5. Persiapan Pasien
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus memperoleh informasi yang
cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalaninya. Informasi penting yang harus diketahui
pasien adalah harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi pasien) dan
berapa biaya pemeriksaan.
Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa juga melalui penjelasan
secara langsung oleh dokter sonografer atau sonologist. Sebelum melakukan pemeriksaan USG,
pastikan bahwa pasien benar-benar telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan
pemeriksaan USG atas dirinya.
Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal, tanyakan kembali apakah ia seorang
nova atau nyonya?, jelaskan dan perlihatkan tentang pemakaian kondom yang baru pada setiap
pemeriksaan (kondom penting untuk mencegah penularan infeksi).
Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang sebanyak dua buah, hal ini
penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa USG bukanlah suatu alat yang dapat melihat
seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini untuk menghindarkan kesalahan harapan dari
pasien. Sering terjadi bahwa pasien mengeluh "Kok sudah dikomputer masih juga tidak diketahui
adanya cacat bawaan janin atau ada kista indung telur?” USG hanyalah salah satu dari alat bantu
diagnostik didalam bidang kedokteran. Mungkin saja masih diperlukan pemeriksaan lainnya agar
diagnosis kelainan dapat diketahui lebih tepat dan cepat.
6. Persiapan Pemeriksa
Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan pemeriksaan USG, apa
indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena bersifat darurat gawat, misalnya pasien dengan
kecurigaan kehamilan ektopik. Tanyakan apakah ia seorang nyonya atau nona, terutama bila akan
melakukan pemeriksaan USG transvaginal.
Selanjutnya cocokkan identitas pasien, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik yang ada;
kemudian berikan penjelasan dan ajukan persetujuan lisan terhadap tindak medik yang akan
dilakukan.
Persetujuan tindak medik yang kebanyakan berlaku di Indonesia saat ini hanyalah bersifat
persetujuan lisan, kecuali untuk tindakan yang bersifat invasif misalnya kordosintesis atau
amniosintesis.
Dimasa mendatang tampaknya pemeriksaan USG memerlukan persetujuan tertulis dari
pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mencegah penularan penyakit berbahaya seperti
HIV/AIDS dan penyakit menular seksual akibat semakin banyaknya seks bebas dan pemakaian
narkoba. Pemeriksa diharapkan juga agar selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-literatur mengenai USG, mengikuti
pelatihan secara berkala dan mengikuti seminar-seminar atau pertemuan ilmiah lainnya mengenai
kemajuan USG mutakhir. Kemampuan diagnostik seorang sonologist sangat ditentukan oleh
pengetahuan, pengalaman dan latihan yang dilakukannya
DAFTAR PUSTAKA
Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul Hidayat, 2006, Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan,
Jakarta : Salemba Medika.