Anda di halaman 1dari 92

BANGUNAN AIR

PERENCANAAN STRUKTUR BENDUNG


STABILITAS BENDUNG

Bambang Adi Riyanto


Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil
Universitas Katolik Parahyangan
Jln. Ciumbuleuit No. 94, Bandung
1
Gambaran Umum

.000
+134
82
133.1

37
46 133.3
133.5
95
133.3

39
133.6

53
54 133.8
133.9
51 13
134.0 133.6 09 09
133.4
59 133.8 133.1

P E N G E L A K
+1
34

JR.1 JR.11
.000

JR.3 JR.2 P.22 JR.12 134.2


25 133.9
86 133.7
82

99
133.8
P.4 134.0
41

16
134.0
+133.000 87
131.8

N
59
P.3 132. 133.3
06 132.8
60 132.9
041

A
16
P.5 133.6

00
.0
33
R

+1
43 00
131.1 134.1 .000
55
131.7 +132

U
.000

P.2 R= 52°56'30" As Bendung


130.5
73
+131

30 30
.000

.00
+1
00

L
130.3 48 86
130.4
58 129.5 130.8 15
m +137.00
Rib bertangga
128.6

P.6

1 : 1
A

16
95 129.5
+133.50
+133.00
+137.00
130.7
S

+137.00 +133.50 Rib bertangga

1 : 1
P.1 130.4
60
130.2
30
+132.000
52
130.3
+131.0
00

21
130.5
96
129.7
95
+130.000
46 27 129.8
129.8 129.8 22
129.8

P.O 129.5
73

32
129.5

+129
74

Rip rap batu Ø 0.40


.500
129.5

+129.90
83
129.6
Sambungan / Dilatasi

MERCU BENDUNG +132.60


71 80
129.5 129.2

00

+129.00

+128.20

+127.70

+128.90
1 : 5
129.5

65
129.6
+129.500
+130.000
19
129.5
1 : 5 93 52
129.2 09 130.4
130.6
39
129.4
45 130.1
+130.000
78
129.5 75
.00
0
129.4
71
130.3
22 130.7
+131 81 07 +131.000

0 130.7 130.8
.00
25 98 01
+132
130.8 130.5 131.4
0
JR.10 130.6
24 JR.2131.354
27
130.9 9
+132.60 84
131.6
48 JR.1

+128.90

+129.90
130.9
+137.00
JR.9
8 98 47
+134.000
JR.8 131.7
22
JR.1 131.7 81 130.8 80
131.6 131.4
81 7
131.1 131.6
59
JR.1 01
+129.00
131.5 32.0
00

JR.7
+135.000
6
+1

JR.1
44
Rib bertangga 132.0 29 70 58
131.6

1 : 1
131.7 131.4
1 : 1

5
+136.000 JR.6 +137.00 +133.50 JR.1 132.013
JR.3+133.00 JR.11 JR.12 JR.13 JR.14 87
JR.5 JR.4 JR.2 JR.1 +133.50
36 131.3 132.2
27
132.0
+137.000 Rib bertangga +137.00
1 : 1

07
131.7 22
132.3
83
+140 +137.00 132.3
.000

20 49
131.7 131.8
55
132.5
50 132.6
33
132.2
86
+142
132.0
.000
00
133.2
32 131.7
20
88
131.6
33 131.7
133.4
+145.000 17 34
133.7 80 131.9
69 132.4
133.3
07
133.5
27
133.7 133.5
35
72
133.7
+148.000

74
134.0
99
133.7

Gambar desain umum (lantai udik, struktur utama, lantai hilir dan sayap)
Gambaran Umum

17.852

13.50 4.00 3.25 4.102 6.50

+137.00 +137.00

10.00
1 : 1

Lapisan tahan aus, beton k - 225

1
:1
Besi L 50. 50. 10 diangker
4.00 4.00 4.00
6.352 +133.50
+133.00 1.768 4.584
+132.60 Rib bertangga
+131.869

1 : 1
1 : 1
Rib bertangga
1 : 1

R=1.25
Water stop dilatation
0.707 +129.90

0
2.5
R=
+129.00 +129.00 1 : 5
+128.90

0
Water stop dilatation 1.50

1.0

1.50
R=
0.50
+128.20 +127.70
+128.00
Rip Rap Batu Ø 0.40 +126.90

1.50
Geosynthetic clay liner

1.00

2.50
Buis Beton + Beton Cyclop Ø 0.8m,
L= 2m dipasang dibawah setiap rib +125.90

0.50
+125.20

1.40
+124.10

:1
+123.90

1
Buis Beton + Beton Cyclop Beton Cyclop + tulangan praktis Buis Beton + Beton Cyclop Ø 0.8m,
0.60 3.00 0.50 4.25 0.50 3.00
Ø 0.8m, L= 3m dipasang rapat. L= 2m dipasang dibawah setiap rib
0.40

0.50
1.25 1.50 1.50 3.00 1.10 8.252
1.00
1.00

12.25 1.25 17.852 10.00 5.00

POTONGAN A - A

0 1 5m
SKALA :

Gambar desain umum (lantai udik, struktur utama, lantai hilir dan sayap)
Gambaran Umum

Gambar (lantai udik, struktur utama, lantai hilir dan sayap)


Gambaran Umum

Permasalahan lapangan (lantai udik, struktur utama, lantai hilir dan sayap)
ANALISIS STABILITAS
 Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan
Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan bendung adalah:
1. tekanan air, dalam dan luar
2. tekanan lumpur (sediment pressure)
3. gaya gempa
4. berat bangunan
5. reaksi pondasi.
 Tekanan Air
 Gaya hidrostatik, dibagi arah horisontal dan vertikal.
 Gaya hidrodinamik, untuk tinggi energi rendah seringkali
diabaikan.
 Gaya tekan ke atas.
 Gaya tekan ke atas (Uplift), yakni istilah umum untuk
tekanan air dalam, menyebabkan berkurangnya berat
efektif bangunan di atasnya. 6
Rumus gaya tekan ke atas untuk bangunan yang didirikan
pada pondasi batuan adalah (lihat Gambar 6.4):

Wu = c γ w  h2 + 12 ξ ( h1 − h2 )  A (1)

Keterangan:
c : proporsi luas di mana tekanan hidrostatik bekerja (c = 1,
untuk semua tipe pondasi)
γw : berat jenis air [kN/m3]
h2 : kedalaman air hilir [m]
ξ : proposi tekanan (proportion of net head) diberikan pada
Tabel 6.3
h1 : kedalaman air hulu [m]
A : luas dasar [m2]
Wu : resultante gaya tekan ke atas [kN]

7
8
Wu = c γ w  h2 + 12 ξ ( h1 − h2 )  A (1)
 Gaya tekan ke atas untuk bangunan pada permukaan tanah dasar
(subgrade) lebih rumit.
 Gaya angkat pada pondasi tanah dasar dapat ditentukan dengan
membuat jaringan aliran (flownet),
 Bila tidak dapat dilakukan analisa jaringan aliran, maka dapat
digunakan cara Lane dengan teori angka rembesan (weighted
creep theory).

9
Tekanan Aliran Air Bawah

o Bangunan Utama (bendung tetap/bendung gerak) harus


diperiksa stabilitasnya terhadap:
• Erosi bawah tanah
• Bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian (heave)
• Rekahnya pangkal hilir bangunan
o Metode-metode yang digunakan:
• Jaringan aliran (Flow Net Analysis)
• Metode Lane (Empiris)
• Metode Bligh (Empiris)
• Metode Khosla (coba-coba)
• Analog listrik
• Metode relaxasi
• Model matematik (a.l. Plaxis, Geostudio (SEEP/W)
 Jaringan aliran dapat dibuat dengan:
 Plot/Gambar dengan tangan.
 Analog listrik, atau
 Menggunakan motode numerik (numerical method) dengan
Komputer
 Pada metode analog listrik, aliran melalui pondasi dimodelkan
dengan aliran listrik melalui medan listrik daya antar konstan.
Tinggi pizometrik sesuai besarnya voltase, lihat gambar di bawah.

11
Metode Jaring Aliran (Flow-net analysis)
 Flownet adalah gambaran grafis pola aliran yang
digambarkan dengan sekumpulan garis aliran (stream
lines) dan garis ekuipotensial (equipotential lines).
 Garis aliran selalu digambarkan searah aliran,
merupakan garis pembatas bidang aliran yang dibagi
menjadi beberapa pipa aliran dengan debit sama.
 Garis ekuipotensial merupakan tempat kedudukan titik-
titik yang mempunyai tinggi tekan yang sama (equal
head).
 Agar diperoleh jaring aliran yang bagus, penurunan
tinggi tekan (∆h) antara 2 garis ekuipotensial dibuat
sama.
 Garis aliran dan garis ekuipotensial saling tegak lurus
dan membentuk jaring berbentuk bujur sangkar.
∆s = ∆n

Sel Bentuk
Bujur Sangkar

Garis aliran dan garis


ekuipotensial saling
tegak lurus

Segmen Jaring Aliran


13
Metode Jaring Aliran (Flow-net analysis)
Penurunan rumus debit rembesan berikut didasarkan atas
anggapan sebagai berikut:
 Tanah bersifat homogeneous: mempunyai karakteristik sama
pada semua bagian;
 Tanah merupakan tanah yang isotropis: permeabilitas sama
pada semua arah.
 Kalau permeabilitas berbeda → lakukan transformasi
• Arah vertikal ditentukan dan arah horisontal diatur
Metode Jaring Aliran (Flow-net analysis)
 Jaring aliran umumnya dibuat dengan jarak antara garis
aliran (∆n) dan jarak antara garis ekuipotensial (∆s) pada
setiap sel adalah sama, ∆n = ∆s. Penggambaran harus
menggunakan skala.
Metode Jaring Aliran (Flow-net analysis)
 Jaring aliran umumnya dibuat dengan jarak antara garis
aliran (∆n) dan jarak antara garis ekuipotensial (∆s) pada
setiap sel adalah sama, ∆n = ∆s. Penggambaran harus
menggunakan skala.
 Kecepatan melalui sel dengan dimensi ∆n dan ∆s seperti
gambar di muka dapat dicari menggunakan Hukum
Darcy untuk aliran tetap melalui tanah lolos air:
dh ∆h
V k= k
=
ds ∆s
 Debit aliran melalui pipa aliran per unit panjang adalah:
∆h
∆q= AV= kA
∆s
dimana A adalah luas penampang pipa aliran.
Metode Jaring Aliran (Flow-net analysis)
 Karena tinjauannya adalah debit per satuan panjang
bendung, maka luas aliran A = ∆n.
 Karena ∆n = ∆s, maka
∆h
∆q = A × V = k (∆n) = k ∆h
∆s
 Karena ∆h tetap, yaitu sebesar penurunan tinggi tekan
antar 2 garis ekuipotensial, maka
H
∆h =
Ne
Dengan H adalah perbedaan elevasi muka air hulu dan hilir
bendung, sedangkan Ne adalah jumlah sel atau jumlah penurunan
garis ekuipotensial (jumlah garis ekuipotensial – 1) seperti
diperlihatkan pada gambar di bawah.
Metode Jaring Aliran (Flow-net analysis)
 Persamaan debit aliran menjadi:
H
∆q =k
Ne
 Jika terdapat Nf pipa aliran, maka debit total rembesan
(seepage) per m panjang bendung adalah:
Nf
q = N f ∆q = k H
Ne
dengan:
q = debit aliran melalui bawah bangunan (m3/s/m)
k = koefisien permeabilitas (m/s)
H = perbedaan tinggi tekan (m)
Nf = jumlah pipa aliran
Ne = jumlah garis ekipotensial - 1.
19
Metode Jaring Aliran (Flow-net analysis)
Langkah/cara pembuatan jaring aliran:
1. Gambarkan dengan skala, batas/bentuk struktur (dasar/
lapisan kedap air (apabila ada).
 Dua garis aliran yang telah diketahui adalah batas/bentuk
dasar struktur dan garis lapisan kedap air.
 Apabila pada aliran bawah bangunan tidak terdapat lapisan
kedap air, maka hanya satu garis aliran yang diketahui.
2. Batas dua garis ekipotensial adalah dasar sungai di udik dan
hilir bangunan.
3. Gambarkan sketsa beberapa garis aliran di antara dua batas
garis aliran yang telah ditentukan pada butir 1).
4. Gambarkan sketsa garis-garis ekipotensial dengan memper-
hatikan bahwa semua garis harus berpotongan dengan garis
aliran, saling tegak lurus membentuk bujur sangkar.
Metode Jaring Aliran (Flow-net analysis)
5. Tentukan bentuk dan lokasi garis aliran dan garis ekipotensial
dengan cara coba-coba (trial & error) sedemikian sehingga
semua garis aliran dan garis ekipotensial dalam kondisi tegak
lurus dan berbentuk bujur sangkar.
Metode Jaring Aliran (Flow-net analysis)

Contoh 1:
Diketahui:
 Koefisien permeabilitas k = 0,00002 m/s,
 Jumlah tinggi tekan h = 4 m,
 Nf = 5 dan Ne = 16,
Hitung debit rembesan melalui bawah bangunan (seepage)
Jawab:
q = 0,00002 x 4 x 5/16 = 0,000025 m3/s/m

25
Metode Jaring Aliran (Flow-net analysis)
Contoh 2:
Suatu bendungan gravity dibangun di atas tanah alluvial seperti gambar
di bawah. Kedalaman air di hulu bendungan adalah 50 m. Jika koefisien
permeability k = 2,14 m/hari, hitunglah debit rembesan melalui bawah
bendungan per meter panjang pada kondisi a). tanpa cutoff, dan b).
dengan cutoff.
Jawab:
a). Tanpa cutoff, Nf = 5, Ne = 13, maka:
Nf 5
= q k= H 2,14 = 50 41.2 m3 / hari / m '
Ne 13
b). Dengan cutoff, Nf = 5, Ne = 16, maka:
Nf 5
=q k= H 2,14= 50 33, 4 m3 / hari / m '
Ne 16
26
Metode Lane
 Pada metode Lane diandaikan bahwa bidang horisontal
memiliki daya tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih
lemah dibandingkan dengan bidang vertikal.
 Bidang yang membentuk sudut ≥ 450 terhadap bidang
horisontal, dianggap vertikal.
 Besarnya gaya angkat pada titik x di sepanjang dasar
bendung dapat dirumuskan sebagai berikut:

Lx
px = H x − ∆H  (2)
L
Keterangan:
px : gaya angkat pada titik x [kg/m2]
L : panjang bidang kontak bendung dan tanah bawah [m]
Lx : jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x [m]
∆H : beda tinggi energi antara hulu dan hilir bendung [m]
Hx : tinggi energi di hulu bendung pada titik x [m] 27
Lx
px = H x − ∆H
L

28
Metode Lane

Kondisi Banjir

Kondisi Banjir
Kondisi Normal

Kondisi Normal

Perhitungan dilakukan pada :


CL =
∑ L +∑v
1
3 Lh
 Kondisi Normal
∆h  Kondisi Banjir 29
Metode Bligh
 Tahanan terhadap aliran air bawah tanah sama panjang
sepanjang jalur rembesan
 Kehilangan energi tiap unit panjang sama → tinggi tekan
dipecahkan sepanjang jalur rembesan
 α > → gradient hidraulik pendek → kerikil
 α < → gradient hidraulik terlalu panjang → lempung
 Dapat ditanggulangi dengan:
 ruang olakan diperpanjang,
 pakai dinding panjang/dinding halang
 membuat lantai muka.

30
Metode Bligh
Kondisi Banjir

Kondisi Banjir
Kondisi Normal

Kondisi Normal

CB
L
= ; SF (1,5)
∑L +∑L
v h

∆h CB × ∆h

31
Metode Bligh
Contoh: Koefisien Rembesan Bligh, CB
Diketahui: Material CB
 ∆h = 4 m
Lempung / Silt 18
 Material dasar sungai adalah lempung
 SF = 1,5.
Pasir halus 15
Hitung Panjang jalur rembesan yang Pasir kasar 12
diperlukan.
Kerikil campur pasir 9
Jawab:
 Material dasar lempung, CB = 18 Bongkahan batu, kerikil 4-6
 L = 1,5 x 4 x 18 = 108 m

CB
L
= ; SF (1,5)
∑L +∑L
v h

∆h CB × ∆h
32
 Tekanan Lumpur
 Tekanan lumpur bekerja pada muka hulu bendung atau
pada pintu dapat dihitung sebagai berikut:
γ s h 2  1 − sin φ 
Ps =   (3)
2  1 + sin φ 

Keterangan:
Ps : gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman dari atas
lumpur yang bekerja secara horisontal [N]
γs : berat jenis lumpur [kN/m3]
h : dalam lumpur [m]
φ : sudut gesekan dalam [0]

 Beberapa asumsi dapat dibuat sebagai berikut:

33
 G −1 
γs =γ 
'
s 
 G 

Keterangan:
γ’s : berat volume kering tanah ≈ 16 kN/m3 ≈ 1.600 kgf/m3
G : berat volume butir = 2,65

Menghasilkan γs = 10 kN/m3 (≈ 1.000 kgf/m3).


Sudut gesek dalam, bisa diasumsikan 30o untuk
kebanyakan hal, menghasilkan:
Ps = 1,67 h2

34
 Gaya Gempa
 Nilai gaya gempa dapat dilihat pada Parameter Bangunan.
 Faktor minimum yang akan dipertimbangkan adalah 0,1 g
(percepatan gravitasi) .
 Faktor ini dikalikan massa bangunan akan menghasilkan gaya
horisontal menuju ke arah tidak aman, yakni ke arah hilir.
 Berat Bangunan
 Berat bangunan bergantung kepada bahan yang dipakai untuk
membuat bangunan itu.
 Untuk tujuan-tujuan perencanaan pendahuluan, boleh dipakai
harga harga berat volume di bawah ini.
 Pasangan batu 22 kN/m3
 Beton tumbuk 23 kN/m3
 Beton bertulang 24 kN/m3
 Reaksi Pondasi
 Reaksi pondasi boleh diandaikan berbentuk trapesium dan
tersebar secara linier.
35
36
Reaksi Pondasi
 Tekanan vertikal pondasi adalah:

=p
∑W + ∑ (W ) × e m (4)
A I
Keterangan:
p : tekanan vertikal pondasi [N/m2]
∑W : keseluruhan gaya vertikal, termasuk tekanan ke atas,
tetapi tidak termasuk reaksi pondasi [N]
A : luas dasar [m2]
e : eksentrisitas pembebanan, atau jarak dari pusat berat
dasar (base) sampai titik potong resultante dengan
dasar [m]
I : momen kelembaban (moment of inertia) dasar di sekitar
pusat berat [m4]
m : jarak dari titik pusat luas dasar sampai ke titik di mana
tekanan dikehendaki [m]
37
Reaksi Pondasi
 Rumus untuk mencari eksentrisitas terhadap titik tengah
pondasi bendung:

L M
e= −
2 ∑ (V − U )

Keterangan:
e : Eksentrisitas resultante gaya terhadap titik tengah
pondasi bendung [m]
L : lebar bendung [m]
M : Momen dari semua gaya yang bekerja terhadap titik
tinjau [tm]
∑(V-U) : Keseluruhan gaya vertikal (V), dikurangi gaya tekan ke
atas yang bekerja pada bangunan [kN]

38
Reaksi Pondasi
 Untuk dasar segi empat dengan panjang l dan lebar 1 m,
I = l3/12 dan A = l, rumus di atas menjadi

=p
∑W 1 + 12 e m   (5)
l  l2 

 Tekanan vertikal pondasi pada ujung bangunan


ditentukan dengan rumus:

=p'
∑W 1 + 6 e  (6a)
 
l  l 
dengan m’ = m” = ½ l

=p"
∑W 1 − 6 e  (6b)
 
l  l 
39
 Bila harga e lebih besar dari 1/6 l , akan dihasilkan tekanan
negatif pada ujung bangunan (tarikan).
 Tarikan tidak diijinkan, sehingga seyogyanya dimensi
bangunan diubah.

40
Kebutuhan Stabilitas
Ada tiga penyebab runtuhnya bangunan gravitasi, yaitu:
1. Gelincir (sliding)
a) sepanjang sendi horisontal atau hampir horisontal di atas
pondasi
b) sepanjang pondasi, atau
c) sepanjang kampuh horisontal atau hampir horisontal
dalam pondasi.
2. Guling (overturning)
a) di dalam bendung
b) pada dasar (base), atau
c) pada bidang di bawah dasar.
3. Erosi Bawah Tanah (piping)
41
 Ketahanan terhadap gelincir

∑ H= f
tan θ <  (7)
∑ (V − U ) S

Keterangan:
∑H : keseluruhan gaya horizontal yang bekerja pada
bangunan [kN]
∑(V-U) : keseluruhan gaya vertikal (V), dikurangi gaya
tekan ke atas yang bekerja pada bangunan [kN]
θ : sudut resultante semua gaya, terhadap garis
vertikal [0]
f : koefisien gesekan (Tabel 6.4)
S : faktor keamanan, 2 untuk pembebanan normal dan
1,25 untuk kondisi pembebanan ekstrim

42
 Kondisi pembebanan ekstrem adalah:
 Tak ada aliran di atas mercu selama gempa, atau
 Banjir rencana maksimum.

43
 Ketahanan terhadap guling
 Agar bangunan aman terhadap guling, maka resultante
semua gaya yang bekerja pada bagian bangunan di atas
bidang horisontal, termasuk gaya angkat, harus
memotong bidang inti pada teras.
 Tidak boleh ada tarikan pada bidang irisan mana pun.
 Yang ditinjau adalah tubuh bendung saja (tidak termasuk
lantai depan dan lantai belakang)
 Perhitungan yang ditinjau adalah dalam keadaan normal
dan banjir.
 Tebal lantai kolam olak dihitung sebagai berikut (lihat
Gambar 6.9):
px − wx
dx ≥ S  (24)
γ
44
px − wx
dx ≥ S  (24)
γ

Keterangan:
dx : tebal lantai pada titik x [m]
px : gaya angkat pada titik x [kg/m2]
wx : kedalaman air pada titik x [m]
γ : berat jenis bahan [kg/m3]
S : faktor keamanan (= 1,5 untuk kondisi normal, 1,25
untuk kondisi ekstrim)
45
 Ketahanan terhadap guling
MT
≥ 1,5 ……………………………………..(25)
MG

Keterangan:
MT : momen tahan [Nm]
MG : momen guling [Nm]

46
 Ketahanan terhadap erosi bawah tanah (piping)
 Bahaya terjadinya erosi bawah tanah dapat dicek dengan
jalan membuat jaringan aliran/flownet.
 Alternatif lain adalah dengan perhitungan empiris
menggunakan salah satu dari metode:
 Metode Bligh
 Metode Lane
 Metode Koshla.
 Metode Lane (Gambar 6.10) memanfaatkan Tabel 6.5.
Metode ini membandingkan panjang jalur rembesan di
bawah bangunan di sepanjang bidang kontak
bangunan/pondasi dengan beda tinggi muka air antara
kedua sisi bangunan.
 Di sepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih
curam dari 450 dianggap vertikal dan yang kurang dari 450
dianggap horisontal.
47
 Ketahanan terhadap erosi bawah tanah (piping)
 Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan terhadap aliran
3 kali lebih kuat daripada jalur horisontal.
 Rumusnya adalah:

……………………..(26)

Keterangan:
CL : angka rembesan Lane (lihat Tabel 6.5)
∑Lv : jumlah panjang vertikal [m]
∑LH : jumlah panjang horisontal [m]
H : beda tinggi muka air [m]

48
49
50
Angka rembesan pada tabel di atas sebaiknya dipakai:
 100%, jika tidak dipakai pembuang, tidak dibuat jaringan
aliran dan tidak dilakukan penyelidikan dengan model;
 80%, kalau ada pembuangan air, tapi tidak ada
penyelidikan maupun jaringan aliran;
 70%, bila semua bagian tercakup.

Untuk mengatasi erosi bawah tanah, elevasi dasar hilir harus


diasumsikan pada pangkal koperan hilir.
Untuk menghitung gaya tekan ke atas, dasar hilir harus
diasumsikan di bagian atas ambang ujung.

51
 Keamanan terhadap rekah bagian hilir bangunan bisa
dicek dengan rumus berikut:

……………………..(27)

Keterangan:
S : faktor keamanan
s : kedalaman tanah [m]
a : tebal lapisan pelindung [m]
hs : tekanan air pada kedalaman s [kg/m2]

 Tekanan air pada titik C dapat ditemukan dari jaringan


aliran atau garis angka rembesan Lane.
 Rumus di atas mengandaikan bahwa berat volume tanah
di bawah air dapat diambil 1 (γw = γs = 1).
 Berat volume bahan lindung di bawah air adalah 1.
 Harga keamanan S minimum 2 52
 a
s 1 + 
 s
S=
hs

53
 Dinding Penahan
 Dinding penahan gravitasi setinggi tidak lebih dari 3 m dapat
didesain dengan potongan melintang empiris seperti gambar di
bawah dengan:
 b = 0,260 h untuk dinding dengan bagian depan verikal.
 B = 0,425 h
 b = 0,230 h untuk dinding dengan bagian depan kurang dari
1 : 1/13
 B = 0,460 h

54
 Perlindungan Terhadap Erosi Bawah Tanah
 Untuk melindungi bangunan dari bahaya erosi bawah
tanah, ada beberapa cara yang dapat ditempuh, yaitu:
 Lantai hulu
 Dinding halang
 Filter pembuang
 Konstruksi pelengkap
 Konstruksi lindung di atas dapat digunakan sendiri-sendiri
atau dikombinasi satu dengan lainnya.
 Konstruksi lindung ini juga dilakukan pada pangkal
bendung (abutmen) dan bangunan pengambilan.

56
57
 Lantai Hulu
 Fungsi: memperpanjang jalur rembesan.
 Lantai dapat dibuat tipis karena gaya tekan ke atas di bawah
lantai diimbangi oleh tekanan air di atasnya.
 Persyaratan penting: lantai harus kedap air, demikian pula
pada sambungan dengan tubuh benung.
 Sifat kedap air dapat dicapai dengan foil plastic atau lempung
kedap air di bawah lantai dan sekat karet (water stop) yang
menghubungkan lantai dan tubuh bendung.

58
 Dinding Halang (Cut-off)
 Dinding halang berupa dinding beton bertulang atau pasangan
batu, inti kedap air atau pudel atau dengan pelat pancang baja
atau kayu.
 Tempat terbaik dari dinding halang ini adalah di ujung hulu
bangunan, yaitu pangkal (awal) lantai hulu atau di bawah
bagian depan tubuh bendung.

59
 Alur Pembuang/Filter
 Tujuan: mengurangi gaya angkat di bawah kolam olak
bendung.
 Untuk mencegah hilangnya bahan padat melalui pembuang
ini, konstruksi sebaiknya dibuat dengan filter yang dipasang
terbalik, dari kerikil atau pasir bergradasi baik atau bahan filter
sintetik.

60
Permasalahan Pondasi
Harus didukung : Data Lapangan/Geoteknik/Mekanika Tanah:
° Cadas (rock)

° Pasir/kerikil/lapisan batu Daya dukung (bearing capasity)

° Pasir (sand) Kelulusan air (permeability)

° Lempung (clay) Konsolidasi (consolidation)

° Lumpur (silt) Penurunan (settlement)


perbedaan penurunan – retak
desain pintu
sambungan konstruksi
Cadas

Daya dukung cukup


Konsolidasi penurunan tidak ada masalah
Kelulusan air mungkin menjadi masalah

Pasir/kerikil/lapisan batu

Sukar memeriksa lapisan gabungan daya dukung


Aliran air bawah
Pasir

Daya dukung mungkin masalah


Konsolidasi mungkin masalah
Kelulusan air aliran bawah tidak masalah
(ΔH max – 6 m)

Lempung

Pembebanan daya dukung


konsolidasi
Lumpur

Daya dukung mungkin masalah


Konsolidasi mungkin masalah
Kelulusan air diatasi dengan:
pondasi tiang pancang
perbaikan tanah
→ lumpur dipindahkan
diganti pasir (replacement)
Perbedaan bendung dari pasangan vs beton

1) Pasangan
• Sukar untuk membuat penghubung (joint) → satu kesatuan
(monolith) → struktur dianggap sebagai satu kesatuan sepanjang
pondasi atau
• Apabila tanah pondasi jelek (lempung/lumpur)
ganti lapisan lunak dengan tanah yang lebih kompak
(replacement)

2) Beton
• Dapat dibuat penghubung (joint)→ dua/tiga bagian
→ struktur dibuat terpisah → masing-masing harus stabil
• Apabila tanah pondasi jelek → buat pondasi tiang pancang
 Konstruksi Pelengkap
 Bila bagian-bagian bendung mempunyai kedalaman pondasi
yang berbeda-beda, akan ada bahaya penurunan tidak merata
(differensial settlement), mengakibatkan retak-retak dan terjadi
jalur-jalur pintasan erosi bawah tanah.
 Penting untuk memeriksa hal ini serta memantabkan
konstruksi di tempat-tempat itu jika diperlukan.

66
Contoh Perhitungan Stabilitas Bendung
(KP - Bagian Penunjang)

∆H = 5,1 m

67
Rembesan dan Tekanan Air Tanah
 Rembesan dan tekanan air tanah di bawah bendung dicek
dengan teori Lane guna menyelidiki adanya bahaya erosi
bawah tanah akibat hanyutnya bahan-bahan halus. Tanah
dasar adalah campuran pasir, kerikil dan batu.
 Perhitungan ditinjau pada kondisi muka air hulu + 16,7 m sama
dengan elevasi mercu bendung dan muka air hilir + 11,60 m
atau ∆H = 5,1 m.
 Perhitungan diasumsikan lantai dinding (apron) hulu yang
kedap air dengan panjang 14,00 m dan koperan setiap 3,50 m.
 Panjang jalur rembesan Lx, pengurangan tekanan air Hx dan
jumlah tekanan air dihitung pada Tabel di bawah dengan
referensi gambar di bawah.
 Untuk perhitungan rembesan, panjang jalur rembesan
sebaiknya diambil sampai ke pangkal hilir koperan (titik O).
68
Kondisi Normal

Titik X Y Titik X Y Titik X Y


Ao 0 13,4 A14 11 11,6 M 27,45 7,3
A1 0 11,6 A15 11 13 N 28,2 5,8
A2 0,5 11,6 A 14 13 O 29,2 5,8
A3 0,75 13 B 14 10,3 P 29,2 11,6
A4 3,5 13 C 15 10,3
Q 28,56 11,6
A5 3,5 11,6 D 15,8 11,6
R 27,24 10,28
A6 4 11,6 E 17,6 11,6
S 23,52 10,28
A7 4 13 F 17,6 9,8
A8 7 13 G 19,4 9,8 T 22,2 11,6
A9 7 11,6 H 19,4 8 U 20,4 13,4
A10 7,5 11,6 I 21,2 8 V 17,1 16,7
A11 7,5 13 J 21,2 5,8 W 15,1 16,7
A12 10,5 13 K 22,2 5,8 X 14 13,4
69
A13 10,5 11,6 L 22,95 7,3 Ao 0 13,4
Lx
px = H x − ∆H
L

70
∆H = 5,1 m
L= 39,69 m
Titik Garis Panjang Garis Rembesan
∆H x Lx/L Hx px = Hx - Lx/L ∆H
Point Line Vert Hor 1/3 Hor Lx
2 2
(m) (m) (m) (m) (kN/m ) (kN/m ) (kN/m2)
A0 33,00 33,00
A1 A0 - A1 1,80 1,80 2,31 51,00 48,69
A2 A1 - A2 0,50 0,17 1,97 2,53 51,00 48,47
A3 A2 - A3 1,42 3,39 4,35 37,00 32,65
A4 A3 - A4 2,75 0,92 4,31 5,53 37,00 31,47
A5 A4 - A5 1,40 5,71 7,33 51,00 43,67
A6 A5 - A6 0,50 0,17 5,87 7,55 51,00 43,45
A7 A6 - A7 1,40 7,27 9,35 37,00 27,65
A8 A7 - A8 3,00 1,00 8,27 10,63 37,00 26,37
A9 A8 - A9 1,40 9,67 12,43 51,00 38,57
A10 A9 - A10 0,50 0,17 9,84 12,64 51,00 38,36
A11 A10 - A11 1,40 11,24 14,44 37,00 22,56
A12 A11 - A12 3,00 1,00 12,24 15,73 37,00 21,27
A13 A12 - A13 1,40 13,64 17,53 51,00 33,47
A14 A13 - A14 0,50 0,17 13,81 17,74 51,00 33,26
A15 A14 - A15 1,40 15,21 19,54 37,00 17,46
71
Titik Garis Panjang Garis Rembesan
∆H x Lx/L Hx px = Hx - Lx/L ∆H
Point Line Vert Hor 1/3 Hor Lx
(m) (m) (m) (m) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2)
A A15 - A 3,00 1,00 16,21 20,83 37,00 16,17
B A-B 2,70 18,91 24,30 64,00 39,70
C B-C 1,00 0,33 19,24 24,72 64,00 39,28
D C-D 1,53 20,77 26,69 51,00 24,31
E D-E 1,80 0,60 21,37 27,46 51,00 23,54
F E-F 1,80 23,17 29,77 69,00 39,23
G F-G 1,80 0,60 23,77 30,54 69,00 38,46
H G-H 1,80 25,57 32,85 87,00 54,15
I H-I 1,80 0,60 26,17 33,62 87,00 53,38
J I-J 2,20 28,37 36,45 109,00 72,55
K J-K 1,00 0,33 28,70 36,88 109,00 72,12
L K-L 1,68 30,38 39,04 94,00 54,96
M L-M 4,50 1,50 31,88 40,96 94,00 53,04
N M-N 1,68 33,55 43,12 109,00 65,88
O N-O 1,00 0,33 33,89 43,55 109,00 65,45
P O-P 5,80 39,69 51,00 51,00 0,00
Jumlah 30,80 26,65 8,88

72
Rembesan dan Tekanan Air Tanah
 Panjang rembesan sampai titik O adalah 33,89 m. Angka
rembesan menurut Lane adalah:

CL
=
∑L +∑ =
v L 1
3 h 33,89
= 6, 65 > 6 aman (pasir sedang)
∆h 5,1
 Untuk menentukan tekanan air, panjang jalur rembesan harus
diambil sampai elevasi ambang hilir kolam olak (titik P).
Panjang jalur rembesan sampai ke titik ini adalah 39,69 m (lihat
tabel di atas). Angka rembesan Lane pada titik ini adalah:

CL
=
∑ L + ∑=
Lv
1
3 h 39, 69
= 7, 78
∆h 5,1
 Tekanan air tanah px dihitung dengan rumus berikut:
Lx
px = H x − ∆H
L
73
74
Stabilitas Bendung
 Bagian hulu bendung terletak pada endapan sungai, berupa
pasir, kerikil, dan bongkah.
 Karakteristik tanah diperkirakan dari hasil tes di laboratorium
sebagai berikut:
 Sudut geser dalam φ = 30o
 Permeabilitas k = 10-3/s
 Berat jenis batu = 22 kN/m3
 Stabilitas bendung diperiksa pada 2 kondisi:
1. Selama debit sungai rendah, yaitu saat muka air hulu pada
elevasi mercu + 16,70 m dan pada saat kolam peredam energi
kering.
2. Selama terjadi debit banjir rencana dengan periode ulang 100
tahun (800 m3/s)

75
Stabilitas Bendung Selama Debit Sungai Rendah
 Elevasi muka air hulu pada elevasi + 16,70 m (mercu bendung)
dan elevasi muka air hilir pada ambang kolam olak, + 11,60 m

 Gaya-gaya yang bekerja pada bendung sebagai berikut (lihat


gambar pada slide berikut):
 Tekanan air (W1 – W20)
 Tekanan tanah (S1)
 Beban mati bendung (G1 – G15)
 Gaya-gaya yang bekerja pada bendung disajikan pada gambar
dan tabel berikut. 76
77
Posisi PB Terhadap Titik O PB
Vertikal, v 8.1 m X Y
Horisontal, h 5.1 m 21.1 10.9

78
Mencari Pusat Berat Bendung
Garis Vertikal Lewat O Garis Horisonat Lewat O
Gaya
Gaya Luas x tekanan Lengan Momen Lengan Momen
(kN) (m) (kNm) (m) (kNm)
G1 1/2 x 3.3 x 1.1 x 22 -39.93 14.47 -577.65 8.70 -347.39
G2 3.3 x 2 x 22 -145.20 13.10 -1902.12 9.25 -1343.10
G3 1/2 x 3.3 x 3.3 x 22 -119.79 11.00 -1317.69 8.70 -1042.17
G4 6.4 x 1.8 x 22 -253.44 12.00 -3041.28 6.70 -1698.05
G5 1/2 x 1.8 x 1.8 x 22 -35.64 8.20 -292.25 6.40 -228.10
1.3 x 1 x 22 -28.60 14.70 -420.42 5.15 -147.29
G6
1/2 x 1.3 x 0.8 x 22 -11.44 13.93 -159.40 5.37 -61.39
G7 1.8 x 1.8 x 22 -71.28 10.70 -762.70 4.90 -349.27
G8 1.32 x 2.8 x 22 -81.31 8.40 -683.02 5.14 -417.94
G9 1.32 x 1.32 x 22 -19.17 6.56 -125.73 4.92 -94.30
G10 1/2 x 1.32 x 1.32 x 22 -19.17 1.08 -20.70 4.92 -94.30
G11 1.32 x 0.64 x 22 -18.59 0.32 -5.95 5.14 -95.53
G12 2.28 x 9.8 x 22 -491.57 4.90 -2408.68 3.34 -1641.84
G13 0.7 x 8 x 22 -123.20 4.00 -492.80 1.85 -227.92
1.5 x 1 x 22 -33.00 7.50 -247.50 0.75 -24.75
G14
1/2 x 1.5 x 0.75 x 22 -12.38 6.75 -83.53 0.50 -6.19
1/2 x 0.75 x 1.5 x 22 -12.38 1.25 -15.47 0.50 -6.19
G15
1 x 1.5 x 22 -33.00 0.50 -16.50 0.75 -24.75
RV = -1549.07 Mv = -12573.39 Mh = -7850.47
Posisi PB Terhadap Titik O PB
Vertikal, v 8.1 m X Y
Horisontal, h 5.1 m 21.1 10.9 79
Gaya-gaya Horisontal Akibat Tekanan Air dan Tanah
Sekitar Titik O Berat jenis batu 22,0 kN/m3
Gaya φ 30,0 Derajad
Gaya Luas x tekanan Lengan Momen
Ka 0,33
(kN) (m) (kNm) Kp 3,00
W1 1/2 x 3,3 x 33 54.45 8.70 473.72
16,17 x 2,7 43.66 5.85 255.41
W2
1/2 x (39,7 - 16,17) x 2,7 31.77 5.40 171.54
24,31 x 1,3 -31.60 5.15 -162.76
W3
1/2 x (38,46 - 24,31) x 1,3 -9.20 4.93 -45.37
23,54 x 1,8 42.37 4.90 207.62
W4
1/2 x (39,23 - 23,54) x 1,8 14.12 4.60 64.96
38,46 x 1,8 69.23 3.10 214.61
W5
1/2 x (54,15 - 38,46) x 1,8 14.12 2.80 39.54
53,38 x 2,2 117.44 1.10 129.18
W6
1/2 x (72,55 - 53,38) x 2,2 21.09 0.73 15.46
54,96 x 1,5 -82.44 0.75 -61.83
W7
1/2 x (72,12 - 54,96) x 1,5 -12.87 0.50 -6.44
53,04 x 1,5 79.56 0.75 59.67
W8
1/2 x (65,88 - 53,04) x 1,5 9.63 0.50 4.82
W9 1/2 x 65,45 x 5,8 -189.82 1.93 -366.98
S1 1/2 x 0,33 x (18 - 10) x 10,9^2 156.83 3.63 569.81
Rh = 328.33 Mh = 1562.95 80
Gaya-gaya Vertikal Akibat Tekanan Air dan Berat Bendung
Sekitar Titik O Sekitar Titik O
Gaya Gaya
Gaya Luas x tekanan Lengan Momen Gaya Luas x tekanan Lengan Momen
(kN) (m) (kNm) (kN) (m) (kNm)
G1 1/2 x 3,3 x 1,1 x 22 -39,93 14,47 -577,65 39,28 x 1 39,28 14,70 577,42
W10
G2 3,3 x 2 x 22 -145,20 13,10 -1902,12 1/2 x 0,42 x 1 0,21 14,87 3,12
G3 1/2 x 3,3 x 3,3 x 22 -119,79 11,00 -1317,69 24,31 x 0,8 19,45 13,80 268,38
W11
G4 6,4 x 1,8 x 22 -253,44 12,00 -3041,28 1/2 x 15,69 x 0,8 5,99 13,93 83,43
G5 1/2 x 1,8 x 1,8 x 22 -35,64 8,20 -292,25 23,54 x 1,8 42,37 12,50 529,65
W12
1,3 x 1 x 22 -28,60 14,70 -420,42 1/2 x 0,77 x 1,8 0,69 12,80 8,87
G6
1/2 x 1,3 x 0,8 x 22 -11,44 13,93 -159,40 38,46 x 1,8 69,23 10,70 740,74
W13
G7 1,8 x 1,8 x 22 -71,28 10,70 -762,70 1/2 x (39,23 - 38,46) x 1,8 0,69 11,00 7,62
G8 1,32 x 2,8 x 22 -81,31 8,40 -683,02 53,38 x 1,8 96,08 8,90 855,15
W14
G9 1,32 x 1,32 x 22 -19,17 6,56 -125,73 1/2 x (54,15 - 53,38) x 1,8 0,69 9,20 6,38
G10 1/2 x 1,32 x 1,32 x 22 -19,17 1,08 -20,70 72,12 x 1 72,12 7,50 540,90
W15
G11 1,32 x 0,64 x 22 -18,59 0,32 -5,95 1/2 x (72,55 - 72,12) x 1 0,22 7,67 1,65
G12 2,28 x 9,8 x 22 -491,57 4,90 -2408,68 54,96 x 0,75 41,22 6,63 273,11
W16
G13 0,7 x 8 x 22 -123,20 4,00 -492,80 1/2 x (72,12 - 54,96 ) x 0,75 6,43 6,75 43,42
1,5 x 1 x 22 -33,00 7,50 -247,50 53,04 x 4,5 238,67 4,00 954,67
G14 W17
1/2 x 1,5 x 0,75 x 22 -12,38 6,75 -83,53 1/2 x (54,96 - 53,04) x 4,5 4,34 4,75 20,60
1/2 x 0,75 x 1,5 x 22 -12,38 1,25 -15,47 53,04 x 0,75 39,78 1,38 54,69
G15 W18
1 x 1,5 x 22 -33,00 0,50 -16,50 1/2 x (65,88 - 53,04) x 0,75 4,82 1,25 6,02
65,45 x 1 65,45 0,50 32,73
W19
1/2 x (65,88 - 65,45) x 1 0,21 0,67 0,14
W20 1/2 x 33 x 1,1 -18,15 14,83 -269,23
RV = -819,27 Mv = -7833,92

81
Stabilitas Bendung Selama Debit Sungai Rendah
 Resultante gaya-gaya (tidak termasuk tekanan tanah vertikal
dan gesekan):
Rv -819.27 kN ()
Rh 328.33 kN ()
Momen guling, M h 1,562.95 kNm (searah jarum jam)
Momen tahan, M v -7,833.92 kNm (berlawanan arah jarum jam)
Momen total = M o -6,270.97 kNm (berlawanan arah jarum jam)

 Garis tangkap (line of action) resultante gaya terhadap titik O


dapat dihitung sebagai berikut:
h = M h/Rh = 4.76 m
v = M v/Rv = 9.56 m
 Keamanan terhadap guling
FS = Mtahan/Mguling 5.01 > 1.5 OK

82
Stabilitas Bendung Selama Debit Sungai Rendah
 Tekanan tanah di bawah bendung dapat dihitung sebagai
berikut:

Panjang telapak pondasi L = 15.20 m


Eksentrisitas e = (L/2) - Mo/Rv -0.05 m
L/6 = 2.53 m
e < L/6 OK
Tekanan tanah:
σ = Rv/L x (1 ± 6e/L)
σ maks = 52.74 kN/m2 di titik B < 200 kN/m
2
(OK)
σ min = 55.06 kN/m2 di titik O < 200 kN/m2 (OK)
2
Daya dukung tanah yang diizinkan untuk pasir dan kerikil adalah 200 - 600 kN/m , sehingga
daya dukung tanah memenuhi syarat

83
Stabilitas Bendung Selama Debit Sungai Rendah
Keamanan terhadap gelincir :
Keamanan terhadap gelincir meliputi gaya vertikal, gaya horisontal dan tekanan tanah pasif
di ujung hilir konstruksi dan tekanan pasif pada koperan CD dan KL
Karena perkembangan tekanan pasif memerlukan gerak, maka hanya separuh dari
tekanan yang benar-benar berkembang yang dihitung. Hal ini juga mempertimbangkan bahwa
gerusan yang mungkin terjadi sampai setengah kedalaman pondasi.
Tekanan tanah pasif ep1 menjadi:
ep1 = (ρ s - ρ w) x g x 0,5 h x tg2 (45o + φ/2)
ep1 = (1,8 - 1,0) x 10 x 0,5 x 5,8 x tg (45o + 30ο/2)
2

ep1 = 69,6 kN/m


Gaya tanah pasif menjadi:
Ep1 = 1/2 x (0,5 x h x ep1)
Ep1 = 100,92 kN ( )
Tekanan tanah pasif juga berkembang pada koperan C-D dan K-L dengan beban berat
3
konstruksi di atasnya, berat jenis bangunan = 22 kN/m
Prosentase tekanan aktif pada koperan akibat beban merata: 0,5 (diandaikan)

84
Stabilitas Bendung Selama Debit Sungai Rendah
Koperan CD: Gaya tekanan tanah pasif sebagai berikut:
Ep2a = (ρ s - ρ w) x g x h2 x tg2 (45o + φ/2)
Ep2a = 0,5 (1,8-1) x 10 x 1,3^2 x tg^2 (45o + 30o/2)
Ep2a = 20,28 kN
Beban merata akibat bangunan q = h x berat jenis batu = 5,1 x 22 kN/m
Ep2b = h x q x Kp = 1,3 x 5,1 x 22 x 3 kN
Ep2b = 437,58 kN
Ep2 = 0.5 x (Ep2a + Ep2b), dianggap 50% tekanan pasif yang berkembang
Ep2 = 228,93 kN ( )
Koperan KL: Gaya tekanan tanah pasif sebagai berikut:
Ep3a = 0,5 (ρ s - ρ w) x g x h2 x tg2 (45o + φ/2)
Ep3a = 0,5 (1,8-1) x 10 x 1,5^2 x tg^2 (45o + 30o/2)
Ep3a = 27 kN ()
Beban merata akibat bangunan q = h x berat jenis batu = 2,98 x 22 kN/m
Ep3b = h x q x Kp = 1,5 x 2,98 x 22 x 3 kN
Ep3b = 295,02 kN ()
Ep3 = 0.5 x (Ep3a + Ep3b), dianggap 50% tekanan pasif yang berkembang
Ep3 = 161,01 kN ()
ΣEp = Ep1 +Ep2 +Ep3 = 490,86 kN ()
Rh - ΣEp = -162,53 kN()
Keamanan terhadap geser dengan f = 0,5 adalah:
∑ H= tan θ <
f
 (7)
S = f x Rv/(Rh - Sigma Ep)= 0,5 x 819,27)/(328,33 - 490,86)
∑ (V − U ) S
S= 2,52 > 2 (OK)
85
Stabilitas Bendung Selama Debit Sungai Rendah
Tanpa tekanan tanah pasif, keamanan terhadap geser:
S = f x Rv/Rh = 0,5 x 819,27)/328,33
S= 1.25 > 1 (OK)

86
Stabilitas Bendung Selama Debit Sungai Rendah
Keamanan Terhadap Erosi Bawah Tanah (Piping)
 Untuk mencegah pecahnya bagian hilir bangunan, harga
keamanan terhadap erosi tanah harus sekurang-kurangnya 2.
 Keamanan dapat dihitung sebagai berikut:
S = s(1 + a/s)/hs
Keterangan:
S : faktor keamanan ( = 2)
s : kedalaman tanah bagian hilir
a : ketebalan lapis lindung
hs : tekanan air pada titik O (m tekanan air)
s= 5,8 m
a= 0 m (diandaikan)
hs = (6,55 - 5,8) = 0,75 m
S= 7,78 m > 2 (OK)

87
Stabilitas Bendung Selama Debit Sungai Rendah
Keamanan Tebal Lantai Kolam Olak
Keamanan tebal lantai kolam olak:
Tebal lantai kolam olak dx ≥ 1,5 x (Px - Wx)/τ
Keterangan:
dx : tebal lantai pada titik x [m]
Px : gaya angkat pada titik x [kg/m2]
Wx : berat air pada titik x [kg/m2]
τ : berat jenis bahan [kg/m3]
S : faktor keamanan = 1,5

Px Wx τ dx Syarat
Lokasi Status
[kg/m ]2 2
[kg/m ] [kg/m ]3 [m] [m]

L 5496,47 1320 2200 2,98 2,85 (OK)

M 5303,70 1320 2200 2,98 2,72 (OK)

88
Stabilitas Bendung Selama Debit Sungai Rendah
Keamanan Terhadap Gempa
Keamanan pada saat terjadi gempa:
Dari peta daerah-daerah gempa, dapat dihitung koefisien gempa (KP-06 Parameter Bangunan)
Rumus sebagai berikut:
ad = n (ac x z) [m]
E = ad/g
Keterangan:
ad : percepatan gempa rencana [cm/s2]
n,m : koefisien jenis tanah [1,56 dan 0,89]
2
ac : percepatan gempa dasar [cm/s ]
E : koefisien gempa
2 2
g : percepatan gravitasi [cm/s = 980 cm/s ]
z : faktor yang tergantung kepada letak geografis
n= 1,56
m= 0,89
ac = 190 cm/s2 (Periode ulang 100 tahun)
z= 0,6 (Zona gempa C)
ad = 105,63 cm/s2
E= 0,11 (minimum E = 0,1)
89
Stabilitas Bendung Selama Debit Sungai Rendah
Keamanan Terhadap Gempa
Gaya horisontal tambahan ke arah hilir adalah:
He = E x ΣG
ΣG = 1549.07 kN (Berat total bangunan, G1 sampai G15)
He = 166.96 kN ()
Gaya He ini akan bekerja dari pusat gravitasi seperti pada perhitungan di bawah
h= 5.07 m Posisi PB terhadap titik O
Garis tangkap (line of action ) gaya resultante terhadap titik O adalah:
Momen tambahan akibat gempa adalah:
He x h = 846.49 kNm
Jumlah momen sekarang menjadi:
M= -6270.97 + 846.49 = -5,424.48 kNm

90
Stabilitas Bendung Selama Debit Sungai Rendah
Keamanan Terhadap Gempa
Stabilitas bendung sekarang menjadi:
Eksentrisitas
e = (L/2) - (M/Rv)
e= (15.2/2) - (-5424.48/-819.27)
e= 0.98 < 1/6 L = 2.53 (OK)
Tekanan tanah:
σ = Rv/L x (1 ± 6e/L)
σ maks = 74.73 kN/m2 di titik O < 200 kN/m2 (OK)

Guling:
M tahan = M v = -7,833.92 kNm
M guling = M g = 1562.95 + 846.49 = 2,409.44 kNm
S= 3.25 >1.25 (OK)
Gelincir :
S = f x Rv/(RH + He - ΣEp)
S = 0.5 x 819.27/(328.33 + 166.96 - 490.86)
S= 92.38 > 1,25 (OK)
91
TUGAS/PR
 Lanjutkan perhitungan untuk kondisi banjir dengan data
sebagai berikut:
 Debit banjir 100 tahun = 800 m3/s
 Elevasi muka air banjir di hulu bendung + 20,10 m
 Elevasi muka air banjir di hilir bendung + 16,55 m
 PR diserahkan minggu depan via email dengan alamat:
bar.ujian2020@gmail.com
 Hasil dibahas pada pertemuan berikutnya.

92
Berat air di atas bendung tidak dihitung karena tekanan airnya kecil
Berat air di atas kolam peredam energi berkurang sampai 75% karena udara yang
terhisap dalam air tersebut
Tekanan air pada kolam peredam energi bertambah akibat gaya sentrifugal dengan
rumus sebagai berikut:

2
p = (d/g) x V /r

Keterangan:
2
p : tekanan air (ton/m )
d : tebal pancaran air [m]
V : kecepatan pancaran air
r : jari-jari bak [m]
g : percepatan gravitasi

Dengan mengabaikan gesekan, kecepatan air pada elevasi + 11,6 m adalah:

V = [2 x g x (H + z)]1/2 = [19,6 x (3,4 + 5,1)]1/2 = 12,9 m/s

Tebal pancaran air : d = q/V = 12,82/12,9 = 1,00 m

Tekanan sentrifugal pada bak:

p = (d/g) x V2/r = (1/9,8) x 12,92/4,5 = 3,77 ton/m2 = 37,7 kN/m2

Resultante gaya sentrifugal Fc = p x (π/4) x r = 37,7 x (p/4) x 4,5 = 266,8 kN/m'


93

Anda mungkin juga menyukai