Anda di halaman 1dari 8

Lex Privatum Vol. IX/No.

1/Jan-Mar/2021

KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA Kata kunci: Kontrak, Pengadaan, Barang Dan
PEMERINTAH MENURUTPERPRES NOMOR 16 Jasa, Pemerintah.
TAHUN 20181
Oleh: Jelita Angela Rawis2 PENDAHULUAN
Telly Sumbu3 A. Latar Belakang
Reymen M. Rewah4 Kegiatan pengadaan barang atau jasa
bertujuan untuk menghasilkan barang ataupun
ABSTRAK jasa yang berkualitas dan wajar yang bisa
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk diukur dari berbagai macam segi seperti biaya,
mengetahui bagaimana bentuk dan jumlah penyediaan dan lokasi. Pengaturan
pelaksanaan kontrak dalam pengadaan barang kegiatan pengadaan barang dan jasa oleh
dan jasa pemerintah dan seperti apakah pemerintah harus memperhatikan asas
kendala-kendala atau hambatan dalam manfaat sebesar besarnya dari uang yang
pelaksanaan kontrak pengadaan barang dan dikeluarkan atau memiliki value of money yang
jasa. Dengan menggunakan metode penelitian tinggi sehingga bisa memberikan barang atau
yuridis normatif, disimpulkan: 1. Bentuk dan jasa yang baik dipandang dari segi waktu, biaya,
Pelaksanaan Kontrak dalam Kontrak Pengadaan kualitas, jumlah dan lain sebagainya. Dengan
Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya prinsip seperti ini, diharapkan pemerintah bisa
disebut dengan pengadaan barang/jasa adalah mendapatkan barang atau jasa dengan kualitas
kegiatan untuk memproleh barang/jasa oleh terbaik, harga termurah, pengadaan paling
Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat cepat, keberadaan barang paling mudah
Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari dijangkau dan berasal dari penyedia barang dan
perencanaan kebutuhan sampai jasa yang bonafit dan lain sebagainya. Dalam
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk pengadaaan barang/jasa pemerintah, kontrak
memperoleh barang/jasa. Pada dasarnya tujuan pengadaan memiliki peranan yang sangat
pelaksanaan pengadaan barang/jasa penting. Pada dasarnya, kontrak pengadaan
pemerintah adalah untuk memenuhi kebutuhan barang/ jasa, merupakan suatu kontrak bisnis
akan barang/jasa sebagai penunjang dalam kegiatan untuk memperoleh barang atau
pelaksanaan pekerjaan di sebuah organisasi baik jasa oleh K/L/D/I. Kontrak pengadaan ini
pemerintah ataupun swasta. Tahap disepakati oleh PPK dengan penyedia
pelakasanaan kontrak dimulai pada saat barang/jasa atau pelaksana swakelola.5
terbitnya Surat Perintah Mulai Kerja(SPMK) PPK sebagai pejabat yang
sampai dengan penghentian/ pemutusan bertanggungjawab atas pelaksanaan
kontrak. Pada pengadaan barang/jasa pengadaan barang/jasa, bertindak mewakili
pemerintah sebagian maupun seluruh danaanya K/L/D/Idalam kontrak pengadaan. Pada
dibiayai oleh APBN/APBD yang dilaksanakan pembentukan kontrak pengadaan tersebut,
secara efisien, efektif, transparan, terbuka, pemerintah melakukan kegiatan bisnis berupa
bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. pengadaan barang/jasadalam hubungan
2. Kendala-kendala atau hambatan dalam kontraktual. Sebagai pihak dalam kontrak,
pelaksanaan kontrak pengadaan barang dan pemerintah tidak lagi memilikiimunitas negara
jasa pemerintah sering terjadi ketidakpuasan “state immunity” dan dalam posisi yang sama
Pejabat Pembuat Komitmen (PKK) dalam dihadapan kontrak “equal before contract”.
pelaksanaan kontrak dan dapat berujung Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018
pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK. memberikan definisi kontrak pengadaan barang
Sengketa bersumber dari adanya ketidakpuasan dan jasa dengan jelas dan mengatur standar
pihak tertentu atas apa yang telah diperbuat minimal yang harus dipenuhi. Peraturan
oleh pihak tertentu lainnya. Presiden No.16 Tahun 2018 mewajibkan
kontrak pengadaan barang dan jasa dalam
1
berbentuk perjanjian tertulis. Kontrak
Artikel Skripsi
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
pengadaan merupakan salah satu komponen
16071101091
3 Fakultas Hukum Unsrat, Guru Besar Ilmu Hukum 5 Pasal 1 Angka23 Peraturan Presiden Nomor.16 Tahun
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 2018

63
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

utama dalam proses kegiatanpengadaan 2. Seperti apakah kendala-kendala atau


barang/jasa pemerintah. Seiring dengan hambatan dalam pelaksanaan kontrak
perkembangan dan tingkat kerumitan pengadaan barang dan jasa ?
proses pengadaan barang/jasa, kontrak
pengadaan barang/jasa pemerintah mengalami C. Metode Penelitian
perkembangan demikian pesat. Ditambah Metode penelitian hukum yang digunakan
perkembangan pengadaan untuk penyusunan penulisan ini ialah metode
barang/jasapemerintah harus ditunjang dengan penelitian hukum normatif. Bahan-bahan
kepastian hukum berupa kontrak dalam hukum yang digunakan terdiri dari: bahan
mengawalseluruh prosesnya. hukum primer ialah: Peraturan Presiden No. 16
Dalam melakukan proses pengadaan Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan
barang/jasa pemerintah, kontrak dapat Jasa, dan bahan hukum sekunder terdiri dari
menjaditantangan. Hal ini disebabkan akibat literatur-literatur, jurnal hukum dan artikel
beberapa PPK dan penyedia barang dan jasa hukum, yang sesuai dengan materi penulisan.
tidakselalu memahami dan memiliki Bahan-bahan hukum tersier seperti kamus
kemampuan menyusun kontrak dengan umum dan kamus hukum. Bahan-bahan hukum
baik.Hal inisering menyebabkan kontrak tidak primer dan sekunder dianalisis secara normatif
menguntungkan dan tidak memberi kepastian kualitatif.
hukumbagi para pihak. Bahkan dalam keadaan
tertentu, pengguna kontrak pengadaan sulit PEMBAHASAN
memahami modelkontrak pengadaan yang A. Bentuk dan Pelaksanaan Kontrak dalam
telah diberikan dalam SBD. Standar dokumen Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
PBJP/SBDmerupakan pedoman dalam Kontrak adalah suatu persetujuan antara
menyusun dokumen PBJP. Penetapan standar dua orang atau lebih yang menimbulkan
dokumenPBJP bertujuan agar berjalan sesuai kewajiban untuk melakukan atau tidak
prinsip-prinsip dan etika PBJ. melakukan tindakan secara sebagian. Kontrak
Ketidakpahaman akan isu hukum ini dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang berkompeten
menyulitkan para pihak kontrak dalam kesepakatan yang saling
pengadaanbarang/jasa karena harus menguntungkan. Kontrak tertuang di dalam
berhadapan dengan resiko-resiko yang dokumen tertulis yang berisi persetujuan dari
sulit diprediksi di awal,yang timbul dari kontrak para pihak, dengan syarat dan ketentuan
pengadaan barang/jasa. Dua sumber masalah sebagai bukti dari segala kewajiban.
sering menjadipemicu sengketa adalah Bentuk kontrak terdiri atas:6
ketidakcermatan dalam penyusunan kontrak 1. Bukti Pembelian/pembayaran
dan tidak adanyaitikad baik para pihak good sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
faith. huruf a digunakan untuk Pengadaan
Hal penting yang juga sangat berpengaruh Barang/ Jasa Lainnya dengan nilai paling
terhadap penyusunan kontrak pengadaan banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
adalah isu penggunaan model standar kontrak rupiah).
pengadaan barang/jasa yang terdapatdalam 2. Kuitansi sebagaimana dimaksud pada
SBD. Penggunaan model dan standar kontrak ayat (1) huruf b digunakan untuk
pengadaan barang/jasa, digunakanoleh PPK. Pengadaan Barang/ Jasa Lainnya dengan
PPK memiliki posisi tawar bargaining position nilai paling banyak Rp 50.000.000,00
yang kuat. Hal ini bisa berbedapada saat (lima puluh juta rupiah).
pengadaan barang/jasa yang di biaya oleh mitra 3. Surat Perintah Kerja (SPK) sebagaimana
asing, baik dalam bentukpinjaman atau hibah dimaksud pada ayat (1) huruf c
luar negeri. digunakan untuk Pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai paling banyak
B. Rumusan Masalah Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah),
1. Bagaimana bentuk dan pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Lainnya dengan
kontrak dalam pengadaan barang dan
jasa pemerintah ?

64
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

nilai paling sedikit di atas PPK. Pihak penyedia barang/jasa akan berusaha
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta untuk mengajukan berbagai alasan dan
rupiah). Sampai dengan nilai paling pembelaan. Dengan demikian pemutusan
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta kontrak dapat menimbulkan sengketa di antara
rupiah), dan Pengadaan Pekerjaan PPK dengan Penyedia Barang/Jasa.9
Konstruksi dengan nilai paling banyak Pemerintah Indonesia melalui Undang-
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
rupiah). Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
4. Surat perjanjian sebagaimana dimaksud Sengketa Umum telah mengatur tata cara
pada ayat (1) huruf d digunakan untuk penyelesaian sengketa di antara para pihak
Pengadaan Barang/ Pekerjaan yang berkontrak. Selain itu khusus untuk
Konstruksi/ Jasa Lainnya dengan nilai kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah
paling sedikit di atas ketentuan tentang pemutusan kontrak dijumpai
Rp200.000.000,00(dua ratus juta rupiah) pula dalam Perpres nomor 54 tahun 2010. 10
dan untuk Pengadaan Jasa Konsultansi Penyelesaian sengketa dapat dilakukan
dengan nilai paling sedikit di atas dengan cara musyawarah di antara pihak yang
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). bersengketa, dan dapat pulah dilakukan
5. Surat Pesanan sebagaimana dimaksud dengan melalui jalur hukum di pengadilan.
pada ayat (1) huruf e digunakan untuk Tulisan ini mencoba membahas kelebihan
Pengadaan Barang/ Jasa melalui E- dan kekurang dari cara penyelesaian sengketa
purchasing atau pembelian melalui toko tersebut.
daring Sengketa bersumber dari adanya
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk ketidakpuasan pihak tertentu atas apa yang
kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah diperbuat oleh pihak tertentu lainnya.
dan dokumen pendukung kontrak, diatur dalam Ketidakpuasan tersebut terjadi karena adanya
peraturan menteri yang menyelenggarakan harapan agar pihak lain memenuhi atau
urudsn pemerintahan di bidang keuangan mewujudkan suatu keadaan yang diinginkan.
negara dan/ atau menteri yang Harapan tersebut lahir dari adanya hak
menyelenggarakan urusan di bidang seseorang untuk memaksa orang lain
pemerintahan dalam negeri.7 memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau
tidak melakukan suatu perbuatan. Timbulnya
B. Kendala-Kendala atau Hambatan dalam hak tersebut karena adanya pihak lain yang
Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang telah menyatakan setuju untuk memenuhi
dan Jasa. harapan tersebut. Dalam pergaulan masyarakat
Dalam proses pengadaan barang/jasa pada umumnya setiap orang tidak mungkin
pemerintah yang dilaksanakan secara terlepas dari adanya persetujuan-persetujuan
kontraktual,8 tidak jarang terjadi dalam berbagai hubungan dengan orang lain.
ketidakpuasan Pejabat Pembuat Komitmen Akibat dari persetujuan itu akan timbul hak
(PPK) atas pelaksanaan kontrak oleh penyedia dan kewajiban pada masing-masing individu.
barang/jasa. Ketidakpuasan tersebut dapat Adakalanya hak dan kewajiban itu dilaksanakan
berujung pada pemutusan kontrak secara secara seketika, misalnya dalam peristiwa jual
sepihak oleh Pejabat Pembuat Komitmen beli hak penjual untuk memperoleh
yang diikuti dengan tindakan lainnya seperti pembayaran dan memberikan barang kepada
penagihan pengembalian uang muka secara pembeli, dan hak pembeli untuk menerima
penuh dan memasukkan penyedia barang/jasa barang dan kewajiban nya untuk membayar
dalam daftar hitam. Sementara pihak kepada penjual timbul secara bersamaan
penyedia barang/jasa tidak akan menerima dalam waktu yang sama dimana hak dan
begitu saja tindakan pemutusan kontrak oleh kewajiban tersebut dilaksanakan secara

7 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 9 Vann Dunne, Diktat Kursus Hukum Perikatan yang
Tahun 2018 Pasal 28 diterjemahkan Sudikno Martokusumo, Yogyakarta, hlm.9
8 I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, (Jakarta: Sinar 10 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Grafika, 2016), hal. 5. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

65
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

seketika. Adakalanya pemenuhan hak dan sama, dan masing-masing pihak sama-sama
kewajiban tersebut tidak langsung dilaksanakan memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan yang
pada saat persetujuan itu dibuat, tetapi harus telah disepakati dalam kontrak. Sedangkan
dilaksanakan di masa yang akan datang. Karena kontrak yang telah mereka buat berlaku
itu untuk menjamin agar kewajiban masing- sebagai hukum bagi mereka. Karena itu para
masing pihak dipenuhi dengan baik maka pihak yang berkontrak yaitu PPK dan Penyedia
kesepakatan antara pihak dituangkan secara Barang/Jasa sama-sama dapat menuntut
tertulis dalam suatu perjanjian tertulis. Dalam pemenuhan kewajiban masing-masing.
pengadaan barang/jasa perjanjian demikian Kewajiban utama penyedia barang/jasa
lazim disebut kontrak. adalah menyerahkan barang/jasa dalam
Dalam memenuhi kewajiban yang telah keadaan baik dan cukup sedangkan kewajiban
dituangkan dalam surat perjanjian atau kontrak utama PPK adalah melakukan pembayaran.
pengadaan barang/jasa pemerintah, sering kali Karena tata cara pembayaran dan pencairan
para penyedia barang/jasa dihadapkan pada anggaran belanja negara telah diatur dalam
berbagai situasi dan kondisi yang kurang suatu sistem pengelolaan keuangan negara,
mendukung dan menimbulkan hambatan sementara tata cara penyelesaian dan
dalam memenuhi kewajiban yang telah diatur penyerahan hasil pekerjaan tidak diatur secara
dalam kontrak. Contohnya curah hujan yang khusus, dalam kontrak pengadaan barang/jasa
tinggi dan kesulitan mendapatkan bahan kesepakatan-kesepakatan antara PPK dan
bangunan dapat menghambat penyelesaian Penyedia barang/jasa pada umumnya lebih
pekerjaan pembangunan gedung. Namun tidak banyak berkaitan dengan kewajiban penyedia
jarang pula ketidakpuasan PPK atas dalam menyelesaikan pekerjaan.11 Sedangkan
pemenuhan kewajiban penyedia barang/jasa kesepakatan tentang tata cara pembayaran
disebabkan olah kesengajaan dan/atau hanya disinggung sekedarnya saja. Karena itu
kealpaan penyedia barang/jasa. pihak yang lebih sering dinyatakan melakukan
Pada kesepakatan yang dilaksanakan wanprestasi (tidak memenuhi kewajibannya)
seketika apabila salah satu pihak merasa kurang pada umumnya adalah pihak penyedia
puas, pembatalan kesepakatan lebih mudah barang/jasa. Pemutusan kontrak secara sepihak
untuk dilakukan karena belum menimbulkan lebih sering dilakukan oleh PPK. Penyedia
kerugian kepada masing-masing pihak. Tetapi barang/jasa lebih sering dijadikan pihak yang
pada kesepakatan yang telah dituangkan dianggap bersalah dan akibat dari kesalahan itu
dalam perjanjian atau kontrak, pembatalan PPK berhak untuk memutuskan kontrak secara
perjanjian akan menimbulkan kerugian bagi sepihak.
masing-masing pihak. Salah satu penyebabnya Ketentuan tentang pemutusan kontrak
adalah karena proses lahirnya kontrak telah dalam pasal 93 Perpres nomor 70 tahun 2012
banyak memakan waktu, energi dan sumber yang berbunyi:
daya lainnya sehingga pembatalan atau 1) PPK dapat
pemutusan kontrak yang sedang berjalan akan memutuskan
menimbulkan dampak yang signifikan bagi Kontrak
masing-masing pihak dan tidak jarang secara
berkembang menjadi perselisihan yang tidak sepihak,
mudah untuk diselesaikan. apabila:
Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah a. kebutuhan barang/jasa tidak dapat
yang dilakukan dengan melalui kontrak, ditunda melebihi batas berakhirnya
perjanjian/kontrak tentang pengadaan kontrak;
barang/jasa ditandatangani oleh Pejabat a.1. Berdasarkan penelitian PPK,
Pembuat Komitmen (PPK) sebagai wakil Penyedia Barang/Jasa tidak akan
pemerintah dan pimpinan perusahaan mampu menyelesaikan
penyedia barang/jasa sebagai wakil penyedia keseluruhan pekerjaan
barang/jasa. Kedudukan PPK dan Penyedia walaupun diberikan kesempatan
barang/jasa yang terikat dalam kontrak
pengadaan barang/jasa pemerintah adalah
11 Undang-undang Jasa Konstruksi, Op.cit., 2010, hal 14-17

66
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

sampai dengan 50 (lima puluh) hukumnya guna menghasilkan kesepakatan


hari kalender sejak masa yang menguntungkan kedua belah pihak. Jika
berakhirnya pelaksanaan proses perundingan tersebut tidak
pekerjaan untuk menyelesaikan menghasilkan kesepakatan, barulah para pihak
pekerjaan; akan menyerahkan penyelesaian sengketa
a.2. Setelah diberikan kesempatan kepada arbitrase atau pengadilan untuk
menyelesaikan pekerjaan mendapat keputusan. Beberapa alasan yang
sampai dengan 50 (lima puluh) menyebabkan penyelesaian sengketa melalui
hari kalender sejak masa pengadilan tidak dijadikan pilihan utama
berakhirnya pelaksanaan adalah:
pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa 1. Lamanya proses beracara dalam
tidak dapat menyelesaikan persidangan penyelesaian perkara
pekerjaan; perdata;
b. Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera 2. Lamanya penyelesaian sengketa dapat
janji dalam melaksanakan juga disebabkan oleh panjangnya
kewajibannya dan tidak tahapan penyelesaian sengketa, yakni
memperbaiki kelalaiannya dalam proses beracara di Pengadilan Negeri,
jangka waktu yang telah kemudian masih dapat banding ke
ditetapkan; Pengadilan Tinggi, dan kasasi ke
c. Penyedia Barang/Jasa terbukti Mahkamah Agung. Bahkan proses dapat
melakukan KKN, kecurangan lebih panjang jika diajukan peninjauan
dan/atau pemalsuan dalam proses kembali;
Pengadaan yang diputuskan oleh 3. Lama dan panjangnya proses pengadilan
instansi yang berwenang; dan/atau tersebut tentunya membawa akibat yang
d. pengaduan tentang penyimpangan berkaitan dengan tingginya biaya yang
prosedur, dugaan KKN dan/atau diperlukan;
pelanggararan persaingan sehat 4. Sidang pengadilan di Pengadilan
dalam pelaksanaan Pengadaan Negeri dilakukan secara terbuka,
Barang/Jasa dinyatakan benar oleh padahal di sisi lain kerahasiaan adalah
instansi yang berwenang. sesuatu yang diutamakan di dalam
2) Dalam hal kegiatan bisnis;
pemutusan 5. Seringkali hakim yang menangani
Kontrak atau menyelesaikan perkara kurang
dilakukan menguasai substansi hukum sengketa
karena yang bersangkutan atau dengan
kesalahan perkataan lain hakim dianggap kurang
Penyedia profesional;
Barang/Jasa: Cara yang paling efektif, mudah dan
a. Jaminan Pelaksanaan dicairkan; sederhana adalah penyelesaian yang dilakukan
b. sisa Uang Muka harus dilunasi oleh sendiri oleh para pihak yang bersengketa
Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan tersebut. Cara lain yang dapat ditempuh adalah
Uang Muka dicairkan; penyelesaian melalui forum atau lembaga
c. Penyedia Barang/Jasa membayar yang tugasnya menyelesaikan sengketa dalam
denda keterlambatan; masyarakat. Forum atau lembaga resmi yang
d. Penyedia Barang/Jasa dimasukkan disediakan oleh negara adalah pengadilan,
dalam Daftar hitam. sedangkan sedangkan yang disediakan oleh
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan lembaga swasta adalah lembaga yang disebut
merupakan pilihan terakhir dalam “arbitrase”. Penyelesaian sengketa di luar
menyelesaikan suatu sengketa setelah pengadilan sering disebut dengan Alternative
sebelumnya dilakukan perundingan di antara Dispute Resolution (ADR) atau dalam istilah
para pihak yang bersengketa, baik secara Indonesia disebut Alternatif Penyelesaian
langsung maupun dengan menunjuk kuasa Sengketa (APS).

67
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

Proses di luar pengadilan menghasilkan komprehensif, karena aturan permainan


kesepakatan yang bersifat “win-win solution”, ditentukan oleh para pihak sesuai
kerahasiaan para pihak terjamin, bebas dari dengan kepentingan para pihak yang
hal-hal prosedural dan administratif, berselisih.
menyelesaikan masalah secara komprehensif d. Pembinaan hubungan baik
dalam kebersamaan, dan tetap menjaga APS/ADR yang menekankan pada cara-
hubungan baik. cara penyelesaian sengketa yang
Beberapa model APS/ADR yang sering kooperatif sangat cocok bagi para
digunakan dalam menyelesaikan sengketa pihak yang menginginkan pentingnya
bisnis, adalah: negosiasi, mediasi, konsiliasi, pembinaan hubungan baik antar
dan arbitrase. APS/ADR merupakan suatu manusia, baik pada saat sekarang
mekanisme penyelesaian sengketa di luar maupun pada pasa mendatang.
pengadilan yang dianggap lebih efektif, efisien, e. Faktor proses
cepat, dan biaya murah, serta Proses penyelesaian sengketa melalui
menguntungkan kedua belah pihak yang APS/ADR lebih fleksibel dan lebih
berperkara. Hal ini dilandasi oleh beberapa memiliki kemampuan untuk
faktor yang menempatkannya dengan berbagai menghasilkan kesepakatan yang
keunggulan, antara lain sebagai berikut: mencerminkan kepentingan para pihak
a. Ekonomis (win-win solution).
Penyelesaian sengketa bisnis di luar Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
pengadilan secara ekonomis lebih tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
menguntungkan, karena biayanya yang Sengketa Umum menetapkan bahwa undang-
relatif murah dibandingkan biaya jika undang ini mengatur penyelesaian sengketa
dilakukan melalui pengadilan dan atau beda pendapat antarpihak dalam suatu
waktu penyelesaian lebih cepat. Oleh hubungan hukum tertentu yang telah
karena itu, faktor ekonomi perlu mengadakan perjanjian arbitrase yang secara
diperhitungkan secara matang dalam tegas menyatakan bahwa semua sengketa atau
memilih penyelesaian sengketa yang beda pendapat yang timbul atau yang mungkin
tepat, agar tidak menjadi beban secara timbul dari hubungan hukum tersebut akan
finansial bagi para pencari keadilan. deselesaikan dengan cara arbitrase atau
b. Budaya hukum melalui alternatif penyelesaian sengketa (Pasal
Budaya hukum adalah nilai-nilai dan 2). Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka
sikap-sikap masyarakat yang 10 Undang-Undang tersebut, Alternatif
berhubungan dengan hukum. Budaya Penyelesaian Sengketa adalah lembaga
hukum merupakan faktor yang penyelesaian sengketa atau beda pendapat
mempengaruhi siginifikansi penyelesaian melalui prosedur yang disepakati para pihak,
sengketa di luar pengadilan. yaitu penyelesaian di luar pengadilan dengan
Nilai budaya tradisional yang cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi,
menekankan pada komunalitas, atau penilaian ahli.
kekerabatan, harmoni, primus inter pares
telah mendorong unuk menyelesaikan PENUTUP
sengketa di luar pengadilan. Demikian A. Kesimpulan
juga nilai dan sikap yangmenekankan 1. Bentuk dan Pelaksanaan Kontrak dalam
pada aspek efisiensi dan efektifitas Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
sangat berpengaruh dalam mendorong Pemerintah yang selanjutnya disebut
pilihan untuk menyelesaikan sengketa dengan pengadaan barang/jasa adalah
tanpa melalui pengadilan. kegiatan untuk memproleh barang/jasa
c. Luasnya lingkup permasalahan oleh Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja
Alternatif Penyelesaian Sengketa Perangkat Daerah/Institusi yang
memiliki kemampuan untuk membahas prosesnya dimulai dari perencanaan
ruang lingkup atau agenda kebutuhan sampai diselesaikannya
permasalahan secara luas dan seluruh kegiatan untuk memperoleh

68
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

barang/jasa. Pada dasarnya tujuan belum siap dalam melaksanakan proses


pelaksanaan pengadaan barang/jasa kontrak pengadaan barang/jasa.
pemerintah adalah untuk memenuhi
kebutuhan akan barang/jasa sebagai DAFTAR PUSTAKA
penunjang pelaksanaan pekerjaan di
sebuah organisasi baik pemerintah Budiono, H. (2001). Het Evenwichtbeginsel Voor
ataupun swasta. Tahap pelakasanaan Het Contractenrecht . Holland: Diss
kontrak dimulai pada saat terbitnya Leiden.
Surat Perintah Mulai Kerja(SPMK) Dunne, V. (u.d.). Diktat Kursus Hukum Perikatan
sampai dengan penghentian/ pemutusan yang diterjemahkan Sudikno
kontrak. Pada pengadaan barang/jasa Martokusumo. Yogyakarta.
pemerintah sebagian maupun seluruh Fuady, M. (2011). Hukum Kontrak (Dari sudut
danaanya dibiayai oleh APBN/APBD yang Pandang Hukum Bisnis). Bandung: Citra
dilaksanakan secara efisien, efektif, Aditya Bakti.
transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak Gunawan Widjaja, A. Y. (2001). Hukum
diskriminatif dan akuntabel. Arbitrase. Jakarta: PT. Grafindo
2. Kendala-kendala atau hambatan dalam Persada.
pelaksanaan kontrak pengadaan barang Hernoko, A. Y. (2010). Hukum Perjanjian asas
dan jasa pemerintah sering terjadi Proporsionalitas dalam kontrak
ketidakpuasan Pejabat Pembuat Komersil. Jakarta: Kencana Prenada
Komitmen (PKK) dalam pelaksanaan Media Group.
kontrak dan dapat berujung pemutusan Johannes Ibrahim, L. S. (2004). Hukum Bisnis
kontrak secara sepihak oleh PPK. dalam Persepsi Manusia Modern.
Sengketa bersumber dari adanya Bandung: PT Refika Aditama.
ketidakpuasan pihak tertentu atas apa Khairandy, R. (u.d.). Cit.
yang telah diperbuat oleh pihak tertentu LKPP. (2010). Aspek Hukum Pengadaan Barang
lainnya. Dan Jasa. www.lkpp.go.id.
Miru, A. (2011). Hukum Kontrak Perancangan
B. Saran Kontrak. Jakarta: PT Rajawali Press.
1. Bentuk dan Pelaksanaan Kontrak dalam Muhtarom, M. (u.d.). Asas-Asas Hukum
kontrak pengadaan barang dan jasa Perjanjian.
pemerintah perlu membuat ketentuan Nawawi, I. (2009). Teori dan Praktek
sanksi dalam kontrak pengadaan Manajemen Konflik Industrial
barang/jasa pemerintah, pemerintah Penyelesaian Perselisihan Hubungan
harus menciptakan sebuah peraturan Industrial. Surabaya: ITSPress.
yang dapat memberikan rasa aman, Nurwidijanto, A. (2007). Pelaksanaan perjanjian
nyaman dan perlindungan hukum pemborongan Bangunan. Semarang :
sepenuhnya dan senantiasa PT.Puri Kencana Mulyapersada .
meningkatkan profesionalisme dalam Nurwidijanto, A. (2007). Pelaksanaan perjanjian
melaksanakan tugas pengadaan pemborongan Bangunan . Semarang:
barang/jasa pemerintah. PT.Puri Kencana Mulyapersada.
2. Kendala-kendala atau hambatan dalam Pemerintahan, L. K. (2010). Pengantar
pelaksanaan kontrak pengadaan barang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
dan jasa perlunya pemahaman bagi Prodjodikoro, W. (1976). Azas-Azas Hukum
pelaku usaha yang ingin terlibat dalam Perdata. Bandung.
kontrak pengadaan barang/jasa Rusli, H. (1998). Hukum Perjanjian Indonesia
pemerintah mengenai proses pengadaan dan Comon Law. Jakarta : PT Midyas
barang/jasa yang dilakukan oleh Suryo Grafindo.
pemerintah sehingga dalam S, B. (2011). Pemikiran Hukum Perlindungan
pelaksanaanta tidak ada Konsumen dan Sertifikasi Halal.
penyedia/pelaksana barang/jasa yang Malang: UNI Maliki Press.

69
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

S, S. H. (2002). Pengantar Hukum Perdata


Tertulis (BW). Jakarta: Sinar Grafika.
Salim, H. (u.d.). Teori & Teknik Penyusunan
Kontrak. Jakarta.
Santoso, D. M. (2007). PEDOMAN
PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG
DAN JASA PEMERINTAH. Jakarta: Visi
Media.
Scanlon, T. M. (2001). “Promises and
Contracts”, The Theory of Contract Law.
New York.
Setiawan, R. (1994). Pokok-Pokok Hukum
Perikatan. Bandung: Bina Cipta.
Sewu, J. I. (2004). Hukum Bisnis dalam Persepsi
Manusia Modern. Bandung : PT Refika
Aditama.
Subekti. (1982). Pokok-pokok Hukum Perdata.
Jakarta: PT. Intermesa.
Sunarto, A. W. (2009). Hukum kontrak
Terapeutik di Indonesia. Medan:
Pustaka Bangsa Press.

Peraturan Perundang-Undang
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahan
Undang – undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa Umum

Perlem LKPP Nomor 9 Tahun 2018 tentang


Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang /Jasa
Pemerintah Melalui Penyedia

70

Anda mungkin juga menyukai