Anda di halaman 1dari 22

SISTEM EMBEDDED DAN IOT

“IoT Layer (Edge Computing, Fog Computing, Cloud Computing)”

DISUSUN OLEH :

ABDUL RAHMAN
3C TKJ
42519051

DOSEN PEMBIMBING :
Iin Karmila Yusri, S.ST., M.Eng. Ph.D.
Drs. Kasim, MT.

PRODI D-IV TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2021
A. PENGERTIAN IOT
Internet of Things (IoT) adalah suatu jaringan fisik atau things yang dipasang pada sensor,
software dan teknologi lain dengan tujuan agar bisa terhubung dan bertukar data antar device
dan sistem lain dengan menggunakan internet. nternet of Things mampu menghubungkan
seluruh device yang berbeda dengan cara menambahkan sensor dan kecerdasan digital,
sehingga akan memungkinkan pengguna untuk melakukan komunikasi secara real-time tanpa
harus melibatkan campur tangan manusia.
B. CARA KERJA IOT
Cara kerja internet of things adalah memanfaatkan sebuah argumentasi dari algoritma
bahasa pemrograman yang telah tersusun. Dimana, setiap argumen yang terbentuk akan
menghasilkan sebuah interaksi yang akan membantu perangkat keras atau mesin dalam
melakukan fungsi atau kerja.
Sehingga, mesin tersebut tidak memerlukan bantuan dari manusia lagi dan dapat dikendalikan
secara otomatis. Faktor terpenting dari jalannya program tersebut terletak pada jaringan
internet yang menjadi penghubung antar sistem dan perangkat keras. Tugas utama dari
manusia adalah menjadi pengawas untuk memonitoring setiap tindakan dan perilaku dari
mesin saat bekerja
Dari manfaat yang ditawarkan oleh IoT, menjadikan teknologi ini diterapkan pada berbagai
bidang. Contohnya sebagai berikut :
- Dunia Kesehatan; IoT diterapkan pada sistem pemantauan kondisi kesehatan seorang
pasien secara terus menerus dan berkala. Hal ini dicapai dengan memanfaatkan sensor
kesehatan yang terhubung dengan sistem pemantauan pada rumah sakit.
- Dunia Pertanian; IoT dapat diterapkan pada sistem pemantauan kondisi sebuah lahan
pertanian dan status pertumbuhan sebuah tanaman.
- Pada lingkungan yang menjadi pusat aktivitas manusia dapat diwujudkan dalam sebuah
sistem Smart Home melalui kamera, dan masih banyak lainnya.
C. ELEMEN IOT
Ada banyak aspek teknologi, layer, aplikasi, dan Komponen jaringan IoT. Tetapi sebagian
besar arsitektur IoT ini dibangun di atas dasar-dasar inti.
• Perangkat yang Lebih Cerdas dalam bentuk yang berbeda
• Jaringan dan Gateway yang memungkinkan perangkat menjadi bagian dari IoT
• Middleware yang mencakup ruang penyimpanan data dan meningkatkan
kemampuan memprediksi
D. IOT LAYER
IoT layer adalah lapisan lapisan yang terdapat di dalam iot seperti Perception layer,
network layer, Middleware layer, application layer dan business Layer. Elemen-elemen IoT
ini mendefinisikan dasar-dasar dari hampir setiap sistem IoT di dunia. Namun, mereka dibagi
menjadi beberapa lapisan arsitektur untuk lebih menyempurnakan jaringan IoT secara
keseluruhan. Layer IoT ini adalah:
• Perception Layer : yang mengelola perangkat pintar di seluruh sistem.
• Connectivity/Transport Layer : memungkinkan transfer data dari cloud ke perangkat
dan sebaliknya, berbagai aspek gateway dan jaringan.
• Processing Layer : Layer yang mengontrol dan mengelola level IoT untuk
mengumpulkan data di seluruh sistem.
• Application Layer : yang membantu dalam prosedur analitik, kontrol perangkat, dan
pelaporan ke pengguna akhir.
• Bussines Layer : yang memperoleh informasi dan analisis pengambilan keputusan dari
data.
• Security Layer : yang mencakup semua aspek melindungi seluruh arsitektur IoT
• Edge Computing Layer : yang bekerja di tepi atau di dekat kumpulan informasi
perangkat.
1. Bagian – Bagian 7 Layer Dalam IoT
Daftar semua 7 lapisan ini beserta fungsinya dalam sistem IoT.
(1) Sensor
Sensor dan perangkat pengumpul data lainnya membentuk lapisan awal sistem IoT apa
pun. Mereka adalah antarmuka antara dunia nyata dan digital dan bertanggung jawab
untuk mengubah sinyal analog ke digital. Ada perangkat sensor yang berbeda seperti
meter, sensor, probe, pengukur, dan aktuator yang dapat membaca parameter seperti
suhu, jarak, lokasi, kelembaban, dll. Perangkat ini dipasang pada titik akhir (benda) dan
mengumpulkan parameter yang diperlukan dalam bentuk mentah data.
(2) Sensors to Gateway Network
Lapisan ini adalah lapisan jaringan pertama dari setiap sistem IoT. Ini bertanggung
jawab untuk transmisi data dari lapisan pertama (sensor) ke lapisan ketiga (gerbang).
Data ditransfer dari sensor ke gateway melalui protokol komunikasi khusus dengan
aturan, sintaks, semantik, dan standar sinkronisasi yang unik.
Transfer data hanya dapat terjadi jika sensor dan gateway mendukung protokol
transmisi. Beberapa protokol umum yang digunakan untuk menghubungkan sensor
dengan gateway adalah BLE, LoRaWAN, ZigBee, dan Sigfox.
(3) Gateways:
Gateway adalah agregator data yang mengumpulkan data dari sensor dan
mengirimkannya ke sistem backend. Mereka pada dasarnya adalah router atau modem
yang bertindak sebagai antarmuka antara lingkungan sensor lokal dan internet. Mereka
mengumpulkan data dari sensor dalam jangkauan mereka dan mengirimkannya ke
platform penyerapan data.
Kebutuhan akan gateway dan jaringan sensor-to-gateway dihilangkan jika perangkat
sensorik itu sendiri memiliki gateway built-in atau dengan kata lain mampu
mentransmisikan data ke jarak yang jauh sendiri. Dalam kasus seperti itu, perangkat
sensorik hanya perlu membaca data dan mengirimkannya ke sistem backend.
(4) Gateways to Internet Network:
Mirip dengan jaringan sensor ke gateway, jaringan ini memfasilitasi transmisi data dari
gateway ke sistem internet/backend. Jaringan ini dapat menjangkau area yang luas yang
memungkinkan transmisi data ke lokasi yang jauh. Protokol yang umumnya digunakan
untuk jaringan yang tersebar luas tersebut adalah ethernet, Wi-Fi, satelit, atau seluler.
(5) Data Ingestion and Information Processing
Pada lapisan ini, data mentah yang dikumpulkan dari 4 lapisan sebelumnya diubah
menjadi informasi yang berarti. Data dalam banyak kasus disimpan dalam
penyimpanan cloud dan diakses melalui sistem backend aplikasi seluler atau aplikasi
web. Data yang diserap diproses melalui analitik tingkat lanjut dan sistem pemrosesan
lainnya menjadi informasi bernilai tambah yang ditampilkan di layar pengguna.
(6) Internet to User Network:
Ini adalah lapisan jaringan terakhir dari sistem IoT ujung ke ujung. Data mentah yang
disimpan dalam sistem cloud dipanggil oleh jaringan ini dan ditampilkan di layar
pengguna dalam bentuk informasi nilai tambah. Protokol yang umumnya digunakan
untuk mengakses data dari sistem penyimpanan cloud adalah internet, ethernet, dan Wi-
Fi.
(7) Value-added Information:
Lapisan terakhir ini bertindak sebagai frontend dari seluruh sistem IoT. Data yang
dikumpulkan dan informasi nilai tambah ditampilkan di layar pengguna,
memungkinkan mereka untuk melacak parameter yang berkaitan dengan aset yang
ingin mereka pantau. Informasi tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk angka, grafik,
peringatan, atau grafik; memungkinkan pengguna untuk memperoleh wawasan yang
berguna dan membuat keputusan yang cerdas.

Informasi dapat diakses dari perangkat pintar apa pun seperti smartphone atau desktop
melalui platform IoT unik yang disesuaikan dengan fitur-fitur seperti sistem peringatan
waktu nyata, analitik, dan pemantauan jarak jauh.

2. Layer Architecture of Internet of Thing


(1) Perception Layer
Ini adalah lapisan pertama arsitektur IoT. Di lapisan perception layer, jumlah sensor
dan aktuator digunakan untuk mengumpulkan informasi yang berguna seperti suhu,
kadar air, deteksi penyusup, suara, dll. Fungsi utama lapisan ini adalah untuk
mendapatkan informasi dari lingkungan dan meneruskan data ke lapisan lain sehingga
beberapa tindakan dapat dilakukan berdasarkan informasi tersebut.
Perception Layer terdiri dari beberapa node sensor dan actuators, dimana tempat Things
berada dan umumnya berada pada jaringan Intranet. Things dapat diwujudkan dari
sebuah sensor yang terhubung dengan minikomputer/mikrokontroller. Sensor bertugas
merekam data, minikomputer/mikrokontroler bertugas mengolah data, dan mengirim
data ke Layer berikutnya menggunakan protokol dan interface komunikasi.
Karakteristik umum dari node sensor adalah sumber daya yang terbatas, dari segi
komputasi dan utilitas perangkat.
(2) Network Layer
Seperti namanya, ini adalah lapisan penghubung antara persepsi dan lapisan
middleware. Itu mendapat data dari lapisan persepsi dan meneruskan data ke lapisan
middleware menggunakan teknologi jaringan seperti 3G, 4G, UTMS, WiFI,
inframerah, dll. Ini juga disebut lapisan komunikasi karena bertanggung jawab untuk
komunikasi antara persepsi dan lapisan middleware. Semua transfer data dilakukan
dengan aman menjaga kerahasiaan data yang diperoleh.
Layer ini bertanggung jawab untuk mentransmisikan dan melakukan routing pada
data yang telah diterima dari perception layer. Device yang digunakan pada layer ini
yaitu router, switches dan gateway. Device tersebutakan menjadi media penghubung
antara device IoT
(3) Middleware Layer
Middleware Layer memiliki beberapa fitur canggih seperti penyimpanan, komputasi,
pemrosesan, kemampuan pengambilan tindakan. Ini menyimpan semua kumpulan
data dan berdasarkan alamat dan nama perangkat itu memberikan data yang sesuai
untuk perangkat itu. Itu juga dapat mengambil keputusan berdasarkan perhitungan
yang dilakukan pada kumpulan data yang diperoleh dari sensor.
(4) Application Layer :
Application Layer mengelola semua proses aplikasi berdasarkan informasi yang
diperoleh dari lapisan middleware. Aplikasi ini melibatkan pengiriman email,
mengaktifkan alarm, sistem keamanan, menghidupkan atau mematikan perangkat,
jam tangan pintar, pertanian pintar, dll.
Layer ini memilki peran dalam kerahasiaan, keaslian dan integritas data. Tujuan dari
proses informasi akhir IoT yaitu pada layer ini. Dimana pada application layer,
informasi yang diterima dapat diterapkan menjadi sebuah teknologi yang cerdas
seperti smart home, smart car, smart health, dll
(5) Business Layer :
Keberhasilan perangkat apa pun tidak hanya bergantung pada teknologi yang
digunakan di dalamnya, tetapi juga bagaimana perangkat itu dikirimkan kepada
konsumennya. Business Layer melakukan tugas-tugas ini untuk perangkat. Ini
melibatkan pembuatan diagram alur, grafik, analisis hasil, dan bagaimana perangkat
dapat ditingkatkan, dll.
(6) Processing Layer :
Sistem IoT dirancang untuk menangkap, menyimpan, dan memproses data untuk
persyaratan lebih lanjut di lapisan ini. Di lapisan pemrosesan, ada dua tahap utama.
• Akumulasi Data
Setiap perangkat mengirimkan jutaan aliran data di seluruh jaringan IoT. Data
tersebut tidak terstruktur ksrena masih dalam bentuk mentah seperti foto dan
aliran video bisa sangat besar dan harus dilakukan secara efisien. Pengguna
harus memiliki pemahaman menyeluruh tentang prosedur bisnis untuk
menentukan kebutuhan data secara tepat dan membantu mendapatkan manfaat
untuk kedepannya.
• Abstraksi Data
Setelah tahap akumulasi data selesai, data yang dipilih diambil dari data besar
untuk aplikasi kemudian mengoptimalkan prosedur bisnis mereka. Di sini
abstraksi data mengikuti jalur sebagai:
a. Mengumpulkan semua data dari semua sistem IoT dan non-IoT (CRM,
ERP, & ERM)
b. Menggunakan virtualisasi data untuk membuat data dapat diakses dari
satu lokasi
c. Mengelola data mentah dalam berbagai bentuk
(7) Security Layer:
Keamanan telah menjadi salah satu kebutuhan utama arsitektur IoT. Pelanggaran data,
pelacakan perangkat lunak berbahaya, dan peretasan adalah tantangan utama dengan
Lapisan Keamanan dalam mengintegrasikan sistem IoT.
• Device Security
Titik keamanan pertama di lapisan IoT dimulai dengan perangkat itu sendiri.
Sebagian besar produsen mengikuti panduan keamanan untuk menginstal
firmware dan perangkat keras untuk integrasi IoT. Beberapa langkah penting
adalah:
a. Amankan proses boot untuk menghindari kode berbahaya apa pun
yang berjalan di perangkat
b. Menggunakan chip Trusted Platform Module (TPM) yang
dikombinasikan dengan kunci kriptografi untuk perlindungan titik
akhir perangkat
c. Lapisan fisik ekstra untuk menghindari akses langsung melalui
perangkat
d. Pembaruan rutin untuk patch keamanan
• Cloud Security
Sekarang Clouds mengambil alih dari server tradisional untuk penyimpanan
data dan komunikasi. Keamanan data mereka sangat penting, terutama untuk
sistem IoT. Mekanisme mencakup beberapa faktor otorisasi dan enkripsi untuk
menghindari pelanggaran data. Di sini proses verifikasi perangkat baru
merupakan inti penting yang harus memiliki peraturan ketat untuk manajemen
identitas perangkat.
• Connection Security
Saat mentransfer data di seluruh jaringan, itu harus dienkripsi dari titik ujung
ke ujung di seluruh sistem IoT. Di sini protokol seperti DDS, AMQP, dan
MQTT terintegrasi untuk mengamankan informasi sensitif dari pelanggaran
apa pun. Penggunaan protokol kriptografi TSL direkomendasikan standar
industri di seluruh arsitektur IoT untuk komunikasi data.

Berikut ini adalah Alur Komunikasi pada IoT :

Antara tiap Layer terdapat Layer Network yang bertugas menghubungkan antara keduanya.
Pada Layer ini terdapat beberapa jenis media komunikasi yang digunakan, contohnya :
1. Wireless Local Area Network (WLAN)
2. Long Range (LoRa)
3. Jaringan Seluler (GSM)
4. Narrowband Internet of Things (NB-IoT)
5. Bluetooth Low Energy (BLE)
6. Wireless Personal Area Network (WPAN)
Berikutnya terdapat protokol komunikasi yang digunakan untuk pertukaran pesan yaitu
protokol komunikasi Message Queuing Telemetry Transport (MQTT)
dan Constrained Application Protocol (CoAP). Berikut ini adalah Protokol Tiap Layer pada
IoT :

Komunikasi antara satu entitas pada IoT dijembatani oleh media komunikasi dan protokol
komunikasi. Media komunikasi yang umum digunakan pada IoT adalah jaringan berbasis
nirkabel. Hal ini dikarenakan jaringan berbasis nirkabel memungkinkan penempatan perangkat
secara dinamis, artinya tidak terpaku pada suatu lokasi. Selain itu terdapat tantangan terkait
keterbatasan sumber daya yang menjadi karakteristik dari perangkat "Things", sehingga
menjadi dasar dalam pemilihan media komunikasi yang menawarkan penggunaan daya rendah.
Contohnya beberapa perangkat dengan kode standar 802.15.4.

Pada perangkat yang mampu bekerja dengan protokol TCP/IP, maka dapat digunakan media
komunikasi berbasis 802.11 atau Wi-Fi. Pengalamatan selain menggunakan IPv4, dapat
digunakan IPv6 untuk mendukung identitas perangkat dengan jumlah besar. Untuk bertukar
pesan antarperangkat juga tersedia protokol perpesanan dengan kondisi perangkat IoT yaitu
MQTT dan CoAP.

Middleware Layer bertugas menghubungkan antara Network Layer dengan Aplication


Layer. Middleware Layer diperlukan untuk menjawab keterbatasan akses internet
dari Things dan tantangan interoperabilitas. Aplication Layer bertugas menyimpan dan
memproses data lebih lanjut atau berfungsi untuk mengelola data. Data yang dikirim
oleh Node sensor di Perception Layer tidak berarti sama sekali, jika tidak diolah dan aplikasi
pengolah data pada umumnya berada di lingkungan Internet, hal ini karena dukungan perangkat
komputasi yang mendukung skalabilitas.

3. Edge computing
Edge computing adalah paradigma komputasi terdistribusi yang mendekatkan komputasi dan
penyimpanan data ke sumber data. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan waktu respons
dan menghemat bandwidth. Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa edge dan IoT adalah
sinonim. Edge computing adalah bentuk komputasi terdistribusi yang sensitif terhadap lokasi
dan topologi, sedangkan IoT adalah contoh kasus penggunaan edge computing." Istilah ini
mengacu pada arsitektur daripada teknologi tertentu. Salah satu definisi Edge computing
adalah semua jenis program komputer yang memberikan latensi rendah lebih dekat ke
permintaan. mendefinisikan edge computing secara luas sebagai semua komputasi di luar
cloud yang terjadi di tepi jaringan, dan lebih khusus lagi di aplikasi di mana pemrosesan data
waktu nyata diperlukan. Dalam definisinya, komputasi awan beroperasi pada data besar
sementara komputasi tepi beroperasi pada "instant data" yaitu data waktu nyata yang
dihasilkan oleh sensor atau pengguna.
Menurut The Verge, edge computing adalah sistem komputasi yang dilakukan pada atau
di dekat sumber data. Jadi, kamu tidak perlu mengandalkan cloud untuk melakukan semua
pekerjaan sekaligus. Alasannya, sumber data sudah berada lebih dekat dengan pusat data.
Data yang dihasilkan oleh perangkat internet of things (IoT) akan diproses lebih dekat ke tepi
jaringan. Proses analisis data pun akan berlangsung lebih cepat.
Pasalnya, kehadiran edge computing didasari oleh semakin banyaknya perangkat IoT.
Perangkat tersebut menuntut adanya proses pengolahan data yang lebih cepat.
Oleh karena itu, edge computing dirancang untuk mempercepat dukungan terhadap aplikasi
secara real time, seperti pemrosesan video, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI),
robotik, dan sebagainya. Hal ini ditulis oleh Network World.
Saat ini, penggunaan edge computing terbilang ideal di berbagai situasi. Salah satunya yakni
ketika koneksi internet pada perangkat IoT-mu buruk.
Edge computing meliputi berbagai teknologi termasuk jaringan sensor nirkabel, data mobile,
analisa tanda tangan, jaringan peer-to-peer dan komputasi grid/mesh.
Ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk membuat edge computing berkemampuan cloud.
Pertama, dilakukan dengan menginstalasi edge software pada hardware khusus atau hardware
yang sudah ada yang telah memberikan layanan lain. Tujuannya agar dapat menangani
komunikasi, menyimpan data dari sensor, dan sinkronisasi. Peranti yang menjalankan
software tersebut bisa berprosesor ARM dengan konsumsi daya listrik rendah. Kedua,
memperpanjang cloud ke banyak lokasi point-of-presence (PoP). Disediakan dan
didistribusikan ke berbagai lokasi Edge.
Secara keseluruhan ada beberapa manfaat atau keuntungan bagi perusahaan yang
menerapkan sistem edge computing. Pertama, secara signifikan menurunkan volume, lalu
lintas dan jarak data sehingga mengurangi biaya transmisi, menyusutnya latensi, dan
meningkatkan kualitas layanan. Kedua, mengurangi lingkungan komputasi inti,
menghilangkan hambatan utama dan kegagalan. Ketiga, keamanan meningkat karena data
dienkripsi saat menuju inti jaringan. Data diperiksa saat melewati firewall, dimana virus,
kesalahan data, dan cracker dapat ditangkap sejak dini. Keempat, kemampuan untuk
virtualisasi memperluas skalabilitas. Penggunanya adalah perusahaan yang menginginkan
skala linier kinerja aplikasi terhadap pertumbuhan basis pelanggan. Kelima, pemenuhan
kebutuhan analisis yang cepat, misalnya untuk memeriksa kinerja mesin. (*dari berbagai
sumber)
a. Kelebihan
Dengan edge computing, sebagian besar proses komputasi akan dipindahkan ke tepi.
Penggunaan bandwith dan sumber daya server pun akan menjadi lebih sedikit
dibandingkan sebelumnya. Kelebihan edge computing lainnya adalah mengurangi
latensi. Sebagai contoh, jika ingin mengirim pesan kepada seseorang di gedung yang
sama denganmu.
Biasanya, pesan tersebut akan diarahkan ke luar gedung, disampaikan kepada server di
suatu tempat, dan dibawa kembali ke gedungmu hingga diterima orang tersebut.
Prosesnya cukup panjang. Penerimaan pesan pun sempat mengalami penundaan.
Namun, dengan edge computing, pesan tersebut bisa diterima lebih cepat oleh orang lain.
b. Kekurangan
• Salah satu kelemahan edge computing adalah dapat meningkatkan kemungkinan
serangan terhadap perangkat internet of things (IoT).
• memerlukan lebih banyak perangkat IoT dalam proses edge computing, seperti
server edge dan perangkat dengan sistem komputer yang kuat.
• Terdapat ada peluang-peluang baru bagi pelaku kejahatan untuk menyusupi
perangkat tersebut, seperti ditulis Cloudflare.
• membutuhkan lebih banyak hardware lokal.
• Sebagai contoh, kamera CCTV memerlukan komputer dengan daya pemrosesan
yang lebih besar. Dengan begitu, sistem dapat menjalankan algoritma pendeteksi
gerakan sendiri.
4. Fog Computing

Fog Computing adalah paradigma yang memperluas komputasi dan layanan Cloud ke tepi
jaringan. Mirip dengan Cloud, Fog menyediakan layanan data, komputasi, penyimpanan, dan
aplikasi untuk pengguna akhir. Karakteristik Kabut yang membedakan adalah kedekatannya
dengan pengguna akhir, distribusi geografisnya yang padat, dan dukungannya untuk
mobilitas. Layanan di-host di tepi jaringan atau bahkan perangkat akhir seperti dekoder atau
titik akses. Dengan demikian, Fog mengurangi latensi layanan, dan meningkatkan QoS,
menghasilkan pengalaman pengguna yang superior. Fog Computing mendukung aplikasi
Internet of Everything (IoE) yang muncul yang menuntut latensi real-time / dapat diprediksi
(otomasi industri, transportasi, jaringan sensor dan aktuator). Berkat distribusi geografisnya
yang luas, paradigma Fog memiliki posisi yang baik untuk data besar waktu nyata dan
analitik waktu nyata. Kabut mendukung titik pengumpulan data yang terdistribusi padat,
sehingga menambahkan sumbu keempat ke dimensi Data Besar yang sering disebutkan
(volume, variasi, dan kecepatan).
Istilah Fog Computing diciptakan oleh Cisco dan didefinisikan sebagai perpanjangan
paradigma komputasi awan dari inti jaringan ke tepi jaringan. Komputasi kabut adalah
lapisan menengah yang memperluas lapisan Cloud untuk membawa komputasi, jaringan, dan
perangkat penyimpanan lebih dekat ke titik akhir di IoT. Perangkat di tepi disebut titik kabut
dan dapat digunakan di mana saja dengan konektivitas jaringan, di samping jalur kereta api,
pengontrol lalu lintas, meter parkir, atau di mana pun. Ini adalah perpanjangan dari komputasi
awan bukan penggantinya. Ini mengurangi latensi dan mengatasi masalah keamanan dalam
mengirim data ke cloud. Karena integrasi yang erat dengan perangkat akhir, itu meningkatkan
efisiensi sistem secara keseluruhan, sehingga meningkatkan kinerja sistem cyber-fisik kritis.
Komunikasi data
- Dalam Fog Computing, komunikasi data antara perangkat penghasil data dan lingkungan
Cloud memerlukan sejumlah langkah; komunikasi pertama-tama diarahkan ke titik i / o
PAC setelah itu dikirim ke gateway protokol yang mengubah data ke format yang dapat
dimengerti. Data kemudian ditransmisikan ke node Fog jaringan lokal setelah data
diarahkan ke Cloud untuk penyimpanan. Di Edge Computing, di sisi lain, komunikasinya
jauh lebih sederhana dan ada potensi titik kegagalan yang lebih sedikit.
Arsitektur
- Fog computing adalah infrastruktur komputasi terdesentralisasi yang memperluas
komputasi awan dan layanan ke tepi jaringan untuk membawa komputasi, jaringan, dan
perangkat penyimpanan lebih dekat ke titik akhir di IoT. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan efisiensi dan mengurangi jumlah data yang diangkut ke cloud untuk
pemrosesan, analisis, dan penyimpanan. Edge computing, di sisi lain, adalah ungkapan yang
lebih tua sebelum istilah komputasi Fog. Ini adalah arsitektur yang menggunakan klien
pengguna akhir dan satu atau lebih perangkat tepi dekat pengguna secara kolaboratif untuk
mendorong fasilitas komputasi menuju sumber data, mis. Sensor, aktuator, dan perangkat
seluler.
Keuntungan
Fog memberikan keuntungan unik untuk layanan di beberapa vertikal seperti TI,
hiburan, iklan, komputasi pribadi, dll. Cisco secara khusus tertarik pada proposal yang
berfokus pada skenario Fog Computing terkait Internet of Everything (IoE), Jaringan Sensor,
Analisis Data, dan data lainnya. layanan intensif untuk menunjukkan manfaat dari paradigma
baru tersebut, untuk mengevaluasi pertukaran timbal balik dalam penyebaran eksperimental
dan produksi dan untuk mengatasi masalah penelitian potensial untuk penyebaran tersebut.
5. Cloud Computing

Pengertian cloud computing


Cloud computing merupakan istilah dari bahasa Inggris yang berarti komputasi awan. Untuk
istilah ‘awan’ merupakan metafora dari internet. Jadi, definisi yang sebenarnya dari cloud
computing adalah sebuah proses pengolahan sistem daya komputasi, melalui jaringan internet
yang menghubungkan antara satu perangkat komputer dengan komputer lain, dalam waktu
yang sama.
Sehingga, komputasi awan sendiri juga termasuk dalam teknologi yang menjadikan internet
sebagai center of server untuk mengelola data pengguna (user). Dengan menggunakan cloud
computing, maka anda tidak perlu menginstall sebuah aplikasi secara manual, dan
memudahkan dalam mengakses informasi melalui internet.
Fungsi dari cloud computing
Terdapat banyak sekali fungsi yang dimiliki oleh komputasi awan, berikut ini kami
merangkum menjadi tiga fungsi utama dari penggunaan cloud computing untuk membantu
aktivitas pengguna.
1. Meningkatkan kapasitas penyimpanan data
Dengan menggunakan komputasi awan, maka kapasitas penyimpanan menjadi lebih lebih
besar daripada anda menggunakan penyimpanan dalam sebuah perangkat misalnya flashdisk,
hardisk, dan lain sebagainya. Teknologi cloud dapat menyimpan berbagai informasi anda
dengan bantuan media internet.
Jadi informasi anda akan tersimpan di dalam database internet yang menggunakan teknologi
big data. Contoh dari penggunaan penyimpanan berbasis cloud, adalah Google Cloud.
2. Meningkatkan kinerja stakeholder
Fungsi yang kedua, dengan menggunakan penyimpanan berbasis cloud, maka kinerja dari
setiap pemangku kepentingan sebuah bisnis akan menjadi lebih produktif dan optimal.
Dimana, setiap tim atau departemen dapat saling terhubung dalam waktu yang bersamaan dan
dapat menghemat resource yang ada.
3. Mendapatkan pembaharuan sistem secara berkala (up to date)
Fungsi yang ketiga ini merupakan keunggulan dan ciri khas dari cloud computing. Dimana,
untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada dan mengikuti perkembangan trend di era
teknologi berbasis digital, maka sistem akan terus melakukan pembaharuan basis data secara
berkala.
Update tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan keamanan, kemudian meningkatkan
fitur untuk memberikan pengalaman yang lebih baik kepada pengguna internet di seluruh
dunia. Sehingga, setiap proses penyimpanan menjadi lebih aman, efektif, dan mempunyai
kredibilitas yang tinggi.
Jenis – jenis dari teknologi cloud computing
Setelah mengetahui pengertian dan fungsi dari cloud computing, selanjutnya masuk pada
jenis atau tipe – tipe dari teknologi cloud computing. Jika dilihat dari sistem penggunaan atau
hak aksesnya, komputasi awan terbagi menjadi empat jenis, berikut merupakan
penjelasannya.
1. Public cloud
Public cloud computing adalah penyimpanan setiap data dan informasi pada media internet
dengan model layanan yang menggunakan hak akses secara publik. Yang berarti, anda dapat
menggunakan setiap fitur dan layanan secara gratis dan tidak memerlukan biaya.
Contoh dari public cloud computing sendiri adalah media sosial, seperti Facebook, Twitter,
Instagram, Youtube, dan lain – lain. Kemudian, pada layanan berbasis email, adalah Gmail,
Yahoo, dan Hotmail. Akan tetapi, public cloud juga memiliki kelemahan, yaitu sistem
keamanan yang mudah diretas dan mengambil data personal user untuk diperjualbelikan.
2. Private cloud
Private cloud merupakan pemakaian teknologi cloud untuk kepentingan suatu organisasi atau
perusahaan saja yang bersifat private. Biasanya, digunakan untuk kebutuhan bisnis agar lebih
mudah dan cepat dalam menghubungkan komunikasi antar tim.
Untuk penerapannya sendiri hanya dapat digunakan oleh stakeholder dalam perusahaan atau
organisasi yang sama. Maka dari itu, private cloud computing memiliki sistem keamanan
yang lebih baik daripada public cloud computing.
3. Community cloud
Community cloud merupakan sistem penyimpanan berbasis awan yang digunakan untuk
kepentingan sebuah komunitas atau institusi. Community cloud dapat dikelola secara internal
maupun menggunakan bantuan pihak ketiga, sehingga dapat meminimalisir biaya yang
dikeluarkan dan dapat ditanggung oleh kedua belah pihak.
4. Hybrid cloud
Hybrid cloud adalah gabungan dari private dan public cloud computing, yang mana layanan
ini biasanya diterapkan pada sebuah institusi. Layanan ini juga termasuk ke dalam Business
to Business (B2B) dan Business to Consumer (B2C).
Beberapa penyedia layanan cloud yang populer di Indonesia adalah:
• Indonesian Cloud
• Amazon Web Services (AWS)
• Microsoft Azure
• IBM Cloud
• Alibaba Cloud
Indonesian Cloud adalah salah satu penyedia layanan cloud di Indonesia. Anda tinggal
memiliki yang disesuaikan dengan kebutuhan Anda. Indonesian Cloud juga menyediakan
private cloud untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan atau organisasi Anda. Private
cloud dibuat dan dioperasikan hanya untuk 1 customer saja yang memiliki kebutuhan bisnis
khusus dan tidak bisa digabungkan dengan customer yang lain. Private cloud yang kami miliki
adalah VMware, Red Hat, dan Nutanix
Struktur Cloud Computing
Selanjutnya, masuk pada materi pembahasan mengenai struktur apa saja yang dimiliki oleh
cloud computing.
1. Computer front end
Computer front end merupakan komputer desktop yang muncul pada halaman
depan interface (antarmuka). Yang mana, dalam hal ini merupakan sisi dari client dan sistem
cloud computing. Yang kemudian akan disesuaikan dengan kebutuhan fungsi dari
setiap interface -nya.
2. Computer back end
Computer back end adalah komputer untuk melayani kebutuhan penyimpanan data dalam
jumlah yang besar, contohnya adalah komputer server dan data center. Biasanya, computer
back end menangani kinerja dan kebutuhan pengelolaan basis data berkapasitas tinggi.
3. Computer front and back end (Hybrid)
Struktur yang ketiga ini berfungsi untuk menghubungkan antara dua komputer diatas.
Dimana, memungkinkan untuk dapat bertukar informasi dan data secara cepat dan akurat.
Contoh dari device ini adalah LAN (Local Area Network) dan Internet.

Cara kerja dari Cloud Computing


Untuk teknologi cloud computing sendiri menjadikan internet sebagai pusat server dalam
mengelola sebuah data. Sistem sangat memudahkan user dalam mendaftar dan masuk pada
aplikasi tanpa perlu menginstall -nya terlebih dahulu.
Karena tidak memerlukan proses instalasi, maka penyimpanan dilakukan secara virtual.
Sehingga tidak membebani penggunaan memori pada perangkat komputer client. Kemudian,
anda dapat menjalankan berbagai perintah yang ada pada menu tampilan antarmuka dan
selanjutnya akan diproses oleh server aplikasi.
Manfaat yang dimiliki
Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang dimiliki oleh komputasi awan, diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Sebagai media penyimpanan pada server secara terpusat
Manfaat yang pertama adalah menjadi tempat penyimpanan berbagai informasi dalam bentuk
dokumen atau data secara tersistem dan terpusat. Anda hanya cukup menggunakan satu
aplikasi server saja dan tidak memerlukan proses instalasi.
2. Sebagai pusat keamanan data
Manfaat yang kedua adalah cloud computing menyediakan fitur keamanan yang jauh lebih
baik daripada model penyimpanan konvensional. Karena, pusat keamanan data dikelola
langsung oleh perusahaan raksasa yang mempunyai resource dan big data yang kompleks.
3. Tahan lama dan tidak membutuhkan biaya yang besar
Manfaat yang terakhir adalah tidak memerlukan biaya yang besar, karena banyak sekali akses
cloud computing yang bersifat free dan tidak dikenakan biaya tambahan. Sebagai contoh
adalah penggunaan media sosial dan aplikasi pengelola email.
Contoh pemanfaatan cloud computing

Terlepas dari bermacam layanannya, cloud computing memberikan penggunanya serangkaian


fungsi, seperti:

• Email contohnya layanan Zimbra Mail


• Penyimpanan, backup, pengambilan data
• Membuat dan mengetes aplikasi
• Menganalisis data
• Streaming audio dan video

Tipe cloud computing berdasarkan layanannya

Cloud computing bukanlah satu bagian dari teknologi seperti microchip atau telepon
genggam. Sebaliknya, ini merupakan sebuah sistem yang utamanya terdiri dari tiga layanan:
software-as-a-service (SaaS), infrastructure-as-a-service (IaaS), dan platform-as-a-service
(PaaS).

1. Software-as-a-service (SaaS) melibatkan suatu lisensi aplikasi perangkat lunak kepada


penggunanya. Lisensi ini biasanya diberikan melalui metode pay-as-you-go atau on-
demand. Tipe seperti ini bisa ditemukan di Microsoft Office’s 365
2. Infrastructure-as-a-service (IaaS) melibatkan metode untuk mengirimkan suatu file dari
sistem operasi ke server dan penyimpanan, melalui konektivitas berbasis IP sebagai
bagian dari layanan on-demand. Klien jadi tidak perlu membeli perangkat lunak atau
server. Contoh populer dari tipe ini adalah Public Cloud dari Indonesian Cloud dan
Microsoft Azure.
3. Platform-as-a-service (PaaS) disebut-sebut sebagai yang paling kompleks. PaaS hampir
mirip dengan SaaS, tapi perbedaan paling besarnya adalah, alih-alih mengirim suatu
perangkat lunak via online, PaaS sebenarnya adalah platform untuk membuat perangkat
lunak yang dikirimkan melalui internet. Contoh dari PaaS seperti Salesforce.com dan
Heroku.

Cara kerja cloud computing


Setiap varian cloud computing memiliki dua faktor yang sama secara umum, yakni data center
yang berada di luar dan harus memiliki internet untuk mengaksesnya. Sumber daya server
dalam data center ini dikumpulkan untuk membuat platform yang sangat besar agar siap
menampung layanan virtual.

Sumber daya yang dikumpulkan ini diatur agar bisa fleksibel, sehingga para penggunanya bisa
mengakses lebih banyak ruang penyimpanan jika diperlukan. Demikian pula dengan sumber
daya yang sedang tidak digunakan, ini akan dilepas kembali ke cloud jika memang sudah tidak
lagi dibutuhkan.

Penggunaan sumber daya berbasis on-demand ini menawarkan skalabilitas dan fleksibilitas
yang hampir tidak terbatas. Pasalnya, kebutuhan Anda akan cloud computing senantiasa
berubah atau dinamis.
REFERENSI

https://www.biz4intellia.com/blog/7-layers-of-iot-what-makes-an-iot-solution-
comprehensive/

https://www.geeksforgeeks.org/5-layer-architecture-of-internet-of-things/

https://en.wikipedia.org/wiki/Edge_computing

https://id.sawakinome.com/articles/technology/difference-between-fog-computing-and-edge-
computing-3.html

https://www.sekawanmedia.co.id/cloud-computing/

https://www.arduinoindonesia.id/2021/06/pengertian-dan-penjelasan-internet-of.html

Anda mungkin juga menyukai