Anda di halaman 1dari 10

2.6.

Gaya Apung [Bouyant Force]


- “Kalau suatu benda atau permukaan yang terendam dalam atmosfer maka gaya-gaya akibat
tekanan atmosfer akan bekerja padanya. Kalau suatu benda terendam dalam air maka gaya
hidrostatik akibat kedalaman air akan bekerja terhadap benda tersebut.” Bagaimana dengan
benda yang terapung? Bagaimana sebuah kapal berukuran raksasa terbuat dari logam bisa
terapung? Apakah kapal itu menerima gaya hidrostatik dari air tempatnya mengapung?
- Gaya apung adalah resultan gaya yang bekerja terhadap suatu benda oleh fluida statik tempat
benda itu terendam atau terapung.
- Gaya apung beraksi vertikal ke atas.
- Pada benda yang terendam, gaya apung sama dengan beda antara komponen vertikal gaya
tekanan terhadap sisi bawah benda dan komponen vertikal gaya tekanan terhadap sisi atas
benda.

F E Gaya ke atas = berat cairan ABCEFA


Gaya ke bawah = berat cairan dalam
D
A
C
ADCEFA
B

Beda / selisih kedua gaya ersebut adalah


gaya vertikal ke atas yang disebabkan oleh berat fluida ABCD yang dipindahkan oleh
benda padat itu.
FB = V .γ FB = Gaya apung

V = Volume yang dipindahkan


p1 δA
γ = Berat jenis fluida
δA
h
O x δFB = [ p 2 − p1 ]δ A = γ .h.δ A = γ .δ V
p2 δA
FB = γ ∫ dV = γ .V
V

1
V V∫
γ ∫ xdV = γVx atau x = xdV
V

_
x = Jarak dari titik acuan ke garis kerja gaya apung (pusat apung)
Diskusi. Bagaimana sebuah kapal induk seberat seratus ribu ton dapat mengapung
di atas air? Kita tahu bahwa jika benda itu terbuat dari baja padat ia akan tenggelam,
dan kapal induk tidak padat tapi berongga. Akan tetapi bagaimana air yang berada
di bawahnya tahu bahwa kapal induk itu berongga? Harus seberapa ringankah
sebuah benda agar dapat mengapung? Dengan menggunakan konsep gaya apung di
atas, jawab dengan detail dan diskusikan pertanyaan berikut ini: .Mengapa kapal
induk seberat itu bisa mengapung? .Mengapa hanya sebagian badan kapal yang
melesak ke dalam air? .Bagaimana dengan kapal selam yang kadang-kadang
tenggelam (menyelam) dan kadang naik (mengapung) ke permukaan?

Penggunaan Asas Gaya Apung


- Menentukan berat / volume benda

F1 F2

F1 + V .γ 1 = W
Vγγ1 Vγγ2
F2 + V .γ 2 = W

F1 − F2
∴V =
γ 2 − γ1
W W
Fluida I Fluida II F1 .γ 2 − F2 .γ 1
∴W =
γ 2 − γ1

- Mengukur gravitasi jenis fluida

∆h
Voγ (Vo - ∆V)S.γγ Fluida I : S = 1.0
Vo.γ = W
Fluida II :

W
W (V 0 − ∆V )S .γ = W
Fluida I Fluida II
II

2.7. Fluida Dalam Benda Rigid Yang Bergerak


Fluida yang berada didalam benda rigid (kaku) yang bergerak diklasifikasikan sebagai
fluida statis jika tidak terjadi (dianggap tidak terjadi) deformasi fluida akibat efek viscous
atau tidak ada perbedaan tegangan geser relatif antara lapisan – lapisan fluidanya. Sehingga
gaya yang bekerja adalah tekanan dan gravitasi.
gravitasi
Suatu elemen volume fluida yang padanya bekerja tekanan dan gaya gravitasi mempunyai
kesetimbangan gaya:

 ∂ ∂ ∂ 
dF = (− grad p + ρ.g )dV ∴ grad p =  i + j + k  p
 ∂x ∂y ∂z 

dF  ∂. p ∂. p ∂. p 
= − grad p + ρ.g = i + j +k 
dV  ∂. x ∂. y ∂.z 

Hukum Newton II : dF = a.dm = a.ρ .dV

dF
= a.ρ
dV
Sehingga: − grad p + ρ .g = ρ.a

pressure force body force mass x acceleration


Persamaan ini berlaku untuk masing – masing komponen koordinat:
∂p
arah x ; − + ρg x = ρ .a x
∂x
∂p
arah y ; − + ρg y = ρ .a x
∂y
∂p
arah z ; − + ρg z = ρ .a z
∂z
Kasus.
Kasus. Fluida dalam bejana yang diberi percepatan linier konstan
y
h0 = kedalaman awal cairan
a
∆h h1 = Kedalaman diatas h0 (setelah bergerak)
ax
h1 b = Lebar bejana rigid
ho

a = Percepatan linier
x
b

Pada masing – masing sumbu berlaku :


∂p
Sumbu z ; = 0 ; g z = 0 ; az = 0
∂z
Sumbu x ; gx = 0

Sumbu y ; g y = −g ; ay = 0

∂p ∂p
∴ = − ρ.a x ∴ = − ρ .g
∂x ∂y
Jadi untuk kasus di atas perubahan gaya – gaya yang bekerja merupakan fungsi perubahan
posisi x dan y nya.
∂p ∂p
dp = dx + dy
∂x ∂y

Permukaan bebas mempunyai nilai tekanan yang konstan; dp = 0


∂p ∂p
dp = dx + dy = 0
∂x ∂y

− ρ .a x .dx − ρ .g.dy = 0

dy a x
=  Merupakan nilai gradien garis permukaan cairan
dx g

(dalam keadaan bergerak).


Persamaan garis permukaan fluida menjadi sbb:

ax ax
dy = dx atau y = x
g g

Kasus. Fluida dalam bejana yang diberi percepatan linier konstan pada arah y (ay)
Kasus.
dp = − ρ .a x .dx − ρ ( g + a y )dy = 0

dy ax
=−
dx ay + g

Misalkan dianggap terjadi perubahan tekanan di permukaan ( dp ≠ 0 )

dp = − ρ .a x .dx − ρ ( g + a y )dy

p − po = − ρ .a x .dx − ρ ( g + a y )dy

ax p − po
dy = − dx +
ay + g ρ (g + a y )

untuk yo = 0 dan xo = 0  Persamaan garis permukaan menjadi:

 ax  p0 − p
Y = − x +
 ay + g  ρ(g + a y )
ω)
Fluida Dalam Bejana Yang Diputar Dengan Kecepatan Sudut Konstan (ω
z Kecepatan sudut = ω
- Percepatan, a = ω2.R
R
- Sistem koordinat polar (r,θ,z)
- p merupakan fungs r dan z ; p = p(r,z)
h1 ho
r Perubahan tekanan antara 2 titik (r,θ,z)dan (r+dr,θ,z + dz)
ω
dinyatakan sebagai berikut:
g
∂p  ∂p 
dp =  dr +  dz
∂r  z ∂z  r

Hukum Newton II untuk arah Z:


∂p 
− dz + ρ .g z = ρ .a z
∂z  r

Karena gz = -g dan az = 0 maka:


∂p 
− = − ρ .g → (I)
∂z  r

Perhatikan gambar perubahan elemen r fluida berikut ini:

p dr dz
dr

dθ/2 p  ∂p ∂r   dr 
p+ r +  dθdz
 ∂r 2  2 

pdrdz sin
 ∂p dr  dr  r 2
p−  r − dθdz
 ∂r 2  2 
dθ/2

p dr dz dθ/2 p dr dz

Hukum Newton II arah r

∑ dFr = ar .dm = ar .ρ .dV


= -ω2 r ρ dV
= - ω2 r ρ dθ dr dz → 
Dari gambar:

 ∂p dr   dr   ∂p dr   dr  dθ
∑ dF r = p −
 
∂r 2   r −  dθdz −  p +
2  
∂r 2   r +  dθdz + 2 pdrdz sin
2 2
≈ dθ/2

Perkalian antar suku diatas menghasilkan:

 dr ∂p dr ∂p  dr 
2
dr ∂p dr ∂p  dr 
2

∑ r
dF = dθdz  pr − p
2
− r + 
∂r 2 ∂r  2 
 − pr − p
2
− r − 
∂r 2 ∂r  2 
 + pdr 
 

 ∂p 
∑ dF r = dθdz − r dr  → 
 ∂r 

=
∂p
−r dr dθ dz = −ω 2 ρ r dr dθ dz
∂r
∂p
= ρω 2 r → (II)
∂r
Sebelumya, diketahui bahwa:

∂p  ∂p 
dp =  dz +  dr = (I) + (II)
∂z  r ∂r  z

dp = ρ ω 2 r dr − ρ g dz

Beda tekanan antara suatu titik acuan ( ro,zo ) dengan nilai tekanan po dan sembarang titik
(r,z) dengan tekanan p adalah:
p r z

∫d p = ρ.ω 2
∫ r.dr − ρ.g ∫ dz
p0 r0 z0

ρ.ω 2
p − p0 = (r 2
− r02 ) − ρ.g ( z − z 0 )
2
Titik referensi pada permukaan bebas sumbu silinder:
p0 = patm ; r0 = 0 ; z0 = h1
ρ.ω 2 .r 2
p − p atm = − ρ.g (z − h1 )
2
Karena pada permukaan bebas tekanannya konstan [p = patm], maka;
ρ.ω 2 .r 2
− ρ.g (z − h1 ) = 0
2
( ω .r ) 2
z = h1 + (Persamaan permukaan bebas!)
2.g

Sehingga ketinggian permukaan maksimum (pada sisi bejana);


z

Ro ω 2 .R02
z = h1 +
2.g
ω 2 Ro2
h1 ho
2g
r
ω

g
Persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai fungsi ho (ketinggian fluida saat bejana diam
atau tidak berotasi).
Dalam kondisi diam V1 = π R2 ho
R z R
Dalam kondisi berputar V2 = ∫ ∫ 2π r dz dr = ∫ 2π r dr
0 0 0

R
R
 ω2r 2   r 2 ω2 r 4 
= ∫ 2π h 1 +
 rdr = 2π h 1 +
0  2g   2 8g  0

 R 2 ω2 R 4   ω2 R 4 
= 2π h 1 +  = π 1
h R 2
+ 
 2 8g   4g 

V1 = V2

 ω2R4 
πR ho = π h1 R +
2 2

 4g 

h1 = ho −
(ωR )2
4g

( ωr) 2
z = h1 −
2g

( ωR ) 2 ( ωr) 2
= h0 − +
4g 2g
( ωR ) 2  1  r  2 
z = h0 −  −  
2g  2  R  

1. Sebuah tangki silinder terbuka, tinggi 6 ft, diameter 3 ft, berisi air setinggi 4.5ft ;
silinder tersebut kemudian diputar pada sumbu y.
 Berapa kecepatan sudut agar air tidak tumpah
 Berapa tekanan pada titik C dan D jika ω = 6 rad/sec.

Y
R π .D 2
a. Volume tangki yang tidak terisi air, V1 = ⋅ h0
ho=1.5’ S 4
Volume parabolid diputar = setengah volume yang melingkupi
h1=4.5’
 π .D 2  1
V2 =  ⋅Y ⋅ V1 = V2
 4  2
ω
π .D 2 π .D 2 Y
⋅ 1.5 = ⋅
4 4 2
Y = 3 ft
Y
S ω2R2
Y=
2g

C ω 2 ⋅ 1.5 2
3 = ω = 9.26 rad / sec
ω
D 2 ⋅ 32.2
ω2
b. ω = 6 rad/sec Y1 = R 2 = 1.26
2g

Penurunan dari titik S = ½ Y = 0.63 ft


Ketinggian titik s dari dasar tangki : hC = 4.5 – 0.63 = 3.87 ft
Kedudukan tertinggi di bagian tepi : hD = 4.5 + 0.63 = 5.13 ft
p c = γ ⋅ hc = 62.4 ⋅ 3.87 = 242 psf
Y1
p D = γ ⋅ hD = 62.4 ⋅ 5.13 = 320 psf

ω = 6 rad/s
2. Soal seperti no.1 tapi silinder dalam keadaan tertutup. Tekanan dalam tangki 15.5 psia ;
ω = 12 rad/sec. Berapa tekanan pada titik C dan D jika keadaan air dalam tangki seperti
gambar.

D2

Y1 π .D 2 1 π ⋅ D22
Y2 ∴ ⋅ h0 = ⋅ ⋅ Y2 (1)
4 2 4
S ω 2 R2 2
Y2 = (2)
2g
C D
Substitusikan Y2 ke persamaan 1
ω = 12 rad/s

R2 = 1.32 ft & Y2 = 3.89 ft


Yc = 6 – Y2 = 2.11 ft

ω2R2 12 2 ⋅ 1.5 2
YD = Yc + Y1 → Y1 = = = 5.02 ft
2g 2 ⋅ 32.2

= 2.11 + 5.02 = 7.13 ft


p c = 15.5 + γ ⋅ h
62.4 ⋅ 2.11
= 15.5 + = 16.4 psia
144
p D = 15.5 + γ ⋅ h
62.4 ⋅ 7.13
= 15.5 + = 18.6 psia
144
3. Soal seperti no.2 Keadaan air dalam tangki seperti pada gambar;
a. Berapa ω
b. Tekanan di titik D.
π .D 2 1 π ⋅ D22
a. ⋅ h0 = ⋅ ⋅ Y2
4 2 4
D2 = 2.25 ; R2 = 1.125 ft

ω 2 R2 2
R2 Y2 =
2g

Y2 ω 2 = 343

Y1 ω = 18.6 rad/sec

ω2R 2
18.6 2 ⋅ 1.5 2
b. Y1 = = = 12.1 ft
2g 2 ⋅ 32.2
ω
62.4 ⋅ 12.1
p D = 15.5 + = 20.7 psia
144
4. Sebuah kontainer D = 6m ; T = 1.8 m ; L = 2.1m Terisi air h = 0.9 m. Akselerasi linier
sepanjang tangki 2.45 m/s2. Hitung gaya yang bekerja pada sisi tangki dan selisih gaya
yang menyebabkan tetap adanya akselerasi.
dy ax
= tgθ =
dx g
= 0.25
3m
θ = 14 0
θ
Y 1.8 m
0.9 m Lihat gambar :
Y1
Y1 = 0.9 – Y = 0.9 – 3.tgθ
= 0.9 - 0.75 = 0.15 m
Y1 = ketinggian air pada sisi CD
Ketinggian air pada sisi AB = 0.9 + 0.75 = 1.65 m
FA− B = ρ. g.h. A = γ .h. A FC − D = γ .h. A
1.65 0.15
= 9810 N 3 ⋅ m ⋅ (1.65 ⋅ 2.1)m 2 = 9810 ⋅ ⋅ (0.15 ⋅ 2.1)
m 2 2
= 28000 N ( gaya pada sisi AB) = 230 N

9810 N ⋅ ( 6 ⋅ 2. 1 ⋅ 0. 9) m 3
m3
Gaya untuk akselerasi, F = m.a = ⋅ 2.45 m 2 = 28700 N
9.81 m 2 s
s
Atau, F = FA-B – FC-D = 28000 – 230 = 27770 N.

Anda mungkin juga menyukai