Anda di halaman 1dari 112

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap kementerian di Indonesia saat ini berharap mendapatkan

hasil laporan keuangan yang wajar tanpa pengecualian bagi

kementeriannya. Guna mendapat laporan keuangan yang wajar tanpa

pengecualian, setiap kementerian diharuskan untuk melaksanakan

akuntabilitas sektor publik yang transparan dan akuntable sehingga dapat

memberi informasi yang dapat dimengerti oleh masyarakat banyak

sebelum mendapatkan nilai laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan. Laporan keuangan harus dilakukan pemeriksaan dari

inspektorat dalam suatu lembaga pemerintahan berdasarkan PP No 20

Tahun 2015 Tentang Praktek Akuntan Publik demi terwujudnya good

governance. Inspektorat menurut kamus besar indonesia adalah Badan

(Lembaga, Pemerintah) yang melakukan pekerjaan pemeriksaan dan

pengawasan dilingkungan departemen yang bersangkutan. Inspektorat

daerah/ lembaga mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan

pengawasan umum pemerintahan daerah dan tugas lain yang diberikan

kepala atau pimpinan.

Auditor Inspektorat Kementerian Sosial Republik Indonesia

bertugas melakukan pemeriksaaan terhadap satuan kerja yang ada

1
dilingkungan Kementerian Sosial Republik Indonesia yang berjumlah dari

50 satuan

2
kerja. Hal itu menunjukan bahwa suasana kerja auditor Inspektorat

Kementerian Sosial Republik Indonesia berubah – ubah karena auditor

tidak hanya bekerja diruangan dan lingkungan kantornya saja melainkan

juga lingkungan tempat dimana auditor melakukan pemeriksaan.

Lingkungan kerja dan suasan hati yang berubah-ubah menurut auditor

agar tetap dapat mengontrol diri serta menjaga suasan hati agar saat

melaksanakan tugasnya auditor tetap fokus dengan pekerjaan yang harus

diselesaikan.

Kecerdasan emosional yang dimiliki auditor dalam berkomunikasi

dengan klien dan mengerti apa yang diinginkan klien selama tidak

melanggar kode etik yang berlaku bagi seorang auditor internal seperti

inspektorat di Indonesia. Menurut Martin (2005) kinerja seseorang tidak

hanya dilihat dari kemampuan kinerja yang sempurna tetapi juga

kemampuan menguasai diri dan mengelolah diri serta kemapuan dalam

membina hubungan dengan orang lain. Oleh karena itu auditor inspektorat

harus memiliki kecerdasan emosional yang tinggi agar pekerjaannya

dapat diselesaikan dengan baik.

Pemeriksaan audit yang sistematis merupakan langkah untuk

mendapatkan hasil audit yang berkualitas. Hasil audit akan mempengaruhi

para pemilik kepentingan untuk menetapkan langkah terhadap entitas

perusahaan mereka. Dengan kata lain, jasa professional uang ada pada

auditor merupakan penentu yang memberikan nilai pada laporan

keuangan sehingga tingkat kesalahan dan pelanggaran dapat dikurangi


serta tujuan
audit pun dapat tercapai.

Memiliki keahlian saja tidaklah cukup untuk menjadi seorang

auditor, sikap profesionalisme juga harus dimiliki oleh seorang auditor.

Profesionalisme merupakan ciri yang mengacu pada profesi atau orang

yang profesional. Bagaimana tidak dengan tekanan yang luar biasa dari

pihak perusahaan akan tuntutan hasil audit yang baik tidak jarang

melakukan tindakan yang bisa membuat auditor tersebut tercoreng

dengan menjunjung tinggi sikap profesional auditor diyakini akan mampu

bekerja dengan maksimal dan jauh lebih kuat menghadapi tekanan.

Karena dengan begitu kepercayaan masyarakat kepada auditor akan

meningkat karena melihat auditor yang mampu melakukan tugasnya

dengan baik dan memberikan jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Etika seorang auditor bisa dikatakan menjadi penguat bagi seorang

profesi auditor. Dengan demikian etika auditor akan menjalankan

tugasnya sesuai dengan kode etik yang berlaku dan melaksankan audit

sesuai dengan standar peraturan yang berlaku. Sangat percuma jika

seorang auditor memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik, pintar,

rajin, memiliki mutu dan kualitas yang baik sebagai auditor yang

profesional, namun tidak memiliki etika dalam diri auditor tersebut. maka

suatu kondisi auditor tersebut tidak akan mampu menjalnkan tugasnya

dengan baik karena tidak kuasa menahan tekanan dari pihak perusahaan

yang membuat iman seorang auditor itu goyah, sehingga tidak akan

menghasilkan suatu hasil audit yang berkualitas. Mengapa demikian,


karena etika merupakan pelaksanaan audit yang mengacu pada standar

audit dan kode etik, sehingga sangat mempengaruhi kualitas hasil audit.

Prinsip-prinsip perilaku bagi auditor antara lain integritas,

obyektifitas dan kompetensi. Integritas diperlukan agar auditor dapat

bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit, obyektifitas

diperlukan agar auditor bertindak adil tanpa dipengaruhi oleh paksaan

atau permintaan pihak tertentu yang berkepentingan atas hasil audit, serta

kompetensi auditor didukung oleh pengetahuan, dan kemampuan yang

diperlukan untuk melaksanakan tugas.

Kinerja auditor juga bisa dipengaruhi oleh kepuasan kerja kinerja

seorang auditor. Karena kepuasan kerja merupakan luapan emosi dan

penilaian seseorang akan pekerjaannya tersebut. Seorang auditor akan

bekerja maksimal jika dia merasa nyaman dengan lingkungannya, baik

rekan kerja, sikap atasan terhadap dirinya, kompensasi terhadap apa yang

telah dilakukan dalam pekerjaannya, semua itu menjadi elemen penting

dalam meningkatkan kinerja auditor tersebut, sebab jika auditor merasa

senang dan puas dengan pekerjaannya maka akan menghasilkan kinerja

yang berkualitas dan mampu menghasilkan hasil audit yang berkualitas.

Begitu pula sebaliknya, jika auditor merasa kurang senang dengan

pekerjaan dan lingkungannya, kurang mendapat kebutuhan yang

memadai maka tidak akan menghasilkan suatu hasil audit yang

berkualitas.

Auditor Inspektorat yang memiliki kecerdasan emosional, etika


profesi, kompetensi dan integritas yang tinggi akan mampu bertindak atau
berperilaku dengan etis dalam profesi dan organisasi (Maryani dan

Ludigdo, 2001) berdasarkan latar belakang dikemukakan, dapat dilihat

bahwa zaman sekarang ini seorang auditor/ inspektorat dipengaruhi oleh

beberapa kecerdasan dan juga etika profesi sebagai auditor / inspektorat

dalam menigkatkan kinerjanya. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ), Etika

Profesi, Kompentensi dan Integritas Terhadap Kinerja

Auditor/Inspektorat yang bekerja di Kementerian Sosial Republik

Indonesia”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas,

dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Diduga terdapat pengaruh antara Kecerdasan Emosional terhadap

Kinerja Auditor pada Kementerian Sosial RI.

2. Diduga terdapat pengaruh antara Etika Profesi terhadap Kinerja

Auditor pada Kementerian Sosial RI.

3. Diduga terdapat pengaruh antara Kompetensi terhadap Kinerja

Auditor pada Kementerian Sosial RI.

4. Diduga terdapat pengaruh antara Integritas terhadap Kinerja Auditor

pada Kementerian Sosial RI.

5. Diduga terdapat pengaruh secara bersama-sama antara Kecerdasan

Emosional, Etika Profesi, Kompetensi dan Integritas terhadap Kinerja

Auditor pada Kementerian Sosial RI.


C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna dan

mendalam maka penulis memandang permasalahan penelitian yang

diangkat perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi

masalah yang akan diteliti hanya yang berkaitan dengan kinerja

inspektorat Kementerian Sosial Republik Indinesia yang dipengaruhi

antara lain oleh :

1. Penulis hanya meneliti sejauh mana pengaruh kecerdasan emosional

melalui kesadaran diri terhadap kinerja auditor / Inspektorat di

Kementerian Sosial Republik Indonesia.

2. Penulis hanya meneliti sejauh mana pengaruh kecerdasan emosional

melalui Pengendalian diri terhadap kinerja auditor / Inspektorat di

Kementerian Sosial Republik Indonesia.

3. Penulis hanya meneliti sejauh mana pengaruh kecerdasan emosional

melalui motivasi terhadap kinerja auditor / Inspektorat di Kementerian

Sosial Republik Indonesia.

4. Penulis hanya meneliti sejauh mana pengaruh etika profesi auditor

internal / Inspektorat melalui integritas terhadap kinerja auditor /

Inspektorat di Kementerian Sosial Republik Indonesia.

5. Penulis hanya meneliti sejauh mana pengaruh etika profesi auditor

internal / Inspektorat melalui obyektifitas terhadap kinerja auditor /

Inspektorat di Kementerian Sosial Republik Indonesia.

6. Penulis hanya meneliti variabel independen yang terdiri Kecerdasan


emosional, Kompetensi, Etika Profesi dan Integritas terhadap Kinerja
Audit.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh antara Kecerdasan Emosional terhadap

Kinerja Auditor?

2. Apakah terdapat pengaruh antara Etika Profesi terhadap Kinerja

Auditor?

3. Apakah terdapat pengaruh antara Kompetensi terhadap Kinerja

Auditor?

4. Apakah terdapat pengaruh antara Integritas terhadap Kinerja

Auditor?

5. Apakah ada pengaruh antara Kecerdasan Emosional, Etika Profesi,

Kompetensi dan Integritas secara bersama-sama terhadap Kinerja

Auditor?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang, identifikasi masalah, batasan

masalah dan rumusan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan

tujuan antara lain :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kecerdasan

emosional terhadap kinerja auditor.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh etika profesi

terhadap kinerja auditor.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kinerja


auditor.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh integritas terhadap kinerja
auditor.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kecerdasan, etika

profesi, kompetensi dan integritas terhadap kinerja auditor.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat

tersebut antara lain :

1. Manfaat praktis usulan penelitian ini diharapkan dapat menambah

literatur bagi auditor / inspektorat dalam memperluas pengetahuan

mereka tentang pengaruh aspek keperilakuan terhadap akuntansi

serta memperkaya riset mereka di bidang akuntansi keperilakuan.

2. Manfaat yang akan datang pada usulan penelitian ini diharapkan

dapat dimanfaatkan sebagai literatur pelengkap dan bahan pokok

untuk kajian lebih lanjut.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Teori

1. Teori Dasar (Grand Theory)

Setiap pihak yang memiliki hubungan dengan perusahaan

sangat berkepentingan dengan kinerja perusahaan. Pentingnya

pengukuran kinerja perusahaan dapat dijelaskan dengan teori

keagensian (Agency Theory).

A. Agency Theory

Teori ini menjelaskan adanya hubungan kontaraktual

antara dua pihak atau lebih yang salah satu pihak disebut

prinsipal (principal) yang menyewa pihak lain disebut agen

(agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang

meliputi pendelegasian wewenang (Jensen dan Meckling, 1976).

Dalam hal ini pihak prinsipal mendelegasikan pertanggung

jawaban atas decision making kepada agen. Prinsipal

memberikan tanggung jawan kepada agen sesuai dengan

kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggung

jawab agen maupun prinsipal diatur dalam kontrak kerja atas

persetujuan bersama, prinsipal mempekerjakan agen untuk

melakukan tugas demi


kepentingan prinsipal, termasuk dalam pendelegasian otoritas
pengambilan keputusan.

Teori agensi menyatakan bahwa praktek manajemen laba

dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara agen dan prinsipal

yang timbul ketika setiap pihak berusaha mencapai tingkat

kemakmuran yang dikehendaki. Seringkali hubungan antar

prinsipal dan agen tercermin dalam hubungan antara pemilik

modal atau investor sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen.

Dalam hal ini agen memiliki labih banyak informasi dibanding

prinsipal, sehingga memimbulkan adanya asimetri informasi.

Adanya informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat

memicu untuk melakukan tindakan sesuai dengan keinginan dan

kepentingan pribadinya.

B. Auditing

Auditing menurut (Sukrisno Agoes, 2004). Audit adalah

pemeriksaan yang dilakukan untuk setiap kritis dan sistematis

oleh pihak yang independen, laporan keuangan yang disusun

oleh manajemen dan catatan akuntansidan bukti pendukung,

dalam rangka memberika pendapat atas kewajaran laopran

keuangan Standar auditing tersebut terdiri dari:

1) Prinsip-Prinsip Umum dan Tanggung Jawab sebagai berikut :

a. SPA 200, “Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan

Pelaksanaan Suatu Audit Berdasarkan Standar Perikatan

Audit”.

b. SPA 210, “Persetujuan atas Syarat-syarat Perikatan


Audir”.

c. SPA 220, “pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan

Keuangan”.

d. SPA 230, “Dokumentasi Audit”.

e. SPA 240, “ Tanggung Jawab Auditor Terkait Dengan

Kecurangan Dalam Suatu Audit Atas Laporan Keuangan”.

f. SPA 250, “Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-

Undangan Dalam Audit Laporan Leuangan”.

g. SPA 260, “Komunikasi Dengan Pihak Yang Bertanggung

Jawab Atas Tata Kelola”.

h. SPA 265, “Pengomunikasian Defisiensi Dalam

Pengendalian Internal Kepada Pihak Yang Bertanggung

Jawab atsa Tata Kelola Dan Manajemen”.

2) Penilaian Risiko dan Respons terhadap Resiko yang telah

Dinilai sebagai berikut :

a. SPA 300, “Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan

Keuangan”.

b. SPA 315, “Pengidentifikasian Dan Penilaian Risiko Salah

Saji Material Melalui Pemahaman Atas Intitas Dan

Lingkungannya”.

c. SPA 320, “Materialitas Dalam Perencanaan dan

Pelaksanaan Audit”.

d. SPA 330, “Respons Audit Terhadap Risiko Yang Telah

Dinilai”.
e. SPA 402, “Pertimbangan Audit Terkait Dengan Entitas

Yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa”.

f. SPA 450, “Pengevaluasiaan Atas Salah Saji Yang

Diidentifikasi Selama Audit”.

3) Bukti Audit sebagai berikut :

a. SPA 500, “Bukti Audit”.

b. SPA 501,”Bukti Audit – Pertimbangan Spesifik Atas Unsur

Pilihan”.

c. SPA 505,”Konfirmasi Eksternal”.

d. SPA 510, “Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal”.

e. SPA 520,”Prosedur Analitis”. – SPA 530, “Sampling Audit”.

f. SPA 540, “Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk

Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, Dan Pengungkapan Yang

Bersangkutan”.

g. SPA 550, ‘Pihak Berelasi”.

h. SPA 560, “Peristiwa Kemudian”.

i. SPA 570, “Kelangsungan Usaha”. – SPA 580,

“Representasi Tertulis”.

j. Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain sebagai berikut :


k. SPA 600, “Pertimbangan Khusus – audit Atas Laporan

Keuangan Grup (Termasuk Pekerjaan Auditor

Komponen)”.

l. SPA 610, “Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal”.

m. SPA 620, “Penggunaan Pekerjaan Seorang Pakar Auditor”.

n. Kesimpulan Audit dan Pelaporan sebagai berikut :

o. SPA 700, “Perumusan Suatu Opini Dan Pelaporan Atas

Laporan Keuangan”.

p. SPA 705, “Modifikasi Terhadap Opini dalam Laporan Audit

Independen”.

q. SPA 706, “Paragraf Penekanan Suatu Hal Dan Paragraf

Hal Lain Dalam Laporan Auditor Independen”.

r. SPA 710, “Informasi Komparatif – Angka Korespondensi

dan Laporan Keuangan Komparatif”.

s. SPA 720, “Tanggung Jawab Auditor Atas Informasi Lain

Dalam Dokumen Yang Berisi Laporan Keuangan Auditan”.

t. Area-Area Khusus

u. SPA 800, “Pertimbangan Khusus – Auditor Atas Laporan

Keuangan yang Disusun Sesuai Dengan Kerangka

Bertujuan Khusus”.

v. SPA 805, “Pertimbangan Khusus – Auditor Atas Laporan

Keuangan Tunggal Dan Unsur, Akun, Atau Pos Spesifik

Dalam Suatu Laporan Keuangan”.

w. SPA 810, “Perikatan Untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan


Keuangan”.

C. Opini Audit

Opini Audit dalam laporan audit bentuk baku, paragraf

ketiga maupun paragraf yang digunakan oleh auditor untuk

menyatakan pendapan atau opini mengenai laporan keuangan

yang disebut dalam paragraf pengantar. Dalam paragraf ini

auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan

keuangan auditan, dalam semua hal material, yang didasarkan

atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan

prinsip akuntansi berterima umum. Di dalam SA (Stanadar Audit)

Seksi 508 paragraf 10, (2001) menurut Komite Standar Auditing

IAI, ada lima jenis laporan yang diterbitkan oleh Auditor:

1 Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

2 Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa

Penjelasan yang Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk

Baku (Unqualified Opinion With Explanatory Language)

3 Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

4 Pendapat Tidak wajar (Anverse Opinion)

5 Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer

Opinions)

B. Hubungan Antar Variabel dan Teori antara lain :

1. Hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Auditor

Daniel Goleman, seorang Psikologi ternama, dalam bukunya

pernah mengatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam


dunia kerja bukan hanya cognitive intelligence saja yang dibutuhkan

tetapi juga emotional intelligence (Goleman, 2000). Menurut Sutya

(2004) bahwa kecerdasan emosiaonal auditor inspektorat

berpengaruh terhadap kinerja auditor. Kecerdasan emosiaonal

seorang auditor dapat meningkatkan kinerja dalam pekerjaannya.

Kinerja tidak hanya dilihat oleh faktor intelektualnya saja tetapi juga

ditentuka oleh faktor emosinya. Seseorang yang dapat mengontrol

emosinya dengan baik maka akan dapat menghasilkan kinerja yang

baik pula. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Meyer

(2004) bahwa kecerdasan emosi merupakan faktor yang sama

pentingnya dengan kombinasi kemampuan teknis yang analisis

untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Sala satu aspek dalam

kecerdasan emosi adalah motivasi. Goleman (2000) seperti yang

dijelaskan sebelumnya, memotivasi diri sendiri merupakan

landasan keberhasilan dan terwujudnya kinerja yang tinggi di

segala bidang. Penelitian lainnya yang pernah dilakukan oleh

Boyatzis Chermiss dalal Trihandini ((2005, 26) menunjukan bahwa

pegawai yang memiliki skor kecerdasan emosi yang tinggi akan

menghasilkan kinerja yang lebih baik yang dapat dilihat bagaimana

kualitas dan kuantitas yang diberikan pegawai tersebut terhadap

perusahaan. Chermiss juga mengungkapkan bahwa walaupun

seseorang tersebut memiliki kinerja yang cukup baik tapi apabila

dia memiliki kinerja yang cukup baik tapi apabila dia memiliki sifat

yang tertutup
dan tidak interaksi dengan orang lain secara baik maka kinerja tidak
dapat berkembang. Secara khusus auditor membutuhkan EQ yang

tinggi karena dalam lingkungan kerjanya auditor akan berinteraksi

dengan orang banyak baik di dalam maupun di luar lingkungan

kerja. EQ berperan penting membentuk moral disiplin auditor.

Dalam dunia kerja auditor, berbagai masalah dan tantangan yang

harus dihadapi seperti persaingan yang ketat. Tuntutan tugas,

suasana kerja yang tidak nyaman dan masalah hubungan dengan

orang lain. Masalah- masalah tersebut dalam dunia kerja auditor

bukanlah suatu hal yang hanya membutuhkan kemampuan

intelektualnya, tetapi dalam menyelesaikan masalah tersebut

kemampuan emosi atau kecerdasaan emosional lebih banyak

diperlukan. Bila seorang auditor dapat menyelesaikan masalah-

maslah dalam dunia kerjanya dengan emosi yang stabil maka akan

menghasilkan kinerja yang lebih baik pula.

H1 : adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja

auditor

2. Hubungan Etika Profesi terhadap Kinerja Auditor

Kode etik akuntan merupakan norma perilaku yang mengatur

hubungan antara auditor dengan para klien, antara auditor dengan

sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat. Kode Etik

Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan

aturan abagi seluruh anggota.

H2 : adanya pengaruh etika profesi terhadap kinerja auditor

3. Hubungan Kompetensi terhadap Kinerja Auditor


Kompetensi merupakan hal yang sangat penting yang harus

dimiliki oleh seorang auditor, kompetensi bisa terlihat dari

pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dimiliki oleh auditor,

dengan memiliki pengetahuan yang cukup seorang auditor akan

lebih mudah dalam mengetahui berbagai masalah yang timbul

dalam proses audit, sedangkan dengan kemampuan serta keahlian

yang dimiliki, akan lebih mudah bagi auditor untuk menganalisa dan

mencari penyebab permasalahan-permasalahan tersebut secara

lebih mendalam.

De Angelo (1981) Efendy (2010), menyatakan kinerja audit

sebagai probabilitas atau kemungkinan bahwa auditor akan

menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi

klien dibutuhkan kompetensi auditor, oleh karena itu seorang

auditor yang memiliki pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang

memadai akan lebih mudah memahami dan memgetahui

pelanggaran ataupun perkembangan yang terjadi dalam lingkungan

audit klien, sehingga mampu menghasilkan laporan hasil audit yang

berkualitas baik.

H3 : adanya pengaruh kompetensi terhadap kinerja auditor

4. Hubungan Integritas terhadap Kinerja Auditor

Integritas juga merupakan komponen profesionalisme

auditor. Integritas adalah kepatuhan tanpa kompromi untuk kode

nilai-nilai moral, dan menghindari penipuan, kemanfaatan,

kepalsuan, atau kedangkalan apapun. Pentingnya integritas


berasal dari ide bahwa
profesi adalah "panggilan" dan membutuhkan profesional untuk

fokus pada gagasan bahwa mereka melakukan pelayanan publik.

Integritas mempertahankan standar prestasi yang tinggi dan

melakukan kompetensi yang berarti memiliki kecerdasan,

pendidikan, dan pelatihan untuk dapat nilai tambah melalui kinerja

(Mutchler, 2003).

H4 : adanya pengaruh integritas terhadap kinerja auditor

C. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Kecerdasan

Emosional, Etika Profesi, Kompetensi, dan Integritas tehadap Kinerja

Auditor telah dilakukan telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Berikut

ini ada beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan dengan

Kecerdasan Emosional, Etika Profesi, Kompetensi, dan Integritas

terhadap Kinerja Auditor :


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil peneliti

1 Anis Pengaruh Pengujian hipotesis

Choiriah Kecerdasan menunjukkan bahwa variabel

Emosional dan Etika Kecerdasan Emosional dan

Profesi Terhadap Etika Profesi memiliki

Kinerja Auditor pengaruh terhadap Kinerja

Auditor. Hasil pengujian

Koefisien Determinasi (R2)

sebesar 0,692 memberi

pengertian bahwa 69,2%

kinerja auditor di pengaruhi

oleh kecerdasan emosional,

kecerdasan intelektual,

kecerdasan spiritual dan etika

profesi, jumlah koefisien

determinasi sebesar 69,2%

memberi gambaran bahwa

masih ada sekitar 30,8%

variabel yang mempengaruhi

auditor
No Peneliti Judul Hasil peneliti

2 Kompiang Pengaruh Berdasarkan hasil analisis data

Martina Independensi, yang dikumpulkan dan diolah

Dinata Putri Profesionalisme, maka Independensi dan

Etika Profesi, Profesionalisme tidak berpengaruh

Pengalaman dan terhadap kualitas audit. Etika

I.D.G Kepuasan Kerja Profesi berpengaruh positif

Dharma Auditor pada terhadap kualitas audit.

Suputra Kualitas Audit Pengalaman tidak berpengaruh

terhadap kualitas audit dan

Kepuasa Kerja Auditor

berpengaruh positif terhadap

kualitas audit

3 Lauw Tjun Pengaruh Kompetensi secara parsial

Tjun Kompetensi, memiliki pengaruh yang signifikan

Independensi terhadap kualitas audit.

Elyabet dan Independensi secara

Indrawati Akuntanbilitas parsialmemiliki pengaruh yang

Marpaung terhadap Kualitas signifikan terhadap kualitas audit.

Santy Audit Akuntanbilitas secara parsial

Setiawan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kualitas audit.


D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan telaah serta penelitian terdahulu, maka penelitian ini

menjelaskan pengaruh Kecerdasan Emosional, Etika Profesi,

Kompetensi, dan Integritas terhadap Kinerja Auditor. Untuk memahami

penelitian ini, maka diperlukan adanya suatu kerangka pemikiran

sebagai berikut:

Skema Kerangka Pemikiran


E. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, Batasan

masalah, tujuan penelitian, dan teorotis maka hipotesis yang akan

dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Kecerdasan emosional berpengaruh segnifikan positif terhadap

kinerja auditor.

H2: Etika Profesi berpengaruh segnifikan positif terhadap kinerja auditor.

H3: Kompetensi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor.

H4: Integritas berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor.

H5 : Kecerdasan emosional, Etika Profesi, Kompetensi dan Integritas

berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telas

dijelaskan pada bab sebelumnya, maka jenis penelitian ini

dikelompokan pada peneliti kausal Kompetensi (Casual -

Comparative). Dimana penelitian melakukan pengamatan terhadap

konsekuensi- konsekuensi yang timbul dan menelusuri kembali fakta

yang secara masuk akal sebagai faktor-faktor dari variabel bebas

mempengaruhi variabel terkait. Penelitian ini berusaha menjelaskan

pengaruh dari variabel bebas (independen) yaitu pengaruh

Kecerdasan Emosional (X1), Etika Profesi (X2), Kompetensi (X3),

Integritas (X4) terhadap Kinerja Auditor (Y) sebagai variabel terkait

(dependen).

Penelitian ini menggunakan pendekatan asosiatif kausal dan

berdasarkan sifat datanya adalah penelitian kuantitatif. Menurut

Sugiyona (2013) secara umum metode penelitian diartikan sebagai

cara ilmiah untuk mendaptkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu. Kegiatan penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi

teerhadap masalah, mengumpulkan data, mengformulasikan hipotesis

atau jawaban sementara, membuat kesimpulan sekurang-kurangnya

mengadakan pengujian yang hati - hati atas semua kesimpulan yang

menentukan apakah ia cocok dengan hipotesis.


B. Operasional Variabel

Menurut Sugiyaono (2013) variabel penelitian adalah suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

1. Klarifikasi Variabel Peneiti

Dengan variabel yang akan diteliti daalm penelitian ini dapat

diklarifikasikan menjadi 2 yaitu: variabel dependen (Y) dan

variabel independen (X).

a. Varibel Dependen (Y)

Variabel terikat atau variabel Y adalah jumlah faktor atau

unsur yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat

(Y) dalam penelitian ini adalah kinerja auditor inspektorat di

Kementerian Sosial Republik Inndonesia. Kinerja merupakan

suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksankan

tugas- tugad yang dibebankan kepadanya yang didasarkan

atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhanserta waktu

(Hasibuan, 2001). Kinerja (Job Performance) diukur dengan

menggunakan indikator penilaian kualitas kerja. Persepsi

responden terhadap indikator tersebut diukur dengan lima

point skala likert dari “sangat setuju” sampai “sangat tidak

setuju”. Variabel kinerja auditor dalam penelitian ini diukur

dengan menggunakan proses analisis statistik yang didukung


oleh alat
bantu komputer, yaitu program Statistical Package for Social

Science (SPSS) 17 for Windows.

b. Variabel Independen (X)

Menurut Sugiyono (2013) variabel independen (variabel

bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat). Variabel Independen yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain: Kecerdasan Emosional, Etika

Profesi, Kompetensi dan Integritas.

2. Definisi Operasional Variabel

Operasinal variabel adalah gambaran tentang struktur

penelitian yang menjabarkan variabel/sub-variabel kepada

konsep, dimensi, indikator dan ukuran yang diarahkan untuk

memperoleh nilai variabel. Berikut ini akan dijelaskan masing-

masing operasional variabel yang digunakan dalam penelitian

yaitu:

a. Variable Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi

variabel terikat, baik itu secara positif atau negatif, serta

sifatnya dapat berdiri sendiri. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel bebas adalah kecerdasan emosional (X1),

etika profesi (X2), kompetensi (X3), dan integritas (X4).

1) Kecerdasan Emosional (X1)


Tabel 3.1

Variabel Kecerdasan Emosional (X1)

Variabel Dimensi Indikator Skala

Kecerdasan Semakin •Pengetahuan dan pengendalian

Emosional tinggi terhadap emosi

(X1) Kecerdasan • Kemampuan dalam

Emosional mengintropeksi diri

yang dimiliki • Kemampuan untuk

seorang mencapai apa yang diinginkan

auditor, • Kemampuan dan


Skala
semakin baik pengendalian diri dalam
Likert
hasil kinerja pergaulan

auditor. • Kemampuan dalam

memotivasi dan mendorong

diri untuk maju

• Kemampuan yang tinggi

akan komitmen yang di capai

Kecerdasaan emosional merupakan kemampuan untuk

mengenal perasaan diri sendiridan orang lain untuk memotivasi

diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik.

Dalam diri kita dan hubungan kita. Variabel bebas yaitu

kecerdasan emosi (X1)diukur menggunakan instrumenyang


dikembangkan oleh Goleman (2005) yang telah direplikasi oleh

Arie (2009) melalui indikator kesadaran diri, pengaturan diri,

motivasi, empati dan keterampilan sosial. Persepsi responden

terhadap variabel tersebut diukur dengan lima nilai skala likert

dari “sangat tidak setuju” sampai “sangat setuju”.

2) Etika Profesi (X2)

Tabel 3.2 Variabel Etika Profesi (X2)

Variabel Dimensi Indikator Skala

Etika Semakin tinggi • Berusaha mengamalkan kode etik

Profesi etika yang akuntandengan penuh tanggung

(X2) dimiliki seorang jawab

auditor, semakin • Mempunyai kewajiban moralyang

baik hasil yang konsisten dalam melaksanakan kode

dimiliki auditor. etik


Skala
• Mempunyai kesadaran yang tinggi
Likert
• Kemampuan dalam

mengakui kesalahan

• Kemampuan dalam memotivasi dan

mendorong diri untuk maju

• Kemampuan yang tinggi

akan komitmen yang di capai


Menurut Maryani dan Ludigdo (2001) mendefinisikan

bahwa etika sebagai seperangkat aturan atau pedoman yang

mengatur perilaku manusia yang harus dilakukan maupun

yang harus ditinggalkan oleh sekelompok atau golongan

manusia atau masyaratan atau profesi.

Adapula pengertian menurut Lubis (2009), auditor

harus memenuhi kode etik yang ditetapkan. Pelaksanaan

audit harus mengacu kepada Standar Audit dan Kode Etik yan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari standar audit.

3) Kompetensi (X3)

Tabel 3.3 Variabel Kompetensi (X3)

Variabel Dimensi Indikator Skala


Kompetensi Semakin • Pemahaman
(X3) tinggi terhadap pelaksanaan
kompetensi jasa profesional
yang dimiliki • Sikap baik yang
seorang dimiliki auditor
auditor, • Pemahaman
semakin terhadap kondisi kerja
tinggi hasil • Mempunyai tingkat
dari kinerja pendidikan yang baik dan Skala
auditor. pengetahuan yang khusus Likert
terhadap kinerja auditor
• Kemampuan dalam
memotivasi dan
mendorong diri untuk maju
• Kemampuan yang
tinggi akan komitmen
yang di capai
Kompetensi merupakan suatu ketempilan atau

keahlian, pengetahuan, pengalaman seorang auditor dalam

menunjang performanya dalam melaksanakan audit terhadap

kliennya. Karena memiliki pengalaman itu pula seorang

auditor yang memiliki kompotensi akan bekerja dengan

mudah, cepat, intuitif dan sangat meminimalisir kesalahan

dalam bekerja.

4) Integritas (X4)

Tabel 3.4 Variabel Integritas (X4)

Variabel Dimensi Indikator Skala

Integritas Semakin tinggi • pemahaman dan Skala

(X4) integritas yang ketaatan terhadap Likert

dimiliki seorang aturan

auditor semakin • keberanian dan kejujuran

baik hasil yang seorang auditor

dicapai • kepercayaan yang

besar terhadap
Integritas adalah mutu, komitmen
sifat atau keadaan yang

menunjukkan kesatuan yang utuhyang


seningga
di memiliki potensi

dan kemampuan yan memancarkan kewibawaan dan

kejujuran. Integritas auditor intern pemerintah membangun


kepercayaan dan dengan demikian memberikan dasar untuk

kepercayaan dalam pertimbangannya. Integritas tidak hanya

menyatakan kejujuran , namun juga hubungan wajar dan

keadaan yang sebenarnya.

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah Kualitas Audit (Y)

menurut Herusetya (2012) kualitas audit itu adalah sebuah

konsep yang kompleks dan multidimensi. Probabilitas auditor

untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem

akuntansi klien tergantung pada independensi auditor.

Kualitas auditor tergantung pada kesesuaian pemeriksaan

dengan standar audit. Kualitas hasil laporan pemeriksaan ini

adalah dengan menggunakan Skala Likert.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Kementerian

Sosial RI. Dalam penelitian ini penulis memberikan kuesioner kepada

para auditor sebagai responden, kuesioner tersebut berisi pertanyaan-

pertanyaan yang berhubungan dengan variabel penelitian penulis.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor /

inspektorat yang bekerja di Kementerian Sosial Republik

Indonesia yang ada di kantor pusat. Populasi penelitian dalam

penyusunan metode
penelitian ini adalah 50 orang untuk pengisian angket.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013 : 91). Bila

populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua

yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu. Maka peneliti dapat menggunakan sampel

yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel,

kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk sampel

yang diambil dari populasi harus betul-betul representative

(mewakili). Keuntungan dalam menggunakan sampel

yaitumemudahkan peneliti, penelitian lebih efisien, lebih teliti dan

cermat dalam pengumpulan data serta penelitian lebih efektif.

Untuk menentukan ukuran besarnya sampel, peneliti

menggunakan rumus dari Slovin yang dikutip Sevilla (1994)

dalam umar (2002:141) sebagai berikut:

Keterangan :

n = Sampel

N = Populasi

e = Taraf kesalahan atau nilai kritis


E. Jenis, Sumber, Metode dan Pengumpulan Data

1. Jenis Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data

subjek (Self-Report Data) yaitu jenis data penelitian berupa opini,

sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau

sekelompok orang yang menjadi subjek penelitian (responden)

yaitu auditor di Kementerian Sosial RI sebagai responden dalam

bentuk tanggapan berupa pengisian kuesioner secara tertulis.

Data diperoleh dengan cara menyebar daftar pertanyaan kriteria

utama Kecerdasan Emosional, Kompetensi, dan Integritas.

2. Sumber Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan berdasarkan lingkup penelitiannya yaitu pada

Kementerian Sosial RI.

Metode yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang

telah disusun secara terstruktur. Daftar pertanyaan dalam

penelitian ini berupa pertanyaan tertutup karena alternatif-

alternatif jawaban telah disediakan petanyaan-pertanyaan

terkait dengan
Kompetensi, Profesionalisme, Kepuasan Kerja dan Kepuasan
Audit.

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk merumuskan dan memecahkan masalah, seringkali

dinjumpai kesulitan karena masalah tidak di dukung oleh dan

informasi yang lengkap. Oleh karena itu diperlukan penelitian guna

memperoleh data untuk penyusunan skripsi. Disini penulis

melakukan penelitian melalui:

a. Angket (Kuesioner)

Merupakan teknik suatu pengumpulan data dengan

memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada

responden atas daftar pertanyaan tersebut. Dalam penelitian

ini, kuesioner diberikan kepada para profesional yang bekerja

di Kementerian Sosial RI.

Sedangkan cara untuk menilai jumlah skor pada

kuesioner adalah dengan menggunakan Skala Likert, dimana

setiap pertanyaan diberikan bobot tertentu sebagai berikut:

Tabel 3.5 Bobot Responden

Sangan Setuju (SS) bobot nilai 5

Setuju (S) bobot nilai 4

Netral (N) bobot nilai 3

Tidak Setuju (TS) bobot nilai 2

Sangat Tidak Setuju (STS) bobot nilai 1


Hasil dari jawaban kuesioner tersebut nantinya akan

diolah dengan menggunakan teknik statistik, berupa tabulasi

yang berisi jumlah dan persentase pendapat responden atas

sampel yang diambil pada auditor di Kementerian Sosial RI.

F. Rancangan Analisis

Rancangan analisis merupakan langkah-langkah yang

dilakukan dalam menganalisis data. Rancangan analisis dalam

penelitian ini dilakukan sesuai dengan pengolahan data dan

menyusunnya untuk keperluan penelitian dengan bantuan SPSS

(Statistical Product and Sevice Solution) versi 20.00. bantuan SPSS

ini dapat memudahkan peneliti melakukan pengolahan data agar

tidak terjadi tingkat kesalahan yang besar. Rancangan analisis

statistik data yng digunakan untuk menganalisis data penelitian ini,

antara lain:

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan perhitungan komputerisasi dengan software SPSS

versi 20.00 dan hanya menggunakan frekuensi yang merupakan

bagian deskriptif statistik yaitu:


a. Minimum dan Maksimun

Minimum adalah nilai terkecil dari variabel-variabel

yang telah diuji. Sedangkan maksimum adalah nilai terbesar

dari variabel-variabel yang teah diuji.

b. Mean (rata-rata hitung)

Mean (rata-rata hitung) adalah suatu nilai yang

diperoleh dengan cara membagi seluruh nilai pengamatan

dengan banyaknya pengamatan. Rumus untuk menghitung

mean sebagai berikut:

Keterangan :

X = Nilai rata – rata (mean)

ΣXi = Jumlah masing – masing data (X1 + X2 + X3 + … + Xn)

Η = Jumlah data/sampel

c. Standar Deviasi

Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersen

rata-rata atau sampel. Setelah rata-rata diketahui maka perlu

ditentukan sebaran datanya. Sebarannya berarti nilai data

semakin sama, jika besarannya bernilai nol, maka nilai

semua datanya adalah sama. Semakin besar nilai

sebarannya, maka nilai yang ada akan semakin bervariasi.

Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:


Keterangan :

S = Standar deviasi

Xi = Nilai X ke-1 sampai X ke-n

X = Nilai rata-rata (mean)

2. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan uji statistik yang digunakan

untuk menentukan seberapa valid suatu item pertanyaan

mengukur variabel yang diteliti. Validasi adalah ketepatan

atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang

ingin diukur (Proyanto, 2010 : 90). Pengujian ini digunakan

untuk melihat kelayakan dari setiap pertanyaan yang telah

dibuat dalam kuesioner berdasarkan hasil atau jawaban

responden. Dalam uji ini dilakukan dengan membandingkan r

yang dihitung dengan r tabel, dimana r tabel dapat diperoleh

dari rumus berikut:

Keterangan :

Df = (degree of freedom)

n = jumlah sampel
Pengujian menggunakan dua sisi dengan tariff

signifikan 0,05. Kriteria pengujian sebagai berikut:

Jika rhitung ≥ rtabel (uji 2 sisi dengan sig 0,05) instrument

atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap

skor total (dinyatakan valid).

b. Uji Reliabilitas

Raliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Untuk

mengetahui reabulitas atau tidaknya suatu variabel maka

dilakukan uji statistik dengan cara melihat Croncbach Alpha

(α). Suatu kuesioner dikatakan reliabilitas atau handal jika

memberikan nilai croncbach alpha > 0,60 (Nunnaly, 1994

dan Ghozali, 2011 : 48). SPSS memberikan fasilitas untuk

mengukur reliabilitas dengan uji statistik Croncbach Alpha

(α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan realibel. Kriteria

pengujian adalah sebagai berikut:

1. Instrument dikatakan realibilitas apabila nilai Croncbach’s

Alpha sama dengan atau lebih besar dari 0,06.

2. Instrument dikatakan tidak realibilitas apabila nilai

Croncbach’s Alpha sama dengan atau lebih kecil dari

0,06.

3. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau mendekati normal atau bisa dianggap


normal. Metode yang dapat digunakan adalah uji statistik

koimogorov-smirnov. Fungsi pengujian data dikategorikan

sebagai distribusi normal atau tidak adalah sebagai alat

membuat kesimpulan populasi berdasarkan data sampel. Uji

normalitas data dilakukan pada data variable dependen yaitu

Kualitas Audit. Variabel ini akan salih apabila bebas dari bias dan

berdistribusi normal.

4. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji regresi terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi klasik untuk menguji apakan model regresi terhindar dari

bias atau BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Dikarekan

perhitungan atau ramalan dapat menjadikan kurang akurat akibat

adanya berbagai gangguan. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Regresi

Adapun analisis grafik yang digunakan dalam

penelitian ini dengan grafik normal Probability Plot. Uji

normalitas dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan

model regresi yang akan digunakan dalam penelitian ini. Uji

normalitas dapat menunjukan bahwa variabel dependen

dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik dalah yang memilki distribusi

normal.
Uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik

yang dengan menggunakan analisis grafik PP Plot, dasar

pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika data menyebar jauh diagonal dan tidak mengikuti

arah garis diagonal grafik, maka hal ini tidak

menunjukkan pola distribusi normal sehingga

persamaan regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

2. Jika data menyebar sekitar garis normal dan mengikuti

arah garis diagonal grafik, maka hal ini tidak

menunjukkan pola distribusi normal sehingga

persamaan regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel

bebas (independen). Model regresi yang baik

seharusnyatidak terjadi korelasi diantara variabel

independen. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai

Tolerance dan lawannya nilai VIF (Variance Inflation

Factory). Semakin tinggi VIF mengidentifikasikan bahwa

multikolinearitas diantara variabel independen terjadi jika

nikai VIF melibihi 0,10. Sedangkan nilai Tolerance mengukur


variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dapat

dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang

rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/

tolerance). Deteksi ada tidaknya multikolinearitas didalam

model regresi dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain:

1. Jika nilai Tolerance ≤ 0,10 dan nilai VIF ≥ 10, maka

model regresi dapat dikatakan terjadi gangguan

multikolinearitas.

2. Jika nilai Tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10, maka

model regresi dapat dikatakan terjadi gangguan

multikolinearitas.

Jika terdapat multikolinearitas sempurna akan berakibat

koefisien regresi tidak dapat ditentukan, serta standar deviasi

akan menjadi tak hingga. Sedangkan jika multikolinearitas

kurang sempurna maka koefisien regresi akan mempunyai

standar deviasi yang besar, yang berarti pula koefisien-

koefisiennya tidak dapat ditaksir dengan mudah. Untuk

mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam

suatu model regresi adalah dilihat dari korelasi yang cukup

tinggi (umumnya > 0,90) antar variabel independen, dimana

hal ini mengindikasikan adanya multikolinearitas.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas adalah keadaan dimana

terjadinya ketidaksamaan varian dan residual pada model


regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya

masalah heterokedastisitas. Heterokedastisitas

menyebabkan penaksiran atau estimator menjadi tidak

efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat

tinggi.

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan variabel

redisual satu ke pengamatan yang lain. Jika varian dan

residual satu ke pengalaman yang lain berbeda maka

disebut heterokedastisitas. Metode pengujian

heterokedastisitas yang digunakan adalah dengan melihat

grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu

ZPRED sedang residualnya SRESID dimana sumbu Y

adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual

(Y prediksi – Y sesungguhnya).grafik plot scatterplot dimana

penyebaran titik-titik membentuk sebuah pola tertentu, serta

arah penyebarannya berada diatas maupun dibawah angka

0 pada sumbu Y. dasar analisisnya adalah sebagai berikut:

1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titikyang ada

memebentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,

melebar, kemudian menyempit) maka ingindikasikan

telah terjadi heterokedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar


diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak
terjadi heterokedastisitas.

3. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Korelasi (r)

Koefisien korelasi (r) merupakan nilai yang

digunakan untuk mengukur kekuatan suatu

hubungan antar variabel. Analisa korelasi digunakan

untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara

keseluruhan variabel bebas X1, X2 dan X3 dengan

variabel terikat Y. teknik statistik yang digubakan

untuk menguji hipotesis adalah product moment (r).

Nilai r terletak pada interval -1 ≤ r ≤ 1.

Dasar pengambilan keputusan :

1 Jika signifikan < 0,05 maka Ha diterima

2 Jika signifikan > 0,05 maka Ha diterima

Dalam penelitian ini digunakan korelasi Pearson

Product Moment dengan alasan sebagai berikut:

1) Korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui

apakah ada hubungan antara dua variabel dan

bila ada apakah hubungannya positif atau

negatif.

2) Korelasi Pearso digunakan karena penelitian

menggunakan data berskala rasio dan sumber

datanya adalah sama.

b. Uji Koefisiensi Regresi Linear Berganda


Model analisis ini adalah bersifat kuantitatif
digunakan untuk mengetahui sejauh mana besarnya

pengaruh antara variabel independen dan variabel

dependen. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan uji regresi linear berganda, yaitu

pengujian yang dilakukan untuk melihat pengaruh

dari dua variabel independen terhadap variabel

dependen.

c. Uji t (Parsial)

Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing-

masing variabel independen terhadap variabel

dependen guna untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel independen terhadap variabel

depebden.

Uji t ini dapat dilakukan dengan cara

membandingkan antara thitung dengan ttabel yaitu

dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika signifikansi > 0,05 dan thitung< ttabel maka Ho

diterima dan Ha ditolak.

2) Jika signifikansi < 0,05 dan thitung> ttabel maka Ho

ditolak dan Ha ditetima.

Jika Ho diterima berarti tidak terdapat pengaruh yang

signifikan dari variabel independen terhadap variabel

dependen. Sedangkan jika H a diterima berarti


terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel; dependen. Tingkat

signifikansi menggunakan 0,05 (5%), berarti suatu

kesimpulan memiliki peluang kesalahan sebesar 5%

dengan tingkat kepercayaan senesar 95%. Besarnya

thitung dapat diperoleh dari hasil perhitungan dengan

SPSS. Selain dilihat dari output SPSS, thitung juga

dapat dicari dengan rumus (Sugiyono, 2009 : 230) :

Rumus:

Keterangan :

r = Koefisien Korelasi

n = Jumlah Sampel

Setelah melakukan pengujian maka akan diperoleh

nilai thitung (t0). Selanjutnya nilai thitung.

Dibandingkan dengan ttabel. Apabila thitung lebih

besar dari ttabel, maka Ha diterima dan apabila

thitung lebih kecil dari ttabel, maka Ha ditolak,

Koefisien korelasi yang diperoleh di uji dengan

menggunakan taraf signifikasi 5% data penelitian ini

diperoleh dengan menggunakan program statistical

package for the Social Scienses (SPSS Versi 22.00).


d. Uji F atau ANOVA (Simultan)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

apakah variabel independen secara keseluruhan

mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.

Uji hipotesis serentak ini membandingkan antara

nilai Fhitung dengan nilai Ftabel pada keyakinan

tertentu.

Berikut ini adalah dasar pengambilan

keputusannya:

1) Jika signifikan > 0,05. Maka Ha ditolak (tidak

terdapat pengaruh).

2) Jika signifikan < 0,05, maka Ha

diterima (terdapat pengaruh).

Dari uji F akan diputuskan menerima atau

menolak hipotesis yang diajukan. Apabila nilai

Fhitung< F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima,

berarti semua variabel independen secara

bersama-sama (simultan) berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen.

Besarnya Fhitung dapat diperoleh dari hasil

perhitungan dengan menggunakan SPPS atau

dengan rumus sebagai berikut:


Keterangan:

R2 = Koefisien determinasi

n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel independen

e. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinansi (R2) digunakan

untukmengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi-variabel dependen.Nilai

koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai

R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas (Ghozali, 2005). Nilai yang

mendekati 1 (satu) berarti variabel–variabel

independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen.Koefisien determinasi dihitung dengan

mengkuadratkan koefisien korelasi yang ditemukan,

kemudian dikalikan dengan 100%. Perhitungan


koefisien determinasi dapat diuraikan dengan rumus

sebagai berikut:

KD = R2 X 100%

Keterangan :

KD : Koefisien Detrminasi

R : Koefisien korelasi antara variabel Kualitas Audit

Laporan Keuangan (Y) dengan Perilaku Risiko (X 1),

Moral Reasoning (X2), dan Kepuasan Kerja Auditor

(X3).
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskriptif Sampel dan Penelitian

1. Gambaran Umum

Kementerian Sosial mempunyai tugas menyelenggarakan

urusan di bidang rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan

sosial, perlindungan sosial, dan penanganan fakir miskin untuk

membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan

negara. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Sosial

menyelenggarakan fungsi: perumusan, penetapan, dan pelaksanaan

kebijakan di bidang rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan

sosial, perlindungan sosial, dan penanganan fakir miskin; penetapan

kriteria dan data fakir miskin dan orang tidak mampu; penetapan

standar rehabilitasi sosial; koordinasi pelaksanaan tugas,

pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh

unsur organisasi di lingkungan Kementerian Sosial; pengelolaan

barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab

Kementerian Sosial; pengawasan atas pelaksanaan tugas di

lingkungan Kementerian Sosial; pelaksanaan bimbingan teknis dan

supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Sosial di daerah;

pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan, penelitian dan


pengembangan kesejahteraan sosial, serta
penyuluhan sosial, dan pelaksanaan dukungan yang bersifat

substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan

Kementerian Sosial.

Tabel 4.1

Gambaran mengenai data sampel

Presentase
No Keterangan Jumlah (%)
1 Jumlah Kuesioner yang di sebar 50 100%
2 Jumlah Kuesioner yang Kembali 50 100%
3 Jumlah Kuesioner yang tidak Kembali 0 0%
4 Jumlah Kuesioner yang dapat di Olah 50 100%

Kuesioner yang dibagikan berjumlah 50 buah atau 100%, dan

jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 50 buah atau 100%. Maka

kuesioner yang dapat diolah adalah sebanyak 50 buah atau 100%.

2. Data Responden

Tabel 4.2

Rincian Identitas Responden

No Identitas Keterangan Jumlah Persentasi


1 Jenis Kelamin Laki-laki 20.0 40.0
Perempuan 30.0 60.0
Total 50 100.0
2 Usia 20 - 30 Tahun 28 56
31 - 50 Tahun 18 36
> 50 Tahun 4 8
Total 50 100.0
3 Lama Bekerja < 1 Tahun 6 12
1- 10 Tahun 33 66
11-20 Tahun 6 12
> 20 Tahun 5 10
Total 50 100.0
Karakteristik responden diukur dengan skala interval yang

menunjukan besarnya frekuensi absolut dan persentase jenis


kelamin responden, pendidikan terakhir responden. Responden yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Auditor yang terdaftar pada

Kantor Kementerian Sosial di wilayah Jakarta Pusat. Kuesioner

disebar dengan harapan dapat diisi sesuai dengan pengetahuan

atau persepsi auditor itu sendiri. Pada karakteristik responden,

terdapat 50 responden yang terdaftar menjadi responden. Data

mengenai karakteristik responden di tampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3

Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Valid Cumulative

Frequency Percent

Percent Percent

Laki – laki 20 40.0 40.0 40.0

Perempuan 30 60.0 60.0 100.0

Total 50 100 100

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin :

Data karakteristik responden untuk jenis kelamin terlihat

bahwa responden dengan jenis kelamin Perempuan lebih

mendominasi, terlihat dengan jumlah responden sebanyak 30

responden atau 60% adalah perempuan dan 20 responden atau 40%

adalah laki-laki. Hal ini menggambarkan kondisi dimana auditor yang

terdaftar di Kantor Kementerian Sosial di wilayah Jakarta Pusat


didominasi oleh
Perempuan dibandingkan Laki - laki.

Tabel 4.4

Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Usia Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
20 - 30 Tahun 28 56.0 56.0 56.0
31 - 50 Tahun 18 36.0 36.0 92.0
> 50 Tahun 4 8.0 8.0 100.0
Total 50 100 100

Hasil Uji Deskripsi Responden berdasarkan usia:

Data karakteristik responden untuk usia responden terlihat bahwa usia

20-30 tahun berjumlah 28 responden atau sebesar 56% , usia 31-50 tahun

berjumlah 18 responden atau sebesar 36% dan usia di > 50 tahun

berjumlah 4 responden atau sebesar 8%. Hal ini menggambarkan bahwa

auditor yang bekerja di kantor Kementerian Sosial di dominasi oleh

mereka yang berusia 20-30 tahun.


Tabel 4.5

Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Valid Cumulative
Lama Bekerja Frequency Percent
Percent Percent
< 1 Tahun 6 12.0 12.0 12.0
1- 10 Tahun 33 66.0 66.0 78.0
11-20 Tahun 6 12.0 12.0 90.0
> 20 Tahun 5 10.0 10.0 100.0
Total 50 100 100

Hasil uji deskripsi responden berdasarkan lama bekerja sebagai auditor

Data karakteristik responden untuk lama bekerja sebagai auditor

yang dimiliki responden terlihat bahwa responden yang bekerja < 1

tahun berjumlah 6 reponden atau sebesar 12% , yang bekerja 1- 10

tahun berjumlah 33 responden atau

sebesar 66%, yang bekerja 11- 20 tahun berjumlah 6 responden atau

sebesar 12 % dan yang bekerja > 20 tahun berjumlah 5 responden

atau sebesar 10% . Hal ini membuktikan bahwa auditor di kantor

Kementerian Sosial di wilayah Jakarta Pusat banyak yang

pengalaman bekerja atau lama bekerja yaitu antara 1-10 tahun

sebanyak 33 responden atau sebesar 66%.

B. Analisis Data Statistik

1. Statistik Deskriptif

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi

kecerdasan emosional, etika profesi, kompetensi, integritas, dan


kinerja auditor terhadap kualitas audit di Kementerian Sosial akan

diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel

berikut ini:

Tabel 4.6

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Kecerdasan 50 23,00 45,00 36,020 5,02439


0
Emosional

Etika Profesi 50 14,00 25,00 19,720 3,77986


0
Kompetensi 50 12,00 25,00 19,860 2,85721
0
Integritas 50 16,00 30,00 23,720 3,23274
0
Kinerja 50 13,00 30,00 23,400 3,09707
0
Valid N 50

(listwise)
Hasil penelitian dari statistik deskriptif menjelaskan bahwa :

a. Berdasarkan pengolahan data dilakukan, dapat diketahui : Nilai

rata –rata Kecerdasan Emosional dari 50 responden yang

dijadikan sampel sebesar 36,0200 dan mempunyai nilai tertinggi

45 serta mempunyai nilai terendah 23 dengan standar deviasi

5,02439.

b. Berdasarkan pengolahan data dilakukan, dapat diketahui :

Nilai rata-rata Etika Profesi dari 50 responden yang dijadikan

sampel sebesar 19,7200 dan mempunyai nilai tertinggi 25 serta

mempunyai nilai terendah 14 dengan standar deviasi 3,77986.

c. Berdasarkan pengolahan data dilakukan, dapat diketahui : Nilai

rata-rata kompetensi auditor dari 50 responden yang dijadikan

sampel sebesar 19,8600 dan mempunyai nilai tertinggi 25 dan

nilai terendah 12 dengan standar deviasi 2,85721.

d. Berdasarkan pengolahan data dilakukan, dapat diketahui : Nilai

rata-rata integritas audit dari 50 responden yang dijadikan

sampel sebesar 23,7200 dan mempunyai nilai tertinggi 30 dan

nilai terendah 16 dengan standar deviasi 3,23274.

e. Berdasarkan pengolahan data dilakukan, dapat diketahui :

Nilai rata-rata kinerja audit dari 50 responden yang dijadikan

sampel sebesar 23,4000 dan mempunyai nilai tertinggi 30 dan

nilai terendah 13 dengan standar deviasi 3,09707.


2. Uji Normalitas Data

Screnning terhadap normalitas data merupakan langkah

awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate,

khususnya jika tujuannya adalah referensi (Ghozali,2011).

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel

berdistribusi normal atau tidak. Menentukan normalitas dapat

dilakukan dengan uji statistic kolmogorov-smirnov. Jika nilai

signifikan> 0,05 maka dapat dikatakanbahwadata tidak berdistribusi

normal. Data yang mempunyai distribusi yang normal berarti

mempunyai sebaran yang normal.

Dengan profit data semacam ini maka data tersebut

dianggap bisa mewakili populasi.

Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data norma. Normal

atau tidaknya berdasarkan patokan distribusi normaldari data

dengan mean dan standar deviasi yang sama. Akan Tetapi untuk

memberikan kepastian, data yang dimiliki berdistribusi normal atau

tidak, sebaiknya digunakan uji normalitas. Karena belum tentudata

yang lebih dari 30 bisa dipastikan berdistribusi normal, demikian

sebaliknya data yang banyaknya kurang dari 30 belum tentu tidak

berdistribusi normal, untuk itu perlu pembuktian.

Data normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :


Tabel 4.7

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Kecerdasan Etika Kompetensi Integritas Kinerja
Emosional Profes
i
N 50 50 50 50 50
36,0200 19,720 19,8600 23,7200 23,4000
Mean
0
Normal
Std. 5,02439 3,7798 2,85721 3,23274 3,09707
Parametersa,
b
Deviat 6
i on
Absolut ,122 ,139 ,182 ,145 ,146
e
Most
Positive ,122 ,137 ,125 ,145 ,083
Extreme
Negativ -,118 -,139 -,182 -,132 -,146
Differences
e
Kolmogorov-Smirnov Z ,860 ,981 1,285 1,029 1,030
Asymp. Sig. (2-tailed) ,451 ,291 ,074 ,240 ,240
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Output Pengolahan data SPSS 22.0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa semua variabel

memiliki signifikansi sebagai berikut :

a. Variabel independent, kecerdasan emosional memiliki signifikan

pada tingkat probabilitas 0.451> α (0.05). Variabel kecerdasan

emosional berdasarkan data olahan telah memenuhi syarat

normalitas yaitu dengan nilai probabilitas > 0.05, maka variabel

kecerdasan emosional terdistribusi secara normal dan dapat

digunakan dalam penelitian.

b. Variabel independen, etika profesi memiliki signifikan pada

tingkat probabilitas 0.291> (0.05 ). Oleh karena itu variabel


etika profesi berdasarkan data olahan telah memenuhi syarat

normalitas yaitu dengan nilai probabilitas > 0.05, maka

variabel etika profesi terdistribusi secara normal dan dapat

digunakan dalam penelitian.

c. Variabel independen, kompetensi auditor memiliki signifikan

pada tingkat probabilitas 0.074> α (0.05) oleh karena itu,

variabel kompetensi auditor berdasarkan data olahan telah

memenuhi syarat normalitas yaitu dengan nilai probabilitas >

0.05, maka variable kompetensi auditor terdistribusi secara

normal dan dapat digunakan dalam penelitian.

d. Variabel independen, integritas audit memiliki signifikan pada

tingkat probabilitas 0.240> (0.05) oleh karena itu, variabel

integritas audit berdasarkan data olahan telah memenuhi syarat

normalitas yaitu dengannilai probabilitas > 0.05 variabel kualitas

audit terdistribusi secara normal dan dapat digunakan dalam

penelitian.

e. Variabel independen, kinerja audit memiliki signifikan pada

tingkat probabilitas 0.240> (0.05) oleh karena itu, variabel

kinerja audit berdasarkan data olahan telah memenuhi syarat

normalitas yaitu dengan nilai probabilitas > 0.05 variabel kualitas

audit terdistribusi secara normal dan dapat digunakan dalam

penelitian.

3. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas
Pengujian validitas dari instrument penelitian dilakukan
dengan menghitung angka korelasional atau r hitung dari nilai

jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian

dibandingkan dengan rtabel.Nilai rtabel 0.279 didapat dari jumlah

responden sebanyak 50 dengan tingkat signifikansi 5% (0.05),

maka didapat rtabel = 0.279. Setiap butir pertanyaan dikatakan

valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan

lebih besar atau sama dengan rtabel (Ghozali, 2011 : 153).

Tabel 4.8

Uji Validitas dan Reliabilitas Kecerdasan Emosional (X1)

Item Butir

rhitung rtabel Ket.


Pernyataan

1 0,585 0,279 Valid

2 0,674 0,279 Valid

3 0,726 0,279 Valid

4 0,779 0,279 Valid

5 0,802 0,279 Valid

6 0,440 0,279 Valid

7 0,514 0,279 Valid

8 0,757 0,279 Valid

9 0,568 0,279 Valid

Reliability a = 0,888

Sumber: Output Pengolahan data SPSS 22.0


Tabel diatas menunjukan bahwa semua indikator yang

digunakan untuk menggukur variabel X1 (Kecerdasan

Emosional) dalam penelitian ini dinyatakan sebagai item yang

valid. Diperoleh bahwa indikator-indikator variabel yang

digunakan dalam penelitian ini semuanya memilki nilai korelasi

yang lebih besar dari 0,279 yaitu r tabel untuk sampel sebanyak

50.

Tabel 4.9

Uji Validitas dan Reliabilitas Etika Profesi (X2)

Item Butir

Pernyataan Rhitung Rtabel Ket.

1 0,873 0,279 Valid

2 0,772 0,279 Valid

3 0,724 0,279 Valid

4 0,751 0,279 Valid

5 0,751 0,279 Valid

Reliability a = 0,909

Sumber: Output Pengolahan data SPSS 22.0

Tabel di Tabel diatas menunjukan bahwa semua

indikator yang digunakan untuk menggukur variabel X2 (Etika

Profesi) dalam penelitian ini dinyatakan sebagai item yang

valid. Diperoleh bahwa indikator-indikator variabel yang

digunakan
dalam penelitian ini semuanya memilki nilai korelasi yang lebih

besar dari 0,279 yaitu rtabel untuk sampel sebanyak 50.

Tabel 4.10

Uji Validitas dan Reliabilitas Kompetensi (X3)

Item Butir

Pernyataan Rhitung Rtabel Ket.

1 0,715 0,279 Valid

2 0,678 0,279 Valid

3 0,358 0,279 Valid

4 0,585 0,279 Valid

5 0,547 0,279 Valid

Reliability a = 0,787

Sumber: Output Pengolahan data SPSS 22.0

Tabel di Tabel diatas menunjukan bahwa semua

indikator yang digunakan untuk menggukur variabel X3

(Kompentensi) dalam penelitian ini dinyatakan sebagai item

yang valid. Diperoleh bahwa indikator-indikator variabel yang

digunakan dalam penelitian ini semuanya memilki nilai korelasi

yang lebih besar dari 0,279 yaitu rtabel untuk sampel sebanyak

50.
Tabel 4.11

Uji Validitas dan Reliabilitas Integritas (X4)

Item Butir

Pernyataan rhitung Rtabel Ket.

1 0,534 0,279 Valid

2 0,790 0,279 Valid

3 0,784 0,279 Valid

4 0,779 0,279 Valid

5 0,760 0,279 Valid

6 0,416 0,279 Valid

Reliability a = 0,866

Sumber: Output Pengolahan data SPSS 22.0

Tabel diatas menunjukkan bahwa semua indikator yang

digunakan untuk mengukur variabel X4 (independensi) dalam

penelitian ini dinyatakan sebagai item yang valid. Diperoleh bahwa

indikator-indikator variable yang digunakan dalam penelitian ini

semuanya memiliki nilai korelasi yang lebih besar dari 0,279 yaitu

rtabel untuk sampel sebanyak 50.


Tabel 4.12

Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Auditor (Y)

Item Butir

rhitung Rtabel Ket.


Pernyataan

1 0,585 0,279 Valid

2 0,708 0,279 Valid

3 0,521 0,279 Valid

4 0,468 0,279 Valid

5 0,510 0,279 Valid

6 0,523 0,279 Valid

Reliability a = 0,795

Sumber: Output Pengolahan data SPSS 22.0

Tabel di Tabel diatas menunjukan bahwa semua indikator

yang digunakan untuk menggukur variabel Y (Kinerja Auditor) dalam

penelitian ini dinyatakan sebagai item yang valid. Diperoleh bahwa

indikator-indikator variabel yang digunakan dalam penelitian ini

semuanya memilki nilai korelasi yang lebih besar dari 0,279 yaitu

rtabel untuk sampel sebanyak 50.


4. Uji Reliabilitas

Tabel 4.13 : Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’sAlpha N of Keterangan


Item
Kecerdasan Emosional 0,888 9 Reliabel
Etika Profesi 0,909 5 Reliabel
Kompentensi 0,787 5 Reliabel
Integritas 0,866 6 Reliabel
Kinerja Audit 0,795 6 Reliabel

Tabel menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha atas variabel

Kecerdasan Emosional (X1) sebesar 0,888 Etika Profesi (X2)

sebesar 0,909 Kompetensi (X3) sebesar 0,787 Integritas (X4)

sebesar 0,866 dan Kinerja Audit (Y) sebesar 0,795 sehingga dapat

disimpulkan bahwa pernyataan kuesioner semua variabel

dinyatakan reliabel karena mempunyai Cronbach’s Alpha > 0,60.

5. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Regresi

Adapun analisis grafik yang digunakan dalam penelitian ini

dengan grafik normal probability plot (scatterplot). Pada grafik

normal probability plot, jika data (titik) tersebar di sekitar garis

diagonal dan mengikuti arah diagonal atau grafik histogramnya

menunjukan pola distribusi normal. Dan sebaliknya jika tidak

tersebar disekitar garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis

diagonal maka data tidak terdistribusi normal. Hasil uji normalitas

regresi dapat dilihat pada grafik dan sebagai berikut:

1. Grafik Normal P-P Plot


a. Kecerdasan Emosional

Grafik 4.1

Grafik Normal P-P Plot Kecerdasan Emosional


b. Etika Profesi

Grafik 4.2

Grafik Normal P-P Plot Etika Profesi

c. Kompetensi

Grafik 4.3

Grafik Normal P-P Plot Kompetensi


d. Integritas

Grafik 4.4

Grafik Normal P-P Plot Integritas

e. Kinerja

Grafik 4.5

Grafik Normal P-P Plot Kinerja


Dari grafik normal P-Plot kinerja auditor pada kantor

Kementrian Sosialdiatas terlihat bahwa titik – titik menyebar di

sekitar garis diagonal (tidak terpencar jauh dari garis diagonal)

sehingga dalam penelitian ini tidak terjadi gangguan asumsi

normalitas.

2. Histogram

a. Kecerdasan Emosional

Grafik 4.6

Grafik Histogram Kecerdasan Emosional


b. Etika Profesi

Grafik 4.7

Grafik Histogram Etika Profesi

c. Kompetensi

Grafik 4.8

Grafik Histogram Etika Profesi


d. Integritas

Grafik 4.9

Grafik Histogram Integritas

e. Kinerja

Grafik 4.10

Grafik Histogram Kinerja


Dari grafik histogram diatas menunjukan kurva tidak

condong ke kiri dan ke kanan, maka dapat disimpulkan data

terdistribusi dengan normal.

b. Uji Multikolinearitas

Multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah modal

regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi di antara variabel independen. Jika nilai Tolerance <

0.10 dan nilai VIF >10 Maka dapat disimpulkan bahwa ada

multikolonieritas antar variable independen dalam model regresi

dan jika nilai Tolerance > 0.10 dan nilai VIF <10 Maka dapat

disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari multikoliniearitas.

Berikut hasil pengolaha datayang menjelaskan ada atau tidaknya

multikolonieritas :

Tabel 4.14

Tabel Hasil Uji Multikoliniearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)

Kecerdasan Emosional ,465 2,149

1 Etika Profesi ,674 1,483


Kompetensi ,645 1,551

Integritas ,371 2,692

Sumber: Output Pengolahan data SPSS 22.0

Berdasarkan data tabel di atas menunjukan bahwa masing

masing variabel mempunyai nilai tolerance angka 1 sampai 2

dan nilai variance inflation factor VIF disekitar angka 1 sampai 2.

Variabel kecerdasan emosional (X1) mempunyai nilai tolerance

0.465 dan nilai VIF 2.149, etika profesi (X 2) mempunyai nilai

tolerance 0.674 dan nilai VIF 1.483 dan Kompetensi (X3)

mempunyai nilai tolerance 0.645 dan Nilai VIF 1.551, dan

integritas (X4) mempunyai nilai tolerance

0.371 dan Nilai VIF 2.692. dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa persamaan regresi tidak terdapat masalah

multikolinearitas, karena nilai tolerance diatas 0.10 dan nilai VIF

dibawah 10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas untuk mengetahui apakah ada

ketidaksamaan varians dan residual dari satu pengamatan ke

pengamatan lainnya. Cara mendeteksi heterokedastisidas, yaitu

dengan melihat grafik scatterplot. Hasil uji heterokedastisidas

pada kinerja Auditor kantor Kementerian Sosial Jakarta Pusat

dapat dilihat seperti pada grafik dibawah ini :

a. Kecerdasan Emosional X1 terhadap Y


Grafik 4.11

Kecerdasan Emosional X1 terhadap Y


b. Etika Profesi X2 terhadap Y

Grafik 4.12

Etika Profesi X2 terhadap Y

c. Kompetensi X3 terhadap Y

Grafik 4.13

Kompetensi X3 terhadap Y
d. Integritas X4 terhadap Y

Grafik 4.14

Integritas X4 terhadap Y

Dari grafik scatterplot diatas terlihat bahwa titik titik

menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun

dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi,

sehingga model regresi layak dipakai untuk penelitian

selanjutnya.

6. Hipotesis

a. Uji Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui kontribusi 68ariable 68ariable68nt

terhadap naik turunnya 68ariable dependen dapat dihitung

dengan koefisien determinasi (R 2). Karena dalam penelitian ini


digunakan lebih dari dua 68ariable bebas maka digunakan

adjusted R Square (R2) yang disesuaikan) sebagai koefisien

determinasi dari dua kolom adjusted R Square (R 2) Pada output


SPSS 22.00 diperoleh angka berikut ini:

a. Kecerdasan Emosional

Tabel 4.15

Model Summaryb Kecerdasan Emosional Model Summaryb

Model R R Adjusted Std. Error of

Square R the Estimate

a. Predictors: (Constant), Kompetensi


Square
1 ,664a ,441 ,429 2,34049
b. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Output Pengolahan data SPSS 22.0

b. Etika Profesi

Tabel 4.16

Model Summaryb Etika Profesi Model Summaryb

Model R R Adjusted Std. Error of

Square R the Estimate

a. Predictors: (Constant), Etika Profesi


Square
a
1 ,623 ,389 ,376 2,44667
b. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Output Pengolahan data SPSS 22.0
c. Kompetensi

Tabel 4.17

Model Summaryb Kompetensi Model Summaryb

Model R R Adjusted Std. Error of

Square R the Estimate

a. Predictors: (Constant), Kompetensi


Square
a
1 ,664 ,441 ,429 2,34049
b. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Output Pengolahan data SPSS 22.0
b. Intyegritas

Tabel 4.18

Model Summaryb Integritas Model Summaryb

Model R R Adjusted Std. Error of

Square R the Estimate

a. Predictors: (Constant), Integritas


Square
a
1 ,839 ,704 ,698 1,70272
b. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Output Pengolahan data SPSS 22.0

Dari hasil uji koefisien korelasi (R) pada kantor Kementerian

Sosial yang diperoleh tersebut, maka dapat diinterpretasikan

dengan melihat pedoman guna mengetahui tingkat hubungan

antara variable Kecerdasan Emosional, Etika Profesi,

Kompetensi, dan Integritas dengan variabel dependen (Kinerja

Audit), diambil pada nilai R integritas yaitu pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.19 Nilai R integritas

R INTERVAL HUBUNGAN

0.839 0.80-1.000 SANGAT KUAT


b. Uji Regresi Linier Berganda

Model analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh

mana besarnya pengaruh antara variabel independen dengan

variabel dependen. Analisis ini untuk mengetahui arah

hubungan apakah masing- masing variabel independen

berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai

dari variabel dependen apabila nilai variabel independen

mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan

biasanya berskala interval atau rasio. Di dalam penelitian ini

penulis menggunakan uji analisis regresi linear berganda yaitu

pengujian yang dilakukan untuk melihat pengaruh dari empat

variabel independen (Kecerdasan Emosional, Etika Profesi,

Kompetensi, dan Integritas) terhadap variabel dependen

(Kinerja audit).

Hasil uji dapat dilihat pada tabel berikut ini :


Tabel 4.20

Koefisien Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardize Standa T Sig. Collinearity

d Coefficients rdized Statistics

Coeffic

Ents
B Std. Beta Tol VIF

Erro e

r ran

e
,356 1,743 ,204 ,83
(Constant)
9

Kecerdasan ,139 ,059 ,226 2,342 ,02 ,465 2,14

Emosional 4 9

Etika ,144 ,066 ,175 2,188 ,03 ,674 1,48


1
Profesi 4 3

,253 ,089 ,233 2,846 ,00 ,645 1,55


Kompetensi
7 1

,429 ,103 ,448 4,149 ,00 ,371 2,69


Integritas
0 2

a. Dependent Variable: Kinerja


Sumber: Output Pengolahan data SPSS 22.0
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan,

diperoleh nila α sebesar 0.356, b1 sebesar 0.139, b2 sebesar

0.144, b3 sebesar 0.253, b4 sebesar 0.429.bentuk persamaan

regresi linear berganda adalah sebagai berikut :

Y = 0.356 + 0.139 X1 + 0.144 X2+ 0.253 X3+ 0.429 X4

Adapun persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Koefisien konstanta sebesar 0.356 artinya bahwa Y

(kualitas audit) akan naik sebesar 0.356 dengan asumsi X1

(Kecerdasan Emosional), X2 (Etika Profesi), X3

(Kompetensi), dan X4 (Integritas) tidak mengalami

perubahan atau mempunyai nilai sebesar 0.

2. Koefisen regresi X1 (Kecerdasan Emosional) sebesar

0.139 artinya setiap terjadi kenaikan 1 nilai Kecerdasan

Emosional, maka akan diikuti meningkatnya kinerja audit

sebesar 0.139 dengan asumsi variabel lainnya dalam

kondisi tetap.

3. Koefisien regresi X2 (Etika Profesi) sebesar 0.144 artinya

setiap terjadi kenaikan 1 nilai Etika Profesi, Maka akan

diikuti meningkatnya kinerja audit sebesar 0.144 dengan

asumsi variabel lainnya dalam kondisi tetap.

4. Koefisien regresi X3 (Kompetensi) sebesar 0.253 artinya

setiap terjadi kenaikan 1 nilai Kompetensi auditor, maka

akan diikuti meningkatnya kinerja audit sebesar 0.253


dengan asumsi variable lainnya dalam kondisi tetap.

Koefisien regresi X4 (Integritas) sebesar 0.429 artinya

setiap terjadi kenaikan 1 nilai Kompetensi auditor, maka

akan diikuti meningkatnya kinerja audit sebesar 0.429

dengan asumsi variable lainnya dalam kondisi tetap.

c. Uji t (Uji Pengaruh Parsial)

Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing–masing

variabel independen terhadap variable dependen guna

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen. Nilai t hitung yang didapat dari hasil

pengujian kemudian selanjutnya akan dibandingkan dengan

ttabel. Apabila thitung > ttabel maka Ha diterima dan apabila

thitung< ttabel maka Ha ditolak. Koefisien yang diperoleh di uji

dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0.05). Hasil uji t

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :


Tabel 4.21

Koefisien Uji t (Uji Pengaruh Parsial)

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardize t Sig.
Coefficients d
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 7,134 2,202 3,240 ,002
1 Kecerdasa ,452 ,061 ,733 7,457 ,000
n
Emosional
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardize T Sig.
Coefficients d
Coefficients
B Std. Error Beta
13, 1,856 7,180 ,000
(Constant) 327
,51 ,092 ,623 5,524 ,000
Etika Profesi 1
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardiz t Sig.
Coefficients ed
Coefficient
s
B Std. Error Beta
9,111 2,347 3,881 ,000
(Constant)
1 Kompetensi ,719 ,117 ,664 6,148 ,000

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardiz T Sig.
Coefficients ed
Coefficient
s
B Beta
Std.
Erro
r
(Constant) 4,334 1,801 2,407 ,020
Integritas ,804 ,075 ,839 10,682 ,000

Sumber: Output Pengolahan data SPSS 22.0

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka

dapat disimpulkan bahwa :

1) Variabel Kecerdasan Emosional memiliki tingkat signifikansi

sebesar 0,002 yang artinya lebih kecil dari 0.05, dengan

thitung sebesar 7,457 yang mempunyai nilai lebih besar


dibanding ttabel 1,671 maka H1 diterima, yang artinya secara

parsial kecerdasan emosional berpengaruh signifikan


terhadap kinerja audit.

2) Variabel Etika Profesi memiliki tingkat signifikansi sebesar

0.000 artinya lebih kecil dari 0.05, dengan thitung sebesar 5,524

yang mempunyai nilai lebih besar dari ttabel 1,671 maka H2

diterima artinya secara parsial etika profesi berpengaruh

signifikan terhadap kinerja audit.

3) Variabel Kompetensi auditor memiliki tingkat signifikansi

sebesar 0.000 artinya lebih kecil dari 0.05, dengan thitung

sebesar 6,148 yang mempunyai nilai lebih besar dari t tabel

1,671 maka H3 diterima, yang artinya secara parsial

kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap

kinerjaaudit.

4) Variabel Integritas auditor memiliki tingkat signifikansi

sebesar 0.002 artinya lebih kecil dari 0.05, dengan t hitung

sebesar 10,682 yang mempunyai nilai lebih besar dari t tabel

1,671 maka H3 diterima, yang artinya secara parsial

integritas auditor berpengaruh signifikan terhadap kinerja

audit.

d. Uji F (Annova)

Uji f bertujuan untuk menguji apakah secara bersama-

sama seluruh variabel independen mempunyai pengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji

simultan dapat dilihat pada tabel berikut ini :


Tabel 4.22

Koefisien Uji F (ANOVA)

ANOVAa

Model Sum of df Mean F Sig.

Squares Square

Regressi 378,470 4 94,618 46,518 ,000b

On
1
Residual 91,530 45 2,034

Total 470,000 49

a. Dependent Variable: Kinerja

b. Predictors: (Constant), Integritas, Etika Profesi,

Kompetensi, Kecerdasan Emosional

Ftabel : Ftabel (k-1) ( n-k)

= F(4-1) (50-4)

= F(3) (46)

= 138

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, maka

dapat diketahui besarnya signifikansi F Sebesar 0.000 < 0.05

sedangkan Fhitung 46.518 > Ftabel 138, maka H4 diterima

artinya bahwa kecerdasan emosional, etika profesi, kompetensi,

dan integritas auditor dan secara bersama-sama berpengaruh


signifikan terhadap kinerja audit.

e. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengetahui kontribusi variabel independen

terhadap naik turunnya variabel dependen dapat dihitung

dengan koefisien determinasi (R2). Karena dalam penelitian ini

digunakan lebih dari dua variabel bebas maka digunakan

adjusted R Square (R2) yang disesuaikan sebagai koefisien

determinasi dari kolom adjusted R square (R 2) pada output

SPSS 21.00 diperoleh angka berikut ini :

Tabel 4.23

Koefisien Uji Determinasi (R2)

Model Summaryb

Mode R R Adjusted R Std. Error of

l Square Square the Estimate


a
1 ,897 ,805 ,788 1,42618
a. Predictors: (Constant), Integritas, Etika

Profesi, Kompetensi, Kecerdasan Emosional

b. Dependent Variable: Kinerja

Dari hasil pengolahan koefisien determinasi adjusted R

Square (R2):0.805 artinya kecerdasan emosional, etika profesi,

kompetensi, dan integritas mampu menjelaskan variasi dari


kinerja audit sebesar 80,5%. Sedangkan sisanya 19.5% mampu

dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diikut sertakan dalam


model penelitian ini

C. Pengaruh Hipotesis Terhadap Penelitian Terdahulu

1. Pengaruh Independensi kecerdasan emosional terhadap kinerja

audit

Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa terdapat

pengaruh positif dan signifikan antara independensi kecerdasan

emosional dengan kinerja audit. Hasil penelitian ini sejalan

dengan yang dilakukan oleh (Anis Choiriah) yang menyatakan

bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara independensi

kecerdasan emosional dengan kinerja audit.

2. Pengaruh Independensi Etika profesi terhadap kinerja audit

Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa terdapat

pengaruh negatif dan tidak signifikan antara independensi etika

profesi dengan kinerja audit. Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan yang dilakukan oleh (Kompiang Martina Dinata Putri)

yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan

antara independensi kecerdasan emosional dengan kinerja audit.

Yang menyatakan pengaruh negative dan tidak signifikan antara

independensi etika profesi dengan kinerja audit yang sejalan

dengan

hasil penelitian (I.D.G Dharma Suputra).

3. Pengaruh Independensi Kompetensi terhadap kinerja audit

Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa terdapat

pengaruh positif dan signifikan antara independensi kompetensi


dengan kinerja audit. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang

dilakukan oleh (Lauw Tjun Tjun) yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh positif dan signifikan antara independensi kompetensi

dengan kinerja audit. Yang menyatakan pengaruh positif dan

signifikan antara independensi kompetensi dengan kinerja audit

yang sejalan dengan hasil penelitian (Elyzabet Indrawati

Marpaung). Yang menyatakan pengaruh positif dan signifikan

antara independensi kompetensi dengan kinerja audit yang sejalan

dengan

penelitian (Santy Setiawan).

4. Pengaruh Independensi Integritas terhadap kinerja audit

Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa terdapat

pengaruh positif dan signifikan antara independensi integritas

dengan kinerja audit. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang

dilakukan oleh (Komang Gunayanti) dan (I Dewa Nyoman Badera)

yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan

antara independensi kecerdasan emosional dengan kinerja audit.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan

emosional, etika profesi, kompetensi, dan integritas terhadap kinerja

audit. Responden dalam penelitianini berjumlah

50 orang auditor yang bekerja di kantor Kementerian Sosial di wilayah

Jakarta Pusat berdasarkan data yang dikumpulkan penulis dalam

penelitian ini sebagaimana telah diuraikan pada Bab 4 diatas dan hasil

pengujian dilakukan menggunakan SPSS 22.0. Dari hasil Pengolahan

Kementerian Sosial tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut

1. Variabel Kecerdasan Emosional memiliki tingkat signifikansi

sebesar 0,002 yang artinya lebih kecil dari 0.05, dengan thitung

sebesar 7,457 yang mempunyai nilai lebih besar dibanding t tabel

1,671 maka H1 diterima, yang artinya secara parsial kecerdasan

emosional berpengaruh signifikan terhadap kinerja audit.

2. Variabel Etika Profesi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.000

artinya lebih kecil dari 0.05, dengan thitung sebesar 5,524 yang

mempunyai nilai lebih besar dari ttabel 1,671 maka H2 diterima artinya
secara parsial etika profesi berpengaruh signifikan terhadap kinerja audit.

3. Variabel Kompetensi auditor memiliki tingkat signifikansi sebesar

0.000 artinya lebih kecil dari 0.05, dengan t hitung sebesar 6,148

yang mempunyai nilai lebih besar dari ttabel 1,671 maka H3

diterima, yang artinya secara parsial kompetensi auditor

berpengaruh signifikan terhadap kinerjaaudit.

4. Variabel Integritas auditor memiliki tingkat signifikansi sebesar

0.002 artinya lebih kecil dari 0.05, dengan t hitung sebesar 10,682

yang mempunyai nilai lebih besar dari ttabel 1,671 maka H3

diterima, yang artinya secara parsial integritas auditor

berpengaruh signifikan terhadap kinerja audit.

5. Dari hasil pengolahan koefisien determinasi adjusted R Square

(R2) :0.788 artinya kecerdasan emosional, etika profesi,

kompetensi, dan integritas mampu menjelaskan variasi dari kinerja

audit sebesar 78,8%. Hasil ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh penelitian William Jefferson, I ketut Budiartha.

6. Hasil Uji Hopotesis pada variable indenpendensi (Kecerdasan

emosional, Kinerja Profesi, Kompetensi dan Integritas) terhadap

variable dependensi (Kinerja Auditor) berpengaruh positif dan

signifikan seperti dengan penelitian terdahulu.


B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, penulis

memberi saran pada penelitian di masa mendatang diharapkan dapat

menyajikan hasil penelitian lanjutan yang lebih berkualitas lagi dengan

adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal di antaranya

sebagai berikut :

1. Penelitian kinerja audit lebih lanjut disarankan agar dapat

memperbanyak variable dalam perhitungan. Karena Kinerja Audit

memiliki banyak faktor yang mempengaruhi tidak hanya kecerdasan

emosional, etika profesi, kompetensi dan integritas.

2. Penelitian kinerja audit diharapkan dapat memperluas daerah

survey atau di beberapa tempat survey auditor, agar dapat

memperoleh kesimpulan yang lebih luas dan lebih banyak

perbandingan perhitungan kinerja audit.

3. Penilitian disarankan agar dapat memperluas cara survey seperti

wawancara langsung terhadap auditor agar dapat langsung

memperoleh data secara luas.

Penelitian disarankan memperbanyak pernyataan jika

melakukan survey pada kuesioner dan memperbanyak jumlah

kuesioner pada auditor.

Anda mungkin juga menyukai