Anda di halaman 1dari 12

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PUBERTAS TERHADAP KESEHATAN BAGI


KALANGAN REMAJA DI KALIANGET BARAT

NAMA : ASTRIYANA PUTRI

KELAS : 2A KEPERAWATAN

NPM : 719621245

UNIVERSITAS WIRARAJA
ABSTRAK
Peristiwa penting pada masa pubertas remaja putri ialah terjadinya menarche
atau menstruasi pertama. Yang menjadi pertanda biologis dari kematangan
seksual. Namun, datangnya menarche justru membuat sebagian besar remaja
putri merasa takut dan gelisah. Pada umumnya, sikap negative tersebut timbul
karena kurangnya pengetahuan yang mereka dapat. Upaya pemberian informasi
diberikan untuk memberikan pemahaman dan penyesuain diri terhadap
perubahan fisik yang terjadi sesuai dengan usia perkembangannya. Tujuan
Penelitian ini dilakukan Untuk menggambarkan pengetahuan remaja mengenai
kesehatan reproduksi dan sikap menghadapi masa pubertas di kalangan remaja.
Untuk mendeskripsikan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi
yang terdiri dari organ reproduksi dan juga merawat organ reproduksi dengan
dengan baik dan benar. Untuk mengetahu sikap remaja bagaimana masa
pubertas Untuk menggambarkan pengalaman remaja menghadapi masa
pubertas.

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Remaja merupakan masa kehidupan individu dimana terjadi
perkembangan psikologis untuk menemukan jati diri. Pada masa
peralihan tersebut, seorang remaja akan mengembangkan bakat dan
kemampuan yang dimiliki yang akan ditujukan pada orang lain agar
terlihat berbeda dari pada orang lain (Kusmiran, 2011). Perubahan yang
paling mencolok dan bisa dilihat serta dirasakan adalah perubahan fisik
yang terjadi secara alamiah dan terkadang remaja tidak tahu atau tidak
siap terhadap perubahan fisik tersebut yang menyebabkan mereka
cemas, malu dan merasa ada masalah dengan fisik mereka sehingga
mereka merasa asing dengan tubuh mereka sendiri (Istiqomah, 2010).
Cara untuk mengurangi cemas salah satunya adalah dengan memberikan
informasi yang benar, terbuka dan mudah di peroleh tentang bagaimana
perubahan-perubahan yang akan dialami remaja.
Banyak kejadian para remaja masih cemas ataupun bingung,
apabila menghadapi masa pubertas karna setiap individunya setiap
remajapun punya versi tersendiri atau juga bisa di katakan dalam masa
kebiasanyaan. Rasa sakit dalam individunya pun berbeda terkadang ada
yang sakit di bagian perut, ada yang sakit kepala atau pusing, ada yang
kram, ada di bagian payudara, ada pada bagian vaginanya, ada juga pada
keseluruhan tubuhnya. Pada saat pubertas akan lebih banyak
mengedepankan emosi karena pada masa pubertas masa hormon akan
naik secara drastis. tak heran apabila bagi remaja yang mengalami masa
pubertas moodnya ingin selalu marah-marah dan serba salah. Juga
banyak hal-hal yang tidak boleh sering dilakukan dan hal-hal yang harus
banyak dilakukan pada masa pubertas yaitu antara lainnya mengangkat
barang-barang berat, dan memperbanyak minum air, banyak
mengomsumsu vitamin dll nya.
Oleh karna itu, pengetahuan yang baik itu sangatlah penting pada
masa pubertas ini, karna pengetahuan merupakan salah satu komponen
dalam pembentukan sikap seseorang, bisa dikatakan apabila
pengetahuan remaja tentang pubertas tidak menandai akan berdampak
pada sikap remaja yang cenderung negative menilai sesuatu yang ada
kaitannya dengan seksual. Karna menurut (BKKBN) pada tahun 2012
menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang kesehatan
repreduksi remaja masih sangat rendah di buktikan dengan survey
perkumpulan keluarga berencana Indonesia (PKBI) jawa tengan pada
tahun 2010 di semarang tentang pengetahuan kesehatan reproduksi
menunjukkan 43,22% pengetahuannya rendah, pengetahuan cukup
37,28%, sedangkan hanya 19,50% berpengetahuan baik. Padahal
kesehatan reproduksi remaja sangat penting dalam pembangunan
nasional karena remaja merupakan asset Negara dan penerus bangsa
(Marmi, 2013). Pengetahuan yang rendah sangat berdampak pada sikap
dan perilaku remaja saat menjalani masa pubertas. Ketidaktahuan akan
kesehatan reproduksi dan perawatan organ reproduksi dapat
mengakibatkan banyak kerugian dan penyakit penyerta bagi remaja yang
memiliki kesiapan lebih matang akan merasa lebih siap menghadapi masa
pubertas dikarenakan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar
yang memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi yang jelas,
aman, dan tuntas. (Aisyah, diah, & yuni).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah penelitian
“bagaimana gambaran pengetahuan remaja mengenai kesehatan
reproduksi dan sikap menghadapi masa pubertas bagi kalangan remaja“.
C. Batasan masalah
Agar tidak terjadi kecemasan atau kepanikan dalam menghadapi masa
pubertas, jugar agar lebih mengetahui menjaga alat reproduksi dengan
baik.
D. Tujuan masalah
1) Tujuan umum
Untuk menggambarkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan
reproduksi dan sikap menghadapi masa pubertas di kalangan
remaja.
2) Tujuan khusus
 Untuk mendeskripsikan pengetahuan remaja mengenai
kesehatan reproduksi yang terdiri dari organ reproduksi
dan juga merawat organ reproduksi dengan dengan baik
dan benar.
 Untuk mengetahu sikap remaja bagaimana masa pubertas
 Untuk menggambarkan pengalaman remaja menghadapi
masa pubertas.
E. Manfaat penelitian
1) Bagi institusi pendidikan
Memberikan referensi tingkat pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi dan sikap menghadapi masa pubertas.
2) Bagi tempat penelitian
Dapat menjadi masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi bagi remaja serta
sikap saat pubertas.
3) Bagi remaja
Dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi bagi remaja.
4) Bagi peneliti
Sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dan sikap menghadapi
masa pubertas.
F. Definisi istilah / Definisi operasional
Masa pubertas adalah masa di mana anak laki-laki dan perempuan
mengalami proses pematangan seksual. Masa pubertas meliputi
serangkaian taha[an fisikyang hasil akhirnya adalah kesuburan dan
perkembangan karakteristik seksual, yaitu bagian-bagian tubuh yang di
asosiasikan dengan lelaki ataupun perempuan dewasa (seperti
tumbuhnya bulu kemaluan).
Ciri-ciri pubertas secara umum dapat di temukan pada remaja
lelaki dan perempuan. Untuk perempuan bagian payudara akan mulai
berkembanag dan fase menstruasi di mulai. Pada lelaki, ciri-ciri pubertas
akan di tandai dengan suara yang mulai bertambah berat dan rambut
halus akan tumbuh pada bagian wajah. Usia normal perempuan memulai
masa pubertas adalah 11 tahuan, sementara rata-rata usia laki-laki
memasuki masa pubertas adalah 12 tahun. Walaupun demikian, masa
pubertas ini berbeda bagi setiap orang. Normalnya rentang usia di
mulainya pubertas adalah 8-14 tahun, proses pubertas ini bisa
berlangsung sampai 4 tahun. Akan lebih baik, jika orang tua lebih
mengetahui ciri-ciri pubertas anaknya agar apat membimbing ndengan
benar di masa peralihannya.

Ciri-ciri pubertas pada perempuan


 Payudara akan mulai tumbuh
 Rambut kemaluan mulai tumbuh
 Panggul mulai melebar
 Pinggang mulai terlihat lebih kecil
 Muncul lemak yang akan mulai menumpuk pada bagian
perut dan pantat.

Ciri-ciri pubertas pada laki-laki

 Testikel yang bertambah besar dan bagian skrotum terlihat


menipis dan berwarnah merah.
 Rambu mulai tumbuh bagian, penis, ketiak dan kaki
 Berkeringat dalam jumlah banyak.
 Perubahan suara yang awalnya serak menjadi berat.
 Mengalami mimpi basah yaiti ejakulasi
 Jerawat pada wajah dan kulit mulai berminyak
 Mengalami pertambahan tinggi.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Empiris
Menurut dr. Karlina Lestari Pubertas adalah proses kematangan dan
pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi
dan karakteristik seks sekunder mulai muncul.Masa pubertas merupakan
masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi karena pubertas
berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan remaja dan
dikatakan tumpang karena beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak
masih dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga memilikinya. Jadi
masa puber meliputi tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan awal masa
remaja.Masa pubertas di sebut juga sebagai masa bangkitnya kepribadian
ketika minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri,
pribadi itulah yang menjadi pusat pikirannya.
Wong, et al (2009 p.585) Menjelaskan masa puber terjadi secara
bertahap, yaitu :
a. Tahap Prapubertas
Tahap ini di sebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau
dua terakhir masa kanak-kanak. Pada masa ini anak di anggap sebagai “
prapuber”, sehingga ia tidak di sebut seorang anak dan tidak pula seorang
remaja. Pada tahap ini, ciri-ciri seks sekunder mulai tampak, namun
organ-organ reproduksinya belom berkembang secara sempurna.
b. Tahab Puber
Tahap ini disebut tahap matang, yaitu terjadi pada garis antara
masa kanak-kanak dan masa remaja. Pada tahap ini, kriteria kematangan
seksual mulai muncul. Pada anak perempuan terjadi haid pertama dan
pada anak laki-laki terjadi mimpi basah pertama kali dan mulai
berkembang ciri-ciri seks sekunder dan sel-sel diproduksi dalam organ-
organ seks.
c. Tahap pascapuber
Pada tahap ini menyatu dengan tahun pertama dan kedua masa
remaja. Pada tahap ini ciri-ciri seks sekunder sudah berkembang dengan
baik dan organ-organ seks juga berfungsi secara matang.
Pubertas dibagi atas 3 tahap yaitu :
1). Prapubertas
Yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama
kali mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan
seksual.
2). Pubertas
Merupakan titik pencapaian kematangan seksual, ditandai dngan
keluarnya darah menstruasi pertama kali pada remaja putri sedangkan
pada remaja putra indikasi seksualnya kurang jelas.

3). Pascapubertas
Merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika
pertumbahan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksinya
terbentuknya terbentuk dengan cukup baik.
B. Menstruasi
Menstruasi adalah pelepasan dinding endometrium yang disertai
dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulannya kecuali
pada saat kehamilan (Aulia, 2009, p.8). Menstruasi atau haid adalah
perubahan fisiologi dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan di
pengaruhi oleh hormon reproduksi. Darah yang keluar dari Rahim
berisikan jaringan sel telur yang sudah mati, hormone prostaglandin, dan
zat pengencer fibrionolysin yang berasal dari lapisan dinding Rahim yang
luruh. Prostaglandin yang memeras otot Rahim untuk mendorong darah
haid keluar , dan itu pula yang membangkitkan rasa nyeri perut selama
haid berlangsung. Sedangkan zat pengencer darah dalam haid yang
menjadikan darah haid tidak membeku (Nadesul, 2010, p.22-23). Siklus
menstruasi pada setiap orang tidak sama. Siklus menstruasi yang normal
sekitar 24-31 hari tetapi ada juga yang berkurang atau lebih dari siklus
menstruasi yang normal. Siklus ini tidak selalu sama setiap bulannya.
Perbedaan siklus ini di tentukan oleh beberapa factor, misalnya gizi,
stress dan usia. Pada masa remaja biasanya memang mempunyai siklus
yang belum teratur, bisa maju atau mundur beberapa hari. Pada masa
remaja, hormone-hormon seksualnya belum stabil. Semakin dewasa
biasanya siklus menstruasi menjadi lebih teratur, walaupun tetap saja
bisa maju atau mundur karena factor stress atau kelelehan (BKKBN,
2010). Biasanya menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang
menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7hari. Umumnya
darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10 ml hingga 80 ml perhari
tetapi biasanya dengan rata-rata 35 ml per harinya. Biasanya pada saat
menstruasi wanita memakai pembalut untuk menampung darah yang
keluar. Pembalut harus di ganti minimal 4 kali sehari untuk mencegah
agar tidak terjadi infeksi pada vagina atau gangguan-gangguan lainnya
(Chaerani, 2006, p29-30).

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Rancangan penelitian
Dalam perancangan ini, untuk anak perempuan usia 8 hingga 13 tahun ini
menggunakan beberapa metode perancangan diantaranya:
Wawancara, maupun media cetak atau internet
2. Subjek penelitian
Remaja putri usia 9-12 tahun, mengalami tanda kematangan seksual
primer yaitu mengalami menstruasi, serta kematangan seksual sekunder
yaitu menunjukkan pertumbuhan payudara. Kreteria ini di ukur dengan
menggunkan responden kuesioner awal yang diisi oleh responden. Di
peroleh 232 orang subjek yang terdiri dari 87 orang SDN kalianget barat 3
3. Jenis data dan sumber data
 Data kualitatif
Yang disajikan dalam bentuk wawancara, yaitu bagaimana
gambaran pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi
dan sikap menghadapi masa pubertas bagi kalangan remaja, Agar
tidak terjadi kecemasan atau kepanikan dalam menghadapi masa
pubertas, juga agar lebih mengetahui menjaga alat reproduksi
dengan baik.
 Data kuantitatif
Jenis data yang dapat di ukur atau di hitung secara langsung. Yang
berupa informasi atau kurangnya pengetahuan remaja dalam
menghadapi masa pubertas.

Sumber data : sumber data primer merupakan data yang langsung


dikumpulkan oleh peneliti adapun yang menjadi sumber dalam data
primer yaitu kepada RT atau kepada kepala sekolah SD di kalangan
kalianget. sumber data sekunder yang langsung dikumpulkan kepada
peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Juga dapat dikatakan
data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.
4. Instrument penelitian (pengembangan instrument, verifikasi, kecocokan
instrument)Instrument yang digunakan yakni berupa kuesioner yang di
buat sendiri oleh penulis. Terdiri dari skala dukungan social sebanyak 25
butir dengan koefisien realibilitas alpha cronbach sebesar 0,903 dan skala
kecemasan mengalami pubertas dini pada remaja awal sebanyak 26 butir
dengan koefisien reabilitas alpha cronbach sebesar 0,928. Skala
dukungan social mengacu pada teori sarafino (1998) yang terdiri dari lima
dimensi, yaitu emotional support, network support, esteem support,
tangiable support, dan information support. Skala kecemasan mengalami
pubertas dini padaa remaja awal mengacu pada teori Daradjat (1989)
yang terdiri dari beberapa gejala fisik dan mental.
5. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu aktifasi yang dilakukan secara sengaja
oleh peneliti dengan cara sistematis dan terancang untuk menemukan
jawaban dari sebuah masalah. Data-data yang di perlukan akan diperoleh
melalui beberapa sumber dari data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari :
 Wawancara
Dalam penelitian perencanaan pra pubertas untuk anak
perempuan usia 8 hingga 13 tahun ini data primer di peroleh
dengan melakukan wawancara pada orang tua khususnya para ibu
dan anak sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah dasar (SMP)
di wilayah kalianget, selain wawancara pada ibu dan anak,
informasi yang di peroleh dengan wawancara dilakukan
jugaterhadap psikolog dan ginekolog. Hasil dari wawancara
tersebut untuk mendukung informasi sebagai bagian dari edukasi
terhadap tunbuh kembang anak remaja perempuan.

Data sekunder diperoleh dari :

 Media cetak
Informasi yang di peroleh melalui studi literature dalam bentuk
karya tulis, jurnal, artikel, dari Koran, maupun majalah mengenai
pembelajaran pubertas untuk menjamin kekuratan data.
 Internet

Melengkapi data-data dari media cetak, infoemasi yang di berikan


dari website dan blog yang terpercaya sehingga keakuratan data
dapat di pertanggung jawabkan. Studi internet dilakukan untuk
menunjang informasi yang telah di dapat sebelumnya.

 Dokumentasi data
Mengumpulkan data dengan mengambil gambar referensi melalui
kamera maupun internet untuk menambah inspirasi pembuatan
karya.

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Bagaimana gambaran pengetahuan remaja mengenai kesehatan


reproduksi dan sikap menghadapi masa pubertas bagi kalangan remaja?
Untuk mencapai kesehatan reproduksi bagi remaja, hal utama
yang harus di miliki adalah pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan
reproduksi itu sendiri. Untuk itu, pengetahuan remaja perlu di tingkatkan
demi mencapai kehidupan reproduksi yang sehat dan berkualitas.
Lantas pengetahuan apa saja yang perlu diketahui remaja?
 Pengenalan terhadap system, proses, serta fungsi alat reproduksi.
Usahakanlah untuk menyampaikan informasi sesuai dengan usia
dan kesiapan agar tidak menghadapi kecemasan pada anak. Dan
sebaiknya hindari penggunaan istilah-istilah tertentu yang malah
bisa mengaburkan makna dan membuat anak tidak mengenal
dengan pasti masalah reproduksi.
 Risiko penyakit. Aspek ini juga sebaiknya sudah mulai dikenalkan
dan disampaikan pada remaja yang sudah beranjak dewasa
dengan mengetahui risiko yang mungkin terjadi, remja tentu akan
lebih berhati-hati dan lebih menjaga kesehatn reproduksi.
 Kekerasan seksual dan cara menghindarinya. Remaja perlu di
kenalkan dengan hak-hak reproduksi yang ia miliki. Selain itu,
diperlukan juga pengetahuan tentang kekerasan seksual yang
mungakin terjadi, apa saja jenisnya, dan bagaimana cara
mencegahnya terjadi.

BAB V
PENUTUP

 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan maka dapat di
simpulkan bahwa terdapat perbedaan kecemasan pada saat mengalami
pubertas dini pada remaja awal di tinjau dari tingkat dukungan social dan
kurangnya pengetahuan yang baik dan benar. Remaja awal yang memiliki
dukungan social sedang memiliki kecemasan yang lebih tinggi daripada
subjek yang memiliki tingkat dukungan social tinggi.
 Saran-saran
Sesuai dengan penjabaran hasil penelitian maka saran yang dapat di
berikan adalah apabila remaja merasakan kecemasan dan rendahnya
suatu pengetahuan seperti bingung dan khawatir akibat perubahan
bentuk tubuh atau ketakutan ketika mendapat menstruasi, hendaknya
mengkomunikasikan hal tersebut pada orang terdekat yang lebih
mengerti. Bagi lingkungan keluarga khususnya orang tua atau saudara
hendaknya membantu anak memahami aspek-aspek perubahan yang
akan terjadi selama masa pubertas, peka terhadap kebutuhan anak dan
melakukan komunikasi aktif dengan anak. Bagi lingkungan sekolah
hendaknya menyediakan program pembekalan tentang kesiapan
memasuki masa pubertas. Bagi lingkungan social terutama peer
hendaknya tidak mengejek atau menjauhi teman yang sedang mengalami
pubertas lebih dini dan saling menyemangati dan menghibur kepada
teman yang merasa cemas karena mengalami pubertas dini.
 Daftar pustaka
 Daradjat, Z (1989). Kesehatan mental. Jakarta: CV masagung
 Dorn, lorah D.,Dahl, Ronald E, Williansom, Douglas E, Birmaher B,
Axelson,D.,perel,j stull, stay D., & Ryan, Neal D, (2003).
Developmental markers In Adoluscence: Implications for studies
of pubertas processes.journal of youth adolescence, Vol 32
No.5,157-167.
 Fajri, A.,%Khairani,M. (2011). Hubungan antara komunikasi ibu-
anak dengan kesiapan menghadapi mentruasi pertama
(menarche) pada desa kalianget barat terutama SDN kalianget
barat
 Ge.,X brody,G.H conger, R.D.,& simons, R.L.(2006). Pubertas
maturation and African American childern’s internalizing and
externalizing symptoms,journal of youth ang andolescence. Vol.
35 no,4
 Hurlock, E.B (1997). Psikologi perkembangan suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
 Marv’an, M.,I.,morales, S.C (2006) .Emotional reactions to
menarche Among Mexican Women Different Generationg. Journal
of sex roles, 54, 323-330
 Monk, F.J Knoers, A.M.P.,& Haditono, S.R. (2004). Psikologi
perkembangan, Yogyakarta: gajah mada University Press
 Natsuaki, M.n.,Leave, L.D & Medle, jane. (2011). Going throught
the rites of passage: timing and transition of Menarche, childhood
sexual Abuse, and Anxiety symptoms in Girl. Journal of youth
adolescence, 40,1357-1370
 Posner, R.B (2006),Early Menarche: A Review of research on
trends in timing. Racial differences, Etiology and Psychosocial
consequences, journal of sex Roles, 54, 315-322
 Sarafino, E.P (1998). Healthy psychology:Biopsychosial interaction
3rd Edition. New york: john wiel & sons, Ine.
 Sarason, B.R.Pierce, G.R .,& sarason, I.G (1990). Social Support : An
International view. New york: john Wiley & sons, Inc.
 Taylor,E.S (2006). Health Psychologi 4th ed, new york: Mc, Graw
Hill International Edition.

Anda mungkin juga menyukai