Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Secara umum orang menganggap bahwa ejaan berhubungan dengan melisankan


bahasa. Hal itu terjadi karena orang terikat pada kata atau nama itu. Didalam bahasa,
sebetulnya ejaan berhubungan dengan ragam bahasa tulis. Ejaan adalah cara
menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca.Di
dalam perkembangannya, bahasa Indonesia pernah menggunakan beberapa macam
ejaan. Mulai tahun 1901, penulisan bahasa Indonesia (waktu itu masih bernama
bahasaMelayu) dengan abjad Latin mengikuti aturan ejaan yang disebut Ejaan van
Ophusyen.Peraturan ejaan itu digunakan sampai bulan Maret 1947, yaitu ketika
dikeluarkan peraturan ejaan yang baru oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan
Kebudayaan, Mr.Soewandi dengan Surat Keputusan No. 264/Bhg. A. tanggal 19
Maret 1947 (kemudian diperbaharui dengan lampiran pada Surat Keputusan tanggal 1
April 1947, No.345/Bhg. A). Peraturan ejaan yang baru itu disebut Ejaan Republik
atau Ejaan Soewandi. Pada saat ini bahasa Indonesia menggunakan ejaan yang
disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mulai Agustus 1972, setelah
diresmikan didalam pidato kenegaraan Presiden Suharto pada tanggal 16 Agustus
1972. Di dalampedoman itu diatur hal-hal mengenai (1) Pemakaian huruf, (2)
Penulisan huruf, (3)Penulisan kata, (4) Penulisan unsur serapan.Berikut ini disajikan
beberapa segi yang dirasakan belum mantap mengenai penerapan aturan ejaan seperti
yang dikemukakan didalam pedoman itu, yaitu beberapa hal yang menyangkut
pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata dan penulisan unsur serapan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sekilas tentang Ejaan Bahasa Indonesia


a. Pengertian Ejaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 353) ejaan yaitu
kaidah atau cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata , kalimat) dalam
bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.dengan
demikian secara sederhana dapat dikatakan bahawa ejaan adalah
seperengkat kaidah tulis menulis yang meliputi kaidah penuliasan huruf,
kata dan tanda baca.
b. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Kalau kita melihat perkembangan bahasa Indonesia sejak dulu sampai
sekarang, tidak terlepas dari perkembangan ejaannya. Kita ketahui bahwa
beberapa ratus tahun yang lalu bahasa Indonesia belum disebut bahasa
Indonesia, tetapi bahasa Melayu. Nama Indonesia itu baru datang
kemudian. Kita masih ingat pada masa kerajaan Sriwijaya, Ada beberapa
prasasti yang bertuliskan bahasa Melayu Kuno dengan memakai huruf
Pallawa (India) yang banyak dipengaruhi bahasa Sanskerta, seperti  juga
halnya bahasa Jawa Kuno. Jadi bahasa pada waktu itu belum
menggunakan huruf Latin. Bahasa Melayu Kuno ini kemudian
berkembang pada berbagai tempat di Indonesia, terutama pada masa
Hindu dan masa awal kedatangan Islam (abad ke-13). Pedagang-pedagang
Melayu yang berkekeliling di Indonesia memakai bahasa Melayu sebagai
lingua franca , yakni bahasa komunikasi dalam perdagangan, pengajaran
agama, serta hubungan antarnegara dalam bidang ekonomi dan politik.

Lingua franca ini secara merata berkembang di kota-kota pelabuhan yang


menjadi pusat lalu lintas perdagangan. Banyak pedagang asing yang
berusaha untuk mengetahui bahasa Melayu untuk kepentingan mereka.
Bahasa Melayu ini mengalami pula penulisannya dengan huruf Arab yang
juga berkembang menjadi huruf Arab-Melayu. Banyak karya sastra dan
buku agama yang ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Huruf ini juga
dijadikan sebagai ejaan resmi bahasa Melayu sebelum mulai

2
digunakannya huruf Latin atau huruf Romawi untuk penulisan bahasa
Melayu, walaupun masih secara sangat terbatas.

daftar katayang disusun oleh pigafette merupakan contoh pertama dari


bahasa melayu yang ditulis dalam huruf latin .

contoh:
Pigafetta Sekarang

Alla Allah
mishit Mesjid
anach anak
poran poan perempuan
jdon hidung
tanghan tangan
salibu seribu
tujuppolo tujuh puluh
sebenarnya ejaan sebagaimana digunakan oleh pigafetta ini belumlah
dapat disebut ejaan latin untuk bahasa melayu karena penulisnya
berdasarkan pendengaran dan tangkapan pigafetta terhadap ucapan orang
melayu yang kemudian dituliskan dalam ejaan huruf latin menurut ejaan
italia.
selanjutnya, Joannes Roman mengelarkan pula Grondt ofte corte bericht
van de malesche tale, 1653, yang dicetak tahun 1674, contoh:
Joannes Roman Sekarang
jbab sebab
elmou ilmu
kolouar keluar
ponja roema punya rumah
malou malu
adda pon adapun

3
ejaan Indonesia dalam huruf latin ini sampai lebih kurang tiga abad
kemudian barulah mendapat perhatian untuk dibakukan yaitu, yaitu
dengan adanya usaha penetapan ejaan yang dilakukan oleh Ch. A. van
Ophuijsen (pemerintahan belanda), sepertiyang tercantum dalam Kiatab
Logat Melajoe.
Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb
2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
3. Tanda diakritik seperti koma, ain, dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’ , dinamai’, dsb
Keinginan untuk menyempurnakan ejaan van Ophuijsen terdengar dalam
kongres Bahasa Indonesia I, 1938, disolo, yang Sembilan tahun kemudian
baru terwujud dalam sebuah keputusan menteri pengajaran, pendidikan
dan kebudayaan yaitu sbb:
van Ophuijsen 1901 Soewandi 1947
boekoe buku
ma’lum maklum
tida’ tidak
pende’ pendek

ejaan ini lebih dikenal dengan nama ejaan Republik, ciri-ciri nya yaitu:
1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur.
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata tak, pak,
rakyat.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2seperti pada kanak2, ber-
jalan2, ke-barat2-an.
4. Awalan di- dan kata depan dikedua-duanya ditulis serangkai dengan
kata yang mendampinginya.
perkembangan selanjutnya ialah disetujuinya perjanjian persahabatan antara
Republik Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu. Sebagai kelanjutan perjanjian ini
dibentuk panitia bersama Indonesia-Melayu yang kemudian menghasilkan suatu
konsep ejaan bersama yang diberi nama Ejaan Melindo (Ejaan Melayu-Indonesia).
Panitia Ejaan ini diketuai oleh Slamet muljana(Indonesia) dan Syed Nasir bin
Ismail(persekutuan tanah melayu).

4
Kedua pemerintahan sepakat untukk meresmikan Ejaan Melindo selambat-
lambatnya bulan Januari 1962. Akan tetapi, kesepakatan itu sempat tidak terwujud
karena adanya konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia beberapa tahun kemudian.
Seperti yang disebut diatas yang menonjol dalm konsep ini adanya huruf-
huruf baru atau huruf lama yang diberi tugas baru. Jika huruf-huruf itu digunakan
tentulah akan mendapat reaksi dari masyarakat karena huruf-huruf tersebut tidak ada
dalam mesin ketik, kecuali c dan j.
Ketidak setujuan atas konsep Melindo dikemukakan oleh Departeman
Pendidikan dan kebudayaan, dalam hal ini Lembaga Bahasa dan Kesusastraan(LBK),
yang pada tahun 1966 membentuk sebuah panitia dengan Anton M. Moeliono sebagai
ketua. Lembaga ini mengusulkan sebuah konsep baru sebagai ganti konsep Melindo
itu, konsep LBK sama sekali tidak menggunakan huruf-huruf baru. Akhirnya pihak
Malaysia menerima konsep LBK dalam sebuah perundingan di Kuala Lumpur. Sejak
itu mulai lagi usaha yang lebih pasti untuk mamasyarakatkan sistem ejaan baru, yang
disebut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan ejaan ini diresmikan pemakaiannya
pada tanggal 16 Agustus 1972 Oleh Presiden Republik Indonesia. Peresmian itu
berdasarkan Putusan Presiden No.57, Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan dua bahasa
yang serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia yang semakin
dibakukan.
Indonesia Malaysia
(pra-1972) (pra-1972) Sejak 1972
Tj Ch c
Dj J j
ch Kh kh
nj Ny ny
sj Sh sy
j Y y
oe U u

c. Pengaruh terhadap perbendaharaan kata


Ada empat tempo penting dari hubungan kebudayaan indonesia dengan dunia
luar yang meninggalkan jejaknya pada perbendahraan kata Bahasa Indonesia.
Hindu(antara abad ke-6 sampai 15 M)
Sejumlah besar kata berasal dari Sanskerta Indo-Eropa.
Contoh: samudra, suami, istri, raja, putra, pura, kepala, mantra, cinta, kaca.

5
Islam (dimulai dari abad ke-13)
Pada tempo ini diambillah sejumlah besar kata dari bahasa Arab dan Persia.
Contoh: masjid, kalbu, kitab, kursi, doa, khusus, maaf, selamat, kertas.

Kolonial
Pada tempo ini ada beberapa bahasa yang diambil diantaranyayaitu dari portugis.
Contoh:gereja, sepatu, sabun, meja, jendela.
Dan belanda, contoh: asbak, kantor, poilisi, kualitas.

Paska kolonialisasi (kemerdekaan dan seterusnya)


Banyak kata yang diambil dari bahasa Inggris
Contoh: konsumen, isu.
Dan juga Neo-Sanskerta yaitu neologisme yang didasarkan pada bahasa
Sanskerta.
Contoh: dasawarsa, lokakarya, tunasusila.
Selain dari pada itu bahasa indonesia juga menyerap perbendaharaan kata dari
tionghoa
Contoh: pisau, tauge, tahu, loteng, teko, tauke, cukong. Dan menyerap kata-kata
dari bahasa lainnya.

B. Cara Penulisan Huruf


1. Pemakaian Huruf Kapital atau Huruf Besar
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
terdapat lima belas kaidah penulisan huruf kapital. Berikut ini disajikan
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan
yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Alloh SWT atas rahmat-Ku
Nabi Muhammad SAW dengan kuasa-Nya
Al Qur’an dengan izin-Mu
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama untuk
menuliskan kata-kata, seperti imam, makmum, doa, puasa, dan misa.

6
Contoh:
Ia diangkat menjadi imam masjid dikampungnya.
Saya akan mengikuti misa digereja itu.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Sultan Hasanuddin
Andi Pangeran Pettarani
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Benar Salah
ayahnya menunaikan Ayahnya menunaikan
ibadah haji Ibadah Haji
sebagai seorang sultan Sebagai seorang Sultan
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang , nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur Syahrul Yasin Limpo
Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang
tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Sebagai seorang gubernur yang baru, ia berkeliling di daerahnya
untuk berkenalan dengan masyarakat yang dipimpinnya.
(bukan)
Sebagai seorang Gubernur yang baru, ia berkeliling di daerahnya
untuk berkenalan dengan masyarakat yang dipimpinnya.

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia

7
suku Jawa
bahasa Mandar
Perhatikan penulisan berikut:
mengindonesiakan kata-kata asing
keinggris-inggrisan
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:

Benar Salah
tahun Hijriah Tahun Hijriah
tahun Masehi Tahun Masehi
bulan Agustus Bulan Agustus
Perang Diponegoro perang Diponegoro
Proklamasi Kemerdekaan proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia republik Indonesia

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Contoh:

Benar Salah
Teluk Bone teluk Bone
Gunung Bawakaraeng gunung Bawakaraeng
Danau Tempe danau Tempe
Selat Selayar selat Selayar
Sungai Jeneberang sungai Jeneberang
Asia Tenggara asia tenggara

Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut:


Ia berlayar sampai ke teluk.
Jangan mandi di danau yang kotor.
Mereka menyeberangi selat yang dangkal.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.

8
Contoh:
Departemen Pendidikan Nasional
Dewan Perwakilan Rakyat
Undang-Undang Dasar
Perhatikan penulisan berikut:
Benar
Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.
Menurut undang-undang, perbuatan itu dapat.
Salah
Dia menjadi pegawai di salah satu Departemen.
Menurut Undang-Undang, perbuatan itu dapat.
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penghubung kekerabatan,
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai
kata ganti atau sapaan.
Contoh:
Kapan Bapak berangkat?
Apakah itu, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Saya akan disuntik, Dok?
Di mana rumah Bu Hanifah?

Perhatikan penulisan berikut:


Benar
Kami sedang menunggu Bu Guru.
Rumah Pak Guru terlekat di tengah-tengah kota.
Menurut keterangan Bu Dokter penyakit saya tidak parah.
Salah
Dia menjadi pegawai di salah satu Departemen.
Menurut Undang-Undang, perbuatan itu dapat.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:

9
Benar
Tahukah Anda bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?
Apakah kegemaran Anda?
Salah
Tahukah anda bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?
Apakah kegemaran anda?
1. Pemakaian Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau ketikan
dinyatakan dengan tanda garis bawah, dinyatakan untuk (1) menuliskan nama
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan (2) menegaskan
atau mengkhususkan huruf , bagian kata, atau kelompok kata, dan (3)
menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali kata yang
telah disesuaika ejaannya.
Contoh:
Sudahkah Anda membaca buku I La Galigo?
Majalah Dunia Pendidikan sangat digemari oleh guru.
Harian Fajar dapat merebut hati pembacanya.
Nama Latin untuk buah manggis adalah Carcinia Mangostana

C. Cara Penulisan Kata

Penulisan kata yang masih perlu diperhatikan sebagai berikut:


1. Cara Penulisan Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau bisa
Kantor pajak penuh sesak
Buku itu sangat tebal
2. Cara Penulisan Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:
Dikelola Penetapan

10
Menengok Mempermainkan
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh:
Bertepuk tangan Garis bawahi
Sebar luaskan
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
Menggarisbawahi Menyebarluaskan
Dilipatgandakan Penghancurleburan
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasa,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
Adipati Mahasiswa
Aerodinamika Mancanegara
Antarkota Narapidana
Audiogram Nonkolaborasi
Pancasila Bikarbonat
Biokimia Paripurna
Dasawarsa Poligami
Pramugari Dekameter
Prasangka Reinkarnasi
3. Cara Penulisan Bentuk Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung (-).
Contoh:
Anak-anak buku-buku
Hati-hati huru-hara
Biri-biri lauk-pauk
Mondar-mandir porak-poranda
Kuda-kuda sayur-mayur
Ramah-tamah tukar-menukar
Kupu-kupu tukar-menukar
Laba-laba terus-menerus

11
Mata-mata sia-sia
4. Cara Penulisan Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Contoh:
Duta besar mata pelajaran
Orang tua simpang empat
Kambing hitam meja tulis
Persegi panjang rumah sakit umum
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh:
Ibu-bapak kami anak-istri saya
c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai
Contoh:
Acapkali manakala
Adakalanya manasuka
Akhirulkalam mangkubumi
Alhamdulillah astagfirullah
Olahraga bagaimana
Padahal barangkali
Beasiswa peribahasa
Belasungkawa bismillah
Radioaktif saputangan
Daripada saripati
Kacamata sukarela
5. Cara Penulisan Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, sedangkan kata -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
6. Cara Penulisan Kata depan di, ke, dan dari

12
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata
seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam semalam di sini.
Di mana Siti sekarang.
Mereka ada di rumah.
Mari kita berangkat ke pasar.
Catatan: kata-kata yang dicetak miring dibawah ini ditulis serangkai.
Contoh:
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
7. Cara Penulisan Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
8. Cara Penulisan Partikel
a. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Bacalah buku itu baik-baik.
Makassar adalah tempat yang indah.
Siapakah gerangan dia?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Jika ibu pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan: kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, biarpun, kendatipun, maupun, meskipun, seklipun,
sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
Contoh:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.

13
c. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

Contoh:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp 2.000.00 per helai.

9. Cara Penulisan Angka dan Lambang Bilangan


a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Contoh :
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX
b. Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(2) satuan waktu, (3) nilai uang, dan (4) kuantitas.
Contoh:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilogram pukul 15.00
10 liter tahun 1928
c. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat.
Contoh:
Jalan Sultan Alauddin II No.3
Hotel Indonesia, Kamar 23
d. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci.
Contoh:
Bab I, Pasal 2, halaman 23
Surah Yasin: 9
e. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
Contoh:
1) Bilangan utuh
Contoh:

14
Dua belas 12
Dua puluh dua 22
2) Bilangan pecahan
Contoh:
Setengah ½
Tiga perempat ¾
Satu persen 1%
f. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang
berikut.
Contoh:
Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh

Bab II
Bab ke-2
Bab kedua
g. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara
berikut (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat
5).
Contoh:
Tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
Uang 5000-an atau uang lima ribuan

h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Contoh:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

15
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
j. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
Contoh:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
k. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Contoh:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan
majalah.
l. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat.
Contoh:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan
ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus
rupiah).

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus


sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
10. Cara Penulisan Singkatan dan Akronim
a. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.
1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat, atau
pangkat diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
A.S. Kramawijaya
Suman Hs.

16
M. Rais
Sukanto S.A.
M.B.A. master of business administration
M.Sc. master of science
S.E. sarjana ekonomi
Bpk. bapak
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal
kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Rakyat Indonesia
GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara
KTP Kartu Tanda Penduduk
3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga kata atau lebih diikuti satu tanda
titik.
Contoh:
dll. Dan lain-lain
dsb. Dan sebagainya
dst. Dan seterusnya
hlm. Halaman
sda. Sama dengan atas
Yth. Yang terhormat

Tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
Cu kuprum
TNT trinitrotoluen
kVA kilovolt-ampere

17
kg kilogram
Rp rupiah
b. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
SIM Surat Izin Mengemudi
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital
Contoh:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres Wanita Indonesia
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu pemilihan umum
rapim rapat pimpinan

rudal peluru kendali

D. Cara Pemakaian Tanda Baca

1. Tanda Titik (. )
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.


             Biarlah mereka duduk di sana.   

18
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

  Misalnya:  A. S. Kramawijaya

c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan

Misalnya: Dr.                   (Doktor)       

S.Pd (Sarjan Pendidikan)

Yth (Yang Terhormat)

S.Ag (Sarjana Agama)

2. Tanda Titik Koma (; ) 

a. Tanda titik koma dapat dipakai


untuk memisahkan bagianbagian kalimat yang sejenis dan setara. 

Misalnya: Malam makin larut; kami belum selesai juga. 

b. Tanda titik koma dapat dipakai


untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk
sebagai pengganti kata penghubung. 

Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik
mendengarkan siaran pilihan pendengar.

3. Tanda Titik Dua ( : ) 

a. Tanda titik dua dipakai pada


akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. 

19
Misalnya: Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut:
kursi, meja, dan lemari.

b. Tanda titik dua dipakai


sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya:    a.  Ketua      : Ahmad Wijaya


                     Sekretaris : S. Handayani
                     Bendahara : B. Hartawan

4. Tanda Hubung ( - ) 

a. Tanda hubung menyambung


suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya:... ada cara ba-


ru juga

b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya,


atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada

Misalnya:.. . cara baru meng-


ukur panas

Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
pangkal baris.

c. Tanda hubung menyambung


unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:  anak-anak

5. Tanda Pisah ( - )

20
a. Tanda pisah membatasi
penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
   khusus di luar bangun kalimat. 

Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai-


diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. 

b. Tanda pisah menegaskan adanya


aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. 

Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini


juga pembedahan atom- tidak mengubah konsepsi kita tentang alam
semesta.

7. Tanda Elipsis ( ... )


 
a. Tanda elipsis menggambarkan
kalimat yang terputus-putus.
 

Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak. 

b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada


bagian yang dihilangkan.

Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

8. Tanda Tanya ( ? )
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
 Misalnya: Kapan ia berangkat?
                  Saudara tahu bukan?
b. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.

Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).

21
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. 

9. Tanda Seru (!) 

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
atau rasa emosi yang kuat. 

Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!


              Bersihkan kamar ini sekarang juga! 

10. Tanda Kurung (   ) 


a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. 

Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai. 

b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian


integral pokok pembicaraan. 

Misalnya:  Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang


terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962

c. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.

Misalnya:  Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:


               (a) alam,
               (b) tenaga kerja, dan
               (c) modal.

11. Tanda Kurung Siku ([... ]) 

Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah
asal.         

22
Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik. 

12. Tanda Petik ("... ") 

a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,


naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama
tinggi di sebelah atas baris.  

Misalnya:  "Sudah siap?" tanya Awal.


              "Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!" 

b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila
dipakai dalam kalimat. 

Misalnya:  Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari
Suatu Tempat. 

13. Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' ) 


a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain.       

Misalnya:  Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?

b. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau


ungkapan asing (Lihat pemakaian tanada kurung) 

Misalnya:  rate of inflation          ’laju inflasi’ 

14. Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa) 

Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar.           

Misalnya:  kata2

15. Tanda Garis Miring ( / ) 

23
a. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat. 

Misalnya: No. 7/PK/1973 

b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau
nomor alamat. 

Misalnya:  mahasiswa/mahasiswi
              harganya Rp 15,00/lembar
              Jalan Daksinapati IV/3 

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pemakaian huruf sesuai dengan pedoman EYD diantaranya yaitu huruf abjad, huruf
vokal, huruf konsonan, huruf diftong, dan pemenggalan kata.
2. Penulisan huruf sesuai dengan pedoman EYD meliputi huruf kapital dan huruf miring.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk
kata ganti untuk Tuhan dan lain sebagainya. Huruf miring dalam cetakan, yang
dalam tulisan tangan atau ketikan dinyatakan dengan tanda garis bawah,
dinyatakan untuk (1) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam karangan (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf , bagian
kata, atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau
ungkapan asing, kecuali kata yang telah disesuaika ejaannya
3. Penulisan kata sesuai dengan pedoman EYD meliputi kata dasar, kata turunan, bentuk
ulang, kata ganti, kata depan, partikel, singkatan, angka dan lambang bilangan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Mustakim. 1992. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia: untuk


Umum.Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.

Departemen Pendidikan Nasional. 1996. Pedoman Umum Ejaan Yang


Disempurnakan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

__________.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Lukman, Ali. 2000. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasional.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia.


Bandung: Angkasa.

Depdikbud. 2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang


Disempurnakan. Jakarta: Hi-Fest Publishing.

Tim Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.

Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 2004. Pedoman Umum Ejaan


Bahasa Indonesia yang Disempurnan.Jakarta: Pusat Bahasa.
J.S Badudu; 1986, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar, Gramedia. Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai