Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT HUKUM ISLAM

“KARAKTERISTIK HUKUM ISLAM”

Dosen pengampu: M.Arif Musthofa, M.Pd.I

Disusun oleh kelompok 3:

INDRA GUNAWAN

RATNA SAFITRI

INTAN SAFITRI

MISSI ATIKA

SITI SOLIMAH

NUR MAWADDAH

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI'AH


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARI'AH AL-MUJADDID
TANJUNG JABUNG TIMUR
TAHUN 2021/2022
2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi kenikmatan
dan kesempatan kepada penulis,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.

Pada kesempatan kali ini,penulis akan menyampaikan isi makalah yang berjudul
“Karakteristik Hukum Islam”. Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Akuntansi l.

Dalam penyusunan makalah ini,penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangannya.Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari berbagai pihak agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun bagi khalayak ramai.Sekian dan terimakasih.

Wassalamualaikum.wr.wb

Muara Sabak, 22 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….……….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………..……1


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………...……1
C. Tujuan …………………………………………………………………………….………2

BAB II PEMBAHASAN

A. Takamuj/Samuyyah(Komprehensif)……………………………………………………..3
B. Wasatisyah(Moderat).............................................................................................3
C. Merunah(Dinamis).................................................................................................4
D. Rabbaniyyah(Ketuhanan).......................................................................................5
E. Isaniyah(Humanis)…………………………………………………………………….....5
F. Waqi’iyah(Konstektual)……………………………………………….………………..6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................…………………...…8
B. Saran.................................................................................................………………...……8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..…….9

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan


Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf. Kata seperangkat peraturan
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hukum Islam itu adalah peraturan yang
dirumuskan secara terperinci yang mempunyai kekuatan yang mengikat. Kata
berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul menjelaskan bahwa seperangkat
peraturan itu digali dan berdasarkan wahyu Allah atau sunnah Rasul yang populer
dengan sebutan syari’at.
Sebagai suatu syari’at, hukum Islam memiliki asas, prinsip dasar dan tujuan.
Asas hukum Islam1 adalah suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan
hukum Islam. Diantara asas hukum Islam itu ialah meniadakan kesempitan dan
kesukaran, sedikit pembebanan, bertahap dalam menetapkan hukum dan sejalan
dengan kepentingan atau kemaslahatan umat manusia. Sedangkan prinsip hukum
Islam2 adalah kebenaran universal yang inheren didalam hukum Islam dan menjadi
titik tolak pembinaannya.
Prinsip-prinsip hukum Islam itu diantaranya: tauhid, keadilan, amar ma’ruf
nahi munkar, kebebasan, persamaan, tolong menolong dan toleransi. Di samping
memiliki prinsip, asas dan tujuan hukum Islam mempunyai watak dasar karakteristik
yang spesifik. Dengan karakteristik yang khas dan spesifik itu akan tampak terlihat
bagaimana perbedaan hukum Islam yang berdasarkan wahyu dengan hukum-hukum
lain yang merupakan buatan manusia. Demikian pula akan tampak jelas bahwa
hukum Islam sebagai syari’at yang terakhir ditujukan bukan hanya untuk segolongan
manusia tertentu saja, disamping lewat karakteristik yang lain kita akan dapat
mengetahui bahwa hukum Islam bukan hanya cocok dan sesuai dengan fitrah
manusia, tetapi lebih dari pada itu hukum Islam akan senantiasa memperlihatkan,
melindungi dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.3

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Takamuj/Samuyyah(Komprehensif)?
2. Apa yang dimaksud dengan Wasatisyah(Moderat)?
3. Apa yang dimaksud dengan Merunah(Dinamis)?
4. Apa yang dimaksud dengan Rabbaniyyah(Ketuhanan)?

1
Masfuk Zuhdi, Pengantar Hukum Syari’ah, (Jakarta, Haji Masagung, 1987),hal.69
2
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung LPM Universitas Islam Bandung, 1995),hal.69
3
Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 14

1
5. Apa yang dimaksud dengan Isaniyah(Humanis)?
6. Apa yang dimaksud dengan Waqi’iyah(Konstektual)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Takamuj/Samuyyah(Komprehensif)
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Wasatisyah(Moderat)
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Merunah(Dinamis)
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Rabbaniyyah(Ketuhanan)
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Isaniyah(Humanis)
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Waqi’iyah(Konstektual)

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Takamuj/Samuyyah(Komprehensif)

Hukum Islam bersifat Takamuj/Samuyyah(Komprehensif), yakni mencakup seluruh


tuntutan kehidupan manusia. Disini akan sangat tampak kelebihan hukum Islam dibanding
dengan undang-undang yang lain, karena hukum Islam mencakup tiga aspek hubungan, yaitu
manusia dengan Tuhannya, manusia dengan dirinya sendiri dan manusia dengan masyarakatnya.

Oleh karena itu, hukum Islam yang terkait dengan perbuatan seorang mukallaf selalu
mencakup dua aspek, yaitu hukum-hukum ibadah dan hukum-hukum mu'amalah. Hukum ibadah
meliputi segala hal yang terkait dengan hukum-hukum yang dimaksudkan untuk mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Sedangkan hukum-hukum mu'amalah meliputi
segala hal yang dimaksudkan untuk mengatur hubungan sesama manusia, baik bersifat pribadi
maupun kelompok.

B. Wasatisyah(Moderat)

Karakteristik islam yang bersifat moderat dapat diihat dari sumbernya, yakni bahwa ajaran
islam bukan hannya berpedoman pada Al-Qur’an dan Al –Hadist (normatif) melainkan
berpedoman pada pendapat para ulama , peninggalan sejarah, adat istiadat dan tradisi yang
relevan, serta berbagai temuan dan teori dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
sumbernya yang demkikian itu ajaran islam mampu beradaptasi dan menjelaskan masalah yang
dihadapi manusia.

Khusus mengenai sumber aajran islam, Al-Qur,an ini mempunyai beberapa ciri sebagai
berikut: pertama pada ayat-ayat yang mengandung ajaran yang bersifat pasti ( Qath’I Al-
dalalah ) yang tidak membutuhkan interpretasi atau pemikiran manusia, yakni ajaran yang
berkaitan dengan akidah, ibadah, dan berkaitan dengan ahlak. Yang berkaitan dengan akidah
misalnya yang berkaitan dengan rukun iman ( Iman kepada Allah, para malaikat, Kitab para
Nabi, hari kiamat dan ketentuan baik dan buruk) hal yang berkaitan dengan rukun islam
( syahadat, shalat, zakat, puasa, haji) hal yang berkaitan dengan ahlak seperti larangan
menyekutukan Allah, larangan durhaka kepada orang tua dan sebagainya, larangan memakan
bangkai darah dan daging babi, larangan meminum khamr, berjudi, bertenung ( praktk
perdukunan), serta sebagian kecil yang berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan

3
mu’amalah seperti yang berkaitan dengan pembagian warisan, kewajiban mencari nafkah.
Adapun Al-Qur’an bersifat Dzanni yaitu, dapat ditafsirkan dengan situasi dan kondisi. Pada
bagian ini Al-Qur’an hannya memberikan isyarat-isyarat, prinsip atau garis besarya saja, yat-ayat
yang demikian itu antara lain berkenaan dengan sistem ekonomi, politik dan ketatanegaraan,
kemasyarakatan, pengembanga ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan, peradaban dan
sebagainya. Ayat-ayat yang bersifat Dzanni itulah yang menampung masukan dari para ulama.

Dengan sifat yang demikian itu maka ajaran islam dapat menyesuaikan dari merespon
berbagai perkembangan dalam masyarakat, dengan tidak melanggar atau bertentangan dengan
yang bersifat Qath’i.4

C. Merunah(Dinamis)

Ajaran Islam bersifat universal/Dinamis. Ia meliputi seluruh alam tanpa tapal batas, tidak
dibatasi pada daerah tertentu seperti ruang lingkup ajaran-ajaran Nabi sebelumnya.
Berlaku bagi orang Arab dan orang `Ajam (non Arab). Universalitas hukum Islam ini
sesuai dengan pemilik hukum itu sendiri yang kekuasaan tidak terbatas. Di samping itu,
hukum Islam mempunyai sifat yang dinamis (cocok untuk setiap zaman).

Hukum Islam memberikan kepada kemanusiaan sejumlah hukum yang positif yang
dapat dipergunakan untuk segenap masa dan tempat. Dalam gerakannya hukum Islam
menvertai perkembangan manusia, mempunyai kaidah asasiyah, yaitu ijtihad. Ijtihadlah
yang akan menjawab segala tantangan masa, dapat memenuhi harapan zaman dengan tetap
memelihara kepribadian. dari nilai-nilai asasinya.

Dalam kaitannya dengan keuniversalan tersebut dapat dipahami lewat konstitusi


Negara mushm pertama. Madinah, menyetujui dan melindungi kepercayaan
non-muslim dan kebebasan mereka untuk mendakwahkan. Konstitusi ini merupakan
kesepakatan antara Muslim dan Yahudi, serta orang-orang Arab yang bergabung di
dalamnya. Non-Muslim dibebaskan dari keharusan membela negara dengan membayar
Jizyah, yang. berarti hak hidup dan hak milik mereka dijamin. Istilah Zimmi, berarti
orang non-Muslim yang dilindungi Allah dan Rasul. Kepada orang-orang non- Muslim i tu

4
Sofiani Novi Nuryanti, KARAKTERISTIK ISLAM YANG BERSIFAT KOMPREHENSIF, HUMANIS,
MODERAT, DAN DINAMIS,Semarang 2013.hal.4

4
diberikan hak Otonomi yudisial tertentu. Warga Negara dan kalangan ahli kitab
dipersilahkan menyelenggarakan keadilan sesuai dengan apa_yang Allah wahyukan.5

D. Rabbaniyyah(Ketuhanan)

Karakteristik yang pertama dari hukum Islam adalah berdasarkan atas ke-Tuhanan,
dalam artian -bahwa semua perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang dibuat harus
bersumber dan diambil dari ketentuan-ketentuan hukum Allah, dapat dikembalikan serta tidak
bertentangan dengan kehendak Allah, oleh karena itu semua perundang-undangan Islam harus
berfokus atau berasal dari Allah SWT. Al-Qur`anul karim sebagai sumber utama hukum Islam
menjelaskan bahwa tidak seorangpun boleh menyuruh atau membuat perintah atas haknya
sendiri dan tidak seorangpun diwajibkan untuk mentaatinya, sebab hak ini hanya dipegang
oleh Allah SWT Firman Allah menyatakan:

“menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia
pemberi keputusan yang paling baik.” (QS. Al-An’am: 57)
Di dalam surat Yusuf ayat 40 Allah SWT berfirman:
“keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus.”
Dengan memperhatikan beberapa ayat Al-Qur`an sebagaimana tersebut diatas, dapat
diambil suatu pengertian bah-wa wewenang itu hanya berada ditangan Allah. Hanya Allah yang
berhak membuat hukum dan oleh karena itu kaum muslim dalam setiap kegiatannya harus
bersandar kepada keterang-an - keterangan yang telah diwahyukan Allah, sebab tidak demikian
berarti mereka telah berbuat salah dan ingkar.6
E. Insaniyah(Humanis)
Karakteristik hukum Islam yang bersifat insaniyah (kemanusiaan). Insaniyah disini
maksudnya -adalah bahwa seluruh perundang-undangan Islam dan cabang- cabang hukum yang
ditetapkan sangat memperhati-kan hal ikhwal manusia, memperhatikan segala urusan
melindungi segala sesuatu yang bertalian dengan manusia, baik mengenai kehidupannya, jiwa
dan rohaninya, akal-fikirannya, akidah keyakinanya, amal perbuatanya, awal dan akhir
kejadiannya, harta dan kekayaannya.
Dengan demikian, seluruh hukum yang tercantum dalam Al-Qur`an, As-Sunnah, Ijma,
Qiyas serta sarana-sarana istimbath hukum-hukum yang lain selalu di ibaratkan untuk
mewujudkan keperluan manusia. Atau deng-an kata lain hukum Islam bermaksud untuk
menciptakan -keamanan, kesejahteraan, kebahagiaan dan memenuhi kebutuhan manusia sesuai
dengan harkat dan martabat manusia itu sendiri sebagai mahluk yang mulia di tengah--tengah
mahluk Allah yang lainnya ( QS.17:70).

5
M. Hasbi As-Shiddiegy, Op-cit.; h. 108
6
Waqar Ahmad Husaini, Sistem Pembinaan Masyarakat Islam, diterjemahkan Anas Mahyuddin (Bandung: Pustaka
Salman, 1983), h. 61

5
Kemuliaan yang diberikan oleh Tuhan bagi manusia- adalah suatu prioritas dari Allah,
karena itu kemuliaan tersebut harus dipertahankan dalam segala hal. Kemuliaan martabat yang
dimiliki oleh manusia itu sama sekali tidak ada pada mahluk yang lain. Martabat yang tinggi
yang telah dianugrahkan Allah kepada manusia, pada hakikatnya merupakan fitrah yang tidak
dapat dipisahkan dari diri manusia.
Setiap pribadi manusia dilahirkan dengan membawa kemuliaan martabat dirinya.
Kemuliaan martabat ini akan melekat terus pada diri manusia sampai akhir hayatnya, asalkan ia
senantiasa memelihara dan menjaga kemuliaan martabat itu dengan iman dan amal shalih serta
bertaqwa kepada- Allah.
Oleh karena Allah telah menjamin kemuliaan martabat manusia, maka manusia
mempunyai hak perlindungan untuk hidup, dan oleh sebab itu nyawanya tidak dapat dihilangkan
tanpa suatu alasan yang sah dan adil.7

F. Waqi’iyah(Konstektual)
Karakteristik hukum Islam berikutnya ialah bersifat realistik dimana perhatiannya
terhadap nilai – nilai luhur akhlak tidak menghalanginya untuk menaruh perhatian terhadap
realitas yang ada. Syari’at Islam diturunkan Allah untuk manusia sesuai dengan kejadiannya
yang Allah ciptakan dengan fisik yang berasal dari bumi dan ruh yang berasal dari langit
dengan rasa cinta yang mendalam dan insting yang estabi-lish. Ia mengarahkan sifat ketaqwaan
yang bergumul dalam jiwa manusia. Allah SWT berfirman;
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaan-Nya) maka Allah mengilhamkan pada jiwa
itu (jalan ) kefasikan dan ketaqwaannya.”
Oleh karena itu, Al-Qur`an tidak menyuruh seperti perintah injil; “Barangsiapa memukul
pipi kananmu, maka sadarkanlah pipi kirimu, dan barangsiapa yang di copot bajunya,
hendaklah ia menyerahkan kainnya.”

Di sini Al-Qur`an datang menyatakan bahwa balasan orang yang dizalimi harus setimpal
dengan kezaliman yang menzaliminya, tidak boleh lebih tetapi harus sesuai dengan kapasitas
perbuatannya tidak ditambah ataupun dikurangi. Demikian juga kecintaan manusia terhadap
harta adalah suatu hal yang realistik, karena sifat ini bagian dari fitrah insani. Oleh karena itu
syari’at Islam membenarkan tentang hak milik,tetapi tidak liberal tanpa batas. Hak pemilikan
itu dibatasi oleh norma dan aturan.

Selain itu sifat realistik yang lain adalah syari’at Islam tidak hanya cukup dengan nasehat
keagamaan atau bimbingan akhlak dalam memelihara hak - hak manusia, tetapi syari’at Islam
juga menetapkan Undang - Undang krimi-nal, sebab sebagian manusia itu ada yang tidak hanya
cukup dengan bimbingan dan nasihat, melainkan juga perlu tindak-an dan hukuman sesuai
dengan tindakan kejahatan yang dilakukannya.8

7
Daud Ali, Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum dan Sosial (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 52
8
Satria Effendi M. Zein, Ijtihad Sepanjang Sejarah Hukum Islam. Dalam K.H. Ali Yafie, Wacana Baru Fiqhi Sosial
(Cet. I, Jakarta: Mizan, 1997), h. 148

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

7
Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul
tentang tingkah laku manusia mukallaf.

1. Hukum Islam bersifat Takamuj/Samuyyah(Komprehensif), yakni mencakup seluruh


tuntutan kehidupan manusia.
2. Karakteristik islam yang bersifat moderat dapat diihat dari sumbernya, yakni bahwa
ajaran islam bukan hannya berpedoman pada Al-Qur’an dan Al –Hadist (normatif)
melainkan berpedoman pada pendapat para ulama , peninggalan sejarah, adat istiadat
dan tradisi yang relevan, serta berbagai temuan dan teori dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi.
3. Ajaran Islam bersifat universal/Dinamis. Ia meliputi seluruh alam tanpa tapal batas,
tidak dibatasi pada daerah tertentu seperti ruang lingkup ajaran-ajaran Nabi
sebelumnya.
4. Karakteristik yang pertama dari hukum Islam adalah berdasarkan atas ke-Tuhanan,
dalam artian -bahwa semua perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang dibuat
harus bersumber dan diambil dari ketentuan-ketentuan hukum Allah.
5. Karakteristik hukum Islam yang bersifat insaniyah (kemanusiaan). Insaniyah disini
maksudnya -adalah bahwa seluruh perundang-undangan Islam dan cabang- cabang
hukum yang ditetapkan sangat memperhati-kan hal ikhwal manusia, memperhatikan
segala urusan melindungi segala sesuatu yang bertalian dengan manusia, baik mengenai
kehidupannya, jiwa dan rohaninya, akal-fikirannya, akidah keyakinanya, amal
perbuatanya, awal dan akhir kejadiannya, harta dan kekayaannya.
6. Karakteristik hukum Islam berikutnya ialah bersifat realistik dimana perhatiannya
terhadap nilai – nilai luhur akhlak tidak menghalanginya untuk menaruh perhatian
terhadap realitas yang ada. Syari’at Islam diturunkan Allah untuk manusia sesuai dengan
kejadiannya yang Allah ciptakan dengan fisik yang berasal dari bumi dan ruh yang
berasal dari langit dengan rasa cinta yang mendalam dan insting yang estabi-lish. Ia
mengarahkan sifat ketaqwaan yang bergumul dalam jiwa manusia.

B. Saran

Saran penulis kepada pembaca agar lebih sering mencari referensi lain tentang
“Karakteristik Hukum Islam” supaya pembaca bisa lebih memahami materi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984).

8
Daud Ali, Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum dan Sosial (Jakarta: Bulan Bintang, 1993).
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung LPM Universitas Islam Bandung, 1995).

Masfuk Zuhdi, Pengantar Hukum Syari’ah, (Jakarta, Haji Masagung, 1987).

M. Hasbi As-Shiddiegy, Op-cit.

Sofiani Novi Nuryanti, KARAKTERISTIK ISLAM YANG BERSIFAT KOMPREHENSIF,


HUMANIS, MODERAT, DAN DINAMIS,Semarang 2013.

Satria Effendi M. Zein, Ijtihad Sepanjang Sejarah Hukum Islam. Dalam K.H. Ali Yafie, Wacana
Baru Fiqhi Sosial (Cet. I, Jakarta: Mizan, 1997).
Waqar Ahmad Husaini, Sistem Pembinaan Masyarakat Islam, diterjemahkan Anas Mahyuddin
(Bandung: Pustaka Salman, 1983).

Anda mungkin juga menyukai