Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Proses Pirolisis, Pembakaran Dan Gasifikasi
Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Proses Pirolisis, Pembakaran Dan Gasifikasi
TINJAUAN PUSTAKA
berlangsung tanpa udara atau oksigen. Menurut Basu (2010), pirolisis biomassa
umumnya berlangsung pada rentang temperatur 300 oC sampai dengan 600 oC.
Produk dari proses pirolisis ini tergantung dari beberapa faktor diantaranya
temperatur pirolisis dan laju pemanasan. Secara umum produk pirolisis dapat
(char)
• Produk gas (CO, H2O, CO2, C2H2, C2H4, C2H6, C6H6 dll).
Pembakaran adalah suatu reaksi kimia antara bahan bakar dan pengoksidasi
(udara atau oksigen) yang menghasilkan panas dan cahaya. Proses pembakaran ini
dapat berlangsung jika ada : bahan bakar, pengoksidasi (udara/oksigen) dan panas
atau energi aktivasi (Wardana, 2008). Menurut Loo dan Koppejan (2008), proses
pembakaran biomassa melibatkan sejumlah aspek fisik dan kimia yang kompleks.
Secara umum proses pembakaran tergantung pada propertis dari bahan bakar dan
aplikasi pembakaran. Proses pembakaran ini dapat dibagi dalam beberapa proses
8
9
padat.
bahan bakar dengan elemen pengoksidasi. Sebagai contoh reaksi pembakaran gas
methana dengan oksigen dan pembakaran gas hidrogen dengan oksigen, sebagai
berikut :
2 H2 + O2 → 2 H2O(g) + panas
dibutuhkan tidak cukup untuk membakar bahan bakar secara lengkap, untuk
menghasilkan karbon dioksida dan air. Pada pembakaran yang tidak lengkap,
karbon dalam bahan bakar diubah menjadi gas karbon monoksida sedangkan
nitrogen yang ada dalam udara pada temperatur tinggi akan berubah menjadi
NOx.
2 CH4 + 3 O2 → 2 CO + 4 H2O
N2 + O2 → 2 NO
padat menjadi gas mampu bakar (Higman dan Burgt, 2008). Proses gasifikasi dan
pembakaran adalah proses termokimia yang sangat berdekatan. Bila ditinjau dari
10
umum digunakan seperti batu bara dan biomassa, sedangkan produk utama dari
hasil gasifikasi secara umum adalah gas mampu bakar seperti CO, CH4, H2, dan
biomassa, jumlah udara pembakaran dibatasi antara 20% sampai 30% udara
stoikiometri atau dengan Equivalent Ratio (ER) 0,2 sampai dengan 0,3. Untuk
Untuk lebih jelasnya perbedaan pirolisis, pembakaran dan gasifikasi seperti pada
dari bahan padat menjadi gas, dengan menggunakan proses degradasi termal
sempurna. Proses ini berlangsung didalam suatu alat yang disebut reaktor/gasifier,
bahan bakar biomassa dimasukkan kedalam reaktor untuk dibakar secara tidak
parsial bahan bakar padat, dengan melibatkan reaksi antara oksigen dengan bahan
bakar padat. Hasil pembakaran berupa uap air dan karbon dioksida direduksi
menjadi gas yang mudah terbakar, gas hasil proses gasifikasi ini disebut dengan
gas produser. Umumnya kandungan dari gas produser yaitu karbon monoksida
(CO), hidrogen (H2) dan methan (CH4), gas-gas ini dapat digunakan sebagai
mesin tenaga penggerak (diesel dan bensin), yang selanjutnya dapat dimanfaatkan
Selain itu gas ini juga dapat dibakar langsung untuk mesin pengering, oven dan
Reaktor/gasifier dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan kontak antara bahan bakar
Jenis gasifier ini merupakan tipe yang paling tua dan paling simpel, dan hanya
digunakan untuk aplikasi dalam skala kecil. Yang termasuk dalam jenis ini adalah
updraft gasifier, downdraft gasifier dan crossdraft gasifier seperti pada gambar 2.4
dibawah . Tipe updraft gasifier umumnya digunakan untuk gasifikasi batu bara,
Bahan bakar padat dimasukkan kedalam reaktor dari bagian atas dan udara masuk
reaktor dari bagian bawah sedangkan gas yang dihasilkan keluar meninggalkan
reaktor pada bagian atas. Pada bagian atas reaktor terjadi pemanasan dan pirolisis
pada bahan bakar reaktor akibat perpindahan panas karena konveksi paksa dan
radiasi dari zona dibawahnya. Tar dari hasil proses ikut terbawa oleh gas,
gasifier banyak digunakan untuk gasifikasi biomassa, dimana bahan bakar masuk
reaktor dari bagian atas dan udara masuk pada daerah pembakaran.Gas dan bahan
bakar mengalir kebawah dan temperatur meningkat kearah bawah dalam zona
pembakaran.Gas hasil produksi keluar reaktor pada bagian atas, Kandungan Tar
Pada crossdraft gasifier bahan bakar dimasukkan kedalam reaktor dari bagian atas,
mempunyai zona reaksi yang kecil dengan kapasitas panas yang rendah, waktu
respon yang cepat dan kandungan tar yang dihasikan rendah.Tipe ini umumnya
Gambar 2.2 : (a) Updraft Gasifier, (b) Downdraft Gasifier, (c) Crossdraft Gasifier
Sumber : Basu, (2010)
Pada reaktor ini bahan bakar berupa serbuk dicampur dengan udara sebelum
dimasukan kedalam reaktor, temperatur kerja reaktor cukup tinggi > 10000C
Reaktor tipe ini merupakan pendekatan desain dari permasalahan yang biasa
ditemui pada pemakaian reaktor tipe updraft dan downdraft yaitu ketiadaan
tempat aliran, ampas dan penurunan tekanan secara ekstrim pada reaktor.
Udara dihembuskan melewati material bed pada kecepatan tertentu untuk menjaga
material bed umumnya digunakan pasir silika, dan fungsi material bed ini sebagai
Bahan bakar dimasukkan pada bagian bawah reaktor, kemudian bercampur dan
gasifikasi dan koversi tar terjadi pada tahap gas. Abu hasil pembakaran akan
Bila ditinjau dari proses kontak antara gas pendorong dan partikel bahan bakar,
Fluidized Bed gasifier (FBG) dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : Bubbling
15
Fluidized Bed Gasifier (BFBG) dan Circulating Fluidized Bed Gasifier (CFBG).
Pada penggunaannya, CFBG lebih unggul daripada BFBG, hal ini disebabkan
karena adanya saluran sirkulasi yang menyebabkan waktu tinggal bahan bakar
terkonversi lebih sempurna. Disamping itu laju udara yang dibutuhkan pada
CFBG (4 – 7 m/s) lebih besar jika dibandingkan pada BFBG sebesar (1 – 1,5
m/s), sehingga percampuran massa dan perpindahan panas menjadi lebih baik
(Basu, 2006).
Bila dibandingkan dengan tipe reaktor updraught dan downdraught, tipe reaktor
berlangsung cepat.
• Emisi rendah
Gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi disebut gas produser yang
kandungannya didominasi oleh gas CO, H2 dan CH4, dan biasanya masih
menggangu pada saat pemanfaatannya, disamping itu gas produser ini juga masih
mempunyai temperatur yang tinggi berkisar 300 - 400 oC (Rajvanshi, 1986). Oleh
karena itu gas produser yang keluar harus didinginkan dan dibersihkan terlebih
16
dahulu dengan cara melewatkan pada suatu unit filter, secara garis besar terdapat
2 jenis filter yaitu dengan cara basah (misalnya seperti wet scrubber dan spray
scrubber) atau secara kering (misalnya dengan cyclone dan separator). Pada
dasarnya filtrasi ini akan membersihkan gas dari unsur-unsur seperti senyawa-
produk dari distilasi yaitu tar, minyak, gas-gas yang tak terkondensasi, uap air dan
mendinginkan gas tersebut. Dengan demikian gas yang keluar dari unit filtrasi
didalamnya, semakin tinggi karbon yang terkandung di dalam gas produser maka
gas hasil gasifikasi tersebut dapat dikatakan berkualitas. Secara umum komposisi
gas produser tergantung dari beberapa parameter yaitu : komposisi bahan bakar,
kontak didalam reaktor dan lain-lain (Basu, 2006). Pada gasifikasi biomassa nilai
kalor dari gas produser berkisar 4,5 sampai dengan 6 MJ/m3, sedangkan
komposisi gas produser dengan basis volume adalah : CO sebesar 15 – 30%, CH4
sebesar 4%, Nitrogen 45-60% dan CO2 sebesar 5 – 15% (Turare, 2002).
Satu-satunya kelemahan teknologi gasifikasi ini adalah kandungan tar yang tinggi
dan debu pada gas hasil gasifikasi, tar adalah kondensat hidrokarbon kompleks
pembentukan tar aerosol, dan polimerisasi untuk membentuk struktur yang lebih
kompleks, semua menyebabkan masalah utama pada proses peralatan serta mesin
dan turbin yang menggunakan gas produser. Jumlah tar yang terbentuk pada
17
proses gasifikasi, berbeda tergantung pada jenis tipe gasifier. Pada jenis updraft
gasifier tar yang terbentuk cukup besar yaitu 10 sampai dengan 20% dari feed
(bahan bakar) hal ini dikarenakan tar mulai terbentuk pada daerah pirolisis pada
temperatur rendah 200-500oC didalam reaktor dan tidak sempat untuk dikonversi
kedalam bentuk gas, sedangkan untuk tipe downdraft gasifier kandungan tar yang
terbentuk lebih kecil yaitu < 1g/Nm3 karena tar terbentuk setelah zona
pengeringan (drying) pada temperatur rendah 200 - 500oC dan mengalir melewati
zona pembakaran sehingga sebagian besar tar terbakar berubah menjadi gas. Pada
tipe fluidized bed gasifier kandungan tar yang terbentuk jumlahnya berada
diantara updraft, downdraft gasifier yaitu rata-rata 10 mg/Nm3 karena pada tipe ini
kontak bahan bakar dan medium gasifikasi sangat baik diseluruh bed, sehingga
oksigen dalam udara (udara sebagai medium gasifikasi) yang masuk reaktor akan
langsung kontak dengan bahan bakar yang mengalami pirolisis. Tar yang di
lepaskan selama proses pirolisis, akan terbakar dan bergerak keatas meninggalkan
Sedangkan untuk tipe entrained flow gasifier produksi tar dapat diabaikan karena
pada tipe ini apa saja yang terbentuk akan mengalir melalui zona dengan
temperatur yang sangat tinggi sehingga hampir semua dikonversi menjadi gas
(Basu, 2010).
Menurut Manyà (2006), terkait dengan aplikasi gas produser, kandungan tar
diijinkan sangat tergantung pada jenis proses dan aplikasi pengguna akhir.
18
sebagai reaktan dan medium gasifikasi. Agen gasifikasi bereaksi dengan karbon
padat dan hidrokarbon, untuk mengubah kedalam bentuk gas yang memiliki berat
molekul yang rendah seperti CO dan H2. Agen gasifikasi utama yang umum
sedangkan agen gasifikasi lainnya seperti CO2 dan H2 masih dalam studi (Badeau
dan levi,2009).
Nilai kalor dan komposisi dari gas produser/gas hasil gasifikasi, sangat tergantung
pada agen gasifikasi yang digunakan pada proses gasifikasi seperti yang
Tabel 2.1 : Heating Value for Product Gas Based on Gasifying Medium
Air 4-7
Steam 10 - 18
Oxygen 12 - 28
Untuk penggunaan oksigen murni sebagai agen gasifikasi, komposisi gas produser
memiliki kandungan CO untuk penggunaan oksigen yang rendah dan CO2 untuk
Jika uap air (steam) sebagai agen gasifikasi kandungan gas produser didominasi
oleh hidrogen, sedangkan dengan udara sebagai agen gasifikasi kandungan gas
19
uap air (steam) sebagai gas pendorong (agen gasifikasi) dimaksudkan untuk
(Chaiprasert, 2009).
karena sesuai dengan reaksi Boudouard gas CO2 akan bereaksi dengan karbon
dan menghasilkan CO (Higman dan Van der Burgt, 2008). Sehingga nilai kalor
dari gas produser dapat meningkat, disamping itu dengan medium karbon
Disisi lain dengan medium karbon dioksida dapat menguraikan tar menjadi H2
sebagai berikut :
biomassa.
sulit.
20
e. Berat bahan bakar per meter kubik. Berat bahan bakar sangat
didalam reaktor
(yang mudah teruapkan) seperti tar, minyak, air serta gas ikutan
penggerak.
pengeringan, pirolisis, oksidasi, dan reduksi. Pada gasifikasi fluidized bed kontak
antara padatan dan gas sangat kuat sehingga perbedaan dari empat proses diatas
1. Pengeringan :
yang cukup tinggi berkisar diatas 30%. Menurut Basu (2010), setiap kilogram
moisture pada biomassa membutuhkan 2260 KJ energi panas dari reaktor untuk
penguapan, sehingga untuk biomassa dengan kandungan air tinggi akan sangat
kandungan 10% sampai dengan 20%, sehingga untuk biomassa yang memiliki
kandungan air diatas 20% harus dilakukan proses pengeringan awal sebelum
masuk ke reaktor.
berlangsung pada temperatur diatas 100 oC. Ketika padatan bahan bakar masuk
kedalam reaktor, air dalam bentuk moisture di permukaan bahan bakar akan
menguap sedangkan yang berada didalam akan mengalir keluar melalui pori-pori
padatan bahan bakar dan menguap. Proses ini berlangsung secara kontinu hingga
2. Pirolisis/Devolatilisasi :
yaitu pecahnya ikatan kimia secara termal dan zat ringan (volatile matter) akan
keluar dari partikel. Volatile matter merupakan hasil dari proses devolatilisasi
umumnya terdiri dari tiga jenis , yaitu : gas ringan (CO, H2, CO2, H2O dan CH4),
tar dan arang (char). Menurut turare (2002) perbandingan dari tiga jenis hasil
22
operasi, dan nilai kalor dari gas yang dihasilkan selama proses
MJ/m3.
sedangkan pada proses pirolisis yang berjalan cepat akan terjadi pengurangan
dibawah350 0C dan berjalan semakin cepat pada temperatur sekitar 700 0C, proses
3. Oksidasi :
Oksidasi atau pembakaran arang merupakan reaksi penting yang terjadi di dalam
reaktor/gasifier, dimana tar, gas dan arang (char) hasil tahap pirolisis akan
teroksidasi oleh oksigen yang dimasukkan kedalam reaktor. Proses ini bersifat
sampai dengan 1500 oC, dan panas yang dihasilkan dari reaksi ini digunakan
H2 + ½ O2 H2 O -242KJ/Kmol H2 (2.3)
23
4. Reduksi:
dengan mengambil panas dari hasil oksidasi/pembakaran, dimana reaksi ini terjadi
pada kisaran temperatur 800 oC sampai dengan 1100 oC . Produk yang dihasilkan
dari proses ini adalah gas yang memiliki nilai kalor/gas bakar, seperti H2, CO, dan
CH4 dan reaksi yang umum terjadi pada proses gasifikasi ini adalah sebagai
berikut :
• Boudouard reaction
Reaksi ini merupakan reaksi antara karbon dioksida yang terdapat di dalam
reaktor dan arang (char) untuk menghasilkan CO dengan reaksi sebagai berikut :
Merupakan reaksi oksidasi parsial karbon oleh uap air yang dapat berasal dari
bahan bakar itu sendiri maupun dari sumber lainnya, reaksi tersebut sebagai
berikut :
• Shift conversion
Merupakan reaksi reduksi dari uap oleh korbon monoksida untuk menghasilkan
hydrogen, reaksi ini merupakan reaksi endotermik yang dikenal dengan water-gas
pada gas, yang diperlukan untuk memproduksi gas sintetik, dengan reaksi sebagai
berikut :
24
• Methanation reaction
Menurut Higman dan Burgt (2008), secara umum dari reaksi diatas (2.1), (2.4),
(2.5) dan (2.7) menggambarkan empat reaksi pada proses gasifikasi bahan bakar
gas CO murni, ketika proses gasifikasi karbon murni dengan oksigen atau
campuran gas CO2. Reaksi (2.5) merupakan reaksi yang mendominasi pada water
gas process, sedangkan reaksi (2.7) adalah dasar dari seluruh hidrogenisasi pada
proses gasifikasi. Akan tetapi kebanyakan proses gasifikasi berjalan pada suatu
kesetimbangan antara reaksi oksidasi parsial (2.1) dan water gas reaction (2.5).
bahan bakar boiler, sebagai flue gas pada alat pengeringan dan pada skala besar
sebagai bahan bakar mesin penggerak generator pembangkit listrik (Szwaja dan
Cupial, 2010). Salah satu contoh modifikasi yang dilakukan pada mesin diesel
penggerak generator agar dapat menggunakan dua jenis bahan bakar yaitu bahan
untuk bahan bakar padat seperti batu bara dengan teknologi IGCC (Integrated
25
dilakukan terfokus pada teknik gasifikasi batu bara, dengan harapan dapat
Pada penelitian ini, teknik gasifikasi yang akan digunakan adalah gasifikasi
dengan fluidized bed gasifier (FBG) khususnya updraft sirkulasi fluidized bed,
karena keunggulan yang dimiliki untuk tipe ini. Khususnya dapat digunakan
untuk mengolah bahan bakar kualitas rendah dengan kandungan abu tinggi,
rendah.
Pada proses konversi energi dengan teknologi gasifikasi Fluidized Bed, awalnya
ruang bakar dipanasi secara eksternal sampai mendekati temperatur kerja reaktor.
Media gasifikasi (bed material) yang umum digunakan untuk mengabsorbsi panas
adalah pasir silika. Pasir silika dan bara api bahan bakar akan mengalami
Kondisi ini menyebabkan proses konversi energi dapat berlangsung dengan baik.
Disamping itu dengan bidang kontak panas yang luas disertai turbulensi partikel
mengkonversi segala jenis bahan bakar, bahkan dengan ukuran yang tidak
seragam.
26
Kualitas fluidisasi adalah faktor paling utama yang mempengaruhi efisiensi sistem
gasifikasi Fluidized Bed, keseragaman temperatur adalah hal yang sangat penting
mengurangi emisi dari polutan seperti hidrokarbon dan NOX sebagai akibat hasil
Proses ini berlangsung pada temperatur operasi dibawah temperatur leleh abu,
sehingga untuk menghilangkan abu pada proses gasifikasi jenis ini menjadi
mudah. Hal ini yang menyebabkan gasifikasi Fluidized Bed sangat cocok
digunakan untuk pengolahan bahan bakar padat yang mempunyai kandungan abu
Biomassa adalah suatu bahan atau material yang didapatkan dari tanaman baik
secara langsung maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi atau
bahan dalam jumlah yang besar. Biomassa disebut juga sebagai ‘Fitomassa”
dan sering kali diterjemahkan sebagai bioresources atau sumber daya yang
diperoleh dari hayati. Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford istilah biomassa
pertama kali muncul diliteratur pada tahun 1934. Di dalam journal of marine
diperoleh dari biomassa disebut energi terbarukan. Dari persektif sumber daya
energi definisi umumnya adalah istilah umum untuk sumber daya hewan dan
tumbuhan serta limbah yang berasal darinya dimana ia terkumpul dalam jangka
27
waktu tertentu (tidak termasuk sumber fosil) Biomassa sangat beragam dan
berbeda dalam hal sifat kimia, sifat fisis, kadar air, kekuatan mekanis dan
beragam(yokoyama,2008).
Limba
h
kertas,
makan
nan,m
inyak,
sisa
kayu.
Sumber daya biomassa dapat digunakan berulang kali dan bersifat tidak terbatas
daya fosil secara prinsip bersifat terbatas dan hanya untuk sementara. Selain itu
emisi CO2 yang tidak terbalikan dari pembakaran fosil akan memberikan efek
Gambar 2.6 Perbandingan sistem biomassa dan fosil pada siklus karbon
biologis yang berasal dari organisme yang belum lama mati (dibandingkan dengan
bakar kayu, limbah dan alkohol.Biomassa sangat efektif sebagai energi alternatif
fotosintesis. Energi yang menggantikan bahan bakar fosil dapat diperoleh dari
1 Ampas tebu 43.8 5.8 0.4 47.1 16.29 111 3.65 5.8 2.94 81
2 Sabut kelapa 47.6 5.7 0.2 45.6 14.67 151 3.97 5.7 2.85 72
3 Batok kelapa 50.2 5.7 0.0 43.4 20.50 661 4.18 5.7 2.71 65
5 Bonggol jagung 47.6 5.0 0.0 44.6 15.65 188 3.97 5.0 2.79 70
6 tangkai jagung 41.9 5.3 0.0 46.0 16.54 129 3.49 5.3 2.88 82.3
7 Limbah kapas 42.7 6.0 0.1 49.5 17.48 109 3.56 6.0 3.10 87
8 Kulit kacang 48.3 5.7 0.8 39.4 18.65 299 4.03 5.7 2.46 61.2
9 Jerami padi 42.7 6.0 0.1 33.0 17.48 201 3.56 6.0 2.063 58
10 Sekam padi 38.9 5.1 0.6 32.0 15.29 617 3.24 5.1 2.0 62
11 Tangkai padi 36.9 5.0 0.4 37.9 16.78 259 3.08 5.0 2.37 82.4
12 Serbuk kayu 48.2 5.9 0.0 45.1 19.78 259 4.02 5.9 2.82 70.2
13 Jerami gandum 47.5 5.4 0.1 35.8 17.99 222 3.96 5.4 2.24 56.5
Average 44.6 5.5 0.3 41.8 17.32 253.84 3.72 5.49 2.61 70.89
2.5.1 Fluidisasi
padat diperlakukan seperti fluida (Basu dan Scott, 1991). Didalam kondisi
terfluidisasi, gaya gravitasi pada butiran – butiran zat padat diimbangi oleh gaya
seret dari fluida yang bekerja padanya. Bila zat cair atau gas dilewatkan melalui
lapisan hamparan partikel pada kecepatan rendah, partikel itu tidak bergerak. Jika
kecepatan fluida berangsur – angsur naik, partikel itu akhirnya akan mulai
fluidized bed gasification (FBG), sebab FBG merupakan salah satu teknologi
biomassa ataupun bahan bakar fosil berkalori rendah. FBG mempunyai suhu
operasi relatif rendah yaitu berkisar antara 800 – 900oC yang dapat mengurangi
produk – produk emisi seperti NO2 sehingga merupakan teknologi yang ramah
lingkungan. Teknologi ini telah diaplikasikan dalam banyak sektor industri dan
pada tahun – tahun belakangan ini telah digunakan untuk mengkonversi biomassa
menjadi energi.
Pada proses konversi energi dengan teknologi FBG, awalnya ruang bakar
fluidisasi yang umum digunakan untuk mengabsorbsi panas adalah pasir kuarsa.
Pasir kuarsa dan bara api bahan bakar akan mengalami turbulensi di dalam ruang
31
bakar sehingga keseragaman suhu sistem terjaga. Kondisi ini mampu memberikan
garansi konversi energi yang baik. Selanjutnya, dengan bidang kontak panas yang
luas disertai turbulensi partikel fluidisasi yang cepat menyebabkan FBG teknologi
(2.8)
dimana :
Ar= (2.9)
dimana :
Ar = bilangan Archimedes
berikut:
(1 − ε mf ) 1,75
Ar = 150 3
Re mf + Re 2mf
2
ϕ ε mf ϕ ε mf3
(2.10)
Atau angka Reynold juga bisa dihitung dari persamaan (Basu dan Scott, 1991)
yaitu :
d p x U mf x ρ g
Remf =
µ
[
= C12 + C 2 Ar ]
0,5
− C1
(2.11)
dimana :
Setelah bilangan Reynold dapat dihitung dengan rumusan tersebut di atas, maka
Re mf × µ
Umf =
ρg × d p
(2.12)
33
Bila kecepatan gas dinaikan pada nilai yang cukup tinggi, maka akan
memaksa partikel individual melampaui gaya gravitasi pada partikel dan partikel
akan naik bersama gas meninggalkan hamparan. Oleh karena itu kecepatan
superfisial yang akan digunakan dalam penelitian berada pada angka diantara
kecepatan minimum fluidisasi (Umf) dan kecepatan terminal fluidisasi (Ut). Untuk
partikel yang berbentuk bola (sperikal), maka kecepatan terminal dapat ditentukan
Kecepatan semu (Uo) didifinisikan sebagai laju aliran volume gas dibagi
dengan luas penampang hamparan (Basu dan Scott, 1991). Jadi kecepatan semu
(Uo) dapat ditentukan dengan rumusan sebagai berikut:
(2.16)
dimana :
= Laju aliran volume gas (m3/menit)
Penelitian tentang fluidized bed dari limbah padat sudah banyak dilakukan
sangat mempengaruhi perilaku aliran yang terjadi. Hal ini menjadi permasalahan
yang sangat komplek apabila diaplikasikan pada dua buah reactor yang
gas dan rasio udara pada gasifikasi dari limbah lumpur kering (dried sewage
bubbling fluidized bed (BFB). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
menunjukkan bahwa, komposisi gas hasil/syn-gas (H2, CO, CH4, C2H4, C2H6)
menunjukkan tren yang sama, ini indikasi bahwa komposisi gas hasil diatas
dipengaruhi oleh keduanya yaitu nilai rasio udara (λ) dan ketinggian bed. Dengan
menurun, disisi lain dengan meningkatnya ketinggian bed konsentrasi gas tersebut
meningkat.
sangat sulit untuk dideskripsikan secara non-visual pada peralatan skala besar
36
terutama pada pola aliran, distribusi panas dan tidak menutup kemungkinan
Untuk model partikel padat sebagai pemisah fluid (udara), parameter seperti
tekanan padatan dan viskositas dapat diperoleh dari teori granular. Goldschmidt
gelembung dan pola aliran. Hasilnya menunjukkan partikel dengan diameter lebih
kecil memiliki fraksi volume lebih rendah pada bagian bawah hamparan dan
Material bed di transportasikan secara pneumatik oleh jet udara dari vessel
pertama (combustor) ke vessel kedua (gasifier) melalui riser dimana sisi masuk
37
pencampuran udara. Material bahan menuju vessel kedua dan ditangkap serta
nilai sirkulasi internal solid tinggi untuk memberikan panas yang dibutuhkan
untuk gasifikasi, produk dan pipa asap keluar diantara kedua unit harus
mempelajari waktu tinggal padatan (kulit kacang), pencampuran gas (dengan CO2
sebagai pengusut), dan sirkulasi padatan. Sirkulasi bed ini dimasukan pasir
dengan ukuran 164 µm dan 1,2 mm biomassa. Waktu tinggal dari padatan
Hasilnya didapat nilai sirkulasi padatan yang tinggi dan terkontrol bisa
dipertahankan diantara kedua unit vessel. Waktu tinggal biomassa lebih sedikit
dibandingkan dengan pasir di semua waktu ketika biomassa lebih ringan dan
keluar dari bed lebih cepat daripada partikel pasir. Waktu tercepat partikel
biomassa pada gasifier adalah 30 detik, waktu yang cukup untuk menyelesaikan
produk) dapat diminimalkan dengan mengoptimalkan posisi sisi masuk riser dan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan parameter serta metode yang tepat dalam
mengkonversi limbah padat seperti biomasa dan sampah sebagai bahan bakar
38
DRFB perlu diamati serta menjadi faktor penting terhadap proses percampuran
dan perpindahan masa yang terjadi pada sebuah sistem tertutup. Karakteristik
material hamparan yang terjadi di dalam riser pada upper bed yang disirkulasikan