Anda di halaman 1dari 59

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebaran tanaman sukun sangat meluas di kepulauan indonesia,

tanaman sukun banyak terdapat didaerah Sumatera, Jawa, Nusa

Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Irian. Tanaman sukun tumbuh subur di

daerah yang basah dan kering dengan ketinggian 700 meter di atas

permukaan laut. Pemanfaatan utama tanaman sukun adalah buahnya.

Buah sukun yang diperoleh dari tanaman sukun jenis Artocarpus

Communis bisa dimanfaatkan sebagai makanan pokok

tradisIonal,tepung, gaplek, maupun sebagai makanan ringan Setijo P,

(1995)

Pengolahan sukun menjadi tepung merupakan alternatif cara

pengolahan yang memiliki beberapa keunggulan yaitu meningkatkan

daya simpan dan memudahkan pengolahan bahan bakunya. Tepung

sukun selain mudah diolah menjadi produk lain juga kandungan gizi

relative tak berubah. Oleh karena itu tepung sukun dapat dimanfaatkan

sebagai bahan diversifikasi pangan yang dapat diolah menjadi produk

kue. Selain dijadikan tepung, buahsukun yang muda dan buah masak,

dapat dimakan setelah direbus, disangrai, atau digoreng.

Tepung terigu merupakan bahan dasar yang banyak digunakan

sebagai bahan dasar dalam pengolahan pembuatan kue. Tepung terigu

merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang

dianjurkan, karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur, diperkaya zat


2

gizi (difortifikasi), dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan

kehidupan modern yang serba praktis. Permasalahannya adalah terigu

masih diimpor dari negara lain : bahwa impor tepung terigu tahun 1998

meningkat menjadi 24 ribu ton dari tahun 1997 yang hanya 15,2 ribu ton.

Oleh karena itu perlu diupayakan bahan pensubtitusi tepung terigu yang

dapat dibuat dari bahan yang diperoleh secara lokal Thomas D, (1998).

Pancake merupakan suatu olahan yang banyak diminati, selain

rasanya yang enak tampilan pancake juga menarik. Akan tetapi harga

yang kurang terjangkau yang menjadi masalah. Hal ini disebabkan bahan

baku pancake yangmemakai tepung terigu dengan kualitas yang bagus.

Sedangkan pada bakpao merupakan olahan pangan yang sangat

banyak digemari oleh masyarakat. Tekstur bakpao yang lembut dan

warnanya yang putih membuat produk ini banyak digemari oleh

masyarakat. harga bakpao juga relatif lebih murah dibandingkan

pancake. Akan tetapi kedua olahan pangan ini menggunakan tepung

terigu sebagai bahan dasarnya, yang dimana harga tepung terigu relatif

agak mahal.

Pada penelitian ini akan dilakukan penambahan tepung sukun

sebagai bahan pengganti sebagian tepung terigu untuk pembuatan

bakpao dan pancake. Akan tetapi formulasi penambahan tepung sukun

masih belum diketahui. Oleh karena itupada penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui formulasi penambahan tepung sukun kedalam pembuatan

pancake dan bakpao sehingga menghasilkan produk yang disukai


3

dengan masyarakat.mengingat produk ini cukup diminati berbagai

kalangan dan benilai jual cukup tinggi. Dan bagaimana pengaruh

penambahan tepung sukun terhadap produk yang dihasilkan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu belum diketahuinya

persentase terbaik penambahan tepung sukun sebagai bahan pengganti

tepung terigu yang digunakan pada pembuatan Pancake dan Bakpao

untuk memperoleh daya kembang serta warna terbaik pada pancake dan

bakpao

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui formulasi penambahan tepung sukun sebagai bahan

pengganti sebagian tepung terigu agar memperolehdaya kembang

serta warna yang terbaikpada pancake dan bakpao

2. Mengetahui pengaruh tepung sukun sebagai bahan pengganti

sebagian tepung terigu terhadap mutu pancake dan bakpao

Kegunaan penelitian ini yaitu untuk pemanfaatan bahan pangan

(sukun) sebagai bahan pengganti tepung terigu, agar dapat diterima

dimasyarakat.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sukun (Artocarpus
Artocarpus Communis
Communis)

Gambar 1. Buah Sukun tua dan sukun muda

Sukun adalah tumbuhan dari genus Artocarpus Communisdalam


Communis

famili Moraceae yang ban


banyak terdapat di kawasan yang beriklim tropis.

Buahnya terbentuk dari keseluruhan kelopak bunganya, berbentuk bulat

atau sedikit bujur dan digunakan sebagai bahan makanan alternatif. Kulit

buahnya berwarna hijau kekuningan dan terdapat segmen


segmen-segmen
segmen petak

berbentuk poligonal. Segmen poligonal ini dapat menentukan tahap

kematangan buah sukun


sukun.Verheij (1997).

Buah sukun berbentuk bulat atau agak lonjong. Warna kulit buah

hijau muda sampai kekuning


kekuning-kuningan.
kuningan. Ketebalan kulit berkisar antara 1-
1

2 mm. Buah muda berkulit kasar dan buah tua berkulit halus. Daging

buah berwarna putih agak kecoklatan dengan ketebalan sekitar 7 cm.


5

Teksturnya berserat halus. Rasanya agak manis, dan memiliki aroma

yang spesifik. Diameter buah kurang lebih 26 cm. Tangkai buah sekitar 5

cm. Berat buah dapat mencapai 2 kg (Setijo, 1992)

Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin, karbohidrat,

kalium, thiamin, natrium, kalsium, dan besi. Pada kulit kayunya ditemukan

senyawa turunan flavanoid yang terprenilasi, yaitu artonol B dan

sikloartobilosanton. Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi.

Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%,

protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak

0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air

61,8% dan serat atau fiber 2%. Buah sukun berbentuk hampir bulat atau

bulat panjang. Buah sukun yang telah dimasak cukup bagus sebagai

sumber vitamin A, B komplek dan vitamin C. Kandungan mineral Ca dan

P buah sukun lebih baik daripada kentang dan kira-kira sama dengan

yang ada dalam ubi jalar(Makmur, L., et al., 1999)

Kandungan zat gizi pada buah sukun tergantung dari umur buah

sukun atau tingkat kematangan buah sukun. Kandungan gizi buah sukun

muda berbeda dengan kandungan gizi buah sukun yang sudah masak.

Menurut Koswara, (2006) Komposisi kimia buah sukun yang muda dan

tua atau masak dapat dilihat pada Tabel.1


6

Tabel 1. Komposisi kimia dan zat gizi buah sukun per 100 gram buah
Unsur-unsur Sukun muda Sukun masak
Air (g) 87.1 69.1
Kalori (kal) 46 108
Protein (g) 2.0 1.3
Lemak (g) 0.7 0.3
Karbohidrat (g) 9.2 28.2
Kalsium (mg) 59 21
Fosfor (mg) 46 59
Besi (mg) - 0.4
Vitamin B1 (mg) 0.12 0.12
Vitamin B2 (mg) 0.06 0.06
Vitami C (mg) 21 17
Abu (g) 1.0 0.9
Serat (g) 2.2 -

B. Tepung sukun

Tepung sukun merupakan salah satu cara alternatif untuk

memperpanjang masa simpan buah sukun. Tepung sukun dapat

diaplikasikan kedalam pembuatan kue-kue basah maupun kering. Produk

tepung sukun dapat dibuat secara langsung dari buahnya yang diparut

dan dikeringkan, ataupun dari gaplek sukun yang digiling halus. Dalam

tepung sukun, masih terbawa ampas daging buahnya sehingga tingkat

kehalusan yang dicapai adalah 80 mesh. Sementara dalam tepung

sukun terkandung unsur gizi yang masih cukup tinggi sesuai dengan

pendapat Suprapti, (2002), unsur gizi tepung sukun tersebut dapat dilihat

pada Tabel 2
7

Tabel.2. Kandungan Unsur Gizi Tepung Sukun


Zat Gizi Tepung Sukun
Karbohidrat (g) 78,9
Lemak (g) 2,72
Protein (g) 3,6
Vitamin B1 (mg) 0,34
Vitamin B2 (mg) 0,17
Vitamin C (mg) 47,6
Kalsium (mg) 58,8
Fosfor (mg) 165,2
Zat besi (mg) 1,1
Sumber : Suprapti, 2002

Menurut Sutardi dan Supriyanto (1996), sifat tepung sukun

mencerminkan perilaku tepung sukun dalam kaitannya dengan

kesesuaiannya untuk diolah menjadi berbagai produk olahan makanan

kecil. Beberapa sifat tepung sukun yang penting adalah kapasitas hidrasi

tepung sukun sekitar 290%, lebih besar dibandingkan dengan kapasitas

hidrasi tepung terigu yaitu: 191,55%. Kapasitas hidrasi yang tinggi

disebabkan adanya kandungan kadar pati, kadar amilosa dan

amilopektin. Bentuk dan ukuran granula pati sebagai sifat

mikroskopis hidrasi tepung sukun dan warna. Kapasitas hidrasi

menunjukkan jumlah air yang dapat diserap oleh tepung. Sifat demikian

memberikan pengaruh yang besar terhadap sifat adonan yang terbentuk.

Berdasarkan kadar karbohidrat yang cukup tinggi (27,12%) pada

buah sukun berpeluang diolah menjadi tepung. Pemanfaatan tepung

sukun menjadi makanan olahan dapat mensubtitusi penggunaan tepung

terigu 50 % persen hingga 100% tergantung dari jenis produknya

Sedangkan kandungan kadar protein sukun adalah 4,72%. Jika

dibandingkan dengan kadar protein tepung terigu,maka kandungan


8

protein tepung sukun jauh lebih rendah dibandingkan tepung terigu.

Dengan demikian semakin rendah pula kandungan protein glutenin dan

gliadin yang terdapat pada tepung sukun. Kadar kandungan gluten yang

rendah menyebabkan kemampuan pengembangan adonan kue yang

rendah. (Widowati, dkk., 2001)

Kendala dalam pembuatan tepung sukun ialah terjadinya warna

coklat saat diproses menjadi tepung. Cara yang biasa dilakukan adalah

merendam buah sukun yang telah dikupas dalam air bersih, lalu

dilakukan pengukusan dengan tujuan untuk menonaktifkan enzim yang

menyebabkan terjadinya reaksi pencoklatan pada tepung. Lama

pengukusan tergantung dari banyaknya bahan yang digunakan, berkisar

antar 10-20 menit. Tingkat ketuaan buah juga sangat berperan terhadap

warna tepung yang dihasilkan. Buah yang muda menghasilkan tepung

sukun berwarna putih kecoklatan. Semakin tua buah sukun maka

semakin putih warna tepung yang akan dihasilkan. Buah sukun yang

baik diolah adalah buah mengkal yang dipanen 10 hari sebelum tingkat

ketuaan optimum. Selain terjadinya pencoklatan pada tepung, aroma

khas dari sukun juga tidak dapat hilang,inilah yang membedakan tepung

sukun dengan tepung terigu. (Widowati, dkk., 2001)

Blanching merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

menghambat aktivitas enzimpada sayuran dan beberapa buah-buahan,

sebelum dan setelah pengolahan, meskipun bukan untuk tujuan

pengawetan, proses pemanasan ini merupakan suatu tahapan proses


9

yang sering dilakukan pada bahan sebelum bahan tersebut dikeringkan,

dikalengkan, atau dibekukan. Proses blanching ada dua macam, yaitu

steam blanchers (pemanasan dengan uap), dan hot-water blanchers

(pemanasan dengan air panas). Keuntungan dari steam blanchersadalah

komponen air yang hilang pada bahan hanya sedikit, namun

kekurangannya pemanasan tidak merata keseluruh bagian bahan.

Sedangkan hot-water blanchers keuntunganya adalah mengurangi modal

(capital cost) dan energi lebih efisien, namun beresiko dari kontaminasi

bakteri thermophilic (Fellows, 2000)

C. Tepung Terigu

Tepung terigu harus mampu menyerap air dalam jumlah banyak

untuk mencapi konsistensi adonan yang tepat, dan memiliki elastisitas

yang baik untuk menghasilkan suatu produk dengan tekstur lembut dan

volume yang besar. Tepung yang demikian disebut tepung keras (hard

wheat). Tepung keras mengandung 12-13% protein dan cocok untuk

pembuatan roti. Sebaliknya tepung terigu yang kemampuannya

menyerap air sedikit akan menghasilkan adonan yang kurang

elastis akan menghasilkan roti yang padat serta tekstur yang tidak

sempurna. Tepung terigu seperti ini mengandung protein sekitar 7,5-8%.

Biasa digunakan pada pembuatan biskuit, bolu, kue kering, dan krakers

(Subarna, 1992).
10

Terigu merupakan bahan baku untuk industri makanan skala besar

yang menghasilkan produk seperti mie instant, biskuit dan lain-lain.

Terigu juga sebagai bahan baku industri kecil dan menengah yang

menghasilkan antara lain mie basah, kue kering, roti tawar, dan lain-lain.

Selain itu, terigu juga sebagai bahan baku industri rumah tangga yang

menghasilkan aneka makanan jajan pasar dan industri. Tepung terigu

merupakan komponen terbesar dalam pembuatan biscuit. Fungsi tepung

terigu adalah untuk membentuk adonan selama proses pencampuran.

Menurut standar nasional Indonesia (SNI 01-3751-2000), syarat mutu

tepung terigu sebagai bahan makanan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel. 3. Spesifikasi Persyaratan Tepung Terigu


Jenis uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan – Bentuk - Serbuk
- Bau dan rasa - Normal
- Warna - Putih, khas terigu
2. Air % b/b Maksimum 14,5%
3. Abu % b/b Maksimum 0,6%
4. Protein % b/b Minimum 7,0
5. Besi mg/kg Minimum 50
6. Seng (Zn) mg/kg Minimum 30
7. Vitamin B1 mg/kg Minimum 2,5
8. Vitamin B2 mg/kg Minimum 4
9. Asam Folat mg/kg Minimum 2
Sumber : SNI 01-3751-2000

D. Pancake

Pancake dikenal sebagai makanan ringan untuk sarapan pagi.

Bentuk dari Pancake ini bundar dan tipis. Pnacake lebih enak dinikmati

dalam keadaan hangat sebagai menu sarapan. Ditambahkan dengan

saus aneka buah-buahan, seperti blueberry, raspberry, stroberi, atau

madu, disertai potongan butter di atasnya.Pancake sebenarnya memiliki


11

beragam cara penyajian. Di berbagai negara, pancake dikonsumsi

dengan gaya dan resep beragam. Pancake bisa dibuat dalam bentuk

yang lebih padat, tipis, dan crispy. (Anonim, 2011b).

Pancake dengan standar mutu yang baik adalah pancake dengan

daya kembang yang sempurna. Adonan yang selalu dibuat fresh setiap

harinya untuk menjaga kualitasnya.Tepung terigu pada pancake juga

bisa digantikan dengan havermut untuk menambah protein dan serat.

Saus atau fla yang terbuatdari buah-buahan pancake dapat menjadi

sumber antioksidan bagi tubuh. Selain sebagai jajanan yang enak

pancake jugamengandung kalori yang cukup rendah jika menggunakan

setengah porsi mentega dan mengganti susu sapi dengan susu kedelai,

serat yang terkandung pada tepung terigu menjadi nilai tambah dari

produk ini. (Anonim, 2011c)

E. Bakpao

Roti saat ini menjadi makanan pokok yang wajib ada pada sebagian

kecil masyarakat Indonesia saat sarapan pagi dan camilan pada

sebagian besar masyarakat yang lain. Menurut Noer (2010) bakpao

termasuk kedalam jenis roti, akan tetapi proses pengolahannya yang

berbeda, roti Berdasarkan Metode Pengolahannya :

a) Roti Panggang

Sebagian besar produk roti masuk kategori ini seperti roti manis, roti

tawar dan pizza dengan cara dipanggang di dalam oven.


12

b) Roti Goreng

Donat dan cakue (roti di Jawa Barat) masuk dalam kategori ini

dengan cara digoreng.

c) Roti Kukus

Bakpao adalah salah satu jenis kategori roti yang masuk dalam roti

kukus.

Bakpao merupakan makanan tradisional Tionghoa. Dikenal sebagai

bakpao. Bakpao sendiri berarti harfiah adalah baozi yang berisidaging.

Baozi sendiri dapat diisi dengan bahan lainnya seperti daging ayam,

sayur-sayuran, serikaya manis, selai kacangkedelai, kacang azuki,

kacang hijau,dan sebagainya, sesuai selera.Kulit bakpao dibuat dari

adonan tepung terigu yang setelah diberikan isian,dibiarkan sampai

mengembang lalu dikukus dan matang (Anonim, 2011e).

Cara pembuatan bakpao masih tergolong tradisional, hal inilah yang

membuat bakpao menjadi sangat banyak digemari. Bakpao diolah

dengan cara dikukus menggunakan kukusan dan jangan di microwave.

Sebab bakpao butuh panas uap air, bukan panas oven. Panas uap air

membuat bakpao menjadi lembut dan nikmat di mulut. Bakpao akan

terasa lebih nikmat dimakan pas hangat, jika disantap dalam keadaan

dingin bakpao akan terasa tidak enak (Anonim, 2011f)

Penilaian kualitas mutu roti yang baik menurut Anonim (2001)

dapat dilihat sebagai berikut ini:


13

1. Eksternal

- Volume roti lebih besar, makin lembut rotinya jika ditekan dengan

tangan.

- Warna kulit (bloom), berwarna kuning kecoklatan.

- Ratanya hasil pembakaran, semua bagian kulit roti mengalami

pembakaran.

- Bentuk roti semetris.

- Patahan atau sobekan roti yang baik pada pnggian-pinggiran atau

ujung roti terbuka bagian atasnya.

- Kerak roti tipis dan tidak mudah pecah.

2. Internal

- Butiran remah roti panjang, seragam, dinding selnya tipis, tidak

kasar dan tidak tebal.

- Tekstur halus, lembut dan elastis. Jika roti dipotong atau diremas,

maka secara perlahan roti akan kembali kebentuk semula.

- Warna remang terang.

- Aroma khas dari gandum dan yeast.

- Rasa manis, gurih dan dapat diterima dipasaran

F. Bahan Tambahan

a. Ragi

Untuk mengembangkan adonan, memudahkan pembentukan

gluten dan memberikan aroma pada roti. Ada tiga macam yeast yang

bisa dipakai untuk pembuatan roti :Compressed yeast (ragi basah) :


14

Harus disimpan dilemari es. Cara pemakaian compressed yeast

dapat langsung dicampur dengan tepung Coral yeast (ragi butiran) :

Cara pemakaiannya harus direndam dalam air hangat (± 40°C).

Cara penyimpanan di tempat yang

dingin dan kering.Instant yeast (ragi dadak). Cara pemakaiannya

dapat langsung dicampur dengan tepung. Disimpan di tempat yang

dingin dan kering.

b. Telur

Telur memiliki fungsi yang cukup banyak dalam dunia pangan.

Di samping nilai gizinya yang tinggi (kaya akan protein), telur juga

memiliki sifat fungsional yang dibutuhkan dalam pengolahan

makanan.Dalam membuat kue, atau cake, maka telur dapat

membuat adonan mengembang. Fungsi itu adalah salah satu sifat

fungsional yang dimiliki telur, sehingga banyak dibutuhkan dalam

industri pangan. Sifat utama yang ada pada telur adalah fungsinya

sebagai emulsifier atau bahan pembuat emulsi. Emulsi adalah

campuran antara lemak dan air yang membentuk sebuah campuran

yang tidak terpisahkan.Kemampuan membentuk busa adalah suatu

sifat yang sangat dicari pada putih telur dimana ikut berperan yaitu

ovomucine, globulin dan ovalbumine. Protein putih telur berperandi

dalam performance (kenampakan) busa yang maksimal pada pH

alamiah (pH 8-9) daripada dalam kisaran pH isoelektrik (pH 4-5)

Bilang, 2010.
15

c. Susu

Susu dalam pembuatan roti berfungsi untuk meningkatkan

kualitas penyerapan dalam adonan. Kasein dari susu

mempertahankan sifat penahan air dari adonan. Susu juga

memberikan kontribusi terhadap nilai gizi, membantu pengembangan

adonan, membantu proses pembentukan krim dan memperbaiki

tekstur roti. Selain itu juga susu memperbaiki warna kulit dan rasa roti

serta memperkuat gluten karena keberadaan kandungan kalsium

pada susu. Susu yang umum digunakan dalam pembuatan roti

adalah susu bubuk karena menambah absorbsi air, tahan lama dan

lebih mudah penyimpanannya. Susu bubuk yang digunakan dapat

berupa susu skim bubuk (perlu diingat susu ini mengandung lemak

susu sekitar 1%) dan susu full krim bubuk (mengandung lemak susu

sekitar 29%) biasanya susu full krim ini untuk roti manis.(Winarno,

1993).

d. Mentega

Mentega mempunyai berbagai kegunaan dalam pengolahan

makanan. Adanya lemak dalam makanan membuat masakan

menjadi enak. Shortening adalah suatu istilah komersil yang

digunakan untuk memberi maksud yang mana minyak atau lemak.

Bahan ini banyak digunakan dalam biskuit, pie, pizza, puding, krim

dan mayonaise. Sumber dari minyak kebanyakan datang dari

tumbuhan, sedang lemak diambil dari hewan. Oleh karena itu, perlu
16

dipastikan dari mana bahan shortening ini berasal. Pengemulsi

digunakan untuk mengekalkan globullemak tersebar didalam air atau

titisan lemak tersebar didalam air. Makanan yang memerlukan

pengemulsi ini antara lain mayonaise, es krim, coklat dan margarin.

Tanpa bahan pengemulsi ini, maka akan muncul dua lapisan yang tidak

menyatu dalam makanan tersebut. Bahan-bahan yang dijadikan

pengemulsi adalah lesitin, gliserida, monogliserida. Sumber pengemulsi

mungkin datang dari tumbuhan atau hewan(Anonim, 2010)

e. Baking Powder

Baking powder biasa digunakan dalam dunia pengolahan untuk

meningkatkan volume dan meringankan tekstur makanan yang

dipanggang seperti muffin, kue dan biskuit . Baking powder bekerja

dengan melepaskan gas karbondioksida ke dalam adonan atau

adonan melalui reaksi asam basa

menyebabkan gelembung dalam campuran basah untuk memperluas

dan dengan demikian leavening campuran. Hal ini digunakan sebagai

pengganti ragi untuk end-produk mana rasa fermentasi akan diinginkan

(Matz, 1992)

f. Gula

Gula mengandung molekul sukrosa yang dapat dipecah menjadi

satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa dengan cara pemanasan

yang biasa disebut gula karamel sebagai bahan pemanis campuran


17

makanan. Gula merah yang dijadikan gula karamel konsentrasi larutan

sukrosanya akan meningkat bila dilakukan pemanasan yang tinggi

dengan titik lebur 1600C. Proses pemecahan atau pelelehan gula untuk

pembuatan bahan pangan diikuti dengan proses dehidrasi dan

polimerisasi serta beberapa jenis asam akan timbul (Winarno, 1992).

G. Organoleptik

Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan

berdasarkan kesukaan dan kemauan untuk menilai suatu produk. Dalam

penilaian bahan pangan sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu

produkadalah sifat indrawinya. Penilaian indrawi ini ada6 (enam) tahap

yaitu pertama menerima bahan, mengenali bahan, mengadakanklarifikasi

sifat-sifat bahan,mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan

menguraikan kembali sifat indrawi produk tersebut. Indra yang digunakan

dalam menilai sifat indrawi. Penentu bahan makanan pada umumnya

sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: warna, rasa, tekstur,

aroma dan nilai gizi (winarno, 2004).

a. Warna

Warna merupakan komponen yang sangat penting dalam

menentukan kualitas atau derajat penerimaan dari suatu bahan

pangan. Suatu bahan pangan yang dinilai enak dan teksturnya baik

tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang kurang sedap

dipandang atau telahmenyimpang dari warna yang seharusnya.

Penentuan mutu suatu bahan pangan tergantung dari beberapafaktor,


18

tetapi sebelum faktor lain diperhatikan secara visualfaktor warna

tampil lebih dulu untuk menentukan mutu bahan pangan (Winarno,

2004).

Ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan

makanan berwarna yaitu:

a. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan

misalnya klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan

mioglobin menyebabkan warna merah pada daging.

b. Reaksi karamelisasi yang timbul pada saat gula dipanaskan

membentuk warna coklat pada kembang gula karamel atau pada

roti yang dibakar.

c. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi maillard, yaitu

antara gugus amino protein dengan gugus karboksil gula

pereduksi; misalnya susu bubuk yang disimpan terlalu lama akan

berwarna gelap.

d. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan

warna hitam, atau coklat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh

adanya logam serta enzim, misalnya warna gelap pada

permukaan apel atau kentang yang dipotong.

e. Penambahan zat warna baik alami maupun warna

sintetik, yang termasuk dalam golongan bahan aditif

makanan (Winarno, 2004).


19

b. Rasa

Rasa merupakan faktor yang paling penting dalam

menentukan keputusan bagi konsumen untuk menerima atau

menolak suatu makanan ataupun produk pangan. Meskipun

parameter lain nilainya baik, jika rasa tidak enak atau tidak disukai

maka produk akan ditolak. Ada empat jenis rasa dasar yang dikenali

oleh manusia yaitu asin, asam, manis dan pahit. Sedangkan rasa

lainnya merupakan perpaduan dari rasa lain (Soekarto, 1985).

Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu senyawa kimia,

suhu, konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.

Berbagai senyawa kimia menimbulkan rasa yang berbeda. Rasa

asam disebabkan oleh donor proton, misalnya asam pada cuka,

buah-buahan, sayuran, dan garam asam seperti cream of tartar.

Intensitas rasa asam tergantung pada ion H+ yang dihasilkan dari

hidrolisis asam. Rasa asin dihasilkan oleh garam-garam organik

lainnya seperti garam ionida dan bromida mempunyai rasa pahit.

Sedangkan garam-garam Pb dan Be mempunyai rasa manis. Rasa

manis disebabkan oleh senyawa organik alifatik yang mengandung

gugus OH seperti alkohol, beberapa asam amino, aldehida, dan

gliserol. Sumber rasa manis yang terutama adalah gula dan sukrosa

dan monosakarida dan disakarida. Sedangkan rasa pahit disebabkan


20

olehalkoloid-alkoloid, misalnya kafein, teobromin, kuinon, glikosida,

senyawa fenol seperti narigin, garam-garam mg, NH4dan Ca

(Winarno, 2004).

c. Aroma

Bahan makanan umumnya dapat dikenali dengan mencium

aromanya. Aroma mempunyai peranan yang sangat penting dalam

penentuan derajat penilaian dan kualitas suatu bahan pangan,

seseorang yang menghadapi makanan baru, maka selain bentuk dan

warna, bau atau aroma akanmenjadi perhatian utamanya sesudah

bau diterima maka penentuan selanjutnya adalah cita rasa disamping

teksturnya (Sultantry dan Kaseger, 1985).

d. Tekstur

Tekstur suatu bahan merupakan salah satu sifat fisik dari

bahan pangan yang penting. Hal ini mempunyai hubungandengan

rasa pada waktu mengunyah bahan tersebut Cita rasa dari bahan

pangan sesungguhnya terdiri dari tiga komponen, yaitu bau, rasa,

dan rangsangan mulut. Bau yang dihasilkan dari makanan banyak

menentukan kelezatan bahan makanan tersebut (Rampengan dkk.,

1985).
21

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian inidilaksanakan pada bulan September Sampai bulan

November 2011 di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan, Program

Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan teknologi Pertanian, Fakultas

pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sukun,

aquades, aluminiumfoil, tepung terigu, gula, telur, mentega, kertas roti,

ragi,baking powder dan susu, garam, kertas saring, NaOH 2,5 M, CuSO4

0,01 M

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:

pisau,baskom, talenan, timbangan kasar, timbangan analitik, pisau,mesin

penggiling,talenan,plastik, kompor, wajan, ayakan tepung, mixer dan alat

kukus, tabung reaksi, pipet tetes, cawan petri.

C. Prosedur Penelitian

1. Penelitian Pendahuluan

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui formulasi tepung sukun dan

tepung terigu serta formulasi bahan tambahan yang tepat dalam

pembuatan produk pancake dan bakpao sehingga menghasilkan

pancake dan bakpao yang disukai oleh panelis. Serta dilakukan

persiapan pembuatan tepung sukun


22

• Prosedur pembuatan tepung sukun :

1. Buah sukun tua dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melengket.

2. Dilakukan blanching selama 10 menit

3. Dikupas dan dikeluarkan batang, dan hati buahnya, kemudian

diiris tipis

4. Dikeringkan dalam alat pengering pada suhu 60OC selama 6 jam

5. Setelah dikeringkan kemudian digiling dengan alat penggiling,

setelah itu dilakukan pengayakan dengan ayakan halus.

2. Penelituan Utama

a. Pancake

1. Dicampurkan tepung terigu, susu bubuk, gula pasir hingga

tercampur rata.

2. Dimasukkan telur ayam yang sudah dikocok, tambahkan susu

cair dan margarin yang sudah dicairkan

3. Dilakukan pemberian baking powder lalu aduk hingga benar-

benar tercampur rata.

4. Panaskan wajan kecil khusus pancake. Beri minyak sedikit

saja

5. Kemudian dadar adonan pancake di atas api yang sangat

kecil.

6. Setelah seluruh permukaannya berlubang dan pinggirnya

sedikit keras, baru diangkat.


23

b. Bakpao

1. Dicampurkan adonan dengan tepung terigu, ragi dan air dalam

mangkuk, uleni selama 10 menit hingga adonan kalis. Lalu adonan

ditutup dengan plastik / kain lembab selama ± 1 jam hingga adonan

mengembang 2 kali dari semula. Kempiskan dengan cara ditusuk

menggunakan batang pengaduk

2. Dimasukkan baking powder, gula, mentega putih dan air ke dalam

adonan biang. Uleni hingga adonan kalis (selama5 menit),

3. Diambil satu bagian adonan, bentuk bulat, letakkan diatas sepotong

kertas roti

4. Dikukus bakpao dengan api besar hingga masak selama 20 menit

D. Perlakukan Penelitian

Perlakuan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Pancake :

1. Perlakuan A1B1 : 40% Tepung Sukun dan 60% Tepung Terigu

2. Perlakuan A2B2 : 50% Tepung Sukun dan 50% Tepung Terigu

b. Bakpao :

1. Perlakuan A1B1 : 10% Tepung Sukun : 90% Tepung Terigu

2. Perlakuan A2B2 : 30% Tepung Sukun : 70% Tepung Terigu


24

E. Parameter Pengamatan

a. Analisis Kadar Protein (Sudarmadji dkk., 1997)

Dimasukkan bahan kedalam tabung reaksi sebanyak 1 ml.

Ditambahkan 1 ml NaOH 2,5 M kemudian diamati perubahan warna.

Ditambahkan CuSO4 0,01 M sebanyak 1 tetes kemudian diamati

perubahan warna. Ditambahkan lagi CuSO4 kurang lebih 3 tetes

hingga 10 tetes kemudian diamati perubahan warnanya.

b. Analsis Kadar Lemak (Sudarmadji,. dkk, 1997)

Kadar lemak ditentukan dengan metode soxhlet. sebagai

berikut :

• Ditimbang 1 gr sampel, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi

berskala 10 ml, ditambahkan kloroform mendekati skala.

• Kemudian ditutup rapat, dikocok dan dibiarkan semalam,

himpitkan dengan tanda skala 10 ml dengan pelarut lemak yang

sama dengan memakai pipet, lalu dikocok hingga homogen

kemudian disaring dengan kertas saring ke dalam tabung reaksi.

• Dipipet 5 cc ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya (a

gram) lalu diovenkan suhu 1000C selam 3 jam.

• Dimasukkan ke dalam desikator ± 30 menit, kemudian ditimbang

(b gram).

• Dihitung kadar lemak kasar dengan rumus sebagai berikut :

   
 

 
25

Dimana P = Pengenceran = 10/5 = 2

c. Uji Daya Kembang

Prosedur uji pengembangan roti dilakukan dengan cara diukur

menggunakan lidi dengan menusukkan pada bagian tengah adonan

kemudian diukur tinggi sebelum dan sesudah pemanggangan dapat

diketahui

!"
    #
"

Keterangan = A = tinggi adonan sebelum pemanggangan

B = tinggi adonan setelah pemanggangan

d. Uji organnoleptik (Rampengan dkk.,1985)

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan atau

kelayakan suatu produk agar dapat diterima oleh penelis (konsumen).

Metode pengujian yang dilakuakan adalah metode hedonik (uji kesukaan)

meliputi: warna, aroma, tekstur dan rasa dari produk yang dihasilkan.

Dalam metode hedonik ini panelis penelis diminta memberikan penilaian

berdasarkan tingkat kesukaan. Skor yang digunakan adalah 7(amat

sangat suka) 6 (sangat suka), 5 (suka), 4 (agak suka), 3 (biasa), 2

(kurang suka),1(TidakSuka

F. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah dengan menggunakan

metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan fariabel

dua kali ulangan.


26

DIAGRAM ALIR

Pembuatan Tepung Sukun

Buah Sukun

Diblansir (10 menit)

Dikupas

Diris

Dikeringkan (selama 6 jam)

Digiling

Diayak

Tepung Sukun

Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Sukun


27

Diagram Alir
Pembuatan Pancake

Persiapan Bahan

Tepung terigu 50%, 40%


cair, 2 butir telur, 9% gr A1B1 = 50% tepung sukun : 50% tepung terigu
mentega, 7% gula pasir, A2B2 = 40% tepung sukun : 60% tepung terigu
dan 1% baking powder

Diaduk hingga tercampur dengan rata

Didadar (bebentuk bundar)

Analisis Kimia : Kadar Lemak kadar


PANCAKE protein, Uji Organoleptik (warna,
tekstur, aroma, rasa)

Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Pancake


28

Diagram Alir Pembuatan Bakpao

Persiapan Bahan
50% tepung terigu, 4% gr ragi, 19% gula A1B1 : 10% Tepung Sukun : 90% Tepung Terigu
halus,2 % garam, 19% mentega A2B2 : 30% Tepung Sukun: 70% Tepung Terigu

Dicampur dan diaduk


hingga kalis

Didiamkan (sampai
Mengembang)

Dibentuk/dicetak

Dikukus

Analisis Kimia : Kadar


Bakpao Lemak dan Kadar
Protein, Uji Organoleptik

Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Bakpao


29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kimia

1. Kadar Protein

Menurut Suprapti, (2002) kandungan protein dari tepung sukun

berkisar 3,6%. Jika dibandingkan dengan kadar protein tepung terigu

berkisar 12-13%, maka kandungan tepung sukun jauh lebih rendah.

Dengan demikian semakin rendah pula kandungan protein glutenin

dan gliadin. Kadar protein yang rendah menyebabkan

pengembangan adonan roti rendah.

Hasil penelitian nilai kadar protein pada pancake (lampiran 1)

menunjukkan bahwa untuk perlakuan penambahan 40% tepung

sukun kadar proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

penambahan 50% tepung sukun, pada pancake yang menggunakan

50% tepung sukun kadar proteinya 6,77%, sedangkan untuk

perlakuan yang hanya menggunakan 40% tepung sukun kadar

proteinnya 7,18%. Pada bakpao perlakuan penambahan 10% tepung

sukun memiliki kandungan kadar protein yang tinggi yaitu 6,51%

sedangkan pada perlakuan penambahan 30% tepung sukun yaitu

6,4%. Berdasakan hasil analisa sidik ragam diketahuibahwa tidak

terdapat perbedaan yang nyata pada taraf 5% dan 1% untuk seluruh

perlakuan (Lampiran 1). Hal ini disebabkan kandungan protein pada

pancake dan bakpao berbeda hal ini disebabkan adanya perbedaan


30

perlakuan penambahan tepung sukun


sukun. Dimana semakin banyak

tepung sukun yang ditambahkan semakin sedikit pula kandungan

proteinya, karena pada tepung ssukun


ukun kandungan proteinnya lebih

rendah dibandingkan kadar protein tepung terigu. Kadar protein

tepung
pung sukun hanya 3,6%. Kandungan protein dalam tepung memiliki

peranan penting dalam dunia bakery.. Hal ini sesuai dengan pendapat

Subarna, (2002) bahwa sifat dari tepung harus mampu menyerap air

dalam jumlah banyak untuk mencap


mencapaii konsistensi adonan yang tepat,

dan memiliki elastisitas yang baik untuk menghasilkan suatu produk

dengan tekstur lembut dan volume yang besar. Hasil perhitungan

kadar protein dapat di


dilihat pada gambar dibawah ini:

7.5
Pancake A1B1 40% Tepung
A1B1
Sukun: 60% Tepung Terigu
Kadar Protein (%)

7 Pancake A2B2 50% Tepung


A2B2 Sukun: 50% Tepung Terigu

A1B1 Bakpao A1B1 10% Tepung


6.5 A2B2 Sukun: 90% Tepung Terigu
Bakpao A2B2 30% Tepung
Sukun:70% Tepung Terigu
6
Pancake Bakpao

Gambar 5. Analisa Kadar Protein Pancake dan Bakpao dengan berbagai perlakuan

2. Kadar Lemak

Lemak merupakan polimer yang tersusun dari unsur


unsur-unsur

karbon, hidrogen, dan oksigen. Lemak mempunyai sifat tidak larut

dalam air. Struktur dasar lemak adalah triester dari gliserol yang
31

dinamakan trigliserida. Kadar lemak tepung sangat berhubungan erat

dengan ketahanan produk olahan yang berbahan dasar tepung

terhadap ketengikan karena oksidasi lemak. Sehingga kandungan

kadar lemak tepung sukun adalah 2,72%. Kadar lemak tepung sukun

cukup tinggi dibandingkan kadar lemak tepung terigu yang hanya

0,9%.

Hasil penelitian nilai uji kadar lemak pada pancake (lampiran.2)

menunjukkan bahwa kadar lemak dari perlakuan substitusi 50%

tepung sukun lebih tinggi dibandingkan perlakuan subtitusi 40%

tepung sukun. Untuk perlakuan substitusi 50% tepung sukun kadar

lemaknya 12,48% sedangkan untuk perlakuan substitusi 40% tepung

sukun kadar lemaknya adalah 11,77%. Pada bakpao kadar lemak

perlakuan substitusi 10% tepung sukun yaitu 7,59 sedangkan untuk

perlakuan substitusi 30% tepung sukun yaitu 6,17.

Berdasakan hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa tidak

terdapat perbedaan yang nyata pada taraf 5% dan 1% untuk seluruh

perlakuan. Yang artinya setiap perlakuan yang diberikan tidak

memberikan pengaruh terhadap kadar lemak yang dihasilkan.

Kandungan kadar lemak bakpao lebih sedikit dibanding pancake hal

ini (Lampiran 11) disebabkan adanya perbedaan perlakuan

penambahan tepung sukun pada masing-masing kue. Kadar lemak

yang tinggi pada tepung sukun juga mempengaruhi tingginya kadar

lemak pancake dan bakapo. Pada pancake dipengaruhi oleh dua


32

faktor yaitu tingginya kadar lemak pada tepung sukun serta adanya

bahan tambahan berupa mentega yang berfungsi sebagai emulsifier


emulsifier.

Hal ini sesuai dengan pendapat Suprapti, (2002) bahwa kandungan

kadar lemak tepung sukun adalah 2,72%. Kadar lemak tepung sukun

cukup tinggi dibandingkan kadar lemak tepung terigu yang hanya

0,9%. Hasil perhitungan kadar protein dapat dilihat pada gambar

dibawah ini:

Pancake A1B1 40% Tepung


A1B1 Sukun: 60% Tepung Terigu
A2B2
Pancake A2B2 50% Tepung
Kadar Lemak (%)

Sukun: 50% Tepung Terigu


A2B2
Bakpao A1B1 10% Tepung
A1B1
Sukun: 90% Tepung Terigu
Bakpao A2B2 30% Tepung
Sukun:70% Tepung Terigu

Pancake Bakpao

Gambar 6. Analisa Kadar Lemak Pancake dan Bakpao

3. Daya Kembang

Daya pengembangan roti merupakan kemampuan roti mengalami

pertambahan ukuran sebelum dan setelah proses pemanggangan.

Hasil pengukuran daya kembang terhadap bakpao dan pancake

tepung sukun (Gambar 7.) dengan berbagai perlakuan memberikan

hasil daya kembang tertinggi pada bakpao terdapat pada perlakuan

substitusi 10% tepung sukun dengan daya kembang hingga 5,9 cm

dari adonan awal. Sedangkan daya kembang terendah pada bakpao

terdapat pada perlakuan substitusi 30% tepung sukun yaitu 3,55 cm.
33

Sedangkan pada pancake daya kembang tertinggi terdapat pada

perlakuan substitusi 40% tepung sukun yaitu 2,4 cm. Dan daya

kembang terendah terdapat pada perlakuan dengan formulasi

penambahan 50% tepung sukun. Berdasakan hasil analisa sidik

ragam diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada

taraf 5% dan 1% untuk seluruh perlakuan. Yang artinya setiap

perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh terhadap daya

pengembangan produk yang dihasilkan. Pada bakpao dengan

subtitusi tepung sukun yang memiliki tingkat daya kembang yang

tertinggi adalah perlakuan substitusi 10% tepung sukun pada bakpao

sedangkan pada pancake daya kembang tertinggi terdapat pada

perlakuan dengan penambahan 40% tepung sukun. Seperti yang kita

ketahui bahwa tepung terigu mengandung protein yang dapat

membantu proses pengembangan pada kue, dengan formulasi tepung

terigu yang banyak tentunya daya kembang kue akan semakin baik,

hal ini disebabkan karena di dalam tepung terigu terdapat senyawa

gluten. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Anonim (2006),

senyawa gluten tersusun atas dua fraksi yaitu glutenin dan gladin yang

masing-masing akan menentukan elastisitas serta plastisitas adonan.

Sifat elastis dan plastis pada adonan tersebut diakibatkan

terbentuknya kerangka seperti jaring-jaring dari senyawa glutenin dan

gladin. Hasil perhitungan terhadap daya kembang dapat dilihat pada

gambar dibawah ini :


34

8 A2B2 Pancake A1B1 40%Tepung


Sukun: 60% Tepung Terigu
A1B1 A1B1

Daya Kembang (cm)


6
Pancake A2B2 50%Tepung
Sukun: 50% Tepung Terigu
4 A2B2
Bakpao A1B1 10%Tepung
2 Sukun: 90% Tepung Terigu2

Bakpao A2B2 30%Tepung


0
Sukun: 70% Tepung Terigu3
Pancake Bakpao

Gambar 7.Daya
Daya kembang
kembangPancake dan Bakpao dengan berbagai perlakuan

B. Uji Organoleptik

1. Warna

Secara visual faktor warna sangat menentukan mutu, warna

juga dapat dipakai sebagai indikator kesegaran atau kematangan,

baik tidaknya cara pencampuran atau pengolahan dapat ditandai

dengan warna yang seragam dan merata. Warna merupakan

komponen yang sanga


sangatt penting dalam menetukan kualitas atau

derajat penerimaan dari suatu bahan pangan. Penentuan mutu suatu

bahan pangan tergantung dari beberapa faktor, tetapi sebelum faktor

lain diperhitungkan secara visual faktor warna tampil lebih dahulu

untuk
uk menetukan mutu bahan pangan.

Hasil Pengujian analisa sensorik terhadap warna (lampiran 3)

yang dilakukan menunjukkan bahwa produk dapat diterima oleh

panelis dengan persentase dari setiap perlakuan yaitu agak suka.

Penilaian terhadap warna yang tertinggi pada pancake terdapat pada

perlakuan dengan perbandingan 50% tepung sukun yaitu


35

6,25%sedangkan untuk perlakuan dengan perbandingan 40% tepung

sukun adalah 6,05%. Sedangkan perlakuan tertinggi dari uji

kesukaan warna pada bakpao terdapat pada perlakuan dengan

perlakuan penambahan 10% tepung sukun yaitu agak suka (6,60%),

sedangkan perlakuan substitusi 30% tepung sukun untuk bakpao

panelis agak menyukai.

Berdasakan hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa tidak

terdapat perbedaan yang nyata pada taraf 5% dan 1% untuk seluruh

perlakuan. Yang artinya setiap perlakuan tidak memberikan pengaruh

terhadap respon panelis dari segi warna. Secara umum terlihat

bahwa semakin tinggi substitusi tepung terigu dengan tepung sukun

maka semakin menurun daya terima pancake. Hal ini disebabkan

oleh faktor lama pemanggangan pada pancake yang akan

menyebabkan terjadinya perubahan warna pada pancake tersebut.

Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011), bahwa

pemanggangan merupakan aspek yang kritis dari urutan proses

untuk menghasilkan roti yang berkualitas tinggi. Pemanggangan

terlalu lama dapat menyebabkan kekerasan dan penampakan yang

tidak baik. Selain itu warna pada pancake dan bakpaodapat juga

disebabkan karena tepung sukun yang setelah proses

pengolahannya mengalami reaksi pencoklatan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Widowati, (2001) bahwa kendala dalam pembuatan tepung

sukun ialah terjadinya warna coklat saat diproses menjadi tepung.


36

Untuk menghindari terbentuknya warna coklat pada tepung, pada

saat proses pengola


pengolahan
han diusahakan untuk mengurangi terjadinya

kontak antara bahan dengan udara. Cara yang biasa dilakukan

adalah blanching. Hasil dari uji organoleptik tersebut dapat dilihat

pada gambar dibawah in


ini

6.6 A1B1 Pancake A1B1 40%Tepung


Sukun: 60% Tepung Terigu
6.4 A1B1
6.2 A2B2 Pancake A2B2 50%Tepung
Warna (%)

Sukun: 50% Tepung Terigu


6
5.8 A2B2 Bakpao A1B1 10%Tepung
Sukun: 90% Tepung Terigu
5.6
5.4 Bakpao A1B1 30%Tepung
Sukun:90% Tepung Terigu2
5.2
Pancake Bakpao

Gambar 8.Analisa
Analisa Sensorik terhadap Warna Pancake dan Bakpao

2. Aroma

Aroma umumnya didapat dengan mengenali hasil penciuman.

Aroma mempunyai peranan yang sangat penting dalam

penentuanderajat penilaian dan kualitas suatu bahan pangan. Selain

bentukdan warna, bau atau aroma akan berpengaruh dan menjadi

perhatian
an utama. Sesudah bau diterima maka penentuan selanjutnya

adalah cita rasa disamping teksturnya (Sultantry dan Kaseger, 1985).

Hasil uji organoleptik (Lampiran.4) terhadap aroma bertujuan

untuk mengetahui tingkat respon dari panelis mengenai kesukaannya

terhadap pancake masing-masing


masing perlakuan. Hasil uji organoleptik

terhadap aroma pancake tertinggi itu pada perlakuan substitusi 50%


37

tepung sukun yaitu 6,60 dengan sedangkan untuk perlakuan dengan

substitusi 40% tepung sukun yaitu 6,25. Sedangkan pada bakpao

perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan substitusi 10% tepung

sukun yaitu 5,95, sedangkan untuk perlakuan substitusi 30% tepung

sukun yaitu 5,85. Tingginya respon panelis terhadap warna

disebabkan bahwa pembuatan pancake dengan menambahkan

tepung sukun mempunyai aroma khas sukun yang masih ada. Selain

itu aroma juga dapat ditimbulkan oleh komposisi dari pancake

tersebut yaitu butter atau susu yang ditambahkan pada pancake yang

menimbulkan bau yang harum. Sedangkan pada bakpao aroma yang

ditimbulkan pada bakpao berasal dari aroma sukun yang berasal dari

penambahan tepung sukun. Hal ini sesuai dengan pendapat

Widowati, dkk., (2001) bahwa Selain terjadinya pencoklatan pada

tepung, aroma khas dari sukun juga tidak dapat hilang, inilah yang

membedakan tepung sukun dengan tepung terigu.Berdasakan hal

tersebut dan dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa tidak

terdapat perbedaan yang nyata pada taraf 5% dan 1% untuk seluruh

perlakuan.Hasil dari uji organoleptik tersebut dapat dilihat pada

gambar dibawah ini


38

A1B1 Pancake A1B1


6.6 40%Tepung Sukun: 60%
Tepung Terigu
6.4 Pancake A2B2
A2B2
50%Tepung Sukun: 50%
6.2

Aroma (%)
Tepung Terigu
A1B1 Bakpao A1B1 10%Tepung
6 A2B2
Sukun: 90% Tepung
5.8 Terigu
Bakpao A2B2 30%Tepung
5.6
Sukun: 70% Tepung
5.4 Terigu
Pancake Bakpao

Gambar 9.Analisa
Analisa Sensorik terhadap Aroma Pancake dan Bakpao

3. Rasa

Rasa merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan

keputusan bagi konsumen untuk menerima atau menolak suatu

makanan ataupun produk pangan. Meskipun parameter lain nilainya

baik, jika rasa tidak enak atau tidak disukai maka produk akan ditolak.

Ada empat jenis rasa dasar yang dikenali oleh manusia yaitu asin,

asam, manis dan pahit. Sedangkan rasa lainnya merupakan

perpaduan dari rasa lain (Soekarto, 19


1985).

Hasil uji organoleptik (Lampiran.5) terhadap rasa bertujuan

untuk mengetahui tingkat respon dari panelis mengenai kesukaannya

terhadap pancake masing-masing


masing perlakuan. Hasil uji organoleptik

terhadap rasa pancake tertinggi itu pada penambahan 40% tepung


tepu

sukun yaitu 6,
6,1,, sedangkan untuk perlakuan dengan substitusi 50%

tepung sukun yaitu 5,2. Sedangkan hasil uji organoleptik pada


39

bakpao (Lampiran 7) untuk perlakuan dengan substitusi 10% tepung

sukun untuk uji organoleptik rasa yaitu 6,3, sedangkan untuk

perlakuandengan substitusi 30% tepung sukun yaitu 53,5.


53,5

Berdasakan hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa tidak

terdapat perbedaan yang nyata pada taraf 5% dan 1% untuk seluruh

perlakuan.Yang
Yang artinya setiap perlakuan tidak memberikan pengaruh

terhadap rasa hal ini disebabkan karena adanya after taste yang khas

yang ditimbulkan oleh sukun yang belum bisa diterima oleh panelis

seperti halnya tepung te


terigu.
rigu. Hal ini sesuai dengan pendapat Aida,

(2001) bahwa salah satu faktor pengolahan sukun menjadi tepung

adalah terjadinya pencoklatan pada tepung dan bau khas sukun

yang masih ada. Hasil dari uji organoleptik tersebut dapat dilihat pada

gambar dibawah

6.2 A1B1 A1B1


A1B1 40%Tepung Sukun: 60%
6
Tepung Terigu
5.8
5.6 A2B2 40%Tepung Sukun: 60%
Rasa (%)

A2B2 Tepung Terigu


5.4 A2B2
5.2 A1B1 10%Tepung Sukun: 90%
Tepung Terigu
5
4.8 A2B2 30%Tepung Sukun: 70%
4.6 Tepung Terigu
Pancake Bakpao

Gambar 10.Uji
.Uji Orga
Organoleptik terhadap Rasa Pancake dan Bakpao
40

4. Tekstur

Tekstur suatu bahan merupakan salah satu sifat fisik dari bahan

pangan merupakan faktor yang penting. Hal ini mempunyai

hubungandengan rasa pada waktu mengunyah bahan tersebut cita

rasa dari bahan pangan sesungguhnya terdiri dari tiga komponen,

yaitubau, rasa, dan rangsangan mulut. Bau yang dihasilkan dari

makananbanyak menentukan kelezatan bahan makanan tersebut

(Rampengan dkk., 1985).

Hasil uji organoleptik (Lampiran.6) terhadap tekstur bertujuan

untuk mengetahui tingkat respon dari panelis mengenai kesukaannya

terhadap pancake masing-masing perlakuan. Hasil uji organoleptik

terhadap tekstur pancake tertinggi itu pada perlakuan substitusi 40%

tepung sukun yaitu 6,1 sedangkan untuk perlakuan dengan substitusi

50% tepung sukun yaitu 5,2. Sedangkan uji organoleptik

berdasarkan tekstur pada bakpao untuk panelis lebih menyukai

perlakuan dengan subtitusi 10% tepung sukun yaitu 6,1 sedangkan

untuk perlakuan dengan subtitusi 30% tepung sukun yaitu 5,95.

Berdasakan hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa tidak

terdapat perbedaan yang nyata pada taraf 5% dan 1% untuk seluruh

perlakuan. Yang artinya setiap perlakuan yang diberikan tidak

memberikan pengaruh terhadap tekstur yang dihasilkan. Respon

panelis terhadap tekstur pancake yaitu pada setiap perlakuan,

panelis lebih menyukai pancake dengan perlakuan pada


41

penambahan 40% tepung sukun. Hal ini disebabkan bahwa tekstur

pancake lebih mengembang dari pada perla


perlakuan
kuan dengan

penambahan 50% tepung sukun. Sama halnya dengan bakpao, lebih

mengembang dan memiliki tekstur yang bagus pada perlakuan

substitusi 10% tepung sukun sedangkan untuk perlakuan substitusi

30% tepung sukun kurang disukai. Hal ini dikarenakan bahwa

kandungan protein tepung sukun sangat sedikit sehingga pancake

tidak dapat mengembang dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sutardi dan Supriyanto (1996) kadar protein sukun adalah

4,72%. Jika dibandingkan dengan kadar protein tepung sukun, maka

kandungan protein tepung sukun jauh lebih rendah dibandingkan

tepung terigu. Dengan demikian semakin rendah pula kandungan

protein glutenin dan gliadin yang terdapat pada tepung sukun. Kadar

kandungan gluten yang rendah menyebabkan kemampuan

pengembangan adonan kue yang rendah. Hasil dari uji organoleptik

tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah in


ini

7 Pancake A1B1 40%Tepung


A1B1 Sukun: 60% Tepung Terigu
6.5 Pancake A2B2 50%Tepung
A1B1 Sukun: 50% Tepung Terigu
6 A2B2 A2B2 Bakpao A1B1 10%Tepung
Sukun: 90% Tepung Terigu
5.5 Bakpao A2B2 30%Tepung
Sukun: 70% Tepung Terigu
5
Pancake Bakpao

Gambar 11.Uji
.Uji Orga
Organoleptik terhadap Tekstur Pancake dan Bakpao
42

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh penambahan tepung sukun dengan konsentrasi lebih dari

40% pada pancake akan mengakibatkan daya kembang yang

rendah, rasa, tekstur serta aroma yang kurang disukai oleh panelis

2. Pengaruh penambahan tepung sukun lebih dari 10% pada bakpao

akan mengakibatkan warna, aroma, rasa, serta tekstur yang kurang

disukai serta daya kembang yang rendah.

3. Pada pancake perlakuan terbaik diperoleh pada penambahan 40%

tepung sukun. Dengan kandungan protein tertinggi 7,18% dan

kandungan kadar lemak teringgi yaitu 12,48, dengan daya kembang

tertinggi yaitu 3cm. serta pada perlakuan penambahan 40% tepung

sukun memberikan hasil terbaik terhadap rasa dan tekstur

4. Pada bakpao perlakuan terbaik pada penambahan 10% tepung

sukun baik dari segi kandungan protein yaitu 6,51%, lemak, yaitu

7,59. Dan pada perlakuan penambahan 10% tepung sukun

memberikan hasil terbaik terhadap rasa, warna, aroma dan tekstur

B. Saran

Sebaiknya pada penelitian selanjutnya dilakukan penelitian tentang

penggunaan tepung sukun sebagai bahan pengganti sebagia tepung

terigu dalam pembuatan kue kering.


43

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001. Mengenal Berbagai Macam Rotihttp://wordpress.com. Akses


tanggal 02 April 2011, Makassar.

______, 2002. Gizi dan Makanan.Http://www.Kompas.com /kesehatan /news


/02/23.htm. Makassar

______, 2011a. Kandungan Gizi Tanaman


Sukunhttp://ccrcfarmasiugmwordpress.com/ensiklopedia/ensiklopedi
a-tanaman-anti-kanker/s/sukun/. Makassar.

______, 2011d. Waralaba Pancake Dan Waffle Sebuah Tren Warlaba


Makanan Baru http://www.majalahfranchise.com/?link. Makassar

______, 2011e. Bakpao. http://id.wikipedia.org/wiki/Bakpao. Makassar.

______, 2011e. Ragi. http://id.wikipedia.org/wiki/Ragi. Makassar.

Bilang, Maryati, 2010. Bahan Mata Kuliah Teknologi Telur. Ilmu dan
Teknologi Pangan, Unhas, Makssar

Fellows, P.J., 2000. Food Processing Technology, Principles dan


Practice. Second Edition. Woodhead publishing Limeted and CRC
Press llc, Cambridge England

Matz, Samuel A. (1992). Teknologi Bakery dan Rekayasa. The AVI


Publishing Co. Inc., Westport, Connecticut.

Setijo, Pitojo., 1995. Budidaya Sukun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

SNI. 2000. Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan (SNI 01-3751-2000).


Bsn (Badan Standar Nasional Indonesia), Jakarta

Subarna. 1992. Baking Technology. Pelatihan Singkat Prinsip-prinsip


Teknologi Pangan Bagi Food Inspector. PAU Pangan dan Gizi IPB.
Bogor

Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono dan Suhardi., 1996. Analisa Bahan


Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta, Bekerjasama dengan
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Suprapti, M.Lies., 2002. Tepung Sukun, Pembuatan dan Pemanfaatan.


Kanisius,Yogyakarta.
44

Sutardi dan Supriyanto. 1996. Sifat Tepung dan Kesesuainnya untuk


diolah menjadi berbagai produk olahan makanan kecil. Media
komunikasi dan informasi pangan. Jakarta

Verheij, E.W.M. dan R.E Coronel. 1997. Proses Sumberdaya Nabati Asia
Tenggara 2, Buah-buahan yang dapat dimakan. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Widowati, S dan D.S. Damardjati. 2001. Mengenal Sumber Daya Pangan


Lokal dalam Rangka Ketahanan Pangan. Majalah Pangan N0
36/X/Jan/2001. BULOG, Jakarta.

Widowati, S, N. Richana, Suarni, P. Raharto, IGP. Sarasutha. 2001 Studi


Potensi dan Peningkatan Dayaguna Sumber Pangan Lokal Untuk
Penganekaragaman Pangan di Sulawesi Selatan. Lap. Hasil
Penelitian. Puslitbangtan, Bogor.

Winarno, F.G., Srikandi Fardiaz dan Dedi Fardiaz, 1980. Pengantar Teknologi
Pangan. Gramedia, Jakarta.
45

LAMPIRAN

Lampiran 1.Tabel HasilPengukuran Kadar Protein pada Pancake


Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
A1B1 6,60 6,94 13,54 6,77
A2B2 8,11 6,03 14.14 7,18
Jumlah 14,71 12,97 27,68 13,84
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Ppenggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap


Hasil Analisa Kadar Protein Pada Pancake.
Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 0,1 1 0,1 4.77 5.14 10.92
Galat 2,3 3 11,5
Total 2,4 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Lampiran 2. Tabel Hasil Pengukuran Kadar Lemak pada Bakpao


Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
A1B1 10,67 14,29 24,96 12,48
A2B2 8,69 14,85 23,54 11,77
Jumlah 19,36 29,14 48,5 24,25
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Penggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap


Hasil Analisa Kadar Lemak Pada Pancake.
Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 26,1 1 26,1 0,28 5.14 10.92
Galat 181,2 3 90,6
Total 207,3 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
46

Lampiran 3. Tabel Hasil Uji Organoleptik Terhadap Warna pada Pancake


ULANGAN I ULANGAN II
Panelis
A1 A2 A1 A2
1 7 5 6 6
2 3 6 7 7
3 6 5 8 7
4 7 5 7 5
5 5 7 7 7
6 6 7 7 7
7 6 4 7 7
8 6 5 7 6
9 9 8 5 5
10 3 6 6 6
Jumlah 58 58 67 63
Rata-rata 5,8 5,8 6,7 6,3
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Penggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Lanjutan Hasil Uji Organoleptik Terhadap Warna pada Pancake


Kode Sampel I II Total Rataan
A1 5.8 6.7 12,5 6,25
A2 5.8 6,3 12.1 6,05
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Penggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap


Hasil Uji Organoleptik Pada Pancake.
Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 3,2 9 0,35 0,58 5.14 10.92
Galat 6 10 0,6
Total 9,2 19
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
47

Lampiran 4. Tabel Hasil Uji Organoleptik Terhadap Aroma pada Pancake


ULANGAN I ULANGAN II
Panelis
A1B1 A2B2 A1B1 A2B2
1 6 6 6 6
2 7 6 7 7
3 6 5 8 5
4 7 5 6 5
5 8 8 6 6
6 7 7 7 6
7 8 7 7 7
8 7 7 6 6
9 7 7 6 6
10 5 6 5 7
Jumlah 68 64 64 61
Rata-rata 6,8 6,4 6,4 6,1
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Penggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Lanjutan Hasil Uji Organoleptik Terhadap Aroma pada Pancake


Kode Sampel I II Total Rataan
A1 6.8 6.4 13,2 6,60
A2 6,4 6,1 12.5 6,25
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Penggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011
Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap
Hasil Uji Organoleptik AromaPada Pancake.
Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 4,105 9 0,457 0,185 2,48 3,52
Galat 46,875 19 2,47
Total 207,3 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
48

Lampiran 5. Tabel Hasil Uji Organoleptik Terhadap Rasa pada Pancake


ULANGAN I ULANGAN II
Panelis
A1B1 A2B2 A1B1 A2B2
1 7 5 5 5
2 4 7 6 7
3 6 6 6 6
4 7 8 3 4
5 4 8 4 6
6 5 7 8 6
7 4 8 4 3
8 9 6 4 6
9 3 8 5 5
10 6 5 4 5
Jumlah 55 68 49 54
Rata-rata 5,5 6,8 4,9 5,4

Tabel Lanjutan Hasil Uji Organoleptik Terhadap Rasa pada Pancake


Kode Sampel I II Total Rataan
A1 5,5 4,9 10,4 5,2
A2 6,8 5,4 12.2 6,1
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Penggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap


Hasil Uji Organoleptik RasaPada Pancake.
Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 4,105 9 0,457 0,185 2,48 3,52
Galat 46,875 19 2,47
Total 207,3 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
49

Lampiran 6. Tabel Hasil Uji Organoleptik Terhadap Tekstur pada


Pancake
ULANGAN I ULANGAN II
Panelis
A1B1 A2B2 A1B1 A2B2
1 4 7 5 6
2 3 7 6 7
3 7 5 7 7
4 4 6 7 6
5 7 8 7 7
6 4 8 7 7
7 4 8 6 8
8 5 5 6 7
9 6 7 6 6
10 8 7 8 6
Jumlah 52 68 65 67
Rata-rata 5,2 6,8 6,5 6,7

Tabel Lanjutan Hasil Uji Organoleptik Terhadap Tekstur pada Pancake


Kode Sampel I II Total Rataan
A1 5,2 6,5 13,5 6,75
A2 6,8 6,7 13,5 5,85
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Penggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap


Hasil Uji Organoleptik Tekstur Pada Pancake.
Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 2,05 9 0,227 0,558 2,48 3,52
Galat 7,75 19 0,407
Total 9,8 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
50

Lampiran 7. Tabel Hasil Uji Organoleptik Terhadap Warnapada Bakpao


ULANGAN I ULANGAN II
Panelis
A1B1 A2B2 A1B1 A2B2
1 8 5 8 5
2 6 4 6 6
3 6 5 6 5
4 7 6 7 6
5 5 6 5 6
6 6 6 8 6
7 6 6 8 6
8 6 6 6 6
9 7 5 7 5
10 6 7 8 7
Jumlah 63 56 69 58
Rata-rata 6,3 5,6 6,9 5,8

Tabel Lanjutan Hasil Uji Organoleptik Terhadap Warna pada Bakpao


Kode Sampel I II Total Rataan
A1 6,3 6,9 13,2 6,60
A2 5,6 5,8 11,4 5,70
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Penggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap


Hasil Uji Organoleptik Warna pada Bakpao.
Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 5,05 9 0,561 1,12 2,48 3,52
Galat 9,5 19 0,5
Total 9,8 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
51

Lampiran 8. Tabel Hasil Uji Organoleptik Terhadap Rasa pada Bakpao


ULANGAN I ULANGAN II
Panelis
A1B1 A2B2 A1B1 A2B2
1 6 5 5 6
2 6 5 6 6
3 7 6 7 5
4 7 6 6 6
5 7 5 7 4
6 7 6 5 6
7 6 6 6 5
8 6 6 7 5
9 5 4 7 5
10 5 5 8 5
Jumlah 62 54 64 53
Rata-rata 6,2 5,4 6,4 5,3

Tabel Lanjutan Hasil Uji Organoleptik Terhadap Rasa pada Bakpao


Kode Sampel I II Total Rataan
A1 6,2 6,4 12,6 6,30
A2 5,4 5,3 10,7 5,35
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Penggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap


Hasil Uji Organoleptik Rasa pada Bakpao.
Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 1,76 9 0,195 0,504 2,48 3,52
Galat 7,37 19 0,38
Total 9,13 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
52

Lampiran 9. Tabel Hasil Uji Organoleptik Terhadap Aroma pada Bakpao


ULANGAN I ULANGAN II
Panelis
A1B1 A2B2 A1B1 A2B2
1 6 6 6 5
2 6 6 6 5
3 7 5 7 6
4 4 5 7 6
5 8 5 5 7
6 6 7 6 7
7 6 7 6 6
8 5 6 6 6
9 6 7 6 5
10 5 7 5 5
Jumlah 59 59 60 58
Rata-rata 5,9 5,9 6 5,8

Tabel Lanjutan Hasil Uji Organoleptik Terhadap Aromapada Bakpao


Kode Sampel I II Total Rataan
A1 5,9 6,0 11,9 5,95
A2 5,9 5,8 11,7 5,85
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Penggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap


Hasil Uji Organoleptik Aromapada Bakpao.
Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 2,55 9 0,283 1,65 2,48 3,52
Galat 3,25 19 0,171
Total 5,8 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
53

Lampiran 10. Tabel Hasil Uji Organoleptik Terhadap Tekstur pada


Bakpao
ULANGAN I ULANGAN II
Panelis
A1B1 A2B2 A1B1 A2B2
1 6 6 7 5
2 6 6 7 5
3 6 6 5 5
4 7 7 6 4
5 7 7 7 5
6 5 6 7 6
7 5 5 5 7
8 4 5 5 5
9 8 6 7 4
10 6 6 6 4
Jumlah 60 60 62 50
Rata-rata 6 6 6,2 5,0

Tabel Lanjutan Hasil Uji Organoleptik Terhadap Tekstur pada Bakpao


Kode Sampel I II Total Rataan
A1 6,0 6,2 12,2 6,10
A2 6,0 5,0 11 5,85
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Penggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap


Hasil Uji Organoleptik Tekstur pada Bakpao.
Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 4,45 9 0,494 1,503 2,48 3,52
Galat 6,25 19 0,328
Total 10,7 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
54

Lampiran 11. Tabel Hasil Pengukuran Kadar Protein pada Bakpao


Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
A1B1 6,15 6,87 13,02 6,51
A2B2 6,47 6,34 12,81 6,405
Jumlah 12,62 13,21 25,83 12,915
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Ppenggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap


Hasil Analisa Kadar Protein Pada Bakpao
Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 0,011 1 0,011 0,123 5.14 10.92
Galat 0,26 3 0,089
Total 0,262 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Lampiran 11. Tabel Hasil Pengukuran Kadar Lemak pada Bakpao


Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
A1B1 6,91 5,43 12,34 6,17
A2B2 7,05 8,13 15,18 7,59
Jumlah 13,96 13,56 27,52 13,76
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Ppenggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap


Hasil Analisa Kadar LemakPada Bakpao.
Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 2,02 1 2,02 3,61 5.14 10.92
Galat 1,68 3 0,56
Total 0,262 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
55

Lampiran 12. Tabel Hasil Pengukuran Daya Kembang Bakpao


Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
A1B1 6,91 5,43 12,34 6,17
A2B2 7,05 8,13 15,18 7,59
Jumlah 13,96 13,56 27,52 13,76
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Ppenggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Pengukuran Daya Kembang Bakpao.


Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 2,02 1 2,02 3,61 5.14 10.92
Galat 1,68 3 0,56
Total 0,262 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Lampiran 12. Tabel Hasil Pengukuran Daya Kembang Pancake


Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
A1B1 5,8 6,0 11,80 5,90
A2B2 3,6 3,5 7,10 3,55
Jumlah 9,4 9,5 18,90 9,45
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Ppenggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Pengukuran Daya Kembang Bakpao.


Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 5,53 1 5,53 2,98 5.14 10.92
Galat 0,03 3 1,83
Total 0,262 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%

.
56

Lampiran 13. Tabel Hasil Pengukuran Daya Kembang Pancake


Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
A1B1 1,1 2,1 3,2 1,6
A2B2 2,2 2,6 4,8 2,4
Jumlah 3,3 4,7 8 4
Sumber :Data Hasil Penelitian Studi Ppenggunaan Tepung Sukun Sebagai
Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan
Pancake Dan Bakpao. 2011

Tabel Hasil Analisa Pengukuran Daya Kembang Bakpao.


Sumber
JK DB KT F hit F 5% F 1%
keragaman
Perlakuan 0,64 1 0,64 2,20 5.14 10.92
Galat 0,58 3 0,29
Total 1,22 4
Ket : Tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
57

Lampiran 14. Gambar Buah Sukun

Lampiran lanjutan 14. Gambar Bakpao Sukun A1B1

Lampiran lanjutan 14. Gambar Bakpao Sukun Perlakuan A2B2


58

Lampiran lanjutan 14. Gambar Pancake Sukun Perlakuan A1B1


59

Lampiran lanjutan 14. Gambar Pancake Sukun Perlakuan A2B2

Anda mungkin juga menyukai