Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE


PLAYING) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI AKUNTANSI 1
SMK NEGERI 1 DUKUHTURI TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas


Dosen Pengampu:

1. Dr. Cahyo Budi Utomo, M.pd


2. Andy Suryadi, M. pd

Disusun Oleh :

Dita Ariyanti
3101417032
6A

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


KOTA SEMARANG
2020
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Batasan Masalah ..........................................................................................4
1.3. Rumusan Masalah ........................................................................................4
1.4. Tujuan Penelitian .........................................................................................4
1.5. Kegunaan Penelitian ....................................................................................4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kajian Teori .................................................................................................5
2.2. Peneltian yang Relevan ................................................................................14
2.3. Kerangka Berpikir ........................................................................................16
2.4. Hipotesis Penelitian ....................................................................................17

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1. Subyek, Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................18
3.2. Strategi dan Jenis Penelitian ........................................................................18
3.3. Prosedur Penelitian ......................................................................................20
3.4. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ..................................23
3.5. Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan .........................................27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................30

ii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan merupakan suatu bagian yang kompleks, berdimensi luas
dan banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaranya.
Pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang
bekualitas dan mandiri serta mampu memberi dukungan dan perubahan
untuk perkembangan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Pendidikan
sendiri menurut UU No.20 tahun 2003 yaitu usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilik kekuatan
spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Dari pengertian tersebut menunjukan bahwa pendidikan merupakan
salah satu langkah yang dilakukan untuk membentuk bangsa yang cerdas
dan berkualitas. Sejalan dengan visi pendidikan nasional bahwa dalam era
globalisasi diamana manusia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan
zaman yang semakin maju, setaip warga negara diharapkan mampu menjadi
manusia yang cerdas dan berkualitas (Lestari,dkk 2009:1.9)
Pendidikan masa kini diharapkan mampu mengembangkan siswa
manusia yang cerdas dan berkualitas karenanya keberhasilan pendidikan
tidak lepas dari proses belajar mengajar yang didalamnya meliputi beberapa
komponen yang saling terkait, antaralain: guru ( pendidik), siswa ( peserta
didik),materi (bahan), media(alat/sarana), dan metode pembelajaran atau
pola penyampaian bahan ajar. Pendidikan masa kini perlu diwujudkan
dengan melakukan pembaharuan di dalam bidang pendidikan, ada tiga hal
yang harus diamati untuk melakukan pembaharuan pendidikan antara lain
pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas
metode pembelajaran. Pembaharuan kurikulum yang telah terjadi dari KTSP
menjadi kurikulum 2013 ternyata belum diikuti oleh para pendidiknya, yaitu
tenaga pengajar. Penggunaan model pembelajaran yang kovensional dalam
prosesnya mengakibatkan peserta didik kurang terlihat aktif mengikuti
2

pembelajaran, khusunya pembelajaran sejarah.


Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang
mempengaruhi berlangusngnya kegiatan belajar mengajar didalam kelas.
penggunaan medel pembelajaran ini diharapkan mampu membuat siswa
lebih memahami materi yang diterimanya disekolah dan mampu
mengaplikasikannya di dunia nyata. penggunaan metode pembelajaran
dalam setiap mata pelajaran tersebut disertai matari ajar yang disampaikan,
seperti halnya mata pelajaran sejarah Indonesia. Sejarah Indonesia di dalam
kukulum merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib di tempuh oleh
siswa dan diajarkan pada siswa menengah atas atau kejuruan. mata pelajaran
sejarah ini dalam kurikulum 2013 ini memiliki arti yang sangat strategis
dalam pembentukan watak, kepribadian siswa dan memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air ( Buku Guru, Kemendikbud, 2014:1)
Model pembelajaran sendiri banyak jenisnya yang di kemukakan
oleh para ahli pendidikan, namun ada kenyataannya masih banyak penagajr
atau guru yang tidak mempraktekan model pembelajaran tersebut dalam
kegiatan pembelajaran di kelas bersama siswa. hanya beberapa model
pembelajaran yang sering dipake oleh pengajar atau guru sehingga metode
pembelajaran tesebut terkesan monoton karna sering dipakai dan diulangi
terus menerus. akibat dari banyaknya penggunaan metode yang tidak sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran menyebabkan kurangnya motivasi siswa
dalam mempelajari suatu mata pelajaran.
Penggunaan metode pembelajaran dalam setiap mata pelajaran
sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran tesebut disertai
materi ajar yang disampaikan, seperti halnya mata pelajaran sejarah. mata
pelajaran ini menanamkan pengetahuan dan nilai nilai dari proses perubahan
dan perkembangan masyarakat Indonesia dari masa lampau hingga masa
kini. hal ini berarti tanpa pemahaman yang mendalam oelh siswa, materi
sejarah akan sukar diterima oleh siswa. metode pembelajaran yang
menonton juga membuat siswa sukar dalam menerima materi yang
disampaikan. Pelaksanaan pembelajaran sejarah sendiri didalam kelas sering
ditemukan banyak siswa yang kurang aktif ketika guru menyampaikan
3

materi. sikap kurang aktif siswa ini ditunjukan dengan sediktinya siswa
yang bertanya, berpendapat maupun mencatat point point yang disampaikan
oleh guru, kebanyakan siswa tidak bersemangat dalam menerima
pembelajaran sejarah dan bahkan mereka tidak tahu materi apa yang akan
disampaikan oleh pengajar. sikap siswa yang pasif ini menunjukan bahwa
daya serap siswa dalam menerima materi sejarah sangat rendah. hal tesebut
yang menyebabkab suasana belajar yang tidak efektif dan efesien karna
siswa mempunyai pengetahuan dan motivasi belajar yang kurang. sehingga
tujuan pendidik sebagai fasilitator sulit tercapai dan tujuan pendidikan
nasional tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Peneliti menanggapi masalah masalah sangat penting dan perlu
mencari jalan pemecahannya. keberhasilan dalam pemecahan masalah ini
akan sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar sejarah siswa. agar
proses belajar mengajar menjadi efektif dperlukan metode pembelajaran
yang mendukung pembelajaran dikelas yang dapat mengaktifkan siswa.
model pembelajaran ini perlu melibatkan siswa secara langsung atau sering
disebut pembelajaran sosial. pembelajaran sosial ini menekankanpada usaha
mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk
berhubungan dengan orang lain seperti usaha membangun sikap menghargai
dalam realitas sosial.
Metode pembelajaran bermain peran/role playing bertujuan untuk
membantu siswa menemukan jati dirinya di dunia sosial dan memecahkan
masalah dengan bentuk kelompok. sehingga dengan metode bermain
peran/role playing diharapkan bisa mengaktfkan belajar siswa pada materi
yang diberikan. berdasarkan uraian diatas, makan penerapan model bermain
peran/role playing untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik perlu
dilakukan oleh peserta didik dan pendidik. dari uraian latar belakang diatas
peneliti pemilih judul tentang “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DALAM PEMBELAJARAN
SEJARAH INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS XI AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1
DUKUHTURI TAHUN PELAJARAN 2020/2021”
4

1.2. Batasan Masalah


Agar penelitian dapat terfokus dan mendalam, maka penulis hanya
membatasi penelitian ini pada peningkatan motivasi belajar siswa
menggunakan metode bermain peran pada pelajaran sejarah Indonesia di
kelas XI akuntansi 1 SMK Negeri 1 Dukuhturi
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah
maka dapat penulis kemukakan rumusan masalah dalam kegiatan penelitian
ini sebagai berikut. “Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa
menggunakan metode bermian peran/ role playing pada pembelajaran
sejarah Indonesia siswa kelas XI akuntansi 1 SMK Negeri 1 Dukuhturi?”
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa menggunakan metode bermain
peran/role playing pada pelajaran sejarah indonesia kelas XI Akuntansi 1
SMK Negeri 1 Dukuhturi
1.5. Kegunaan Penelitian
1. 1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Guru
Meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan metode bermain
peran/role playing pada kegiatan pembelajaran di kelas.
b. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman mengenai penggunaan metode bermain
peran/role playing dalam kegiatan pembelajaran serta mengenal
karakteristik siswa secara langsung.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
1. Mengetahui karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran.
2. Memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
siswa dan mata pelajaran yang bersangkutan
b. Bagi Siswa
1. Memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran.
2. Terjadi peningkatan motivasi belajar sejarah.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori


1. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan sikap, dan
pengetahuan siswa. Menurut Hanafiah model pembelajaran
merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan
perilaku peserta didk secara adptf maupun generative (2009:41).
Sedangkan menurut Suprijono model pembelajaran merupakan
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan belajar mengajar (2010:48). Melalui model
pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
konsep, teori, informasi, keterampilan, cara berpikir dan
mengekspresikan ide.
2. Macam – Macam Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2010:89-133) Model pembelajaran dapat
diklasifikasin sebagai berikut :
a) Model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini terdiri
dari Team games tournament, students teams achievement
divisions, think par share dll.
b) Model pembelajaran berbasis masalah,model pembelajaran ini
terdiri dari problem solving dan problem based introduction
c) Model pembelajaran aktif, model pembelajaran in terdiri dari
PAKEM, team quiz, artikulas, group resume dll.
d) Model pembelajaran berbasis proyek, model pembelajaran ini
terdiri dari role playing dan karya wisata.

2. Metode Bermain Peran (Role Playing)


1. Pengertian Bermain Peran ( Role Playing)
Bermain peran atau role playing adalah suatu cara penguasan
bahan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
6

penghayatan siswa (Hamdani, 2011:87) . pengembangan imajinasi dan


penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai
tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melbatkan siswa dan
membuat siswa senang belajar dengan metode ini. metode ini juga
mempunyai nilai tambah karena 1) Dapat menjamin partisipasi seluruh
siswa dab memberi kesempatan yang ama untuk menunjukan
kemampuannya dalam berkerja sama hinggga berhasil 2) Permainan
merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa permaian pada
umumnya dilakukan oleh lebih dari satu orang bergantung pada apa
yang di perankan. Sedangkan menurut Hisyam Zaini role playing
adalah aktivitas pembelajaran terencana yang dirancanf untuk
mencapai tujuan tujuan pendidikan yang spesifik (2008:89).
2. Langkah-langkah Metode Bermain Peran (Role Playing)
Keberhasilan model pembelajaran melalui bermain peran
tergantung pada kualitas permainan peran yang diikuti dengan analisis
terhadapnya. disamping itu juga bergantung pada persepsi siswa
tentang peran yang dmaiankan terhadap situasi yang nyata.
Uno Hamzah (2009:26) menyebutkan prosedur bermain peran terdiri
dari Sembilan langkah, yaitu (1) pemanasan (2) memilh partisipan (3)
menyiapkan pengamat (4) menata panggung (5) memainakn peran (6)
diskusi dan evaluasi (7) memainkan peran ulang (8) diskusi
dan evalusi kedua (9) berbagai pengalaman dan kesimppulan. langkah-
langkah yang dapat ditempuh dalam penerapan metode role playing
antara lain:
a. Pemilihan masalah oleh guru, yaitu mengemukakan masalah yang
diangkat dari materi pokok bahasan agar mereka dapat merasakan
masalah itu dan terdorong untuk mempelajarinya.
b. Pemilihan peran, yaitu memilih peran yang sesuai dengan
permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa
yang harus dikerjakan oleh para pemain
c. Menyusun tahap-tahap bermain peran, dalam hal ini guru telah
membuat dialog atau skenario, namun siswa dapat menambahkan
7

dialog sendiri yang sesuai dengan materi


d. Menyiapkan pengamat, pengamat dari kegiatan ini adalah para siswa
yang tidak sedang bermain/tidak menjadi pemain dengan cara
mengisi lembar aktifitas siswa
e. Pemeranan/pelaksanaan, para peserta didik mulai beraksi sesuai
dengan peran masing-masing yang terdapat pada skenario bermain
peran.
f. Diskusi dan Evaluasi, membicarakan masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang muncul dari siswa.
g. Pengambilan kesimpulan dari permainan/bermain peran yang telah
dilakukan.

3. Alasan Bermain Peran/ Role Playing digunakan di Kelas


Menurut Zaini (2008:100) alasan metode bermain peran/role
playing digunakan di dalam kelas antara lain:
a. Mendemonstrasikan pengetahuan dann kemampuan yang
diperoleh
b. Mendemonstrasikan integrasi pengetahuan praktis
c. Membandingkan dan mengkontranskan posisi posisi yang
diambil dalam pokok permasalahan
d. Menerapkan pengetahuan dan pemecahan masalah
e. Menjadikan problem yang abstrak menjadi kongkrit
Dengan demikian penggunaan metode bermain peran/ role playing
untuk menambah motivasi belajar sehingga kemampuan siswa
menyeleesaikan soal evaluasi akan meningkat dan berdampak positif
pada hasil belajar siswa.
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Bermain Peran/ Role Playing
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan
masing masing ketika diterapkan dalam kegiatan
pembelajara(Djamarah.2002:191). Kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran bermain peran / role playing Mulyasa (2005:43) adalah
sebagai berikut.
a. Kelebihan
8

a) Siswa melatih dirnyan memaham dan mengingat isi bahan yang


akan di perankan. Sebagai pemain harus memahami,
menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi
yang harus diperankan keseluruhan, terutama untuk materi
yang harus di perankannya. Dengan demikian daya ingatan
siswa harus tajam dan tahan lama.
b) Siswa akan lebih berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif .
pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk
mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang
tersedia.
c) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga
dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari
sekolah.
d) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan
sebaik baiknya.
e) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi
tanggung jawab dengan sesamanya
f) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi Bahasa yang lebih bak
agar mudah dipahami orang lain.
b. Kekurangan
a) Sebagain anak yang tidak ikut berman peran menjadi kurang
efektif.
b) Banyak memakan waktu
c) Memerlukan tempat yang cukup luas
d) Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara pemain dan
tepuk tangan penonton atau pengamat.
3. Pembelajaran Sejarah Indonesia
a. Pengertian Pembelajaran Sejarah Indonesia
Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di
SMK ( Sekolah Menengah Kejuruan) yang mengajarkan siswa untuk
mengetahui peristiwa di masa lampau dan mengajarkan siswa untuk
mengambil nilai di setiap peristiwa yang terjadi.sebagaimana menurut
9

I Gde Widja (1989:91) menyatakan bahwa sejarah merupakan studi


keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia diwaktu
lampau dan yang telah meninggalkan jejak jejaknya di waktu
sekarang. Tujuan pembelajaran sejarah ini untuk membanagun
karakter siswa.
Dari uraian diat.as dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
sejarah adalah proses dimana terkondisikan dengan sengaja untuk
mempelajari studi keilmuan yang telah dialami manusia di waktu
lampau bertujuan untuk membangun kepribadian mental siswa.
b. Tujuan Pembelajaran Sejarah
Tujuan mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Membangun kesadaran perserta didik tentang pentingnya waktu
dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau,
masa kini dan masa depan
2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan
metodologi keilmuan.
3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didk terhadap
peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di
masa lampau
4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses
terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan
masih berproses hngga masa kini dan masa yang akan datang
5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didk sebagai bagian
dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah
air yang dapat di implementasikan dalam berbagai bidang
kehidupan baik nasional maupun internasional.
4. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi merupakan factor pendorong yang berasal dari dalam
maupun luar diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dan
10

belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Menurut Uno


(2007:23) belajar adalah perubahan tingkah laku seacara relative
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan motivasi belajar menurut Hanafiah (2010:26) diartikan
sebagai kekuatan daya pendorong atau alat pembangunan kesediaan
dan keinginan yang kuat dari siswa untuk belajar secara aktif, kreatif,
efektif, inovatif dan menyenkan dalam rangka perubahan perilaku,
baik dakam aspek kognitf sedangkan menurut Uno (2007:23) motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya
dengan beberapa indicator atau unsur yang mendukung. Dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu kekuatan atau
dorongan baik dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa yang
dapat merupbah perilaku siswa dalam belajar. Dengan adanya
motivasi belajar diharapkan siswa menjadi lebih baik disetiap harinya.
b. Fungsi Motivasi Belajar
Hamalik (2011:108) mengemukakan tiga fungsi yaitu (a)
mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan (b) motivasi
berbagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan dan (c) motivasi berfungsi sebagai penggerak
artinya menggerakan tingkah seseorang. Sedangkan fungsi motivasi
belajar yaitu (a) mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan (b)
motivasi berbagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan untuk
mencapai tujuan yang dinginkan (c) motivasi berfungsi sebagai
penggerak yaitu menggerakan tingkah laku seseorang.
c. Alat Ukur Motivasi
Motivasi belajar dapat diukur dengan menggunakan beberapa
instrument. Menurut Notoatmodjo (2010:135) menyatakan ada
beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu (1) tes proyektif (2)
kuesioner (3) observasi (4) tes prestasi dan (5) skala untuk memahami
informasi tentang sikapnya. Sedangkan menurut Buchari Alma
11

(2009:31) menyatakan beberapa aspek yang diamati untuk mengukur


motivasi yaitu: (1) ketekunan dalam belajar (2) mandiri dalam belajar
(3) motivasi dan semangat (4) interaksi antar sesame siswa dan (5)
interaksi siswa dengan guru. Berdasarkan pendapat para ahli diatas,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa alat ukur motivasi belajar dapat
dilakukan dengan banyak cara.
d. Jenis Motivasi Belajar
Motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, seperti yang
dikemukakan di bawah ini (Sardiman, 2007:86).
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
Dari dasar pembentukannya, motivasi dapat dibedakan
menjadi motif-motif bawaan dan motif-motif yang dipelajari. Yang
dimaksud dengan motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa
sejak lahir, dengan kata lain motivasi itu ada tanpa dipelajari.
Misalnya dorongan untuk makan, dorongan untuk minum,
dorongan untuk bekerja, dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud
dengan motif-motif yang dipelajari adalah motif- motif yang bisa
timbul karena dipelajari. Sebagai contoh dorongan untuk belajar
suatu ilmu pengetahuan tertentu.
b.Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan
MarquisWoodworth dan Marquis membagi motivasi dapat
menjadi tiga, antara lain sebagai berikut.
1) Motif atau kebutuhan organis, misalnya meliputi kebutuhan
untuk minum, makan, bernafas, seksual, berbuat, dan
kebutuhan beristirahat. Motif ini timbul karena adanya
kebutuhan dari dalam individu.
2) Motif-motif darurat, seperti dorongan untuk menyelamatkan
diri dan dorongan untuk berusaha. Motif ini timbul karena
adanya rangsangan dari luar.
3) Motif-motif objektif
Motif-motif ini muncul karena adanya dorongan untuk dapat
menghadapi dunia luar secara efektif. Permasalahan yang
12

dihadapi oleh individu, dapat merangsang timbulnya motif-


motif objektif ini.
c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Yang termasuk motivasi jasmaniah adalah reflex, insting
otomatis, dan nafsu, sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah
adalah kemauan.
d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
setiap individu, dengan kata lain untuk mengeluarkan motivasi
tersebut, tidak memerlukan dorongan dari luar. Sebagai contoh
seseorang yang mempunyai kegemaran membaca, tanpa disuruh
oleh orang lainpun dengan sendirinya akan mencari buku-buku
untuk dijadikan sebagai bahan bacaan. Berbeda dengan motivasi
intrinsik, motivasi ekstrinsik dapat muncul karena adanya dorongan
yang berasal dari luar diri individu. Contoh motivasi ini adalah
keinginan seseorang belajar karena keesokan harinya ia akan
menghadapi ujian. Motif yang mendasarinya adalah dengan belajar,
ia berharapakan mendapatkan nilai yang baik.
e. Faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa
Motivasi belajar siswa dapat berubah setiap saat. Perubahan
motivasi belajar yang ada pada diri siswa ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang harus diketahui oleh guru, agar guru dapat
membuat motivasi belajar siswa menjadi stabil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa menurut
Dimyati dan Mudjiono (2002:97) adalah sebagai berikut.
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita siswa untuk “menjadi seseorang”, dapat membuat siswa
termotivasi untuk dapat mencapainya dan memperkuat semangat
belajar siswa. Cita-cita dapat memperkuat motivasi belajar siswa baik
motivasi intrinsik ataupun ekstrinsik, karena tercapainya suatu cita-
cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
13

b. Kemampuan siswa
Berbagai kemampuan dibutuhkan siswa dalam kegiatan belajar.
Kemampuan belajar yang dimiliki oleh setiap siswa berbeda-beda, ada
siswa yang memiliki kemampuan berfikir konkrit (nyata) dan nada
pula siswa yang memiliki kemampuan berfikir abstrak atau
operasional. Kemampuan berfikir ini sering dijadikan sebagai tolak
ukur kemampuan belajar siswa.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa baik kondisi jasmani maupun rohani juga menjadi
salah satu faktor yang memengaruhi motivasi belajar siswa. Kondisi
jasmani seperti kesehatan siswa dan kondisi rohani seperti perasaan
siswa yang tidak tentu, dapat menyebabkan naik-turunnya motivasi
belajar siswa.
d. Kondisi lingkungan sekolah
Lingkungan merupakan faktor ekstrinsik atau faktor yang berasal
dari luar diri siswa. Lingkungan yang mempengaruhi motivasi belajar
siswa dibedakan menjadi tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Siswa mempunyai perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan
fikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.
Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan
perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam,
lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan.
Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio,
televisi, dan film semakin menjangkau siswa.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Upaya yang dimaksud adalah usaha guru dalam menyajikan
kegiatan pembelajaran mulai dari penguasaan materi oleh guru, cara
penyampaian materi kepada siswa, serta cara-cara yang digunakan
untuk dapat menarik perhatian siswa.
14

f. Indikator motivasi belajar


indikator motivasi belajar siswa dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1. adanya hasrat dan keinginan berhasil
2. adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3. adanya harapan dan cita cita masa depan
4. adanya penghargaan dalam belajar
5. adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6. adanya lingkungan belajar yang kondusif
g. upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswa
1. memberikan dorongan kepada peserta didik untuk belajar
2. menjelaskan secara kongret kepada peserta didik apa yang
dilakukan di akhir pengajaran
3. memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapa anak
didik sehingga dapat merangsang untuk mendapatkan
prestasi yan lebih baik dikemudian hari
4. membentuk kebiasaan belajar yang baik
5. membantu kesulitan peserta didik secara individual maupun
kelompok
6. menggunakan metode yang menyenangkan

2.2. Penelitian yang Relevan


Penelitian terdahulu mengenai tema penerapan model bermain
peran/role playing pada mata pelajaran sejarah sebelumnya dilakukan oleh
Khoirun Ni’mah, Agustin Anik dan Dyah Maya Rezanti
Penelitan pertama yang dilakukan oleh Khoirun Ni’mah(2015) dalam
skripsinya yang berjudul penerapan metode pembelajaran role
playing/bermain peran untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata
pelajaran sejarah kelas X IIS 3 MAN Kediri2 Kota Kediri. isi skripsinya
menjelaskan mengenai proses perencanaan model pembelajaran bermain
peran/role playing meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran
sejarah kelas X IIS 3 MAN Kediri 2 Kota Kediri, proses pelaksanaan model
15

pembelajaran bermain peran/role playing meningkatkan keaktifan belajar


siswa pada mata pelajaran sejarah kelas X IIS 3 MAN Kediri 2 Kota Kediri
dan hasil penerapan model pembelajaran bermain peran/role playing
meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas X IIS
3 MAN Kediri 2 Kota Kediri. penelitian ini berbeda dengan penelitian
peneliti, peneltian ini lebih terfokus untuk meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran sejarah sedangkan peneliti lebih terfokus untuk
meningkatkan motivasi belajar sejarah dengan menerapkan model
pembelajaran bermain peran/role playing.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Agustin Anik jurusan sejarah
fakultas sastra universitas negeri malang dalam skirpsinya yang berjudul
penggunaan metode penerapan bermain peran/role playing pada mata
pelajaran IPS untuk meningkatkan minat mempelajari sejarah pada siswa
kelas VIII Mts Mualimat Malang tahun 2008-2009. isi dari penelitiannya
yaitu penerapan metode bermain peran/role playing menunjukan adanya
peningkatan minat siswa yang cukup signifikan, hal itu dapat dilihat
prosentase minat siswa terhadap sejarah sebesar 57,17% pada sikluas pertama
sedangkan pada siklus kedua minat siswa terhadap mata pelajaran sejarah
sebesar 88,20% sehingga hasil akhir menunjukan adanya peningkatan
31.03%. penelitian ini berbeda dengan penelitian peneliti, peneltian ini lebih
terfokus untuk meningkatkan minat mempelajari sejarah sedangkan peneliti
lebih terfokus untuk meningkatkan motivasi belajar sejarah dengan
menerapkan model pembelajaran bermain peran/role playing.
Penelitian yang terakhir dilakukan oleh Dyah Maya Rezanti dalam
skripsnya yang berjudul penerapan metode pembelajaran bermain peran
untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X IIS 2 SMA
BSS Kota Malang . hasil penelitiannya menunjukan adanya peningkatan nilai
rata rata keaktifan siswa dari 6.6 pada siklus pertama menjadi 8.9 pada siklus
kedua. pada sikluas I siswa X IIS 2 masuk dalam klasifikasi kelas yang
kurang aktif kemudian pada siklus II mengalami peningkatan sehingga masuk
menjadi klasifikasi aktif. peningkatan ini juga terjadi pada hasil belajar siswa.
presentase ketuntasan pada siklus I 32% meningkat menjadi 77% pada siklus
16

II. nilai rata rata siswa meningkat dari 55.05 menjadi 81.40. penelitian ini
berbeda dengan penelitian peneliti, peneltian ini lebih terfokus untuk
meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar dalam proses pembelajaran
sejarah sedangkan peneliti lebih terfokus untuk meningkatkan motivasi
belajar sejarah dengan menerapkan model pembelajaran bermain peran/role
playing.

2.3. Kerangka Pikir


Penggunaan metode pembelajaran role playing ( bermain peran ) cocok
digunakan pada pembelajaran sejarah yang menuntut siswa memahami
konsep materi yang akan dipelajari nantinya. Dengan demikian siswa tidak
hanya akan menghafal melainkan siswa dapat menghayati peran-perannya
yang dimainkan pada saat kegiatan bermain peran. Pemilihan metode
pembelajaran sangat penting guna merangsang siswa untuk aktif dalam
pembelajaran sehingga nantinya akan menghasilkan hasil belajar yang
memuaskan.
Pada saat saya berkunjung ke SMKN 1 Dukuhturi melihat proses
pembelajaran sejarah siswa dengan guru dansaya melakukan observasi untuk
penelitian evaluasi belajar. Terlihat kondisi siswa masih saja kurang kondusif
dan pembelajaran kurang menyenangkan sehingga membuat siswa kurang
terlibat aktif, hal ini mempengaruhi kualitas pembelajaran yakni: 1) guru
mengajar dengan konvensional dan hanya pemberian tugas saja 2) kondisi
pembelajaran yang kurang menyenangkan 3) siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran 4) motivasi dan nasionalisme siswa rendah
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti memberikan solusi agar
pembelajaran sejarah dapat menarik perhatian siswa, sehingga siswa akan
aktif dalam proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran role
playing ( bermain peran ) pada materi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan dari ancaman sekutu dan Belanda untuk meningkatkan motivasi
belajar dan nasionalisme siswa. Dengan demikian akan tercapai kondisi ideal
yang diharapkan yaitu 1) guru mengajar dengan model pembelajaran yang
menarik 2) siswa terlibat aktif 3) kondisi belajar yang menyenangkan 4)
motivasi dan nasionalisme siswa meningkat
17

Pembelajaran Sejarah

1. Guru megajar hanya 1. Guru megajar dengan model


konvensional dan hanya pembelajaran yang menarik
pemberian tugas saja. 2. kondisi pembelajaran yang
2. kondisi pembelajaran yang menyenangkan
kurang menyenangkan 3. siswa aktif dalam proses
3. siswa kurang aktif dalam pembelajaran
proses pembelajaran 4. motivasi dan nasionalisme
4. motivasi dan nasionalisme meningkat
rendah

Penerapan model pembelajaran Role Playing/bermain peran

Motivasi belajar dan nasionalisme meningkat

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian rumusan masalah, landasan teori, dang kernagka


berpikir yang telah diuraikan, maka peneliti mengajukan suatu hipotesis yaitu
melalui penggunaan metode bermain peran/role playingi dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa pada pembelajaran sejarah Indonesia di kelas IX
Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Dukuhturi dibuktikan dengan adanya peningkatan
hasil belajar yaitu pada nilai formatif ( evaluasi belajar) dan antusias siswa saat
mengikuti pembelajaran.
18

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian


Subyek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Akuntansi 1
SMK Negeri 1 Dukuhturi yang berjumlah 38 orang siswa ( 2 siswa laki laki
dan 36 siswa perempuan ) dan satu guru mata pelajaran sejarah.
Tempat penelitian untuk memperoleh data dan informasi penelitian
tindakan kelas ini dilakukan di XI Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Dukuhturi
yang beralamat di Jalan Karanganyar No.17, Pekauman Kulon, Dukuhturi,
Tegal, Jawa Tengah. Peneliti memilih kelas di XI Akuntansi 1 dikarenakan
siswa dalam kelas tersebut cenderung pasif karena guru sering menggunakan
metode ceramah sehingga siswa merasa cepat jenuh,tidak semangat dan tidak
aktif sehingga perlu dilakukan perubahan model pembelajaran yang lebih
aktif dan menyenangkan.
Waktu kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun
ajaran 2020/2021 Yaitu bulan Juni sampai bulan Desember dimulai dari tahap
persiapan hingga waktu pelaksanaan penelitian.
3.2. Strategi dan Jenis Penelitian
Suatu penelitian diperlukan suatu strategi penelitian, hal ini di
maksudkan agar hasil yang di harapkan sesuai dengan rencana yang di
tentukan. Strategi penelitian adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan
data untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut suyigono (2010:3) strategi
penelitian adalah cara ilmiah untuk mrndapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Strategi penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah strategi deskriptif Kuantitatif. Strategi deskriptif merupakan cara
penelitian dengan mengumpulkan data berdasarkan pengamatan. Pengertian
sendiri deskriptif yaitu data yang terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-
gambar , bukan dalam bentuk angka angka ( semi,2012:30).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK
(penelitian tindakan kelas), merupakan suatu pengamatan terhadap kegiatan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. PTK sangat
kondusif membuat guru menjadi peka dan tanggao terhadap dinamika
19

pembelajaran di kelasnya. PTK juga dapat meningkatkan kinerja guru


sehingga menjadi professional. Disain PTK yang akan digunakan oleh
peneliti menggunakan model kurt lewin yang terdiri dari 4 komponen yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Untuk lebih jelasnya alur
dari siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut

Pelaksanaan

Perencanaan
Siklus I Observasi

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Siklus II Observasi

Refleksi

Berikut adalah deskipsi dari keempat kegiatan yang dilakukan pada


setiap siklus:

1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan peneliti mulai merancang perencanaan tindakan
yang akan dilakukan. Dimulai dari identifikasi masalah yang terjad dikelas
bersama guru mata pelajaran sejarah kelas XI Akuntansi 1, kemudian mencari
jalan keluar melalui penelitian tindakan kelas. Setelah menemukan masalah
kemudian peneliti mencari metode yang sesuai untuk menjawab
permasalahan yang ada di lapangan. Setelah mencari metode yang sesuai
peneliti menyusun perencanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
metode bermaian peran /role playing yang berkaitan dengan materi dan
mencocokan indicator penilaian
20

2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan ini peneliti memberikan rancangan pelaksanaan
pembelajaran (RPP), sebagai pedoman sebelum memulai proses belajar
mengajar. Tahap ini peneliti melaksanakan tindakan bersama guru sejarah.
Pelaksanaan tindakan ini sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat dalam
RPP.
3. Observasi
Observasi ini dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan tindakan. Pada
proses ini peneliti mencatat proses pembelajaran dari awal hingga selesai
sesusai dengan rancangan proses pembelajaran. Sasaran yang perlu diamati
dalam tindakan ini adalah peristiwa yang menjadi indicator keberhasilan.
4. Evaluasi
Tahap ini peneliti melaksanakan evaluasi terhadap apa yang
dilakukannya. Hasil evaluasi ini kemudian ini kemudian dianalisis dan
dipergunakan untuk evaluasi terhadap proseder, proses serta hasil tindakan.
Dari hasil evalusi ini kemudian peneliti melakukan refleksi untuk
mengetahui apakah sesuai dengan rancangan atau tidak apakah ada terjadi
penyimpangan atau tidak. Jika ternyata tidak sesuai dengan rancangan maka
peneliti perlu melakukan perbaikan, modifikasi dan perencanaan ulang.
3.3. Prosedur Penelitian
Langkah langakh penelitian ini menggunakan tahapan penelitian
tindakan kelas. penelitan tindakan kelas dapat di definisikan sebagai suatu
peneltian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru sekaligus
sebagai peneli dikelasnya atau bersama sama dengan orang lain dengan
merancang, melaksanakan dan mereflesikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas
proses pembelajaran dkelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu
dalam suatu siklus. penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus, siklus I
dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan dan siklus II juga dilakukan sebanyak
dua kali pertemuan. tahap tahap yang dilakukan pada tindakan ini adalah pra
tindakan dan tahap pelaksanaan kegiatan penelitian. tahapan ini dapat
diuraikan sebagai berikut.
21

1. Siklus I
1. Tahap pra tindakan
kegiatan penelitian yang dlakukan pada tahap pra tindakan
adalah mengamati pelaksanaan pembelajaran sejarah Indonesia
dengan metode yang biasa dilakukan oleh guru sejarah Indonesia
kelas XI akuntansi 1 SMK Negeri 1 Dukuhturi Metode yang sering
digunakan guru adalah ceramah dan tanya jawab.
kegiatan pembelajaran diawali dengan salam kemudian guru
memjelaskan sedikit materi yang sebelumnya kepada siswa yang
bertujuan untuk membuat siswa mengingat kembali. kemudian
pelajaran dimulai diawali dengan guru memberikan penjelasan
mengenai materi yang akan diajarkan, sebelum memulai pelajaran
guru memberi sebuah pertanyaan yang berguna untuk mengembalikan
konsentrasi setelahnya guru menjelaskan materi selama 20 menit dan
diakhir guru kembali memberi pertanyaan sebagai penguat daya ingat
terhadap materi yang baru disampaikan.
2. Tahap pelaksanaan tindakan
tahap yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan
tahap perencanaan adalah tahap dimana mentutukan
langkah langkah yang akan di lakukan oleh peneliti untuk
memecahkan masalah. hal yang dilakukan dalam tahap
perencanaan ini adalah menyiapkan rancangan pelaksanaan
pembelajaran, menyiapkan mater sesuai silabus, melaksanakan
peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksaan role playing dan
menyusun evaluasi
b. Pelaksanaan
pelaksanaan tindakan merupakan proses pelaksanaan tindakan
dari rancangan yang sudah disusun diatas. adapun tahap
peneltian ini peneliti bertndak sebagai pelaksana kegiatan yang
sekaligus sebagai pengamat pelaksanaan tindakan.
22

1. Pengamatan/Observasi
a. Peneliti melakukan observasi selama proses
pembelajaran berlangsung.
b. Guru membagikan angket kepada siswa untuk
mengetahui motivasi belajar siswa setelah kegiatan
pembelajaran selesai.
c. Guru membagikan lembar evaluasi kepada siswa untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
menggunakan metode bermain peran/role playing
2. Refleksi
Pada tahap ini peneliti menganalisis dari proses
pelaksanaan pembelajaran dan mencari pemasalahan
yang muncul saat pembelajaran dan apa yang perlu
diperbaiki untuk tindakan selanjutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
tahap perencanaan sikluas kedua adalah merencanakan ulang
kegiatan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kemudian
menyiapkan rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan pokok
bahasna role playing , menyiapkan mater sesuai silabus,
melaksanakan peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksaan role
playing dan menyusun evaluasi
b. Pelaksanaan
pelaksanaan tindakan merupakan proses pelaksanaan tindakan
dari rancangan yang sudah disusun diatas namun sifatnya menjadi
fleksibel yang memungkinkan untuk dapat dirubah. selama
pembelajaran berlangsung guru mengajarkan materi kepada siswa
dengan menggunakan RPP yang telah dibuat kemudian peneliti
mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
1. Pengamatan/Observasi
a. Peneliti melakukan observasi selama proses pembelajaran.
b. Guru membagikan angket kepada siswa untuk mengetahui
23

motivasi belajar siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai.


c. Guru membagikan lembar evaluasi kepada siswa untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa menggunakan
metode bermain peran/role playing
2. Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengamati hasil pembelajaran dan
hasil observasi pada akhir siklus I dan Siklus II. pada tahap
ini menarik kesimpulan apakah siklus dilanjutkan atau
dihentikan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan
langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang akan
diteliti. observasi dalam penelitian ini adalah observasi aktifitas kelas.
Proses observasi kelas ini berlangsung ketika proses pembelajaran
menggunakan metode role playing yang berkerja sama dengan teman
sejawat merupana suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakunya dalam pembelajaran, sehingga peneliti
memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti dalam menagamati
secara langsung keadaan siswa terutama keaktifan belajar. instrument
penelitian yang digunakan berupa lembar/panduan observasi yang
disusun sebelumnya.
2. Evaluasi
Evaluasi menurut Sudijono adalah sebuah interprestasi atau
penafsiran yang bersumber pada data kuantitatif, menurut pengertiannya
kuantitatif merupakan hasil hasil pengukuran. Pada tahap ni peneliti
melakukan evalusi terhadap apa yang telah dilakukannya. Hasil observasi
dianalisis untuk mengetahui apakah sudah sesuai atau belum dengan
rancangan, apakah terjadi penyimpangan atau tidak dan apakah hasilnya
sudah memuaskan atau belum. Jika nyataya dalam evalusi belum
memuaskan dan terjadi penyimpangan maka ada perencanaan ulang yang
24

diperbaiki dan jika memang diperlukan disusun rancangan baru.dengan


rancangan yan telah dperbaiki tersebut dilakukan siklus berikutnya. Hasil
data yang diperoleh dipangan akan diukur oleh peneliti dengan
membandingkn hasil evalusi pembelajaran disetiap siklus.
3. Tes
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan jawaban,
yang diberikan untuk mengetahui proses informasi dari orang yang
dikenai tes. tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes uraian
sedangkan instrumennya menggunakan soal tes.tes sendiri dimaksudkan
agar siswa mengemukakan apa yang dia pelajari secara tertulis dengan
menjawab pertanyaan pertanyaan guna mengetahui ketercapaian tujua
kegiatan pembelajaran.
4. Angket
Angket sendiri merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. penggunaan
angket dalam pengumpulan data, maka angket tersebut di skalakan dalam
bentuk skor dengan menggunakan skala likert, dimana penyusunan
angket ini dalam bentuk pilihan ganda. Kemudian di bagi dengan 4
pilihan ganda, sehingga responden tingal memilih salah satu dari jumlah
jawaban yang telah di sediakan. Pemberian skor terhadap alternative
jawaban yang ada dalam angket adalah sebagai berikut:
Pernyataan positif Pernyataan negative
Tidak setuju diberi skor 1 Tidak setuju diberi skor 5

Kurang setuju diberi skor 2 Kurang setuju diberi skor 4


Setuju diberi skor 3 Setuju diberi skor 3
Sangat Setuju diberi skor 4 Sangat Setuju diberi skor 2
b. Instrumen Penelitian
Arikunto (1995) mengemukakan bahwa instrument penelitian adalah
suatu yang penting dan strategis kedudukannya dalam pelaksanaan
penelitian dan strategis kedudukannya dalam pelaksanaan penelitian.
instrumen ini digunakan untuk memperoleh data dalam suatu penelitian.
beberapa instrument yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
25

sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
Lembar observasi ini digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan dan mencatat semua peristiwa yang terjadi selama
proses pembelajaran, baik yang terjadi pada guru maupun siswa.
lembar observasi dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu lembar
observasi guru dan lembar observasi siswa. lembar observasi guru
digunakan untuk mencatat kesesuian pelaksanaan metode bermain
peran/role playing oleh guru dan lembar observasi siswa digunakan
untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dengan
menggunakan metode bermain peran/role playing. lembar observasi
siswwa ini berupa isin uraian sedangkan lembar observasi guru berupa
isian uraian sedangkan lembar observasi guru berupa isian uraian.
pemberian uraian dan skor pada observasi siswa dikelas dimaksudkan
agar peneliti dapat mendeskripsikan secara jelas mengenai kegiatan
yang dilaksanakan siswa ddalam kelas dan peningkatan motivasi
belajar. sedangkan pemberian jawaban uraian pada observasi guru
dimaksudkan agar peneliti mengetaui apakah guru benar benar
melaksanakan pembelajaran metode bermain peran/role playing atau
tidak.
lembar observasi disusun berdasarkan pedoman observasi. kisi
kisi pedoman observasi motivasi belajar siswa menurut Sadirman
(2007:83) sebagai berikut.
No. Indikator Jumlah
butir
1. Tekun menghadapi tugas 2
2. Ulet menghadapi kesulitan 3
3. Lebih senang bekerja mandiri. 2
4. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin 2
5. Dapat mempertahankan pendapatnya 3
6. Senang mencari dan memecaahkan masalah 2
soal-soal
kisi kisi pedoman observasi aktivitas guru dan kesesuaian
penggunaan metode bermain peran / role playing dalam kegiatan
26

pembelajaran sejarah Indonesia menurut Moh. Dimyati (1993:78)


sebagai berikut.
Jumlah
No. Indikator Sub
butir
Indikator
Penetapan tujuan 2
kegiatan
Persiapan
1. pembelajaran
pemakaian Persiapan peralatan
metode 2
dalam kegiatan
eksperimen eksperimen
Persiapan perangkat 2
pembelajaran
Pemberian pengarahan
1
Pelaksanaan dan petunjuk
2. pemakaian pelaksanaan kegiatan
metode eksperimen
eksperimen Berperan sebagai
pembimbing serta 4
membantu dan
mengawasi
kegiatan
eksperimen siswa
Tindak Pembahasan hasil 3
3. lanjut eksperimen
pemakaian Pemberian evaluasi 1
metode
eksperimen
2. Lembar Angket
lembar angket ini digunakan untuk mencari data yang
berasal dari siswa. angeket ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar motivasi setelah menggunakan metode
pembelajaran bermain peran/role playing. lembar jawaban ini
berbentuk ceklis. siswa akan memberi jawaban yang dianggap
paling tepat untuk mewakili jawabnnya dengan tanda ceklis.
pada setiap item memiliki skor dengan ketentuan sebaga berkut.
Pemberian skor terhadap alternative jawaban yang ada dalam angket
adalah sebagai berikut:
27

Pernyataan positif Pernyataan negative


Tidak setuju diberi skor 1 Tidak setuju diberi skor 5

Kurang setuju diberi skor 2 Kurang setuju diberi skor 4


Setuju diberi skor 3 Setuju diberi skor 3
Sangat Setuju diberi skor 4 Sangat Setuju diberi skor 2
kisi kisi lembar angket disusun berdasarkan indikator
motivasi belajar yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno
(2007:23) sebagai berikut.

No T
Indikator motivasi No. Soal Jumlah item
a
1. Tekun menghadapi tugas 1,2,3,4 3
b
2. Ulet menghadapi
e kesulitan 5,6,7,8 3
3. Lebihl senang bekerja mandiri. 9,10 2
4. Cepat bosan pada tugas-tugas 11,12,13 3
yang .
Rutin.
5. Dapat. mempertahankan 14,15,16 3
Pendapatnya
K mencari dan
6. Senang 17,18,19,20 4
i
memecaahkan
s soal-soal
masalah
3. Tes
tes ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasl belajar
siswa.tes ini dibagi menjadi dua yaitu pre test dan post tes. pretes
diberikan sebelum tindakan, sedangkan post tes dberikan setelah
diterapkannya tindakan.
tes diberikan dalam bentuk soal yang berhubungan dengan
materi ajar.pemberian tes ini diharapkan dapat memberikan data yang
akurat tentang pencapaian hasil belajar siswa khususnya motivasi
belajar. semakin baik hasil tes ini semakin besar pula motivasi siswa
dalam belajar sejarah Indonesia.
3.5. Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan
a. Teknik analisis data
.penelitian ini menggunakan analiss kuantitatif dengan teknik presentase
dan deskriiptf untuk kualitatif. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis secara kualitaif dan kuantitaif. Teknik analisis kualitatif ini
28

mengambarkan bahwa tindakan yang dlaksanakan dapat menimbulkan


adanya perbaikan, peningkatan dan perubahan kearah yang lebih baik jika
dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. sedangkan teknik analisi
kuantitatif dimana semua informasi atau data yang diwujudkan dalam bentuk
angka analisanya berdasarkan analisa statistic.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari observasi. data hasil
observasi kemudian dianalisi secara deskriptf kualitatif. data observasi siswa
digunakan untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa dalam belajar
sejarah dengan metode bermain peran/role playing. hasil observasi ini
kemudian akan didistribusikan dalam bentuk tabel nilai seperti dibawah ini:
Nilai Kategori

Kurang dari 45 Kurang Sekali

45-60 Kurang

61-69 Cukup

70-85 Baik

86-100 Sangat Baik

Dari hasil angket akan dianalisis secara statstik deskriptif untuk melihat

peningkatan motivasi belajar siswa melalui penggunaan bermain peran / role

playing dalam pembelajaran sejarah Indonesia. hasil tersebut kemudian di

klasifikasikan menjadi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat

rendah. Hasil angket/kuesioner motivasi tersebut dianalisis dengan cara

jumlah skor kriteria (skor tertinggi stiap butir item adalah 4) x jumlah item

(20) x jumlah responden (23 siswa) yaitu 1840. Dengan demikian, motivasi

belajar siswa menurut persepsi23 responden, yaitu jumlah skor pengumpulan

data : 1840 x 100 %. Secara kontinum, dapat dibuat kategori sebagai berikut

(dalam Iskandar, 2008:93).


29

Persentase skor yang diperoleh Kategori


81% - 100% Sangat tinggi
61% - 80% Tinggi
41% - 60% Sedang
21% - 40% Rendah
0% - 20% Sangat Rendah
Data hasil tersebut kemudian dianalisis secara deskriptf kuantitatif
degan teknik presentase yaitu dengan mencari nilai rata rata dan presentase
keberhasilan. rumus mean atau rata rata menurut Suharsimi Arikunto
(2010:284-285) sebagai berikut:
x = ∑x
N
Keterangan :
x = rata-rata nilai (mean)
∑x = Jumlah skor ( nilai siswa)
N = banyaknya siswa
b. Kriteria Keberhasilan
indicator keberhasilan pada penelitian ini mengacu pada KKM yang
telah ditentukan oleh sekolah. jika presentase siswa diatas rata rata 2,68
(B-) maka dikategorikan motivasi belajar siswa dengan metode bermain
peran /role playing berhasil. tetapi jika dibawah presentase siswa dianggap
tidak berhasil. untuk mengetahui proses pembelajaran mengalami
peningkatan atau tidak, peneliti menggunakan rumus presentase yang
digunakan untuk menghitung peningkatan dalam setiap siklus.
1. Mencari rata rata
mean = Jumlah nilai siswa
Jumlah Siswa
2. mencari presentase
p prostrate-baserate X100%
baserate
Keterangan :
P = Prosentase
Postrate = Nilai rata rata sesudah tindakan
Baserate = Nilai rata rata sebelum tindakan
30

DAFTAR PUSTAKA

Buku Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran.


Jakarta: PT. Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Hamalik Oemar. 2010. Proses belajar mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara
Hamdani.2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV
Pustaka Setia
Hanafiah, Suahana Cucu. 2009. Konsep Strategi
Pembelajaran, Bandung: PT. Refika Aditama
Hisyam Zaini. 2010. Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Insan Mandiri
I Gde Widja. 1989. Panduan pengajar buku sejarah lokal
suatu perspektif dalam pengajaran sejarah.Jakarta:
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan
Iskandar. 2008. Metedologi Penelitian Pendidikan dan
Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung
Persada dan Pres
Lestari, Puji,dkk.2009. Pendidikan Anak di SD. Universitas
Terbuka. Jakarta
Moedjiono dan Moh. Damiyati.1991. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Departemen pendidikan dan
kebudayaan direkorat jenderal pendidikan tinggi proyek
pembinaan tenaga kependidikan.
Mulyasa.2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Bandung : Rosdakarya
Sadirman AM,dkk. 2014. Buku Guru Sejarah Indonesia
SMA/MA/SMK kelas IX. Jakarta : Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
31

Sadirman.2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar.


Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Semi Atar. 2012. Menulis Efektif. Padang : Universitas
Negeri Padang Press
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Suprijono, Agus.2010. Cooperative Learning Teori dan
Aplikasi Paikem. Jakarta: Pustaka Pelajar
Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan pengukuran
analisis di bidang pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran Menciptakan Proses
Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta:
Bumi Aksara
Skripsi Anik Agustin.2009. Penggunaan metode role playing pada
mata pelajaran IPS untuk meningkatkan minat
mempelajari sejarah pada siswa kelas VII Mts.
Mualimat Malang tahun ajaran 2009-2010. Universitas
Negeri Malang. Malang
Ni’mah Khoirun. 2015. Penerapan metode pembelajaran
role playing untuk meningkatkan keaktifan belajar
siswa pada mata pelajaran sejarah kelas X IIS 3 MAN
Kediri 2 Kota Kediri. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang
Rezanti Dyah Maya. Penerapan metode pembelajaran
prediction guide dapat meningkatkan keaktifan dan hail
belajar siswa kelas X IIS 2 SMA BSS Kota Malang.
Malang

Anda mungkin juga menyukai