Askep Gagal Ginjal Kronik
Askep Gagal Ginjal Kronik
Gagal Ginjal Kronik merupakan Gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia ( Retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
Gagal ginjal Kronik Merupakan Kerusakan Ginjal Progresif yang berakibat fatal dan di
tandai dengan uremia (urea dan Limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta
Gagal Ginjal Kronik merupakan penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan
Gagal Ginjal Kronik merupakan destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus
Pielonefritis, Hipertensi yang tidak dapat dikontrol, Obstruksi traktus urinarius, lesi Herediter
(Smeltzzer Suzzane,2001 )
Gagal Ginjal Kronik bekaitan dengan kerusakan nefron dan penurunan progresif GFR.
Tahapan gagal ginjal kronik didasarkan pada kerusakan nefron dan tingkat GFR yang tersisa
dan mencakup:
a. Stadium penurunan cadangan ginjal sekitar 40-75 % nefron tidak berfungsi, laju
glomerulus 40-50 % normal, BUN dan kreatinin serum masih normal dan pasien
asimtomatik.
b. stadium ensufiensi ginjal, 75-80 % nefron tidak berfungsi, laju glomerulus 20-
40 % normal, BUN dan kreatinin serum mulai meningkat, anemia ringan dan azotemia ringan
c. stadium gagal ginjal apabila laju glomerulus 10-20 % normal, BUN dan
d. Penyakit ginjal stadium akhir, laju glomerulus kurang dari 5-10 % lebih dari 85 % nefron tidak
berfungsi
(140 - umur) X BB
CCT =
72 X C
Hitung CCT untuk menentukan stadium Ggal Ginjal Kronik (Rumus Cockeroft dan gautt)
1. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1 inci),
lebarnya 6 cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1”), dan beratnya sekitar 120 gr. Ukuranya tidak
Ginjal diliputi oleh sesuatu kapsula fibrosa tipis mengkilat, yang berkaitan longgar
dengan jaringan di bawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal.
Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda korteks di bagian
luar dan medula di bagian dalam. Medula terbagi-bagi menjadi baji segitiga yang disebut
piramida. Piramida-piramida tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolumna
tubulus dan duktus pengumpul becorak. Setiap duktus papilaris masuk ke dalam suatu
perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk seperti cawan yang disebut kaliks minor. Beberapa
kaliks minor bersatu membentuk kaliks mayor, yang selanjutnya bersatu sehingga
membentuk pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan resevoar utama sistem pengumpul ginjal.
urine tersebut mengalir melalui tubulus dan duktus pengumpul. Urine yang terbentuk
kemudian mengalir ke dalam mayor, pelvis ginjal, dan akhirnya meninggalkan ginjal melalui
ureter menuju vesika urinaria. Dinding kaliks, pelvis dan urieter mengandung otot polos yang
Ginjal mendapat aliran darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria
renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteria renalis bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteria arkuata. Arteria interlobaris yang berada di tepi ginjal
Glomerolus ini dikelilingi alat yang disebut simpai bowman. Disini terjadi penyaringan
pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena
Ginjal diperfusi oleh sekitar 1.200 ml darah / menit. suatu volume yang sama dengan 20%
Unit kerja Fungsional ginjal disebut sebagai nefron, dalam setiap ginjal terdapat sekitar 1
juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Dengan demikian
kerja ginjal dapat di anggap sebagai jumlah total dari setiap nefron. Setiap nefron terdiri atas
kapsula bowman yang mengitari glomerolus , Tubulus kontortus proksimal dan tubukus
d. Persarafan ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari fleksus renalis, saraf ini berfungsi untuk mengatur
jumlah darah yang masuk ke dalam Ginjal, saraf ini berjalan bersama dengan pembuluh
darah. Diatas ginjal terdapat kelenjar suprenalis kelenjar ini merupakan suatu kelenjar buntu
yang menghasilkan 2 macam hormon yaitu hormon adrenalin dan hormon kortisol.
(Syaifuddin, H 2006)
e. Fungsi Ginjal
1) Mengatur volume cairan dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan di keluarkan sebagai
urine. Kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang dieksresikan menjadi
sedikit.
2) Mengatur keseimbangan osmotic yang mempertahankan keseimbangan ion yang optimal
dalam plasma.
3) Mangatur keseimbangan asam basah dalam cairan tubuh bergantung pada apa yang
4) Menghasilkan urine yang bersifat asam, ph kurang dari 6 disebabkan metabolisme protein
5) Eksresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat , kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan dan
6) Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal memproduksi rennin dan eritropoitin.
(Syaifuddin, H 2006)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urine) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak tertimbun produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Banyak
Penurunan laju filtrasi ginjal (GFR) dapat di deteksi dengan mendapatkan urine 24 jam
berfungsinya glomerulus) klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin akan meningkat
selain itu kadar nitrogen urea dalam darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum
merupakan indikator yang paling sensitif kerana renal substansi ini di produksi secara
Retensi cairan dan natrium. Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau
mengencerkan urine secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang
sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elekrolit sehari-hari. Pasien sering menahan
natrium dan cairan, meningkat resiko terjadinya edema, gagal jantung kongesif, dan
hipertensi, hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivitas aksis renin angiotensin dan kerjasama
seiring dengan ketidakmampuan ginjal mensekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendekan
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecendurungan untuk mengalami perdarahan
akibat status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Eritropoetin, suatu
substansi normal yang di produksi oleh ginjal, menstimulasi sum-sum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah. Pada ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat, abnormalitas utama yang lain pada gagal ginjal
kronis adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat
tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain akan
turun. Dengan menurunnya filtrasi glomerulus ginjal terdapat peningkatan kadar fosfat serum
Perdarahan gastroenteritis. Kadar ureum yang tinggi dalam darah berpengaruh pada
trombosit dimana trombosit tidak dapat lagi membentuk bekuan. Akibatnya akan timbul
perdarahan dari hidung, gastrointestinal dan sering terjadi perdarahan bawah kulit.(Smelzer &
Bare, 2001)
Gejalah dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis) akibat
Karena pada penyakit gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala bergantung pada bagian
dari tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
Manifestasi kardiovaskuler pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi (akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), gagal jantung kongestif
dan edema pulmoner (Akibat cairan berlabih) dan perikarditis (akibat iritasi dari lapisan
perikardial).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (Pruritus), Kulit
kering dan bersisik, Ekimosis, Kuku tipis dan rapuh, Rambut tipis dan kasar. Butiran uremik,
Suatu penumpukan Kristal urea di bawah kulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan yang
Gejala Gastrointestinal juga sering terjadi yang mencakup anoreksia, mual, mulut berbau
mencakup perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, dan kejang. (Smeltzer
Gejala Respirasi juga sering terjadi Edema paru, Efusi pleura, dan pleuritis.
Gejala Neuromuskuler Juga sering terjadi misalnya gangguan tidur, sakit kepala, letargi,
Metabolik Endokrin juga sering terjadi misalnya gangguan hormon seks menyebabkan
(Nursalam, 2006)
a. Pemeriksaan Umum
1) Urin
a) Volume : biasanya kurang dari 400ml/24 jam (oliguria) atau urine tak ada (anuria)
b) Warna : secara abnormal urine mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, fosfat atau urat
d) Protein:derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan glomerulus.
2) Darah
a) Ureum meningkat (normal 20-40 mg/dl), kreatinin meningkat (normal 0,5-1,5 mg/dl)
b) Hitung darah lengkap : Ht menurun, Hb biasanya kurang dari 7-8 g/dl (normal laki-laki 13-
d) GDA (Gas Darah Arteri) : pH kurang dari 7,2 (normal 7,38-7,44)
b. Pemeriksaan khusus :
1) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu/obstruksi
2) EKG (Elektrokardiografi) untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
3) USG (Ultrasonografi) untuk melihat besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, Anatomi
sistem pelviokelises, ureter untuk mencari adanya faktor yang irreversible seperti obstruksi,
oleh karena batu atau massa tumor, juga untuk menilai apakah proses berjalan lancar.
Pemeriksan USG merupakan teknik noninvasive dan tidak memerlukan persiapan khusus
kecuali menjelaskan prosedur serta tujuan kepada pasien. (Dongoes, Maryllin. 1999)
4) Pielografia intra-vena (PIV) untuk menilai pelviokalises dan ureter persiapan pasien sebelum
a) Riwayat pasien dianamnesis untuk mendapatkan riwayat alergi yang dapat menimbulkan
reaksi yang merugikan terhadap media kontras. Dokter dan ahli radiologi harus
dilakukan tindakan untuk mencegah reaksi alergi yang serius. Kemungkinan adanya alergi
produksi urin yang pekat. Namun demikian, pasien-pasien yang berusia lanjut dengan
cadangan atau fungsi ginjal minimal, pasien multipel myeloma dan pasien diabetes mellitus
yang tidak terkontrol mungkin tidak dapat mentolerir keadaan dehidrasi. Setelah
berkonsultasi dengan dokter, perawat dapat memberikan air minum sehingga pasien dapat
meminumnya pada saat sebelum pemeriksaan. Pasien boleh mengalami hidrasi yang
berlebihan karena keadaan ini dapat mengencerkan media kontras dan membuat visualisasi
c) Prosedur itu sendiri serta perasaan yang timbul akibat penyuntikan media kontras dan selama
pelaksanaan pemeriksaan (misalnya perasaan panas, serta kemerahan pada muka yang
5) Pielografia retrograde dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel.
Dalam pielografia retrograde chateter ureter biasanya lewat ureter ke dalam pelvis ginjal
dengan bantuan sistoskopi kemudian media kontras dimasukan dengan grafitasi atau
penyuntikan melalui chateter pielografi retrograde biasanya di lakukan jika pemeriksaan IVP
6) Pemeriksaaan foto dada dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air
a. Tahap pertama yaitu tindakan konservatif yang ditujukan untuk merendakan atau
b. Tahap kedua pengobatan dimulai ketika tindakan konservatif tidak lagi afektif dalam
mempertahankan kehidupan. Pada keadaan ini terjadi penyakit ginjal stadium terminal.
Penatalaksanaan, meliputi :
1) Hemodialisa.
Hemodialisa adalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh. Tujuan hemodialisa adalah
untuk mengambil zat-zat toksik di dalam darah, menyesuaikan kadar air dan elektrolit di
dalam darah. Pada hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter masuk
ke dalam sebuah alat besar. Di dalam mesin tersebut terdapat ruang yang dipisahkan oleh
sebuah membran semipermeabel. darah di masukan ke salah satu ruang, sedangkan ruang
yang lain diisi oleh cairan dialisis, dan diantara keduanya akan terjadi difusi darah
dikembalikan ke tubuh melalui sebuah pirau vena. Hemodialisa memerlukan waktu sekitar 3-
5 jam dan dilakukan sekitar seminggu. Pada akhir interval 2-3 hari di antara terapi,
keseimbangan garam,air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa tampaknya ikut
berperan menyebabkan anemia karena sebagian besar sel darah merah ikut masuk dalam
peritoneum yang luasnya sekitar 22.000 cm3 berfungsi sebagai difusi. Membran peritoneum
digunakan sebagai sawar semipermeabel alami. Larutan dialysis yang telah dipersiapkan
sebelumnya (sekitar 2 liter) di masukan ke dalam rongga peritoneum melalui sebuah kateter
tetap yang di letakan di bawah kulit abdomen. Larutan dibiarkan di dalam rongga peritoneum
selama waktu yang telah di tentukan (biasanya 4-6 jam). Selama waktu ini, terjadi proses
difusi air dan elektrolit keluar masuk antara darah yang bersirkulasi. Dialysis peritoneum di
lakukan sekitar 4 kali/ hari. Masalah-masalah terjadi pada dialysis peritoneum adalah infeksi
Transplantasi atau pencangkokan ginjal adalan penempatan sebuah ginjal donor ke dalam
abdomen seseorang yang mengidap penyakit ginjal stadium akhir. Ginjal yang di cangkok
dapat di peroleh dari donor hidup atau mati. Semakin mirip sifat-sifat antigenik ginjal yang
mendapat pengcangkokan ginjal harus tetap mendapat berbagai obat imunosupresan seumur
hidup untuk mencegah penolakan ginjal, penolakan dapat terjadi sacara akut, dalam masa
pasca transpalntasi dini, atau beberapa bulan atau tahun setelah pencangkokan semua orang
yang mendapat terapi imunosupresi beresiko mengalami infeksi. (Price and Wilson, 2005)
Penderita gagal ginjal kronik stadium akhir biasanya yang tidak dapat atau tidak
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek
Promotif, Preventif, Kuratif, Rehabilitatif. Untuk sampai pada hal ini, profesi keperawatan
telah mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang menggabungkan elemen yang paling
di inginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori,
Proses keperawatan merupakan proses yang sistematis yang saling berhubungan, yang
disusun menjadi 5 tahap, yang menekankan pada asuhan keperawatan secara individual:
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (lyer dkk,
a. Riwayat gangguan kronis dan gangguan yang mendasari status kesehatan
c. Lakukan pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital (Nadi, respirasi, Tekanan darah, suhu badan)
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena.
Aktifitas / Istirahat
Sirkulasi
Tanda : Hipertensi ; DVJ, Nadi kuat, Edema jaringan umum Dan pitting pada kaki, telapak tangan.
Disritmia Jantung
Kecendrungan perdarahan
Integritas Ego
Eliminasi
Makanan / Cairan
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tak sedap pada mulut
Edema
Neurosensori
Nyeri / kenyamanan
Pernapasan
Keamanan
Tanda : Pruritus
Demam; sepsis dehidrasi, Normotermia dapat secara atual terjadi peningkatan pada pasien
Fraktur tulang, Deposit fosfat kalsium pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak
sendi
Seksualitas
Interaksi sosisal
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
dalam keluarga.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat DM keluarga (Resiko tinggi untuk gagal ginjal) Penyakit polikistik, Nefritis,
Riwayat terpajan pada toksik, contoh obat dan racun lingkungan ,Penggunaan antibiotik
berulang.
kesehatan/resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi , mencegah dan merubah (carpenito 2000 dan Nursalam 2001 ).
NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputasan klinis tentang respon
individu keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial sebagai
dasar seleksi dan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien dengan gagal ginjal kronik adalah
Diagnosa keperawatan I
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin dan retensi air dan
natrium.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, nausea,
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam kulit, gangguan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan atau tahanan, gangguan
metabolisme tulang
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan dengan kurang
terpajannya informasi.
g. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit
h. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal.
i. Resiko tinggi perubahan mukosa oral berhubungan dengan ulserasi mukosa.
Intervensi adalah rencana yang disusun oleh perawat untuk kepentingan tindakan
keperawatan bagi perawat yang menulis dan perawat lainnya (carpenito 2000).
Diagnosa keperawatan I
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin dan retensi air dan
natrium.
Intervensi
Makanan
4. Jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai pembatasan cairan
asional : Untuk peningkatan kerja sama pasien dan keluarga dalam pembatasan
cairan
5. Tingkatkan dan dorong oral hiegyne oral dengan sering
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, Nausea,
tinggi
vensi
Nilai laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein, transferin dan kadar besi )
sional : Menyediakan data untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intrvensi
Rasional : pola diet dahulu dan sekarang dapat di pertimbangkan dalam menyusun
menu
Depresi
Stomatitis
asional : menyedikan informasi mengenai faktor lain yang dapat di ubah atau di
5. Anjurkan makanan yang tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantaranya waktu
makan
asional : Mengurangi makanan dan protein yang di batasi dan menyediakan kalori
6. Jalaskan rasional pembatasan diet dan hubungnnya dengan penyakit ginjal dan peningkatan
rasa tanpa menggunakan natrium dan kalium untuk pasien dan keluarga dapat di gunakan di
rumah
asional : Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dan menimbulkan anoreksia
dihilangkan
asional : masukan protein yang tidak normal dapat menyebabkan albumin protein lain
pemasukan oral
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam kulit, gangguan
- Kerusakan/cedera kulit.
Intervensi
1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vascular. Perhatikan kemerahan, eksoriasi.
2. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membrane mukosa.
4. Ubah posisi dengan sering, gerakan pasien dengan perlahan: beri bantalan pada tonjolan
buruk untuk menurunkan iskemia. Peninggian meningkatkan aliran balik stasi vena
terbatas/pembentukan edema.
5. Berikan peralatan kulit. Batasi penggunaan sabun. Berikan salep atau krim ( mis; lanolin,
aquaphor ).
berkenan dengan uremik, gatal dapat terjadi karena kulit adalah rute ekskresi untuk produk
tahap akhir ).
8. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan ( dari
pada garutan ) pada area pruritus. Pertahankan kuku pendek; berikan sarung tangan selama
cidera dermal.
Rasional : Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.
orasi
asional : Menurunkan tekanan lama pada jaringan, yang dapat membatasi perfusi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah.
latihan
pilih
rvensi :
Depresi
2. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat
simtomatik
5. Berikan indikasi sesuai resep mencakup suplemen zat besi dan asam folat
dan multivitamin
asional : Sel darah merah membutuhkan zat besi , asam folat dan multivitamin untuk produksi
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan atau tahanan, gangguan
muskuloskeletal.
(kotraktur,) dekubitus
Intervensi
keitdakmampuan
2. Ubuh posisi secara sering bila tirah baring, dukung bagian tubuh yang
3. Berikan pijatan kulit., pertahankan kebersihan dan kekeringan kulit,
4. Dorong napas dalam dan batuk tinggikan kepala tempat tidur sesuai yang
5. Berikan pengalihan dengan tepat pada kondisi pasien contoh kunjungan
mempunyai keuntungan pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir baik secara fisik dan
emosional.
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan dengan kurang
terpajannya informasi.
bersangkutan
konsekuensinya
regulasi ginjal
kesiapan belajar
vensi
lebih lanjut
2. Jelaskan fungis renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai denga tingkat
setelah mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.
3. Bantu pasien untuk mengidentifiaksi cara-cara untuk memahami berbagai
perubahan akibat panyakit dan penangan yang mempengaruhi dan penanganan yang
mempengaruhi hidupnya.
penyakit
4. Sediakan informasi baik tertulis maupun lisan dengan tepat tentang
- medikasi
- sumber komunikasi
- pilihan terapi
g. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit
dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu
pengisian kapiler.
si
1. Auskultasi bunyi jantung dan paru. Evaluasi adanya edema perifer / kongesti vascular dan
keluhan dispnea.
2. Kaji adanya / derajat hipertensi : awasi tekanan darah, perhatikan perubahan postural, contoh
umum, hipotensi ortostatik dapat terjadi sehubungn dengan defisit cairan, respon terhadap
3. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi radiasi, beratnya ( skala 0-10 ) dan apakah
pasien gagal ginjal kronik dengan dialysis mengalami perikaridtis, potensial resiko efusi
perikardial / temponade.
4. Evaluasi bunyi jantung takanan darah, nadi perifer, pengisian kapiler, kongesti vaskuler, suhu
Rasional : Adanya hipontensi tiba-tiba, penyempitan tekanan nadi, penurunan / tak adanya nadi perifer,
distensi jugular nyata, pucat, dan penyimpangan mental cepat menunjukan tempo nadi, yang
Kolaborasi
3. Berikan obat anti hipertensi, contoh prazozin ( minipress ), kaptopril ( capoten ), klonodin
renin untuk menurunkan kerja miokardial dan membantu mencegah GJK dan/atau IM.
mempengaruhi pengisian jantung dan kontraktilitas miokardial menganggu curah jantung dan
h. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal.
1. Awasi tanda-tanda vital bandingkan dengan hasil normal sebelumnya
perkiraan kasar kehilangan darah (misalnya tekanan darah < 90 mmHg, dan nadi > 110 di
2. Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya
suhu
3. Observasi perdarahan sekunder misalnya hidung atau gusi, perdarahan
keefektifan terapi, misalnya 1 unit darah lengkap harus meningkatkan hematokrit 2-3 poin
i. Resiko tinggi perubahan mukosa oral berhubungan dengan ulserasi mukosa.
si
1. Inspeksi rongga mulut, perhatikan kelembaban, karakter saliva adanya inflamasi, ulserasi.
mencegah infeksi.
3. Berikan perawatan mulut sering/.cuci dengan larutan asam asetik 25 %, berikan permen
Perawatan mulut menunjukan , melumasi, dan membantu menyegarkan rasa mulut, yang
sering tak menyenangkan karena uremia dan keterbatasan masukan oral. Pencucian dengan
floss gigi.
menimbulkan ketidaknyamanan.
Kolaborasi
4. Pelaksanaan Keperawatan
(Nursalam,2001)
tanggung jawab perawat secara professional sebagaimana terdapat dalam standar praktek
a. Independen
Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat
tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
b. Interdependen
kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan
dokter.
c. Dependen
5. Evauasi
Evaluasi adalah fase pengkajian proses keperawatan yang menilai keefektifan tindakan
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan seberapa efektifnya tindakan keperawatan itu
untuk mencegah atau mengobati respon manusia terhadap prosedur kesehatan. Berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat
mengambil keputusan:
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien tetah mencapai tujuan yang ditetapkan)
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai
tujuan)
c. Meneruskan rencana tindakan keprerawatan (klien memerlukan waktu yang lama untuk