Anda di halaman 1dari 5

Nama : I Putu Andika Pratama Wisesa

NIM : 1708521020

Tugas Fisika Tomografi


Sejarah Tomografi

Computed Tomography Scanner (CT-scan), juga disebut X-ray computed tomography (X-ray
CT) atau komputerisasi aksial tomografi scan (CAT scan), adalah sebuah metode penggambaran
medis menggunakan tomografi di mana pemrosesan geometri digunakan untuk menghasi lkan
sebuah gambar tiga dimensi bagian dalam sebuah objek dari satu seri besar gambar sinar -X (X-
ray) dua dimensi diambil dalam satu putaran “axis”. Perkembangan CT Scan sangat pesat. Dimulai
dari generasi I yang hanya memiliki satu detector dan menggunaka n berkas Pencil Beam, sampai
yang sekarang ini sudah menggunakan Multi Slice Detector (MSCT) dan Dual Source CT (DSCT).
Sejak diperkenalkan pada tahun 1970-an, CT telah menjadi alat penting dalam pencitraan medis
untuk melengkapi sinar-X dan ultrasonografi medis. Ini telah baru-baru ini telah digunakan untuk
pengobatan pencegahan atau skrining untuk penyakit, misalnya CT colonography untuk orang-
orang dengan risiko tinggi kanker usus, atau scan jantung full-motion untuk orang-orang dengan
risiko tinggi penyakit jantung. Sejumlah lembaga menawarkan scan seluruh tubuh untuk
masyarakat umum. Pesawat CT Scan pertama kali dirancang bangun pada tahun 1971 atas dasar
tindak lanjut ide teori Dr. Hounsfield dengan prinsip kerja pesawat teknik tomografi. Dimana
lingkup kerja pesawat CT Scan hanya terbatas pada pengambilan gambar-gambar diagnosa kepala
secara scanner, sehingga pesawat CT Scan waktu itu disebut CT Head Scanner.
Ciri-ciri CT Scan generasi pertama diantaranya :

• X-ray tube yang digunakan masih menghasilkan pencil beam.

• Detector yang digunakan single detector untuk mendapatkan gambaran per-slicenya.

• Pixel yang dihasilkan dalam bentuk pixel recon matrix memiliki ukuran 80 x 80 pixel recon

matrix, 13 mm slice thickness 33 mA, 120 KV.


• Scanning time yang bisa dilakukan pesawat adalah 4 s/d 5 menit.
• Kerja x-ray tube secara continous radiation.

• Proyeksi gambar scanning secara paralel untuk tiap kali rotasi.

• Prinsip kerja pesawat menggunakan prinsip kerja teknik tomografi


• Secara translation dan rotation yang bergantian dan berlainan arah antara x-ray tube dengan
detector.
• Secara translation dan rotation yang bergantian dan berlainan arah antara x-ray tube dengan
detector.
• Perintis : EMI, London, 1977

• X-ray : pencil beam

• Gerakan : translate – rotate

• Detektor : single detector

• Rotasi : 180 derajat


• Waktu : 4,5 – 5,5 menit / scan slice
• App : head scanner

CT Scan generasi kedua muncul pada tahun 1975, dimana pesawat CT Scan II merupakan
evolution CT Scan generasi pertama, pada pesawat CT Scan II mempunyai fasilitas komponen
yang lebih lengkap, terutama dalam pemakaian komponen detector. Pada CT Scan II, sistem
detector yang dipakai adalah multidetector, sehingga sensitifitas pesawat tersebut terhadap berkas
radiasi x-ray yang terpancar dari sumber sinar-x lebih tinggi jika dibandingkan dengan pesawat
CT Scan yang menggunakan single detector.

CT Scan generasi kedua juga memiliki ciri-ciri khusus diantaranya :

• X-ray tube yang digunakan dapat menghasilkan fan beam.


• Banyaknya detector yang dipakai biasanya lebih dari 30 detector.
• Lama waktu Scanning ± 20 s/d 90 second.
• Menghasilkan x-ray secara continous radiation.
• Sudah bisa digunakan untuk Scan hampir seluruh tubuh.

Berdasarkan hasil rekontruksi gambaran diagnosa yang dihasilkan, CT Scan III mampu
menampilkan tampilan gambaran diagnostik suatu objek dengan kemampuan resolusi yang lebih
baik daripada gambaran diagnostik yang dihasilkan pada generasi CT Scan sebelumnya. CT Scan
III muncul sekitar tahun 1977 setelah CT Scan II muncul. Kemunculan pesawat CT Scan III
merupakan imbas dari kemajuan teknologi komputer dalam merekontruksi gambar-gambar medik
dengan resolusi citra yang baik. Hal ini ditandai dengan semakin kompleksnya sistem pesawat
pada CT Scan III. Sehingga pencitraan medik pada gambaran diagnostik tampak lebih sempurna.

CT Scan III mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut :

• Sinar-x yang dihasilkan oleh x-ray tube adalah fan beam geometri.

• Detector yang digunakan sebagai pendeteksi sinyal radiasi x-ray lebih banyak daripada CT

Scan I dan II, yakni jumlahnya sebanyak 380 s/d 768 element.
• Dapat menghasilkan sinar-x yang bersifat pulsed radiation atau continous radiation

(tergantung dari rancangan pesawat tersebut).


• Sistem pergerakkan kerja rotanx dan detector tidak secara linier, melainkan secara rotasi

dengan kecepatan tinggi (high speed).


• Exposure time yang relatif cepat ± 500 ms (Somatom Plus 4, Siemens) s/d 1,4 second
(Somatom DR Siemens).
• Dapat digunakan untuk mendiagnosa seluruh tubuh.

Pesawat CT Scan generasi IV muncul pada tahun 1977 setelah munulnya CT Scan III. Pesawat
CT Scan IV merupakan suatu modifikasi dari CT Scan III. Karena semua cara kerja yang
diaplikasikan pada pesawat CT Scan IV adalah dasar prinsip kerja pesawat CT Scan III. Meskipun
berdasarkan kedetailan penyampaian informasi secara digital, CT Scan IV sedikit lebih akurat
daripada CT Scan III. Hal ini disebabkan karena pada CT Scan IV dimodifikasi dengan stationary
detector.

Pengembangan dari generasi III

• X-ray : wide fan beam


• Gerakan : stationary-rotate system
• Detektor : multi detector (424-2400)
• Slip ring detector
• Rotasi : 360 derajat
• Waktu : <10 detik / scan slice
• App : whole body scanner
CT Scan generasi ini detektornya berbentuk seperti cincin yang dinamakan ring. Sehingga
hanya tabungnya saja yang berputar 360 derajat dan detektornya statis (diam). Waktu yang
diperlukan untuk satu kali scanning selama 1 – 5s. CT Scan V muncul tidak layaknya seperti CT
Scan generasi sebelumnya. Pada CT Scan generasi I, II, III, dan IV hadir dengan prinsip aplikasi
fungsional dan peranan x-ray sebagai media pembentuk gambaran diagnostik. Akan tetapi,
pesawat CT Scan V muncul tanpa menggunakan peranan x-ray sebagai media untuk menampilkan
tampilan diagnosa. Pada Electron Beam Technique tidak menggunakan tabung sinar-x, tapi
menggunakan electron gun yang memproduksi pancaran electron berkekuatan 130 KV. Pancaran
electron difokuskan oleh electro-magnetic coil menuju fokal spot pada ring tungsten. Proses
penumbukkan electron pada tungsten menghasilkan energy sinar-x. Sinar-x akan keluar melewati
kolimator yang membentuknya menjadi pancaran fan beam. Kemudian sinar-x akan mengenai
obyek dan hasil atenuasinya akan mengenai solid state detector dan selanjutnya prosesnya sama
dengan prinsip kerja CT Scan yang lain. Perbedaannya hanya pada pembangkit sinar-x nya bukan
menggunakan tabung sinar-x tetapi menggunakan electron gun. Akuisisi data dilakukan dengan
meja bergerak sementara tabung sinar-x berputar, sehingga gerakan tabung sinar-x membentuk
pola spiral terhadap pasien ketika dilakukan akuisisi data. Pola spiral ini diterapkan pada
konfigurasi rancangan CT generasi ketiga dan keempat.

Pengembangan dari generasi III dan IV

• X-ray : wide fan beam


• Gerakan : stationary-rotate system
• scanning (spiral CT)
• Detektor : multi detector (424-2400)
• slip ring detector
• Rotasi : 360 derajat
• Waktu : <10 detik / scan slice
• App : whole body scanner (multi slice, 3D, 4D)

Dengan menggunakan multi array detector, maka apabila kolimator dibuka lebih lebar maka
akan dapat diperoleh data proyeksi lebih banyak dan juga diperoleh irisan yang lebih tebal
sehingga penggunaan energy sinar-x menjadi lebih efisien. Dual Source CT (DSCT) mengguna ka n
dua buah tabung sinar-x dan terhubung pada dua buah detector. Masing-masing tabung sinar-x
menggunakan tegangan yang berbeda. Yang satu menggunakan tegangan tinggi (biasanya sekitar
140 KV) dan tabung yang lainnya menggunakan tegangan rendah (sekitar 80 KV). DSCT berguna
untuk menentukan jenis bahan atau zat.

Penggunaan CT telah meningkat secara dramatis selama dua dekade terakhir di banyak negara.
Diperkirakan 72 juta scan dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2007. Satu studi
memperkirakan bahwa sebanyak 0,4% dari kanker saat ini di Inggris Serikat adalah karena CTs
dilakukan di masa lalu dan bahwa ini bisa meningkat sampai setinggi 1,5 sampai 2% dengan tahun
2007 tingkat penggunaan CT. Namun, perkiraan ini diperdebatkan, karena tidak ada konsensus
tentang adanya kerusakan dari rendahnya tingkat radiasi. masalah ginjal kadang-kadang terjadi
setelah agen kontras intravena digunakan pada beberapa jenis studi. Dari perkembangan teknologi
CT Scan dapat diperoleh indicator perkembangannya bahwa semakin compact/ ringkas
komponennya maka semakin kecil tingkat resiko yang ditimbulkan.

Anda mungkin juga menyukai