Anda di halaman 1dari 17

Nama : Amal Pribadi

Nim : M1A115029

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA

1. Konsep hak dan kewajiban


Sebelum membahas hak dan kewajiban lebih lanjut,, ada baiknya kita
pahami dulu konsep Adil. Kata adil bukan makluk asing yang tidak pernah
kita dengar, tetapi mahluk yang semua orang inginkan dalam semua
kehidupan, jika kita pergi ke pengadilan tanpak gambar timbangan yang
sejajar terlihat untuk mencoba menggambarkan bahwa adil itu seperti
timbangan yang tidak berat sebelah, atau kalau kita lihat ke perguruan tinggi
yang ada jurusan ilmu hukum tanpa juga bahwa jurusan itu ikut andil
menggunakan simbol timbangan sejajar sebagai gambaran kalu hukum harus
adil.
Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang
berlaku, jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan
masyarakat akan aman sejahtera. Karena adil merupakan konsep yang tidak
dapat dipisahkan dengan hak dan kewajiban.

2. Konsep warga Negara


Konsep warga negara berawal dari hamba atau kawula negara. Mereka
dahulunya hamba raja. Tetapi dengan menyebut istilah warga negara mereka
menjadi orang merdeka, ia bukan lagi hamba raja melainkan peserta dari suatu
negara. Oleh karena itu, ia kemudian memiliki hak dan kewajiban terhadap
negaranya.
Konsep kewarganegaraan masuk ke Indonesia dikarenakan:
1) Penjajahan (imperialisme)
2) Kerjasama dengan Negara lain
3) Diterima secara sukarela
3. Hak dan kewajiban warga Negara Indonesia
Dalam konteks Indonesia, hak warga negara terhadap negaranya telah
diatur dalam Undang-undang Dasar 1945 dan berbagai peraturan lainnya yang
merupakan derivasi dari hakhak umum yang digariskan dalam UUD 1945.
Diantara hakhak warga negara yang dijamin dalam UUD adalah Hak Asasi
Manusia yang rumusan lengkapnya tertuang dalam pasal 28 UUD perubahan
kedua.

1. Hak Warga Negara indonesia

a. kesamaan dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat 1).


b. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2).
c. Ikut serta dalam upaya pembelaan negara (pasal 27 ayat 3, perubahan
kedua tangal 18 Agustus 2000).
d. Hak mendapat pendidikan (pasal 31 ayat 1, perubahan keempat
tanggal 10 Agustus 2000).
e. Kesejahteraan social (pasal 33 ayat 1,2 dan pasal 34).

2. Kewajiban warga negara indonesia

a. Kewajiban menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat


1).
b. Kewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara (pasal 27
ayat 3 perubahan kedua tanggal 18 Agustus 2000).
c. Setia membayar pajak negara (pasal 23A perubahan ketiga tanggal 10
november 2001).
d. Kewajiban untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
Negara (pasal 30 ayat 1 perubahan kedua tanggal 18 Agustus 2000).
Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam pasal 27 sampai
dengan pasal 34 UUD 1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain:
a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak tercantum dalam
pasal 27 Ayat (2) UUD 1945, yaitu: “Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal
ini menunjukan asas keadilan sosial dan kerakyatan.
b. Hak membela negara, tercantum dalam pasal 30 Ayat (1) UUD 1945
yang berbunyi “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara.”
c. Hak berpendapat, tercantum dalam pasal 28 UUD 1945, yaitu
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang”.
d. Hak kemerdekaan memeluk agama, tercantum dalam pasal 29 Ayat
(1) dan (2) UUD 1945 yang berbunyi: (1) Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
b. Hak ikut serta dalam pertahanan negara, tercantum dalam pasal 30
Ayat (1) UUD 1945. Yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.”
c. Hak untuk mendapatkan pendidikan, tercantum dalam pasal 31 Ayat
(1) dan (2) UUD 1945 yang berbunyi: (1) Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
d. Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional
indonesia, tercantum dalam pasal 32 UUD 1945. Ayat (1) berbunyi:
“Negara memajukan kebudayaan nasional indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayannya.”
e. Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan sosial
tercantum dalam pasal 33 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) UUD 1945
yang berbunyi: (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan; (2) Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara; (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarya kemakmuran rakyat; (4) Perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional; (5) Ketentuan lebih lanjut
mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undangundang.”
f. Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial, tercantum dalam pasal 34
UUD 1945 yang berbunyi “fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara”

Kewajiban warga negara terhadap negara indonesia, antara lain;


1. Kewajiban mentaati hukum dan pemerintahan tercantum
dalam pasal 27 Ayat (1) UUD 1945, yaitu “Segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.”
2. Kewajiban membela negara, tercantum dalam pasal 27 Ayat
(3) UUD 1945 yang menyatakan: “Setiap warga negara wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara.”
3. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara, tercantum dalam
pasal 30 Ayat (1) UUD 1945 menyatakan: “Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.”

Selain itu ditentukan pula hak dan kewajiban yang dimiliki negara
terhadap warga negara. Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara
pada dasarnya merupakan kewajiban dan hak warga negara terhadap negara.
Berikut ini beberapa ketentuan tersebut.
a. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan.
b. Hak negara untuk dibela.
c. Hak negara untuk menguasai bumi air dan kekayaan untuk
kepentingan rakyat.
d. Kewajiban negara untuk menjamin sistem hukum yang adil.
e. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara.
f. Kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional
untuk rakyat.
g. Kewajiban negara memberi jaminan sosial.
h. Kewajiban negara memberi kebebasan beribadah.

Secara garis besar, hak dan kewajiban warga negara yang tertuang
dalam UUD 1945 mencakup berbagai bidang. Bidang-bidang itu antara lain
bidang politik dan pemerintahan, bidang sosial, bidang keagamaan, bidang
ekonomi, dan bidang pertahanan.
Selain adanya hak dan kewajiban warga negara, di dalam UUUD 1945
juga tercantum tentang hak asasi manusia. Hak asasi manusia perlu dibedakan
dengan hak warga negara. Hak warga negara merupakan hak yang ditentukan
dalam suatu konstitusi negara. Munculnya hak ini adalah karena ketentuan
undang-undang dan berlaku bagi orang yang berstatus sebagai warga negara.
Hak dan kewajiban warga negara indonesia bisa berbeda dengan hak warga
negara malaysia karena ketentuan undangundang yang berbeda pula.
Sedangkan hak asasi manusia umumnya merupakan hak-hak yang sifatnya
mendasar yang melekat dengan keberadaannya sebagai manusia. Hak asasi
manusia tidak diberikan oleh negara, tetapi justru harus dijamin
keberadaannya oleh negara.

4. Kewarganegaraan Indonesia
Berdasarkan kronologis di atas menggambarkan bahwa Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 merupakan pengganti Undang-Undang Nomor
62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Warga negara
Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 adalah sebagai
berikut;

1. Setiap orang yang berdasarkan peratuan perundang-undangan dan/


atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan
negara lain sebelum undang-undang ini berlaku sudah menjadi
Warga Negara Indonesia;
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan
ibu Warga Negara Indonesia;
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga
Negara Indonesia dan ibu warga negara asing;
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga
negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia;
5. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu
Warga Negara Indonesia; tetapi ayahnya tidak mempunyai
kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepaa anak tersebut;
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah
ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya
Warga Negara Indonesia;
7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu
Warga Negara Indenesia;
8. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu
warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara
lndonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebeum
anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun dan/atau belum
kawin:
9. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada
waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
10. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
11. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah
dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya;
12. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik lndonesia
dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena
ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia;
14. Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang
sah, belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belurn kawin
diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing
tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia;
15. Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun
diangkat secara sah sebagai anak oleh warga negara asing
berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga
Negara Indonesia.

5. Cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia


Pada pasal 19, 20, 21 dan 22 undang-undang nomor 12 tahun 2006
mengatur bagi orang asing yang mendapatkan kewarganegaran dengan cara
sebagai berikut;
1. Perkawianan seperti Warga negara asing yang kawin secara
sah dengan Warga Negara Indonesia dapat memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan
pernyataan menjadi warga negara di hadapan Pejabat, tetapi yang
bersangkutan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik
Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling
singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut, dan tidak menjadi
penyebab berkewarganegaraan ganda (biparty).
2. Berjasa pada Negara seperti orang asing dapat diberi
Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah
memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, atas dasar pertimbangan kepentingan Negara, asalkan yang
bersangutan dengan diberikannya kewarganegaraan indonesi tidak
menjadi berkewarganegaraan ganda.
3. Ikut Orang Tua seperti ayah atau ibu (orang tua) yang
memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya
anak yang di bawah usia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin
berkewarganegaraan Republik Indonesia.
4. Pengangkatan anak seperti Anak warga negara asing belum
berusia 5 (lima) tahun yang diangkat secara sah oleh warganegara
Indonesia maka anak tersebut memperoleh Kewarganegaraan
Republik Indonesia.

6. Kehilangan kewarganegaraan Indonesia


Kehilangan kewarganegaran Indonesia yang tidak menyebakna
kehilangan kewarganegaran bagi orang yang memiliki hubungan hukum
dengan yang bersangkutan seperti; seorang ayah atau ibu hilang
kewarganegaran Indonesia tidak serta merta berlaku terhadap anaknya yang
mempunyai hubungan hukum dengan ayah atu ibu sampai dengan anak
tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin. Dengan catatan
yang bersangkutan tidak menjadi penyebab berkewarganegaraan ganda,
setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin, jika terjadi maka
anak tersebut harus menyatakan memiIih salah satu kewarganegaraannya
setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
kewarganegaraan Republik Indonesia hilang disebakan jika yang
bersangkutan:
a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain,
sedangkan orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas
permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan
belas) tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan
dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan; 4) masuk dalam dinas tentara asing
tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden (kecuali mereka mengikuti
program pendidikan di negara lain yang mengharuskan mengikuti
wajib militer);
d. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam
dinas semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara
Indonesia;
e. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia
kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut;
f. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang
bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
g. mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing
atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang
masih berlaku dari negara lain atas namanya; atau
h. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5
(lima) tahun terus-menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa
alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya
untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5
(lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang
bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi Warga
Negara Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal
Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara
tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan;
i. Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki
warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia
jika menurut hukum negara asal suaminya, kewarganegaraan istri
mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut.
(jika yang bersangkutan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia,
maka setelah tiga tahun sejak tanggal perkawinannya dapat
mengajukan surat pernyataan keinginannya kepada Pejabat atau
Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya meliputi tempat
tinggal, dengan catatan tidak menjadi penyebab kewarganegaraan
ganda);
j. Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan
warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia
jika menurut hukum negara asal istrinya, kewarganegaraan suami
mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut.
(jika yang bersangkutan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia,
maka setelah tiga tahun sejak tanggal perkawinannya dapat
mengajukan surat pernyataan keinginannya kepada Pejabat atau
Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya meliputi tempat
tinggal, dengan catatan tidak menjadi penyebab kewarganegaraan
ganda);
k. Kehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri yang terikat
perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status
kewarganegaraan dari istri atau suami;
l. Setiap orang yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia
berdasarkan keterangan yang kemudian hari dinyatakan palsu atau
dipalsukan, tidak benar, atau terjadi kekeliruan mengenai orangnya
oleh instansi yang berwenang, dinyatakan batal kewarganegaraannya.
7. Kejadian terbaru yang pernah terjadi di Indonesia terkait dengan hak
dan kewajiban
a. Bentuk pelanggaran hak warga negara
Dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan (2020) karya Damri dan
Fauzi Eka Putra, dijelaskan bahwa ada beberapa bentuk pelanggaran
terhadap hak warga negara, yaitu:
1. Penangkapan dan penahanan seseorang demi menjaga stabilitas
tanpa berlandaskan hukum.
2. Penggunaan budaya kekerasan untuk menindak warga negara
yang dianggap melakukan tindakan ekstrem yang dinilai oleh
pemerintah dapat mengganggu stabilitas keamanan dan
membahayakan kelangsungan hidup warga negara.
3. Pembungkaman kebebasan pers dengan cara mencabut SIUP,
khususnya terhadap pers yang dianggap mengkritisi kebijakan
pemerintah, dengan dalih mengganggu stabilitas keamanan.
4. Hukuman mati, bentuk hukuman ini dianggap kontroversial sebab
setiap manusia memiliki hak untuk hidup. Hak untuk hidup
merupakan puncak dari hak asasi manusia.
5. Penggusuran rumah, kebijakan pemerintah melakukan
penggusuran dianggap sebagai bentuk pelanggaran terhadap hak
warga negara.

Berikut contoh kasus pelanggaran hak warga Negara yang


pernah terjadi di Indonesia :

a. Kasus pembunuhan terhadap Siti Patimah, karyawan PT


Sinar Alam Permai (10 September 2021)

Kasus pembunuhan ini terjadi di sebuah gudang fiber


milik PT SAP, Jalan Pelabuhan CPO Sungai Kakap, Kelurahan
Kumai Hulu, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kobar, Jumat, 10
September 2021 sekitar pukul 08.40 WIB. Dia meninggal
secara mengenaskan dan diduga menjadi korban pelanggaran
HAM berupa penculikan, penganiayaan dan pembunuhan.

b. Kasus pembunuhan yang dilakukan oleh pengemudi pajero


terhadap sopir truk container yang menggunakan plat
palsu (28 juni 2021)
Dengan sangat naas sopir truk tersebut meninggal
dengan cara yang sangat mengenaskan setelah dihajar secara
membabi buta oleh pengemudi pajero. Yang terjadi pada hari
senin tanggal 28 juni 2021. Kejadian tersebut jelas merupakan
sebuah pelanggaran pelanggaran hak sebagai warga negra yang
dialami oleh supir truk tersebut.

c. Kasus Pelehan seksual terhadap KPI (September 2021)


Pada September 2021, MS seorang karyawan KPI Pusat
muncul dengan pengakuan telah mendapatkan pelecehan
seksual dan perundungan. Kejadian ini telah dialaminya selama
bertahun-tahun dan dilakukan oleh seniornya di kantor. MS
juga menuliskan pesan terbuka untuk Presiden Joko Widodo
atas apa yang dialaminya. Dalam suratnya, dia menceritakan
mengalami pelecehan seksual sejak 2012-2014. Dia juga
mengalami perundungan dipaksa untuk membelikan makan
untuk seniornya. Melansir Okezone, KPI melakukan langkah
investigasi internal dengan meminta penjelasan dari kedua
belah pihak. KPI juga mendukung aparat penegak hukum
untuk menindaklanjuti kasus tersebut sesuai ketentuan yang
berlaku

d. Kasus pelecehan seksual yang dialami mantan karyawan


BPJS ketenagakerjaan
Seorang mantan karyawan BPJS Ketenagakerjaan
berinisial RA mengaku menjadi korban pelecehan seksual.
Perbuatan tersebut diduga dilakukan oleh atasannya sendiri
yang berinisial SAB. Menurut RA, pelecehan seksual tersebut
telah terjadi selama 2 tahun. Tindakan pelecehan seksual itu
dilakukan baik di dalam maupun di luar kantor. RA pernah
melaporkan kejadian ini kepada Dewan Pengawas yang juga
teman pelaku. Namun, RA malah diabaikan atas laporannya.
Setelah RA mencari keadilan serta menceritakan kejadian yang
dialami di media sosial, RA mendapatkan surat pemberhentian
kontrak. RA didampingi oleh sejumlah aktivis untuk proses
hukum selanjutnya. Dia juga sudah mengirimkan surat kepada
Presiden Joko Widodo.

e. Kasus tewas nya 2 mahasiswa kendari saat unjuk rasa (26


september 2019)
Seorang mahasiswa asal Kendari, Sulawesi Tenggara
bernama Randi (21) tewas saat mengikuti aksi unjuk rasa
menentang RUU kontroversial pada Kamis 26 september 2019.
Mahasiswa Fakultas Perikanan Universitas Halu Oleo tersebut
diduga tewas tertembak dengan luka tembak di bagian dada
kanannya.

b. Bentuk pengingkaran kewajiban warga negara


1. Tidak atau Menghindari Membayar Pajak
Tidak atau menghindari membayar pajak adalah pengingkaran
kewajiban sebagai warga negara terhadap Pasal 23 ayat 2 UUD 1945
yang berbunyi "Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan
undang-undang." Pengingkaran terhadap pajak mencakup pajak
kendaraan, pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan, pajak
penjualan,danlain-lain
Warga negara wajib membayar pajak karena pajak adalah salah satu
sumber dana pembangunan yang hasilnya dinikmati warga negara, seperti
jalan raya dan fasilitasnya.
2. Melanggar Hak Asasi Manusia Lain
Pelanggaran hak asasi manusia adalah pengingkaran kewajiban
sebagai warga negara yang tercantum dalam Pasal 28 J ayat 1 UUD 1945
yang berbunyi "Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang
lain." Salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia adalah
membunuh orang lain yang merupakan pelanggaran hak hidup.
Hak asasi manusia dimiliki oleh setiap warga negara. Karena itu,
setiap warga negara wajib menghormati dan menghargai hak asasi
manusia orang lain agar dapat hidup dengan kondusif.

3. Pelanggaran Terhadap Kewajiban Pendidikan Dasar


UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 amandemen menyebutkan pentingnya
pendidikan bagi manusia sebagai sebuah kewajiban bagi setiap warga
negara. Pasal tersebut berbunyi "Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya."
Pendidikan dasar yang dimaksud di atas yaitu pendidikan formal
sampai jenjang SMP. Siapapun warga negara yang tidak memberikan
keleluasaan seseorang mendapatkan pendidikan dasar berarti melanggar
undang-undang.

4. Tidak Ikut Serta Dalam Pembelaan Negara


Pasal 30 ayat 1 UUD 1945 berbunyi "Tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara."
Artinya, tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta membela negara
sesuai perannya masing-masing.
Contoh pelanggaran dan pengingkaran kewajiban sebagai warga
negara dalam membela negara yaitu seorang warga negara yang tidak
mau tahu dengan lingkungannya dan negaranya, atau melakukan sesuatu
yang memecah belah bangsa Indonesia.

5. Tidak ikut serta dalam mencapai tujuan pembangunan nasional


Tujuan pembangunan nasional Indonesia terdapat dalam pokok pikiran
dalam UUD 1945 alinea 4, yaitu memajukan kecerdasan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap bangsa Indonesia,
dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia. Kewajiban untuk ikut serta
mencapai tujuan pembangunan nasional terdapat dalam UU Nomor 20
tahun 2003.
Contoh kasus pengingkaran kewajiban warga negara yang pernah
terjadi di Indonesia :
1. Seorang pengusaha sepatu di jebloskan kedalam penjara
karena tak bayar pajak (16 Desember 2015)
Terjerat kasus hukum tindak pidana perpajakan, seorang
pengusaha pembuatan sepatu di Bekasi, RY (52 tahun)
dijebloskan Kejaksaan Negeri Bekasi ke Lembaga
Pemasyarakatan Bulak Kapal, Bekasi Timur, Rabu 16 desember
2015 RY diduga menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 1,6
Miliar karena tidak memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan (SPT PPh) ke instansi terkait.
2. Kasus adi saputra indikasi perilaku buruk saat berkendara (8
Februari 2019)

Adi Saputra mengamuk tak terkendali saat ditilang polisi.


Aksinya di kawasan Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan
pada hari Kamis 7 februari 2019 terekam kamera warga dan
menjadi viral di media sosial. Polisi menilang pria berusia 20
tahun itu karena ia kedapatan berkendara melawan arus dan tidak
memakai helm. Setelah diperiksa, Adi ternyata tidak memiliki
SIM dan STNK.
Dari rilis kasus yang digelar Polres Tangerang Selatan hari
Jumat 08 februari diketahui bahwa polisi menetapkan Adi sebagai
tersangka dalam kasus dugaan penadahan. Kapolres Tangsel
AKBP Ferdi Irawan mengatakan pelat nomor motor Adi Saputra
diduga kuat palsu.

3. Merusak fasilitas Negara, 4 orang pendemo jadi tersangka


(10 Oktober 2020)
Polisi menangkap 95 pendemo dalam unjuk rasa yang berakhir
ricuh di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Dari 95 pendemo yang
ditangkap, polisi menetapkan 4 orang sebagai tersangka. 95
pendemo yang ditangkap adalah mereka yang terlibat dalam aksi
anarkistis dalam unjuk rasa pada hari Kamis 10 oktober 2020.
Dari seluruh pendemo yang ditangkap, 36 orang diantaranya
berstatus mahasiswa, 32 pelajar, 16 pekerja swasta dan 11
pengangguran. Berdasarkan pemeriksaan polisi, 4 orang
ditetapkan sebagai tersangka karena terbukti melakukan
perusakan fasilitas umum. Sementara lainnya akan dipulangkan
ke pihak keluarga. Namun, mereka tetap dikenakan wajib lapor
hingga penyelidikan kasus unjuk rasa anarkistis selesai
dilakukan. Polisi juga melakukan tes cepat covid-19 kepada para
pendemo yang ditangkap. Hasilnya, 1 orang dinyatakan reaktif
covid-19 dan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan tes usap.

Anda mungkin juga menyukai