan gantung sebagai
tempat pengambilan contoh
 Bila sarana 1) tersebut diatas tidak ada, maka dapat menggunakan perahu
 Untuk sumber air yang dangkal. dapat dilakukan dengan merawas.
d. Volume contoh
Volume contoh yang diambil untuk keperluan pemeriksaan di lapangan dan
laboratorium bergantung dari jenis pemeriksaan yang diperlukan sebagai
berikut :
 Untuk pemeriksaan sifat fisik air diperlukan lebih kurang 2 L
 Untuk pemeriksaan sifat kimia air diperlukan lebih kurang 5 L
 Untuk pemeriksaan bakteriologi diperlukan lebih kurang 100 mL
 Untuk pemeriksaan biologi air (klorofil) diperlukan 0,5 - 20 L (bergantung
pada kadar klorofil di dalam contoh).
e. Pola kerja
Urutan pelaksanaan pengambilan contoh kualitas air adalah sebagai berikut :
 Menentukan lokasi pengambilan contoh
 Menentukan titik pengambilan contoh
 Melakukan pengambilan contoh
 Melakukan pemeriksaan kualitas air di lapangan
 Melakukan pengolahan pendahuluan dan pengawetan contoh
 Pengepakan contoh dan pengangkutan ke laboratorium.
f. Pengawetan contoh
Pengawetan contoh untuk parameter tertentu diperlukan apabila pemeriksaan
tidak dapat langsung dilakukan setelah pengambilan contoh. Jenis bahan
pengawet yang digunakan dan lama penyimpanan berbeda-beda tergantung
pada jenis parameter yang akan diperiksa.

15
g. Waktu
Interval waktu pengambilan contoh diatur agar contoh diambil pada
Hari dan jam yang berbeda sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air
setiap hari maupun setiap jam. Caranya dilakukan dengan menggeser jam dan
hari pengambilan pada waktu pengambilan contoh berikutnya, misalnya
pengambilan pertama hari senin jam 06.00 pengambilan berikutnya hari selasa
jam 07.00 dan seterusnya. Waktu pengambilan contoh dilakukan berdasarkan
keperluan sebagai berikut :
1 Untuk keperluan survei pendahuluan dalam rangka pengenalan daerah,
waktu pengambilan contoh dapat dilaksanakan pada saat survey.
2 Untuk studi dan penelitian, disesuaikan dengan keperluan dan tujuan
studi/penelitian tersebut.
3 Untuk keperluan perencanaan dan pemanfaatan diperlukan data
pemantauan kualitas air, yang diambil pada waktu tertentu dan periode
yang tetap, tergantung pada jenis sumber air dan tingkat pencemarannya
sebagai berikut :
 Sungai/saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali selama
setahun
 Sungai/saluran yang tercemar ringan sampai sedang, sebulan sekali
selama setahun
 Sungai/saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali selama
setahun
 Danau/waduk setiap dua bulan sekali selama setahun
 Air tanah setiap tiga bulan sekali selama setahun
 Air meteorik sesuai dengan keperluan.
2) Cara pelaksanaan pengambilan contoh
Lokasi pengambilan contoh ditentukan berdasarkan pada tujuan
pemeriksaan. Lokasi pengambilan contoh dilakukan pada air permukaan dan air
tanah. Lokasi pengambilan contoh di air permukaan dapat berasal dari daerah
pengaliran sungai dan danau/waduk, dengan penjelasan sebagai berikut :

16
a) Air Permukaan
Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai (DPS),
berdasarkan pada :
 Sumber air alamiah, yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau masih
sedikit pencemaran
 Sumber air tercernar, yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami
perubahan atau di hilir sumber pencemar
 Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi pada tempat penyadapan
pemanfaatan sumber air tersebut
b) Pemantauan kualitas air pada danau/waduk berdasarkan pada :
 Tempat masuknya sungai ke danau/waduk
 Di tengah danau/waduk
 Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan
 Tempat keluarnya air danau/waduk
c) Air tanah
Lokasi pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas
(tidak tertekan) dan air tanah tertekan dengan penjelasan sebagai berikut :

d) Air tanah bebas (tidak tertekan) :


 Di sebelah hulu dan hilir dari lokasi penimbunan/pembuangan sampan
kota/industri
 Di sebelah hilir daerah pertanian yang intensif menggunakan pestisida dan
pupuk kimia
 Di daerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin
 Tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
e) Air tanah tertekan :

 Di sumur produksi air tanah untuk pemenuhan kebutuhan perkotaan, pedesaan,


pertanian dan industri
 Di sumur produksi air tanah PAM maupun sarana umum
 Di sumur-sumur pemantauan kualitas air tanah

17
 Di lokasi kawasan industri
 Di sumur observasi untuk pengawasan imbuhan
 Pada sumur observasi air tanah di suatu cekungan air tanah artesis (misalnya :
cekungan artesis Bandung)
 Pada sumur observasi di wilayah pesisir dirnana terjadi penyusupan air asin
 Pada sumur observasi penimbunan/pengolahan limbah industri bahan
berbahaya
f) Air permukaan

Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai dan danau/waduk,


dengan penjelasan sebagai berikut:
 Di sungai, titik pengambilan contoh di sungai dengan ketentuan :
 Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/ detik, contoh diambil pada satu titik di
tengah sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air
 Sungai dengan debit antara 5 - 150 m3/ detik, contoh diambil pada dua titik
masingmasing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman dari
permukaan air ;
 Sungai dengan debit lebih dari 150 m3/ detik contoh diambil minimum pada
enam titik masing-masing pada jarak 1/4, 1/2 dan 3/4 lebar sungai pada 0,2 x
dan 0,8 x kedalaman dari permukaan air
Di danau/waduk, titik pengambilan Contoh di danau /waduk dengan ketentuan :

1 Danau/waduk yang kedalamannya kurang dari 1.0 m, contoh diambil pada


dua titik di permukaan dan di dasar danau/waduk ;
2 Danau/waduk dengan kedalaman antara 10 - 30 m, contoh diambil pada tiga
titik, yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin dan di dasar danau/waduk ;
3 Danau/waduk dengan kedalaman antara 30 - 100 m, contoh diambil pada
empat titik, yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin (metalimnion), di
atas lapisan hipolimnion dan di dasar danau/ waduk ;
4 Danau/waduk yang kedalamannya Lebih dari 100 m, titik pengambilan
contoh dapat ditambah sesuai dengan keperluan.
g) Air Tanah

18
Titik pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas
dan air tanah tertekan (artesis) dengan penjelasan sebagai berikut :

1 Air tanah bebas :


 Pada sumur gali contoh diambil pada kedalaman 20 cm di bawah
permukaan air dan sebaiknya diambil pada pagi hari ;
 Pada sumur bor dengan pompa tangan /mesin, contoh diambil dari
kran/mulut pompa tempat keluarnya air setelah air dibuang selama
lebih kurang lima menit.
 Air tanah tertekan (artesis) :
 Pada sumur bor eksplorasi contoh diambil pada titik yang telah
ditentukan sesuai keperluan eksplorasi
 Pada sumur observasi contoh diambil pada dasar sumur setelah air
dalam sumur bor/pipa dibuang sampai habis (dikuras) sebanyak tiga
kali ;
 Pada sumur produksi contoh diambil pada kran/mulut pompa
keluarnya air.
3) Pengambilan contoh
1 Pengambilan contoh untuk pemeriksaan sifat titik dan kimia air. Tahapan
pengambilan contoh untuk keperluan ini adalah :
 Menyiapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber
air ;
 Membilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak tiga kali ;
 Mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam
penampung sementara hingga merata ;
 Apabila contoh diambil dari beberapa titik, maka volume contoh yang
diambil dari setiap titik harus sama.
2 Pengambilan contoh untuk pemeriksaan oksigen terlarut, Pengambilan
contoh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Cara langsung, tahapan pengambilan contoh dengan cara langsung sebagai
berikut :

19
 Siapkan botol KOB yang bersih dan mempunyai volume + 300 mL
serta dilengkapi dengan tutup asah
 Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut
botol searah dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol
dengan tenang, atau dapat pula dengan menggunakan sifon
 Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan
gelembung udara selama pengisian, kemudian botol ditutup
 contoh siap untuk dianalisis.
Dengan alat khusus, tahapan pengambilan contoh dengan cara alat khusus
sebagai berikut :

 Siapkan botol KOB yang bersih dan mempunyai volume + 300 mL


serta dilengkapi dengan tutup asah
 Masukkan botol ke dalam alat khusus
 Ikuti prosedur pemakaian alat tersebut.
3 Pemeriksaan mikrobiologi, Pengambilan contoh untuk pemeriksaan
mikrobiologi dapat dilakukan pada air permukaan dan air tanah dengan
penjelasan sebagai berikut :

Air permukaan secara langsung tahapan pengambilan contoh ini sebagai


berikut :
 Siapkan botol yang volumenya paling sedikit 100 mL dan tclah
distcrilkan pada suhu 120°C selama 15 menit atau dengan cara
sterilisasi lain
 Ambil contoh dengan cara memegang botol steril bagian bawah dan
celupkan botol stern + 20 cm di bawah permukaan air dengan posisi
mulut botol berlawanan dengan arah aliran.
Air permukaan secara tidak langsung dari jembatan atau lintasan gantung
tahapan pengambilan ini sebagai berikut :

 Siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium

20
 Ikat botol dengan tali dan pasang pemberat di bagian dasar botol
 Buka pembungkus kertas di bagian mulut botol dan turunkan botol
perlahan-lahan ke dalam permukaan air
 Tarik tali sambil digulung
 Buang sebagian isi botol hingga volumcnya ± 3/4 volume botol.
 Bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup kembali.
Air tanah pada sumur gali, tahapan pengambilan contoh sama dengan
pengambilan contoh pada air permukaan dari jembatan atau lintasan
gantung;

Air tanah pada kran air tahapan pengambilan contoh sebagai berikut :

 Siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium


 Buka kran selama 1 - 2 menit
 Sterilkan kran dengan cara membakar mulut kran sampai keluar uap
air
 Alirkan lagi air selama 1 - 2 menit
 Buka tutup botol steril dan isi sampai ± 3/4 volume botol
 Bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup lagi.
4 Pemeriksaan di lapangan
Pekerjaan yang dilakukan meliputi :
 Pemeriksaan unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan
langsung setelah pengambilan contoh; unsure-unsur tersebut antara
lain ; pH, suhu, daya hantar listrik, alkalinitas, asiditas dan oksigen
terlarut
 Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus
pemeriksaan di lapangan, yang meliputi nama sumber air, tanggal
pengambilan contoh, jam, keadaan cuaca, bahan pengawet yang
ditambahkan dan nama petugas
4) Pengolahan pendahuluan contoh
a. Penyaringan

21
 Penyaringan contoh dilakukan untuk pemeriksaan parameter terlarut
sebagai berikut
 Contoh yang akan disaring diukur volumenya sesuai dengan keperluan
 Masukkan kedalam alat penyaring yang telah dilengkapi kertas saring
yang mempunyai ukuran pori 0,45pm dan saring sampai selesai
 Air saringan ditampung kc dalam wadah yang telah disiapkan sesuai
dengan keperluan.
b. Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan pestisida
Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :

 Contoh dikocok secara merata dan ukur volumenya sebanyak 1 L dengan


gelas ukur;
 Tuangkan contoh ke dalam labu ekstrak;
 Bilas gelas ukur dengan 60 mL campuran pelarut organik (n-hexana 85 °o
dan Diethyl Ether 15 %), kemudian tuangkan pelarut organik tersebut ke
dalam labu ekstrak dan kocok selama 2 menit
 Biarkan sampai terjadi pemisahan fase paling sedikit + 10 menit;
 Tampung fase air dari labu ekstrak ke dalam gelas ukur dan secara hati-hati
tuangkanlah lapisan fase organik melalui kolom yang berdiameter luar 2 cm
dan berisi Na2SO4 bebas air setinggi 10 cm ke dalam wadah khusus;
 Tuangkan kembali lase air di dalam gelas ukur tadi ke dalam labu ekstrak;
 Ulangi Iangkah (3) sampai (6) 2 kali lagi;
 Bilas kolom dengan pelarut hexana + 20 mL;
 Satukan hasil ekstrak dalam botol khusus.
c. Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan minyak dan lemak
Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :
 Diukur 1 L contoh dengan gelas ukur
 Ditambahkan 5 mL asam khlorida (HCl 1:1), sampai pH < 2
 Dimasukkan ke dalam labu ekstrak
 Gelas ukur tadi dibilas secara hati-hati dengan 30 mL pelarut organik
(jenis pelarut organik disesuaikan dengan metode pemeriksaaan yang
digunakan), dan masukkan ke dalam labu ekstrak

22
 Dikocok kuat-kuat selama 2 menit dan bila terjadi emulsi yang stabil
(tidak terjadi pemisahan fase yang jelas), dikocok lagi selama 5-10 menit
 Dibiarkan sampai terjadi pemisahan fase
 Fase organiknya dikeluarkan melalui corong yang berisi kertas saring
dan Na2SO4 kedalam wadah contoh khusus
 Dimasukkan lagi 30 mL pelarut organik ke dalam labu ekstrak
 Ulangi langkah (5) sampai (8) 2 kali lagi
 Hasil ekstrak disatukan ke dalam wadah contoh khusus
 Kertas saring dicuci dengan 10 - 20 mL pelarut organik dan disatukan
dengan hasil ekstrak ke dalam wadah contoh khusus tadi.
5) Pengawetan contoh
Fungsi pengawetan adalah memperlambat proses perubahan kimia dan
biologis yang tidak terelakan. Pengawetan sangat sukar karena hampir semua
pengawet mengganggu untuk beberapa pengujian. Menyimpan sampel pada suhu
rendah (4°C) mungkin merupakan cara terbaik. Untuk mengawetkan contoh sampai
hari berikutnya penggunaan reagent pengawet dapat dilakukan selama tidak
mengganggu proses analisa dan penambahan ke dalam botol dilakukan sebelum
pengisian contoh sehingga contoh dapat diawetkan secepatnya. Tidak ada satu
metode pengawetan yang memuaskan karena itu dipilih pengawetan yang sesuai
dengan tujuan pemeriksaan.

Semua metode pengawetan kemungkinan kurang memadai untuk bahan-bahan


tersuspensi. Penggunaan formaldehid tidak dianjurkan karena mempengaruhi sangat
banyak pemeriksaan.

Metode pengawasan pada umumnya terbatas pada kontrol pH, penambahan


zat kimia, pendinginan dan pembekuan. Parameterparameter tertentu lebih banyak
dipengaruhi oleh penyimpanan contoh sebelum dianalisa daripada yang lainnya.
Beberapa jenis kation dapat hilang karena diserap oleh dinding wadah gelas seperti
alumunium (Al), Kadmium (Kd), Krom (Cr), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Timbal (Pb),
Mangan (Mn), Perak (Ag) dan Seng (Zn). Sebaiknya untuk parameter-parameter
diatas, contoh diambil secara terpisah dan ditampung dalam botol bersih serta

23
diasamkan dengan HCl pekat atau H2SO4 pekat sampai pH 2,0 untuk mengurangi
absorbsi pada dinding wadah. Parameter pH, temperatur dan gas terlarut harus segera
diperiksa di lapangan karena parameter tersebut mudah sekali berubah dalam waktu
singkat.

Air sampel yang diperoleh dari lokasi pengambilan sampel sebelum dilakukan
pengukuran atau selama penyimpanan memerlukan penanganan. Rekomendasi
penanganan air contoh (water sample) terutama menyangkut preservasi atau
pengawetan, jenis wadah dan lamanya penyimpanan adalah sebagai berikut:

24
25
26
Secara sederhana pengawetan contoh dilakukan 2 (dua) cara, yaitu :
a) Pengawetan cara fisika
Pengawetan secara fisika dilakukan dengan cara pendinginan contoh pada
suhu 4°C atau pembekuan.

b) Pengawetan cara kimia


Pengawetan secara kimia dilakukan tergantung pada jenis parameter yang
diawetkan. Beberapa cara pengawetan adalah sebagai berikut :
 Pengasaman, yaitu penambahan asam nitrat pekat atau asam khlorida
pekat atau asam sulfat pekat ke dalam contoh sampai pit <2 ;
 Penambahan biosida ke dalam contoh, jenis biosida dan dosisnya tertentu
 Penambahan larutan basa (biasanya larutan natrium hidroksida, NaOH) ke
dalam contoh sampai pH 10 - 11.
6) Pengepakan dan pengangkutan contoh

27
Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah, diberi label. Pada label
tersebut dicantumkan keterangan mengenai lokasi pengambilan, tanggal dan jam
pengambilan, cuaca, jenis pengawet yang ditambahkan, petugas yang mengambil
contoh dan sketsa lokasi. Wadah-wadah contoh yang telah ditutup rapat
dimasukkan ke dalam kotak yang telah dirancang secara khusus agar contoh tidak
tertumpah selama pengangkutan ke laboratoriurn.

7) Penyajian data hasil pemeriksaan lapangan


Hasil pemeriksaan lapangan disajikan sebagai berikut :
 Hasil perhitungan pemeriksaan di lapangan dicatat dalam buku catatan
lapangan
 Diteliti kembali cara perhitungan dan satuan yang dipakai ;
 Data dari catatan lapangan dipindahkan ke formulir data

B. . ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN TANAH

A. Pengertian Tanah
Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terikat antara satu dengan
yang lain (diantaranya mungkin material organik) dan rongga-rongga diantara bagian-bagian
tersebut berisi udara dan air. (Verhoef, 1994). Menurut Craig (1991), tanah adalah akumulasi
mineral yang tidak mempunyai atau lemah ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena
pelapukan dari batuan. Tanah didefinisikan oleh Das (1995) sebagai material yang terdiri dari
agregat mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain
dan dari bahanbahan organik telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair
dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut.
Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah adalah campuran partikel-
partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut:

28
a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya lebih besar
dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm sampai 250 mm, fragmen
batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).
b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm, yang
berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm sampai bahan halus yang
berukuran < 1 mm.
d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai 0,0074
mm.
e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm
yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif.
f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran lebih kecil
dari 0,001 mm.

B. Kualitas Tanah
Doran & Parkin (1994) memberikan batasan kualitas tanah adalah kapasitas suatu tanah
untuk berfungsi dalam batas-batas ekosistem untuk melestarikan produktivitas biologi,
memelihara kualitas lingkungan, serta meningkatkan kesehatan tanaman dan hewan. Johnson
et al. (1997) mengusulkan bahwa kualitas tanah adalah ukuran kondisi tanah dibandingkan
dengan kebutuhan satu atau beberapa spesies atau dengan beberapa kebutuhan hidup manusia.
Indikator kualitas tanah adalah sifat, karakteristik atau proses fisika, kimia dan biologi
tanah yang dapat menggambarkan kondisi tanah (SQI, 2001). Menurut Doran & Parkin (1994),
indikator-indikator kualitas tanah harus (1) menunjukkan prosesproses yang terjadi dalam
ekosistem, (2) memadukan sifat fisika tanah, kimia tanah dan proses biologi tanah, (3) dapat
diterima oleh banyak pengguna dan dapat diterapkan di berbagai kondisi lahan, (4) peka
terhadap berbagai keragaman pengelolaan tanah dan perubahan iklim, dan (5) apabila
mungkin, sifat tersebut merupakan komponen yang biasa diamati pada data dasar tanah.
Karlen et al. (1996) mengusulkan bahwa pemilihan indikator kualitas tanah harus
mencerminkan kapasitas tanah untuk menjalankan fungsinya yaitu:
1. Melestarikan aktivitas, diversitas dan produktivitas biologis

29
2. Mengatur dan mengarahkan aliran air dan zat terlarutnya
3. Menyaring, menyangga, merombak, mendetoksifikasi bahan-bahan anorganik dan
organik, meliputi limbah industri dan rumah tangga serta curahan dari atmosfer.
4. Menyimpan dan mendaurkan hara dan unsur lain dalam biosfer.
5. Mendukung struktur sosial ekonomi dan melindungi peninggalan arkeologis
terkait dengan permukiman manusia

Sifat-sifat atau parameter yang digunakan Universitas Sumatera Utara untuk penilaian
kualitas tanah yang diorentasi pada pengelolaan, merupakan peralihan (intermediate) dari
kedua faktor ekstrim tersebut.

C. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami (Veegha, 2008). Darmono (2001) menyatakan bahwa ada
dua sumber utama kontaminasi tanah yaitu kebocoran bahan kimia organik dan penyimpanan
bahan kimia dalam bunker yang disimpan dalam tanah, dan penampungan limbah industri
yang ditampung dalam suatu kolam besar yang terletak di atas atau di dekat sumber air tanah.
Pencemaran tanah biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia
industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah
tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat
kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika suatu zat
berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air
hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak
langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya (Veegha, 2008).

D. Jenis-Jenis Pencemaran Tanah yang Terjadi di Tanah

30
1.Limbah Domestik

Tidak lain dan tidak bukan, limbah domestic ini adalah jenis pencemaran yang sering
kita lakukan. Jenis pencemaran ini adalah hasil dari berbagai kegiatan manusia seperti
perdagangan, kelembagaan, sector wisata. Dalam kegiatan perdagangan seperti pasar,
hotel dan restoran, pasti meninggalkan limbah. Begitupun kegiatan wisata, terutama
para wisatawan yang tidak bertanggung jawab yang sering membuang sampah
sembarangan. Limbah domestic dibagi menjadi dua yaitu limbah domestic padat dan
limbah domestic cair. Untuk limbah domestic padat bisa berupa sampah anorganik
atau sampah yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme, seperti plastik. Sedangkan
untuk sampah cair seperti detergen, olo, cat dan lain sebagainya. Keduaduanya
mempunyai dampak kerusakan yang begitu besar karena tidak dapat diurai oleh
mikroorganisme.

2.Limbah Industri

Kegiatan industri semakin hari semakin mengkhawatirkan. pasalnya, regulasi dari


pemerintah mengenai standar pembuangan limbah, industri sering tidak mendapat respon
positif. Belum lagi keberadaan oknum pemerintah yang menyalahgunakan kekuasaannya
untuk kepentingan pribadi, semua itu semakin memperparah polusi tanah dari hasil
limbah industri. Limbah industri sendiri terdiri dari limbah industri padat dan limbah
industri cair. Untuk limbah industri padat yang biasanya berbentuk lumpur atau bubur
mungkin kita jarang melihatnya. Namun untuk limbah industri cair, hampir setiap
industri besar maupun kecil yang kita temui akan mengeluarkan limbah ini. Sebut saja
industri skala kecil seperti pabrik tahu rumahan, proses produksinya akan menghasilkan
limbah cair.

3.Limbah Pertanian

Keberadaan zat-zat kimia yang awalnya ditujukan untuk membantu proses pertanian
justru malah menjadi sumber polusi tanah. Sebut saja zat-zat kimia seperti pupuk urea,
DDT dan pestisida, sisa-sisa dari zat tersebut. Dapat menyebabkan polusi dan dampaknya
hasil tanaman yang ditanam kurang sehat.

31
E. Parameter Sifat Tanah Parameter Sifat Tanah berdasar uraian di atas, maka sebagai dasar
evaluasi tingkat kesuburan, secara umum adalah:

1. Parameter sifat Kimia tanah:

a. pH

b. Bahan organic

c. N-total (%)

d. C-organik (%)

e. P-tersedia (ppm)

f. Basa-basa Na-, K-, Ca-, Mg-dapat dipertukarkan (exchangeable bases,


Cmol.Kg-1)

g. Kapasitas Tukar Kation (KTK, Cmol.Kg-1)

h. Kejenuhan Basa (%)

i. Tekstur (pasir, debu, liat, kelas)

2. Parameter sifat Fisika tanah:

a. Porositas
b. Berat Isi
c. Berat Jenis
d. Permeabilitas
e. Kemantapan agregat
f. Daya Pegang Air (water holding capacity)

3. Parameter sifat Biologi tanah:

a. Biomas Mikroba (microbial biomas)


b. Berat molekul bahan organik

32
c. Biodiversitas
d. Populasi makro- dan mikro-organisme

4. Parameter sifat Lingkungan tanah:

a. Panas (warmth)
b. Suhu (temperature)
c. Kelembaban (moisture)
d. Erosi (erosion)
e. Pencemaran (pollution

E.Metode Pengambilan
1.Teknik Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara,
menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan
kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti
apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya
dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel tanah merupakan tahapan
terpenting di dalam program uji tanah.
Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam namun
tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat pengambilan
sampel tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah
sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan
pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.

a.Peralatan untuk pengambilan contoh sampel tanah

33
a. Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah (auger, tabung), cangkul,
sekop.
b. Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan sendok tanah
untuk mencampur atau mengaduk
c. Ember plastic untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
d. Kantong plastic agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong plastic
untuk label.
e. Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label luar
f. Spidol (water proof) untuk menulis isi label
g. Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.

Hal- hal yang perlu diperhatikan :

a. Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah tererosi
sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/ jerami, bekas
penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas penggembalaan ternak.
b. Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumput-
rumputan, sisa tanaman, bahyan organic/ serasah, dan batu- batuan atau kerikil.
c. Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat.
Kantong plastic yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah dipakai
untuk keperluan lain.

b. Cara Pengambilan contoh Sampel Tanah

1. Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yng diambil secara langsung dr badan tanah
yang sedang dipantau. Sampel ini hanya menggmbarkan karakteritik tanah pada saat
pengambilan sampel.
2. Sampel komposit (Compsite sample) : Sampel campuran dari beberapa waktu
pengambilan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan secara manual ataupun
secara otomatis dgn menggunakan peralatan yang dapat mengambil air pada waktu-
waktu tertentu. Pengambilan sampel scara otomatis hanya dilakukan jika ingi
mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas tanah secara terus-menerus

34
3. Sampel gambungan tempat (integrated sample) : sampel gabungan yang diambil
secara terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang sama. Selain itu ada juga
satu metode yang biasa digunakan dalam pengammbilan sampel penelitian yaitu:
4. Automatic Sampling (Pengambilan Contoh Otomatis), Cara ini dikembangkan untuk
memenuhi program pengamatan kualias sampel secara penyeluruh. Peralatan
memerlukan bangunan khusus dengan penampungan dan pemeliharaan yang baik alat
mengambil contoh otomatis biasanya bekerja dalam 24 jam.

Contoh tanah yang diambil dapat berbentuk contoh tanah terganggu (disturb soil samples)

a. Contoh tanah utuh atau tidak terganggu (undisturb soil samples).


b. Contoh tanah utuh biasanya diperlukan untuk analisis sifat fisik tanah (bobot isi,
porisitas dan permeabilitas tanah), sedangkan contoh tanah terganggu diperlukan
untuk analisis sifat kimia tanah dan sifat fisik tanah lainnya (tekstur, kadar air
tanah/pF).
c. Pengambilan contoh tanah utuh (undisturb soil samples) harus menggunakan
“ring samples”, sedangkan contoh tanah terganggu dapat diambil dengan
menggunakan alat cangkul, sekop, atau auger (bor tanah).
d. Untuk keperluan evaluasi status kesuburan tanah, sebaiknya contoh yang diambil
merupakan contoh komposit yaitu contoh tanah campuran dari contoh-contoh
tanah individu (sub amples).
e. Suatu contoh komposit harus mewakili suatu bentuk/unit lahan yang akan
dikembangkan atau digunakan untuk tujuan pertanian.
f. Satu contoh komposit mewakili suatu hamparan lahan yang homogen (10 – 15 Ha).
g. Untuk lahan miring dan bergelombang satu contoh komposit dapat mewakili
tidak kurang dari 5 hektar.
h. Satu contoh komposit terdiri dari campuran 15 contoh tanah individu (sub
samples).

Pengambilan contoh sampel tanah penelitian kimia dan mikrobiologi


a.Sampling Time

35
a. Contoh tanah dapat diambil setiap saat, dan langsung dilakukan analisis di
laboratorium.
b. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah sebaiknya pada kondisi
kapasitas lapang (keadaan kelembaban tanah sedang) yaitu keadaan tanah
kira-kira cukup untuk dilakukan pengolahan tanah).
c. Pengambilan contoh tanah terkait erat dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
suatu kegiatan perencanaan pengelolaan tanah-tanaman.

b. Frekuensi Pengambilan Contoh

a. Secara umum contoh tanah diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem
pertanaman di lapangan.
b. Untuk tanah yang digunakan secara intensif untuk budidaya pertanian, contoh
tanah diambil paling sedikit sekali dalam setahun.
c. Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan
diambil setiap 5 tahun sekali.

Cara Mengambil Sampel Tanah Komposit


1. Menentukan tempat pengambilan sampel tanah individu, terdapat dua cara yaitu cara
sistematik seperti sistem diagonal atau zig- zag dan cara acak.
2. Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organik segar/
serasah yang terdapat dipermukaan tanah di bersihkan.
3. Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan sampel tanah sebaiknya pada
kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu kondisi kira- kira cukup untuk
pengolahan tanah). Sedang untuk lahan sawah contoh tanah sebaiknya diambil pada kondisi
basah atau seperti kondisi saat terdapat tanaman.
4. Sampel tanah individu diambil menggunakan bor tanah (auger atau tabung) atau
cangkul dan sekop. Jika menggunakan bor tanah, sampel tanah individu diambil pada titik
pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20 atau lapisan olah. Sedangkan jika
menggunakan cangkul dan sekop, tanah dicangkul sedalam lapisan olah (akan membentuk
seperti huruf v), kemudian tanah pada sisi yang tercangkul diambil setebal 1,5 cm dengan
menggunakan cangkul atau sekop (gambar 2)

36
5. Sampel- sampel tanah indivisu tersebut dicampur dan diaduk merata dalam ember
plastic, lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan teraduk rata, diambil
sampel seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam kantong plastic (sampel tanah
komposit). Untuk menghindari kemungkinan pecah pada saat pengiriman, kantong plastic
yang digunakan rangkap dua.Pemberian label luar dan dalam. Label dalam harus dibungkus
dengan plastic dan dimasukkan diantara plastik pembungkus supaya tulisan tidak kotor atau
basah, sehingga label tersebut dapat dibaca sesampainya dilaboratorium tanah. Sedangkan
label luar disatukan pada sat pengikatan plastic. Pada label diberi keterangan mengenai kode
pengambilan, nomor sampel tanah, asal dari (desa/kecamatan/kabupaten), tanggal
pengambilan, nama dan alamat pemohon. Selain label yang diberi keterangan, akan lebih
baik jika sampel tanah yang dikirim dilengkapi dengan peta situasi atau peta lokasi .

37
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat dari
karkteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran
kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali
menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia
terhadap air minum. Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan
keputusan politik dalam menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan
tertentu.

Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji


tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar
hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan
pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah
tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan
rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel tanah
merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
B. Saran

Adapun saran yang bisa disampaikan, antara lain:

Seorang peneliti yang akan melakukan penelitian harus memahami dengan baik teknik peng
ambilan data yang sesuai digunakan dalam penelitiannya.

Seorang peneliti harus memahami benar teknik pengambilan data. Data yang dibutuhkan pe
neliti berupa data populasi maupun data sampel. Data sampel sering digunakan dalam peneli
tian karena alasan efektif dan efisien, teknik pengambilan data sangat berpengaruh terhadap
data yang akan diperoleh dalam penelitian.

38
DAFTAR PUSTAKA

Ikhtiar, Muhammad.2017.Analisis Kualitas Lingkungan.Makasar. CV. Social Politic Genius


(SIGn)

http://catatanmasrey.blogspot.com/p/analisa-kualitas-lingkungan.html (diakses 23 November


2021 2018, 15:09 WIB)

http://www.malalea.com/2017/05/teknik-pengawetan-sampel-air.html ( diakses 23 November

20121, 16:41 WIB )

makalah kesling: teknik pengambilan sampel tanah (riskirana.blogspot.com)

39
1

Anda mungkin juga menyukai