Anda di halaman 1dari 4

2.

Diagnosis Molekular Diagnosis yang Tepat, Mencegah dan


Mengobati Penyakit

Nama Mahasiswa : Aviva Annisa Dalimunthe


NPM : 212114104
Semester/Kelas : 5B
Mata Kuliah : Bioteknologi Farmasi (2 SKS) / TA. 2021/2022
Dosen Pengampu : Yayuk Putri Rahayu, S.Si., M.Si.

1. Sebutkan dan jelaskan apa-apa saja diagnosis berbagai penyakit dengan berbagai metode
deteksi berbasis molekuler. Uraikan penjelasan masing-masing metode deteksinya, beserta
nama penyakitnya dan diagnosisnya.
2. Sebutkan dan jelaskan perbandingan tingkat akurasi, sensitivitas, dan spesifisitas metode
molekuler untuk berbagai penyakit kanker.
3. Sebutkan dan jelaskan perbandingan tingkat akurasi, sensitivitas, dan spesifisitas metode
molekuler untuk berbagai penyakit menular/infeksi.
4. Dalam diagnosis penyakit dengan metode molekuler, jelaskan pengertian dari:
a. Akurasi
b. Sensitivitas
c. Spesifisitas
5. Sebutkan dan jelaskan 3 syarat yang harus dipenuhi dalam strategi deteksi suatu penyakit.
6. Sebutkan dan jelaskan minimal 3 jenis utama tes HIV. Uraikan prinsip teori tes-nya dan
prosedur metodenya.

Jawaban:

1. Diagnosis molekuler dapat digunakan untukberbagai macam jenis diagnostik diantaranya


a. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis patogen seperti bakteri, virus, jamur
dan parasite
b. Penyakit non infeksi seperti kanker, penyakitdegeneratif , penyakit kongenital dan
kelainan genetis
c. Non penyakit seperti tes DNA untuk keperluanidentifikaisi manusia atau Forensik
denganmenggunakan “DNA fingerprinting”
d. Analisis substansi molekuler atau material genetik lainseperti biomarker lain yang
berhubungan dengankesehatan baik langsung maupun tidak langsung
Metode Pemeriksaan
a. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Tujuan penggunaan PCR adalah untuk menggandakan gen globin yang kemudian hasilnya
digunakanuntuk menentukan jenis mutasi melalui metode lain. Dalam keadaan tertentu
PCR dapat langsungdigunakan untuk menentukan mutasi, yaitu apabila mutasi berupa
delesi yang panjang (Large deletion)misalnya pada talasemia-α tipe delesi.
b. DNA Sequencing
Cara ini digunakan untuk menentukan urutan nukleotida dalam DNA yang dilaksanakan
dengan duametode, yaitu:a. Metode kimia (Metode Maxam danGilbert) b. Metode
dideoksinukleotida (MetodeSanger)
c. Southern blotting
Cara ini digunakan untuk mendeteksi :
a. Delesi yang panjang ( Large Deletion)
b. Mutasi titik, bila mutasi tersebut menghapus atau menimbulkan tempat restriksi.
d. Dot blotting
Dipakai untuk mendeteksi mutasi titik. Syarat-syaratnya adalah mutasi tersebut telah
diketahuisebelumnya. Bila mutasi belum diketahui perlu diterapkan strategi lain, misalnya
dengan menggunakanDGGE
e. Denaturating gradient gel electrophoresis (DGGE)
DGGE digunakan untuk mendeteksi mutan yang sebelumnya tak d iketahui. Bila
DGGEmenunjukkan adanya mutasi, maka selanjutnya fragmen DNA tersebut ditentu kan
Urutan nukleotidanya.
f. RT-PCR
Pengujian RT-PCR yang berdasarkan fluoresensi menjadi suatu metode pengujian yang
seringdigunakan untuk deteksi RNA, DNA dan cDNA

2. - LR+, adalah perbandingan antara true positif (sensitivitas) dengan false positif (1- spesifisitas)
dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
LR+= Sentifitas/(1-spesifitas) = Sensitifitas
LR+ digunakan untuk menilai kemampuan suatu test untuk mendeteksi adanya penyakit,
semakin tinggi nilai LR+ suatu test maka semakin baik kemampuan test tersebut. Penilaian
kemampuan test menggunakan LR+ lebih disukai karena lebih stabil dan nilai tertingginyanya
tidak dibatasi oleh proporsi 100% seperti sensitifitas dan spesifisitas.
- LR-, adalah perbandingan antara false negatif (1 – sensitifitas) dengan true negative
(spesifisitas) dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
LR− = (1-Sensitifitas)/ spesifitas = (1 − Sensitifitas)
Seperti halnya LR+, LR- juga digunakan untuk menilai kemampuan suatu test untuk
mendeteksi adanya penyakit tetapi dengan perbedaan cara interpretasi dimana semakin rendah
nilai LR- suatu test maka semakin baik kemampuan test tersebut. Penilaian kemampuan test
menggunakan LR- juga lebih stabil dan nilai terendahnya tidak terbatas.

3. Perbandingan tingkat akurasi, sensitivitas, dan spesifisitas


molekuler untuk berbagai penyakit menular/infeksi.
Pemeriksaan yang paling sensitif adalah pemeriksaan CIMT pada bulbus karotikus,
sedangkan pemeriksaan ABI merupakan pemeriksaan yang paling tidak sensitif.
yang paling spesifik adalah pemeriksaan ABI, sedangkan pemeriksaan CIMT pada bulbus
merupakan pemeriksaan yang paling tidak spesifik. Pemeriksaan dengan akurasi
terbaik, sebesar 85% adalah pemeriksaan CIMT bulbus karotikus.
4. a. Akurasi : akurasi diagnostik digunakan untuk membuktikan metode mampu dalam
mendeterminasi hasil diagnostik sehingga didapatkan kondisi penyakit yang akurat (Simundic
2009). Pengaturan hal tersebut diperlukan peran standar dan penilaian kesesuaian terkait
reprodusibilitas hasil dan ketertelusurannya secara internasional
b. Sensitivitas : Sensitivitas merupakan proporsi jumlah kasus positif (true positive) dalam
keseluruhan pengujian yang bernilai positif. Parameter ini mengevaluasi kemampuan metode
pengujian dalam mendeteksi penyakit yang positif
c. Spesifisitas : Spesifisitas adalah proporsi jumlah kasus negative (true negative) dalam
keseluruhan pengujian yang bernilai negatif. Berbeda dengan sensitivitas, spesifitas menduga
pasien yang tidak memiliki penyakit atau negative.

5. - Mudah dan valid : Syarat strategi yang harus dipenuhi yaitu mudah dilakukan untuk
mendeteksi suatu penyakit dan velid (dapat membedakan sakit dan yang tidak sakit) agar
menghasilkan seteksi penyakit yang akurat
- Murah : syarat strategi berikut adalah murah, agar deteksi suatu penyakit berjalan
dengan lancar
- Hanya Sedikit memeberi rasa tidak nyaman : dalam mendeteksi suatu penyakit alangkah baiknya
diberi kenyamanan senyaman mungkin kepada pasien agar proses deteksi berjalan dengan lancer.

6. - Tes antibodi
Tes HIV jenis ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV dalam darah. Antibodi HIV adalah
protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap infeksi HIV,
biasanya 1–3 bulan setelah terinfeksi. Umumnya, tes ini digunakan untuk skrining awal.
Tes antibodi terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
 ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)
ELISA dilakukan dengan memasukkan sampel darah ke dalam wadah yang berisi antigen
HIV. Jika darah mengandung antibodi HIV, warna darah akan mengalami perubahan.
 Rapid HIV test
Secara prosedur, rapid HIV test hampir sama dengan ELISA. Bahkan, tes ini cenderung
lebih mudah dilakukan. Hasil tes pun dapat keluar pada hari yang sama. Hanya saja, meski
prosesnya mudah dan hasilnya cepat keluar, rapid HIV test memiliki tingkat akurasi yang
rendah, sehingga memerlukan tes lanjutan.

Umumnya, tes HIV yang mendeteksi antibodi HIV memerlukan tes lanjutan untuk memperkuat
hasil tes. Tes lanjutan tersebut dinamakan confirmatory assay.
Confirmatory assay dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan protein antibodi yang
diekstrak dari sel darah. Selain untuk mengonfirmasi hasil tes, confirmatory assay juga dilakukan
untuk membedakan jenis virus HIV, apakah HIV-1 atau HIV-2

- Tes PCR (polymerase chain reaction)

Tes PCR digunakan untuk mendeteksi materi genetik (RNA atau DNA) HIV dalam darah. Sama
seperti tes antibodi, tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah untuk kemudian diperiksa
lebih lanjut di laboratorium.

Tes PCR adalah tes HIV yang paling akurat. Tes ini bahkan dapat mendeteksi infeksi HIV
walaupun sistem kekebalan tubuh belum memproduksi antibodi terhadap virus tersebut. Namun
sayangnya, tes ini jarang digunakan karena membutuhkan biaya yang cukup besar dan waktu serta
tenaga yang banyak

- Tes kombinasi antibodi-antigen (Ab-Ag test)

Ab-Ag test dilakukan untuk mendeteksi antigen HIV yang dikenal dengan p24 dan/atau antibodi
HIV-1 atau HIV-2. Antigen bisa didapatkan dalam darah lebih cepat daripada antibodi. Oleh
karena itu, tes ini dapat digunakan untuk mendeteksi HIV sekitar 2–6 minggu setelah waktu
perkiraan infeksi.
Prosedur Tes HIV

Tes HIV umumnya dilakukan melalui prosedur pengambilan sampel darah, yang hanya memakan
waktu kurang dari 5 menit. Pengambilan sampel darah ini biasanya dilakukan di lipatan siku.
Berikut ini adalah langkah-langkah pengambilan sampel darah:
 Dokter akan mengikat lengan atas pasien dengan tali elastis untuk membendung aliran
darah, sehingga pembuluh darah di sekitar ikatan lebih terlihat dan mudah untuk ditusuk.
 Dokter akan membersihkan area kulit yang akan ditusuk jarum dengan alkohol.
 Usai kulit dibersihkan, dokter akan menusukkan jarum yang terhubung dengan tabung
penampung darah ke pembuluh darah vena pasien.
 Setelah jumlah darah yang diambil cukup, dokter akan melepaskan tali elastis dari lengan
pasien.
 Ketika jarum dilepas, pasien perlu menekan area suntikan dengan kapas atau kain kasa
beralkohol agar perdarahan berhenti.
 Kemudian, dokter akan menutup area suntikan dengan perban atau plester luka.

Anda mungkin juga menyukai