Anda di halaman 1dari 16

Pendidikan Islam Masa Khulafaur Rasyidin

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Irfan Ahmad Zain, M.Pd

Disusun oleh:
Miptah Subhan (2200040065)
Muhamad Akbar Komarudin (2200040067)

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NON-REGULER


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Pendidikan Masa Abu Bakar Al Shiddiq ........................................................ 3
B. Pendidikan Islam Masa Umar bin Khattab ..................................................... 6
C. Pendidikan Islam Masa Utsman bin Affan ..................................................... 9
D. Pendidikan Islam Masa Ali bin Abi Thalib .................................................. 11
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... ii

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah merupakan suatu hal yang paling utama bagi suatu negara,
karena maju dan terbelakangnya suatu negara tercermin dari tinggi dan rendahnya
tingkat pendidikan warga negaranya. Salah satu bentuk pendidikan yang berfungsi
inovatif dan kreatif terhadap pemeluknya adalah pendidikan Islam. Pendidikan Islam
bersumber kepada Alquran dan Sunnah membentuk manusia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Allah SWT (Aminah, 2015:52).
Jika kita kaji prinsip-prinsip pendidikan Islam, tujuan ayat pertama dari surat Al-
‘Alaq yang turun di Gua Hira kepada Rasulullah SAW. Adalah merupakan pertanda
bangkitnya suatu peradaban baru di atas permukaan bumi ini (Aminah, 2015:52).
Ayat teresebut menyuruh manusia untuk “membaca”. Di satu pihak “membaca”
melibatkan proses mental yang tinggi, melibatkan proses pengenalan (cognition),
ingatan (memory), pengamatan (perception), pengucapan (verbalization), pemikiran
(reasoning), daya kreasi (creativity) di samping proses fisiologi (Langgulung, 1985:8).
Dengan demikian, membaca ditinjau dari segi psikologis, melibatkan keseluruhan
struktur mental manusia sebagai seorang individu, di samping itu “membaca” itu
mempunyai aspek sosial.
Nabi Muhammad SAW. wafat (632) tanpa meninggalkan wasiat tentang
penggantinya. Sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani
Sa’idah, Madinah, untuk bermusyawarah tentang tokoh yang akan menjadi pemimpin.
Masing-masing pihak merasa berhak menjadi pemimpin Islam. Dalam semangat
persaudaraan dan musyawarah, Abu Bakar terpilih, lalu dibai’at menjadi khalifah.
Sebagai khalifah penggantinya, Abu Bakar kemudian menetapkan Umar Ibnu Khattab
dalam musyawarah tokoh Islam ketika itu (Armando, 2001:8).

1
Dengan demikian beliau berhasil menghindari pertikaian di kalangan umat
Islam. Pendidikan Islam berlanjut pada masa Utsman Ibnu Affan dan Ali Ibnu Abi
Thalib, seluruh dasar-dasarnya telah dipancangkan oleh Rasulullah SAW. diikuti
generasi berikutnya berkesinambungan.
Masa keempat sahabat itu disebut dengan khulafau al rasyidin. Pada masa tersebut
memiliki corak dan ragam bentuk dalam pembinaannya termasuk dalam aspek
pendidikan. Maka dalam hal ini, perlu diketahui dan dikaji tentang peradaban atau
sejarah pendidikan pada masa khulafau al rasyidin sebagai bahan pelajaran nagi setiap
manusia agar bisa memajukan pendidikan Agama Islam di zaman sekarang dan yang
akan datang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut
1. Bagaimana pendidikan Islam masa Abu Bakar al Shidiq ?
2. Bagaimana pendidikan Islam masa Umar bin Khattab ?
3. Bagaimana pendidikan Islam masa Utsman bin Affan ?
4. Bagaimana pendidikan Islam masa Ali bin Abi Thalib ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan sebagai
berikut :
A. Mendeskripsikan pendidikan Islam masa Abu Bakar al Shidiq
B. Mendeskripsikan pendidikan Islam masa Umar bin Khattab
C. Mendeskripsikan pendidikan Islam masa Utsman bin Affan
D. Mendeskripsikan pendidikan Islam masa Ali bin Abi Thalib

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Masa Abu Bakar Al Shiddiq


Khalifah Islam pertama yang dilantik oleh seluruh komunitas muslim
sepeninggal Nabi Muhammad dan ia berjuang mengkonsolidasikan kekuatan Islam di
Arabia, Ia adalah kalangan bangsawan Mekkah yang kaya raya dan sebagai orang
kedua yang memeluk Islam setelah Khadijah. Ia menemani Nabi dalam perjalanan
hijrah ke Madinah. Ia merupakan sahabat terdekat Nabi Muhammad yang kesetiaannya
terhadap Nabi tidak pernah berkurang sedikitpun, dan keimanannya terhadap dakwah
Nabi tidak pernah sedikitpun goyah, karenanya dikenal al-shiddiq (penuh kepercayaan)
(Gasse, 1999:7).
Ketika Rasulullah SAW. hendak wafat, beliau menunjuk Abu Bakar untuk
menggantikannya menjadi imam shalat, sebab shalat merupakan satu kegiatan agama
yang terpenting (Khaldun, 2000:250). Umar bin Khattab berkata: “Abu Bakar,
bukankah Nabi sudah menyuruhmu, supaya Engkaulah yang memimpin Muslimin
Bersembahyang? Engkaulah penggantinya (khalifah) kami akan mengikrarkan orang
yang disukai oleh Rasulullah di antara kita semua ini,” Ikrar ini disebut “Ikrar Saqifa”
(Haekal, 1994:582).
Kata-kata ini sangat menyentuh hati Muslimin yang hadir. Pihak Muhajirin
datang memberikan ikrar, kemudian pihak Anshar juga memberikan ikrarnya. Kalimat-
kalimat indah yang diucapkan Abu Bakar pertama kali di atas mimbar setelah
Rasulullah SAW. wafat adalah: “Hai Kaum Muslimin, saya telah diangkat sebagai
pemimpin kalian, tetapi itu tidak berarti bahwa saya adalah yang terbaik di antara
kalian. Maka jika saya benar, bantulah, dan jika saya salah, betulkanlah ! Ingatlah,
orang yang lemah di antara kalian menjadi kuat di sisiku, hingga saya serahkan haknya
kepadanya ! Dan ingatlah, orang yang kuat diantara kalian menjadi lemah di sisiku,
hingga saya ambil yang bukan haknya daripadanya. “Taatilah saya selama saya

3
mentaati Allah dan Rasul-Nya ! Dan jika saya tiadak taat, maka tiada keharusan bagi
kalian untuk mentaatiku !” (Khalid, 1994:94).
Dalam hal ini ada interaksi pendidikan yang terjadi antara Abu Bakar sebagai
pendidik dan kaum Muslimin sebagai peserta didiknya, dengan materi utama adalah
kejujuran, amanah dalam memimpin, dan hanya Allah dan Rasul harus ditaati dan
pemimpin yang taat kepada Allah dan Rasul yang ditaati (Aminah, 2015:35).
Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan, masa
pemerintahan Abu Bakar sangat singkat (632-634) tetapi sangat penting. Dia terutama
berperan melawan Riddah (kemurtadan) ketika beberapa suku mencoba melepaskan
diri dari umat dan menegaskan lagi kemerdekaan mereka. Pemberontakan yang terjadi
benar-benar murni Politis dan Ekonomis. (Aminah, 2015:35). Orang yang mengaku
sebagai Nabi dan orang-orang yang enggan membayar pajak. Abu Bakar memusatkan
perhatian untuk memerangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan
mempengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah imannya. Dikirimlah pasukan ke
Yamamah, dalam penumpasan ini banyak umat Islam yang gugur, terdiri dari para
sahabat Rasulullah dan hafidz Alquran (Nizar, 2009:45). Karena itu Umar ibn Khattab
menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat Alquran.
Realisasinya diutusnya Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan Alquran.
Lembaga pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti lembaga pendidikan
pada masa Nabi Muhammad SAW, namun dari segi kuantitas maupun kualitas sudah
banyak mengalami perkembangan. a) Kutab. Pada masa Abu Bakar lembaga
pendidikan Kutab mencapai tingkat kemajuan yang berarti. Kemajuan lembaga Kutab
ini terjadi ketika masyarakat muslim telah menaklukkan beberapa daerah dan menjalin
kontak dengan bangsa-bangsa yang telah maju. b) Masjid merupakan lembaga
pendidikan lanjutan setelah anak tamat belajar pada kutab. Di masjid ini ada dua
tingkatan, yaitu tingkat menengah dan tingkat tinggi. Yang membedakan antara kedua
tingkatan tersebut adalah tingkat menengah, gurunya belum mencapai status ulama
besar, sedangkan pada tingkat tinggi, para pengajarnya adalah ulama yang memiliki

4
pengetahuan yang mendalam dan integritas kesalehan dan kealiman yang diakui oleh
masyarakat (Erfinawati, 2019:34)
Materi pendidikan. Materi pendidikan yang diajarkan pada Kutab adalah; (1)
membaca dan menulis, (2) membaca Al-Qur‟an dan menghafalnya, (3) Pendidikan
keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah, (4)
Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul
dalam masyarakat, dan lain sebagainya, (5) Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat,
puasa dan haji, (6) Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak gerik dalam shalat
merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani (Mahmud Yunus, 1989:18).
Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi adalah: (1) Al-Qur‟an
dan tafsirnya, (2) Hadits dan syarahnya, dan (3) Fiqih (tasyri’). (Erfinawati, 2019:35)
Pada sumber lain, materi pendidikan Islam pada masa ini terdiri dari pendidikan
tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan (Aminah, 2015:35).
1. Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib
disembah adalah Allah.
2. Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga,
bergaul dalam masyarakat, dan lain sebagainya. Pendidikan ibadah seperti
pelaksanaan shalat, puasa dan haji.
3. Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak gerik dalam shalat merupakan
didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.
Maka penulis berpendapat bahwa materi pendidikan yang paling utama adalah
keimanan apalagi menghadapi orang-orang yang riddah, dalam hal ini Alquran
menjelaskan bahwa yang memberikan Hidayah adalah Allah QS. 28: 56, Rasul
uswatun hasanah QS. 33 : 21, adalah merupakan pendidikan akhlak, selanjutnya QS.
31 : 13-17 berisi tentang nasehat Luqman kepada anaknya untuk : bertauhid, berbuat
baik kepada orang tua, melaksanakan shalat, amar ma’ruf nahi munkar, bersabar
terhadap apa yang menimpa.

5
Berdasarkan urain di atas, penulis berkesimpulan bahwa pelaksanaan
pendidikan Islam pada masa Abu Bakar adalah sama dengan pendidikan Islam yang
dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun lembaga pendidikanya, karena Abu
Bakar termasuk sahabat terdekat yang hidup sezaman dengan Nabi. Masa
pemerintahan Abu Bakar tidak lama, tapi beliau telah berhasil memberikan dasar-dasar
kekuatan bagi perjuangan perluasan dakwah dan pendidikan Islam.
B. Pendidikan Islam Masa Umar bin Khattab
Umar bin Khatab lahir pada tahun 513 M pada sebuah keluarga suku Quraisy. Ia
semula dipanggil dengan gelar Abu Hafs. Setelah memeluk Islam menerima gelar
alfaruq. Pada masa mudanya umar adalah seorang pegulat dan orator ulung. Ia
merupakan satu-satunya sahabat yang telah mengenal baca tulis. Berdagang adalah
usahanya yang paling utama (Ali, 2003: 150).
Umar merupakan satu diantara tokoh-tokoh besar dalam sejarah Islam. Ia terkenal
dengan tekad dan kehendaknya yang sangat kuat, cekatan, dan karakternya yang
berterus terang, bebelum menjadi khalifah dikenal sebagai pribadi yang keras dan tidak
mengenal kompromi dan bahkan kejam. Di bawah pemerintahannya imperium Islam
meluas dengan kecepatan yang luar biasa. Dapat dikatakan bahwa orang yang terbesar
pengaruhnya setelah Nabi dalam membentuk pemerintahan Islam dan menegaskan
coraknya adalah Umar bin Khattab (Glasse, 2002)
Umar bin Khatab radhīyallāhu ‘anhu menjadi Khalifah untuk menggantikan Abu
Bakar radhīyallāhu ‘anhu yang telah wafat. Beliau ditunjuk atas dasar usulan dari
Khalifah Abu Bakar radhīyallāhu ‘anhu yang disampaikan pada saat bermusyawarah
bersama tokoh Umat Islam pada waktu itu, dimana pada saat itu beliau dalam keadaan
sakit. Alasan dipilihnya Umar bin Khatab radhīyallāhu ‘anhu adalah karena umat Islam
segan dan hormat kepada beliau karena sifat-sifat terpujinya yang layak untuk menjadi
teladan bagi umat Islam. Selain itu, beliau merupakan sahabat senior dan memiliki
kemampuan serta kebijaksanaan dalam memimpin negara (Ihsan, 2020:119).
Pola pendidikan untuk anak pada zaman Khalifah Umar mulai tertata, beliau
membangun tempat khusus untuk menuntut ilmu bagi anak-anak di setiap sudut-sudut

6
masjid. Penataan ini menginspirasi terbentuknya pendidikan anak saat ini lebih dikenal
dengan berbagai istilah, seperti Taman Pendidikan al-Qur’an dan Taman Pendidikan
Raudhatul Athfal. Berdasarkan hal tersebut, Khalifah Umar bin Khatab radhīyallāhu
‘anhu dapat dikatakan sebagai ‘Bapak Ilmu Taman Kanak-Kanak‛ (Ihsan, 2020:119)
Pada masa pemerintahan Umar kondisi negara sudah stabil, jadi Umar dapat
memusatkan perhatiannya dalam masalah-masalah kenegaraan yang lain termasuk
pendidikan. Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar ibnu Khatab
merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota
Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar pasar, serta
mengangkat guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan. Mereka bertugas
mengajarkan isi Alquran, fiqih, dan ajaran Islam lainnya kepada penduduk yang baru
masuk Islam (Ihsan, 2020:119).
Pada masanya Umar sangat memperhatikan masalah pendidikan dan menambah
materi pelajaran. Pada masa Umar kaum muslimin sudah mulai mempelajari bahasa-
bahasa Asing seperti bahasa Persia, Romawi, dan bahasa lain yang dianggap perlu
waktu itu, karena pengajaran bahasa asing pada waktu itu menjadi hal yang sangat
dipentingkan mengingat daerah kekuasaan Islam sudah berada di luar jazirah Arab.
Jadi dapat disimpulkan bahwa suhu politik negara pada waktu itu cukup stabil, kondisi
ini memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan Islam pada masa ini.
pelaksanaan kependidikan pada masa Umar bin Khattab tidak jauh dengan Nabi saw.
Namun disana sini terdapat beberapa perkembangan dearah lebih maju sesuai dengan
situasai dan kondisinya, tapi perkembangan itu tidak melunturkan dasar-dasar
pendidikan yang dilaksanakan pada masa Nabi saw Selain itu juga pusat pendidikan
Islam terdapat pada madrasah yaitu:
1. Madrasah Makkah
Guru pertama yang mengajar di Makkah, setelah penduduk Makkah takluk,
ialah mu’az bin zabal. Ialah yang mengajarkan Al-Qur’an dan mana yang halal
dan haram. Pada masa khlaifah Abdul Malik bin Marwan Abdullah bin Abbas
pergi ke Mekkah, lalu mengajar di sana masjidil Haram. Ia mengajarkan tafsir,

7
fiqhi dan sastera. Abdullah bin Abbaslah pembangunan madrasah Makkah,
yang termasyhur seluruh negara Islam.
2. Madrasah Madinah
Madrasah Madinah lebih termasyhur dan lebih dalam ilmunya, karena
disanalah tempatkhalifah : Abu Bakar, Umar dan Usman, disana banyak tinggal
sahabat-sahabat Nabi SAW. Ulama termasyhur di Madinah ialah : Umar bin
Khattab, Ali bin Abu Thalib, Zaid bin Sabit, dan Abdullah bin Umar bin
Khattab.
3. Madrasah Basrah
Ulama sahabat yang termasyhur di Basrah ialah Abu Musa Al-Asy’ari
dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-Asyari adalah ahli fiqhi dan ahli Hadis,
serta ahli Qur’an. Sedangkan Anas malik lebih termashyur dalam hadis.
Kemudian madrasah Basrah itu melahitrkan Al-Hasan Basry dan ibnu Sirin
pada masa Umaiyah. Hasan Basry adalah ulama besar, berbudi tinggi, saleh
serta fasih lidahnya ia sangat berani-mengeluarkan pendapatnya.
4. Madrasah Kuffah
Ulama sahabat yang tinggal di Kuffah ialah Ali bin Abu Thalib dan
Abdullah bin Mas’ud. Pekerjaan Ali di Irak, ialah soal politik dan urusan
peperangan. Sedangkan Ibnu Mas’ud mengajarkan Al-Qur’an dan ilmu agama.
Ibnu Mas’ud diutus oleh Umar bin Khattab ke kufah untuk menjadi guru. Ia
ahli tafsir dan ahli fiqhi, bahkan ia meriwayatkan hadis-hadis Nabi SAW.
5. Madrasah Damsyik (Syam)
Setelah Syam (syria) menjadi sebagian negara Islam dan penduduknya
banyak memeluk agama islam, maka Umar bin Khattab mengirimkan tiga guru
agama ke negeri itu, yaitu : Mu’az bin Jabal, Ubadah dan Abud Dardak. Ketiga
guru itu mendirikan madrasah Agama di Syam. Mereka mengajarkan Al-
Qur’an dan ilmu agama di negeri Syam pada tiga tempat, yaitu Abud-Dardak
di Damasyik, Mu’az bin Jabal di Palestina dan Ubadah Hims. Kemudian
mereka digantikan oelh murid-muridnya, tabi’in seperti seperti Abu Idris

8
AlKhailany, Makhul Ad-Dimasyki, Umar bin Abdul Aziz dan Razak bin
Haiwah. Akhirnya madrasah itu melahirkan Imam penduduk Syam, yaitu
Abdurrahman Al Auza’iy yang sederajat ilmunya dengan iamam Malik dan
Abu-hanifah. Mazhabnya tersebar di Syam sampai ke Magrib dan Andalusia.
Tetapi kemudain mazhabnya itu lenyab,karena besar pengaruh mazhab Syafi’i.
6. Madrasah Fistat (Mesir)
Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu agama.
ulama yang mulamula mendirikan madrasah di mesir ialah Abdullah bin ‘Amr
bin Al-‘As, yaitu di Fistat (Mesir lama). ia ahli hadis dengan arti kata
sebenarnya (Rakhan, 2018:154).
Wilayah Kekhalifahan yang semakin luas mendorong pertumbuhan kegiatan
pendidikan Islam yang intensif. Semangat umat Islam, baik yang baru maupun yang
sudah lebih dahulu menganut agama Islam, semakin besar untuk memperoleh ilmu ke-
Islaman dari para sahabat Nabi, sehingga mobilitas para penuntut ilmu ke Madinah
semakin lama semakin meningkat (Saufi & Fadillah, 2015). Fenomena ini mulai
melahirkan pembidangan disiplin ilmu keagamaan yang bermanfaat dalam
perkembangan pendidikan bagi umat Islam yaitu pengajaran bahasa arab (Nugraha,
2019). Bidang pengajaran ini muncul karena orang yang baru masuk Islam dari daerah
yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami
pengetahuan Islam (Ihsan, 2020:120)
C. Pendidikan Islam Masa Utsman bin Affan
Pada masa kholifah Utsman bin affan, pelaksanaan pendidikan islam tidak jauh
berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa hanya melanjutkan yang telah
ada. namun ada sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan islam. Para
sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak di perbolehkan
meninggalkan Madinah di masa Umar, di beri kelonggaran untuk keluar daan menetap
di daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan
pendidikan di daerah-daerah. Sehingga para peserta didik lebih mudah dalam menuntut
dan belajar ilmu.

9
Kholifah utsman sudah merasa cukup dengan pendidikan yang ada, namun
begitu ada usaha yang cemerlang yang telah terjadi di masa ini yang berpengaruh bagi
pendidikan islam, yaitu mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al quran. Penyalinan ini
terjadi karena adanya perselisihan dalam bacaan.berdasarkan hal ini, kholifah Utsman
memerintah kepada tim untuk penyalinan tersebut, adapun tim tersebut adalah Zaid bin
tsabit,Abdullah bin zubair, Zaid bin as dan Abdurrahman bin harits.
Bila terjadi pertikaian bacaan,maka harus di ambil pedoman kepada dialeg suku
quraisy, sebab Al Quran ini di turunkan menurut dialek mereka sesuai dengan lisan
quraisy. Zaid bin tsabit bukanlah orang quraisy ,sedangkan ketiganya adalah orang
quraisy.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini di serahkan pada umat itu
sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para
pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan
Allah.
Adapun objek pendidikan pada masa itu terdiri dari: Orang dewasa dan atau
Anak- anak yang baru masuk Islam. Baik orang tuanya telah lama memeluk Islam
ataupun yang baru memeluk Islam Orang dewasa dan atau orang tua yang telah lama
memeluk Islam Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas
dan mendalaminya, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin dilakukan
dengan cara menyamaratakan semua objek tetapi harus diadakan pengklasifikasian
yang rapi dan sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan dari
peserta didiknya (Ramayulis 2012).
Metode yang digunakan adalah:
1. Golongan pertama menggunakan metode ceramah dengan mengemukakan contoh
–contoh dan peragaan, seperti Shalat,Wudhu dan sebagainya.
2. Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan.
3. Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, 10anya jawab.
4. Golongan keempat menggunakan metode pengajaran pada golongan ini lebih
bersifat pematangan dan pendalaman Mata pelajaran yang di berikan.

10
Ada 3 fase dalam pendidikan dan pengajarannya:
a. Fase pembinaan ; memberikan kesempatan agar terdidik memperoleh kemantapan
iman.
b. Fase pendidikan : ditekankan pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud .agar mereka
dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik- baiknya
dalam kehidupan sehari- hari.
c. Fase pembelajaran: ada pelajaran –pelajaran lain yang diberikan untuk penunjang
pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab dengan tata
bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa. (Baharudin, 2011)
Pada masa kholifah Utsman bin affan tidak banyak terjadi perkembangan kalau
dibandingkan dengan masa kekhalifahan umar bin khattab,sebab pada masa kholifah
utsman urusan pendidikan di serahkan pada rakyat. Dan apabila di lihat dari segi
kondisi pemerintahan utsman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai
akibat ketidasenangan mereka terhadap kebijakan utsman yang mengangkat
kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.
D. Pendidikan Islam Masa Ali bin Abi Thalib
Dari sejak awal kekuasaannya kekhalifahan Ali selalu diselimuti
pemberontakan, salah satunya peperangan dengan Aisyah (istri Nabi) bersama Talhah
dan Abdullah bin Zubair yang berambisi menduduki jabatan khalifah, peperangan
diantara mereka disebut dengan perang Jamal (Unta) karena Aishyah menggunakan
kendaraan unta (Nizar,2008).
Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain
sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan
kedamaian. Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk
menggulingkan kekuasaan Ali, Ali terpaksa harus menghadapi peperangan lagi
melawan Muawiyah dan pendukungnya yang terjadi perang Shiffin. Tentara Ali sudah
hampir pasti dapat mengalahkan tentara Muawiyah, akhirnya Muawiyah mengambil
siasat untuk mengadakan takhim, penyelesaian dengan adil dan damai. Semula Ali
menolak, tetapi atas desakan sebagian tentaranya ia menerima juga, namun takhim

11
malah menimbulkan kekacauan Karena Muawiyah bersifat curang. Dengan takhim
Muawiyah berhasil mengalahkan Ali dan akhirnya mendirikan pemerintah tandingan
di Damaskus.
Sementara itu sebagian tentara Ali menentang keputusan dengan cara takhim
karena tidak setuju mereka meninggalkan Ali, mereka membentuk kelompok sendiri
sebagai kelompok Khawarij, Golongan ini selalu merongrong kewibawaan kekuasaan
Ali sampai akhirnya beliau mati terbunuh seperti yang dialami Utsman.
Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa,kegiatan pendidikan islam
mendapat hambatan dan gangguan, pada saat itu Ali tidak sempat memikirkan masalah
pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya di tumpahkan pada masalah keamanan dan
kedamaian bagi masyarakat islam. Dengan demikian, pola pendidikan pada masa
khulafaur rasyidin tidak jauh beda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran
baca tulis dan ajaran-ajaran islam yang bersumber pada al-qur’an dan hadis Nabi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada zaman empat
khalifah belum berkembang seperti masa-masa sesudahnya, pelaksananya tidak jauh
berbeda dengan masa nabi yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-
ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist nabi, hal ini disebabkan oleh
kosentrasi umat Islam dan terjadinya pergolakan politik, khususnya dimasa Ali bin Abi
Thalib.
Pada masa pemerintahan yang tidak stabil selama enam tahun ini pendidikan
islam mendapat hambatan dikarenakan khalifah sendiri tidak sempat memikirkannya
terlalu sibuk untuk menyelesaikan permasalah politik dan pemberontakan yang
disebabkan oleh kebijakan Khalifah yang memecat gubernur-gubernur yang diangkat
oleh khalifah sebelumnya namun kebijakan tersebut ditolak dan bahkan banyak yang
tidak mengakui kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Dengan begitu, berarti pola
pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya yang sudah berjalan.

12
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan pendidikan Islam pada masa Abu Bakar adalah sama dengan
pendidikan Islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun
lembaga pendidikanya, karena Abu Bakar termasuk sahabat terdekat yang
hidup sezaman dengan Nabi. Masa pemerintahan Abu Bakar tidak lama, tapi
beliau telah berhasil memberikan dasar-dasar kekuatan bagi perjuangan
perluasan dakwah dan pendidikan Islam.
2. Pendidikan Islam pada masa Umar bin Khattab sudah mulai menyebar ke
berbagai tempat, seperti Mesir, Basrah, Kuffah, Syam dan yang lainnya. Pada
masa Umar juga kaum muslimin sudah mulai mempelajari bahasa-bahasa
Asing seperti bahasa Persia, Romawi, dan bahasa lain yang dianggap perlu
waktu itu, karena pengajaran bahasa asing pada waktu itu menjadi hal yang
sangat dipentingkan mengingat daerah kekuasaan Islam sudah berada di luar
jazirah Arab
3. Pada masa kholifah Utsman bin affan, pelaksanaan pendidikan islam tidak jauh
berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa hanya melanjutkan yang
telah ada. namun ada sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan
islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak
di perbolehkan meninggalkan Madinah di masa Umar, di beri kelonggaran
untuk keluar daan menetap di daerah yang mereka sukai
4. Pada masa pemerintahan yang tidak stabil selama enam tahun ini pendidikan
islam mendapat hambatan dikarenakan khalifah sendiri tidak sempat
memikirkannya terlalu sibuk untuk menyelesaikan permasalah politik. Dengan
begitu, berarti pola pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa-masa
sebelumnya yang sudah berjalan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, N. (2015). Pola Pendidikan Islam Periode Khulafaur Rasyididn. Tarbiya2,


1(1), 52.
Armando, A. (2001). Ensiklopedi Islam untuk Pelajar. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Erfinawati. (2019). Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin.
Pendidikan IPS, 9(1), 34.
Gassw. (1999). Ensikopedi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Haekal, M. H. (1994). Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: PT Tintamas Indonesia.
Ihsan, M. (20202). Perkembangan Pendidikan Islam Periode Khulafāur Rāsyidīn dan
Implikasinya Terhadap Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia.
Pendidikan Agama Islam, 5(1), 120.
Khaldun, I. (2000). Muqaddimah. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Khalid, M. (1994). Mengenal Pola Kepemimpinan Umat. Bandung: CV. Dipenogoro.
Langgulung, H. (1985). Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna.
Nizae, S. (2009). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada.
Rakhan. (2018). Politik Pendidikan. Pendidikan Agama Islam, 1(2), 157.

ii

Anda mungkin juga menyukai