Hukum Pidana Khusus
Hukum Pidana Khusus
Oleh :
SELLY SALSABILA
1909113216
KELAS G
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tindak Pidana Pornografi” ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Mukhlis R S.H., M.H. pada mata kuliah Hukum Pidana Khusus. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang hukum pidana khusus bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mukhlis R S.H., M.H selaku dosen mata
kuliah Hukum Pidana Khusus yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN...................................................................................14
3.2 SARAN...............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16
ii
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tindak Pidana Pornografi merupakan suatu tindak pidana yang sejak dahulu sampai
sekarang sering menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat. Tindak pidana pornografi
telah mencapai perkembangan yang sangat pesat, sudah menyentuh setiap lapisan
masyarakat tanpa terhalang oleh sekat-sekat geografis lagi. Media pornografi pun
semakin mudah untuk diakses melalui media elektronik dan cetak. Begitu mudahnya
setiap orang untuk melihat materi pornografi melalui internet, handphone, buku bacaan
dan lain sebagainya.
Adanya artian pornografi dalam Undang – Undang 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
yaitu gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi,
kartun, percakapan, gerak tubuh atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk
media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum yang membuat kecabulan atau
eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Sedangkan
yang dimaksud Tindak Pidana Pornografi yaitu s.uatu perbuatan asusila dalam hal yang
berhubungan dengan seksual, atau perbuatan yang bersifat tidak senonoh yang berupa
gambar sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun,
percakapan, gerak tubuh atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media
1
Rendi Saputra Mukti, Tinjauan yuridis terhadap Pornografi menurut Kuhp pidana dan Undang- undang No. 44
tahun 2008, (Surabaya : FH Universitas wijaya putra Surabaya , 2012) hlm 21.
1
komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum yang membuat kecabulan atau
eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.
Dari segi etika atau moral, pornografi akan merusak tatanan norma - norma dalam
masyarakat, merusak keserasian hidup dan keluarga dan masyarakat pada umumnya dan
merusak nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia seperti nilai kasih, kesetiaan, cinta,
keadilan, dan kejujuran. Yang dimana nilai - nilai tersebut sangat dibutuhkan
masyarakat, sehingga tercipta dan terjamin hubungan yang sehat dalam masyarakat.
Masyarakat yang sakit dalam nilai - nilai dan norma-norma, akan mengalami
kemerosotan kultural dan akhirnya akan runtuh dan kaos.
Penegakan hukum terhadap tindak pidana pornografi telah banyak dilakukan oleh aparat
penegak hukum dan telah mendapat putusan hakim di sidang pengadilan. Penegakan
hukum ini diharapkan mampu sebagai faktor penangkal terhadap merebaknya
pornografi maupun peredaran video-video mesum narkoba, tetapi dalam kenyataannya
justru semakin intensif dilakukan penegakan hukum, semakin meningkat pula peredaran
video mesum maupun aksi pornografi di kalangan masyarakat.
“Sanksi pidana yang dijatuhkan oleh para hakim terhadap para pelaku kejahatan masih
dinilai belum memberikan rasa takut dan dipengaruhi oleh norma-norma di luar norma
hukum, tampaknya masih melekat dan menjadi kendala terhadap penegakan hukum
secara konsekuen”.
2
yang menimbulkan efek yang besar sampai memicu melakukan tindak kriminal seperti
perkosaan, pencabulan, pelecehan seksual sampai kekerasan seksual.
Demikian besarnya efek tersebut lah bukan hanya mengakibatkan pelanggran norma-
norma moral atau kesusilaan di dalam masyarakat, maka dengan penegakkan hukumnya
harus dilakukan sistem sanksi yang lebih berat dan tegas.2
Dan jika ditinjau dari Hukum Islam memiliki konsep tentang aurat, yang jelas dan baku.
Hukum Islam, melarang seseorang untuk dengan sengaja melihat atau memperlihatkan
aurat (tabarruj), mendekati atau mendekatkan diri pada perbuatan zina (qurb az-zinā),
2
Rendi Saputra Mukti, Tinjauan yuridis terhadap Pornografi menurut Kuhp pidana dan Undang- undang No. 44
tahun 2008, (Surabaya : FH Universitas wijaya putra Surabaya , 2012) hlm 21-22
3
serta memerintahkan manusia untuk menjaga kehormatan, tertuang dalam Al-Qur’an,
Hadits, serta dalam kaidah-kaidah fiqih dan ushul fiqih.
Bagi umat Islam, pemahaman tentang pornografi harus mengacu kepada hukum Islam.
Perbuatan apapun yang mengandung unsur membuka, memamerkan, dan
memperlihatkan aurat, sehingga dapat melecehkan kehormatan, apalagi dapat
mendekatkan kepada perbuatan zina, hukumnya adalah dilarang (haram). Tentu saja,
ada beberapa perkecualian dalam hal hal tertentu, dalam arti, aurat bisa diperlihatkan
untuk kepentingan yang lebih besar. Misalnya, untuk kepentingan kesehatan dan ilmu
kedokteran.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pornografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata, porne dan
graphein. Porne berarti ”gadis liar, nakal, pelacur, penjaja seks (a prostiute)”, dan
Graphein berarti ”tulisan, gambar, ungkapan dan sebagainya.” Awal mulanya saat itu
ditemukannya penemuan sejumlah lukisan yang bermuatan seksual yang salah satu
menonjol adalah sebuah gambaran tentang tempat pelacuran yang mengiklankan
berbagai layanan seksual dalam dinding di atas beberapa pintu yang ditemukan di
sana. pada saat itu orang pun bisa menjumpai dengan mudah suatu gambar alat
kelamin laki-laki yang terdapat disisi jalan untuk memperlihatkan arah tempat
pelacuran disana, karena pada masa itu gambar atau tulisan tentang alat vital adalah
hal yang biasa dan tidak ada peraturan khusus yang melarang tindaka tersebut.
Dalam KBBI maksud dari Pornografi disini yaitu penggambaran tingkah laku secara
erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi dan pengertian
lainnya bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk
membangkitkan nafsu birahi dalam seks.3
1. H.B Yassin , pornografi adalah setiap tulisan atau gambar yang ditulis atau
digambar dengan maksud sengaja untuk merangsang seksual. Pornografi
membikin fantasi pembaca menjadi bersayap dan ngelayap ke daerah-daerah
kelaminan yang menyebabkan syahwat berkobar-kobar.
2. Muhammad Said, pornografi adalah segala apa saja yang dengan sengaja
disajikan dengan maksud untuk merangsang nafsu seks orang banyak. Ia bisa
berupa penulisan atau peragaan bagian-bagian tertentu tubuh manusia, bisa
juga berupa penggambaran adegan yang bersifat intim dalam kehidupan
seksual manusia.
3. Ade Armando, pakar komunikasi dari UI menyebutkan, bahwa definisi
pornografi adalah suatu tayangan atau tulisan yang bisa menimbulkan
rangsangan seks.
4. Mantan Hakim Agung Bismar Siregar berpendapat, pornografi dan
pornoaksi adalah segala perbuatan yang nyaris mendekati zina.
6
menonjolkan sensualitas dan atau seksualitas, serta segala bentuk perilaku
seksual dan hubungan seks manusia yang patut diduga menimbulkan
rangsangan nafsu berahi pada orang lain.6
4. MUI atau Departemen Agama; "Pornografi adalah ungkapan visualisasi dan
verbalisasi melalui media komunikasi massa tentang perlakuan/perbuatan laki-laki
dan/atau perempuan dalam keadaan memberi kesan telanjang bulat, dilihat dari
depan, samping, atau belakang. Penonjolan close up alat-alat vital, payudara atau
pinggul, baik dengan atau tanpa penutup, ciuman merangsang antara pasangan
sejenis ataupun berlainan jenis, gerakan atau bunyi suara dan/atau desah yang
memberi kesan persenggamaan, gerakan masturbasi, lesbian, homo, atau oral seks
yang bertujuan untuk membangkitkan nafsu seksual.
Sehingga dari berbagai macam bentuk perspektif atau sudut pandang baik didalam sudut
pandang aturan yang mengatur maupun dari perspektif berbagai ahli maka dapat
disimpulkan bahwa Pornografi merupakan segala sesuatu, baik tulisan, gambar, hingga
audio atau suara yang dapat membangkitkan nafsu birahi orang yang melihat, membaca
atau pun yang mendengarnya.
Unsur tampak atau wujud pornografi dapat dikatakan juga sebagai objek pornografi.
Wujud pornografi menurut UU Pornografi Nomor 44 Tahun 2008 telah diperluas
sedemkian rupa, sehingga termasuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara,
bunyi, gambar bergerak,animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi. Diluar wujud yang disebutkan
dalam batasan pornografi tersebut, masih mungkin ada wujud lain yang belum
disebutkan oleh UU Pornografi Nomor 44 Tahun 2008, yang pada masa yang akan
datang bisa terjadi. UU Pornografi Nomor 44 Tahun 2008 memberi hak dan peluang
pada hakim untuk menetapkan sendiri jika ternyata ada wujud pornografi yang lain
diluar yang disebutkan dalam rumusan. Dapat dilakukan oleh hakim, karena batasan
6
Ungkapan di Pikiran Rakyat Cyber Media, Kaburnya Batasan Pornografi, Kamis, 01 Mei 2003.
7
pornografi dibuat secara terbuka dengan mencantumkan frasa “atau bentuk pesan
lainnya” dalam rumusan
Di dalam tampakan atau wujud pornografi mengandung 3 sifat. Tiga sifat yang
melekat yang tidak terpisahkan dengan wujud pornografi. Sifat tersebut ialah:
1. Memuat kecabulan;
2. Memuat eksploitasi seksual; dan
3. Melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.
Apabila dalam suatu kasus suatu kasus yang diusung jaksa ke sidang pengadilan,
ternyata salah satu sifat tersebut tidak ada dalam benda pornografi yang didakwakan,
maka ketiadaan sifat tersebut menjadi alasan peniadaan pidana
Sifat pertama, Kecabulan yaitu sifat asal katanya cabul yang artinya keji dan kotor,
tidak senonoh, jorok, jijik atau menjijikkan, muak atau memuakkan dengan kata
apapun yang menggambarkan suatu yang buruk, jahat, memalukan dan perlu
dihindari. Ukuran sesuatu wujud kecabulan seperti subuah foto telanjang diukur dari
nilai-nilai (disebut nilai kesusilaan) yang hidup dalam masyarakat. Diakui atau ditolak,
bahwa kenyataannya ada nilai-nilai kesusilaan yang hidup dan dipatuhi oleh
masyarakat. Dapat ditangkap dan diterima oleh akal manusia. Hanya manusia yang
berakal saja yang mampu menangkap, mengerti dan merasakan adanya nilai - nilai
kesusilaan dalam masyarakat. Hanya manusia yang berakal dan berakhlak saja yang
dapat menghormati dan patuh pada nilai-nilai kesusilaan umum tersebut. Akal dan
akhlak adalah syarat yang diperlukan untuk menegakkan nilai- nilai moral kesusilaan
dalam masyarakat, kecabulan pada pornografi terletak dan disebabkan oleh
penampakannya sehingga faktor penyebabnya terjadi dari cara penyajiannya atau hasil
penyajiannya.
1. Media audio (dengar). Yang termasuk dalam kategori ini diantaranya siaran
radio, kaset, CD, telepon, ragam media audio lain yang dapatdiakses di internet
b) Program radio dimana penyiar atau pendengar berbicara dengan gaya mesum
3. Media visual (pandang) seperti koran, majalah, tabloid, buku (karya sastra, novel
popular, buku non-fiksi) komik, iklan billboard, lukisan, foto atau bahkan media
permainan seperti kartu:
a) berita, cerita atau artikel yang menggambarkan aktivitas seks secara terperinci
atau yang memang dibuat dengan cara yang demikian rupa untuk merangsang
hasrat seksual pembaca.
b) gambar, foto adegan seks atau artis yang tampil dengan gaya yang dapat
membangkitkan daya tarik seksual
7
Miriam L. Campanella, Transition to a Global Society dalam Abdul Wahid dan Mohammad Labib, 2005,
Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), Bandung: PT Refika Aditama, hal 6
9
c) fiksi atau komik yang mengisahkan atau menggambarkan adegan seksual
dengan cara yang sedemikian rupa sehingga membangkitkan hasrat seksual.
Ahli bedah otak dari University of Texas yang bernama Donald Hilton Junior
mengatakan otak yang rusak akibat pornografi memperlihatkan kerusakan yang
sama dengan otak yang rusak akibat kecelakaan selain itu kecanduan pornografi
juga dapat membuat otak bagian tengah depan (ventral tegmental area) mengecil
atau menyusut. Penyusutan sel otak yang memproduksi dopamine atau zat kimia
pemicu rasa senang itu dapat mengacaukan kerja neutotransmitter atau pengirim
pesan. Selain itu, kekacauan tersebut akan menimbulkan turunnya self-control
dalam diri seseorang. Dampak yang terjadi atau timbulkan akibat Pornografi
tersebut yaitu :
2) Membentuk sikap, nilai dan perilaku yang negative. Beragam adegan seksual,
dapat terganggu proses pendidikan seksnya. Hal itu dapat diketahui dari cara
mereka memandang wanita,kejahatan seksual, hubungan seksual, dan seks
pada umumnya. Remajatersebut akan berkembang menjadi pribadi yang
merendahkan wanita secaraseksual, memandang seks bebas sebagai perilaku
normal dan alami, permisifterhadap perkosaan, bahkan cenderung mengidap
berbagai penyimpanganseksual.
10
mengalami shock dan disorientasi (kehilanganpandangan) terhadap jati diri
mereka sendiri bahwa sebenarnya mereka masih remaja.
4) Tertutup, minder dan tidak percaya diri Remaja pecandu pornografi yang
mendapat dukungan temantemannyasesama penggemar pornografi, akan
terdorong menjadi pribadi yang permisif(memandang maklum) terhadap seks
bebas dan mereka melakukan praktekseks bebas di luar pantauan orang tua.
Sedangkan remaja pecandu pornografiyang dikelilingi oleh teman-teman yang
terbimbing dan bebas dari pornografi,akan cenderung merasa minder dan tidak
percaya diri. Karena kebiasaannyaini, remaja merasa sebagai pribadi yang aneh
dan berbeda perilakunya, danseiring bertambahnya pengetahuan
keagamaannya ia akan merasa paling berdosa.
A. Hukum Positif
Ditinjau dari hukum positif UU tentang Pornpgrafi itu sendiri secara khusus (lex
specialis) diatur dalam UU Pidana Khusus yaitu Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2008 tentang Pornografi.
11
menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi
yang secara eksplisit memuat:
sebagai berikut:
Dan mengenai Delik diatur dalam Buku II KUHP Bab XIV terdapat tiga buah
pasal yang langsung dan tidak langsung berkaitan dengan delik pornografi, yaitu
larangan dan hukuman diatur dalam Pasal 281, Pasal 282 dan Pasal 283.
8
Neng Djubaedah, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi (Perspektif Negara Hukum
Berdasarkan Pancasila), hlm. 22.
12
Sedangkan di Buku III KUHP terdapat pula delik pornografi lainnya yaitu pada
Bab pelanggaran kesusilaan (Bab XIV) yaitu Pasal 532, Pasal 533, Pasal 534 dan
Pasal 535 KUHP.
B. Hukum Islam
Dalam Hukum Islam itu sendiri sangat jelas larangan mengenai tindakan
pornografi ini , dimana di dalam Islam melarang seseorang untuk dengan sengaja
melihat atau memperlihatkan aurat (tabarruj), mendekati atau mendekatkan diri
pada perbuatan zina (qurb az-zinā), serta memerintahkan manusia untuk menjaga
kehormatan, tertuang dalam Al-Qur’an, Hadits, serta dalam kaidah-kaidah fiqih
dan ushul fiqih. Salah satu diantara dalil Al-Qur’an dan Al-Hadist yang berkaitan
dengan dilarangnya pornografi tertuang dalam
“Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.”10
9
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
10
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010) hlm 73.
13
kearah perbuatan zina, adalah dilarang dalam Islam, dan salah satunya adalah
pornografi.
Dalam hukum islam tindak pidana disebut Jarimah dan Jinayah yang dimana
secara etimologi diartika sebagai melukai, berbuat dosa dan kesalahan. Dan secara
terminologis jarimah dalam syari’ah Islam yaitu larangan – larangan yang
diancam oleh Allah SWT dengan hukuman had atau ta’zir, seperti apabila orang
melakukan zina akan dicambuk 100 kali, sehingga dalam hal ini di hukuman di
dalam Hukum Islam akan mendapat dosa dari Allah SWT dan selain itu juga pada
hukum ta’zir hakim mendapat wewenang secara khusus dalam menentukan
hukman dari tindak pidana pornografi tersebut.11
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Seperti yang kita ketahui masalah pornografi adalah masalah lama yang sampai
saat ini memerlukan penanggulangan KUHP yang ada, sekarang telah mengatur
pornografi namun belum dapat menanggulangi permasalahan tersebut hal ini
terlihat dari semakin maraknya pornografi bahkan lebih memprihatinkan dan
dampaknya pun semakin nyata.
3.2 Saran
11
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010) hlm 73.
14
Keresahan hingga dampak yang ditimbulkan mengenai Pornografi membuat
pemerintah telah memberikan kebijakan dan tindakan baik mengenai Pornografi
ini. Dalam aturannya Pornografi ini memiliki undang – undang tersebendiri dalam
tindak pidananya (lex specialis) yaitu Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2008
tentan Pornografi. Namun dalam perkembangannya terutama Tekhnologi
memunculkan berbagai macam tindakan asusila terutama online. Sehingga
menurut saya :
15
DAFTAR PUSTAKA
KBBI “Pornografi”
16