NIM : 1703101010164
Tugas : Uraian Konkret Mengenai PPT Penggolongan Jaminan.
Jaminan umum dilandasi oleh Pasal 1131 dan 1132 BW yang menjelaskan “Segala barang-
barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang akan ada,
menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitur itu.” dan dilanjutkan ,
“Barang-barang itu menjadi jaminan bersama bagi semua kreditur terhadapnya hasil
penjualan barang-barang itu dibagi menurut perbandingan piutang masing-masing kecuali
bila di antara para kreditur itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan. “. Namun pengaturan
dalam BW tersebut hanya memberikan segala barang tanpa mensepsifikan barang apa yang
dapat dikategorikan sebagai jaminan. Agar seorang kreditur mem[unyai kedudukan yang
lebih baik dibanding kreditur lainnya, maka utang kreditur tersebut dapat diikat dengan hak
jaminan khusus sehingga kreditur tersebut memiliki hak preferensidalam pelunasan utangnya.
Hak preferensi ini dapat kita lihat pada klausul terakhir Pasal 1132 KUH Perdata, yakni: “…
kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk
didahulukan.”
Mengeani siapa saja orang yang memiliki hak preferensi ini menurut Pasal 1133 KUH
Perdata ialah orang-orang yang berpiutang terbit dari hak istimewa, dari gadai dan dari
hipotek. Dari ketentuan pasal ini pula diketahui hak jaminan yang bersifat khusus itu terjadi:
Fidusia, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
(“UU Fidusia”) dan peraturan-peraturan pelaksananya. Fidusia bedasarkan Pasal 1 angka 1
UU Fidusia merupakan pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam
penguasaan pemilik benda, sementara jaminan fidusia memiliki pengertian sebagai hak
jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda
tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana
dimaksud Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah (“UU Hak Tanggungan”) yang tetap
berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu,
yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditur
lainnya. Lebih lanjut, berdasarkan Pasal 9 UU Fidusia, fidusia juga dapat berupa piutang,
baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian. Jaminan
fidusia juga meliputi hasil dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia, serta meliputi juga
klaim asuransi dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia diasuransikan.
Hak Tanggungan , Hak Tanggungan, yang diatur dalam UU Hak Tanggungan serta
peraturan-peraturan pelaksananya. Dengan berlakunya UU Hak Tanggungan, maka
pengaturan hipotek hanya berlaku bagi hipotek kapal laut, pesawat terbang dan helikopter.
Benda yang dapat dijadikan jaminan utang dengan hak tanggungan adalah hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan
satu kesatuan dengan tanah itu. Hak Tanggungan mempunyai 4 ciri pokok, sebagai berikut:
2. Selalu mengikuti objek yang dijaminkan ditangan siapapun objek itu berada;
3. Memenuhi asas spealisasi dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan
dapat memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang
berkepentingan; dan
Jaminan perorangan adalah jaminan seseorang dari pihak ketiga yang bertindak untuk
menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari debitur. Dengan kata lain, jaminan
perorangan merupakan suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan orang
ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berutang (debitur).
Jaminan perorangan (borgtocht) ini berkaitan langsung dengan penanggungan,
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1820 KUH Perdata, yakni: “Penanggungan adalah
suatu persetujuan dengan mana seorang pijak ketiga, guna kepentingan si berutang,
mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang manakala orang ini sendiri tidak
memenuhinya.”
Sebagaimana halnya perjanjian-perjanjian lainnya, maka perjanjian perorangan ini juga
bersifat accesoir, dalam arti bahwa perjanjian penanggungan itu baru timbul setelah
dilahirkannya perjanjian pokoknya berupa perjanjian utang piutang.
Jaminan Kebendaan
Jaminan kebendaan adalah suatu tindakan berupa suatu penjaminan yang dilakukan oleh
si berpiutang (keditur) terhadap debiturnya, atau antara si berpiutang dengan seorang pihak
ketiga guna memenuhi kewajiban-kewajiban dari si berutang (debitur).
Jaminan kebendaan memiliki ciri-ciri “kebendaan” dalam arti memberikan hak
mendahului atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda
yang bersangkutan. Jaminan kebendaan disebut pula dengan jaminan material. Adapun unsur-
unsur yang tercantum pada jaminan materill, yaitu:
a. Hak mutlak atas suatu benda,
b. Cirinya mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu,
c. Dapat dipertahankan terhadap siapapun,
d. Selalu mengikuti bendanya, dan
e. Dapat dialihkan pada pihak lainnya.
Perjanjian jaminan tidak dapat berdiri sendiri kecuali jika didahului dengan perjanjian
sementara atau perjanjian pokok. Akibatnya, pengaturan jaminan adalah kesepakatan
(accessoire), tambahan, atau lanjutan. Karena tidak ada yang dapat menjamin hutang jika
tidak berwujud, perjanjian jaminan akan diselesaikan setelah perjanjian pokok diselesaikan.
Kaidah hukum dalam hukum jaminan dapat dibedakan menjadi2 (dua) macam, yaitu kaidah
hukum jaminan tertulis kaidah hukumjaminan tidak tertulis. Kaidah hukum jaminan tertulis
adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam Peraturan Perundang-undangan,Traktat,
dan Yurisprudensi. Adapun kaidah hukum tidak tertulis adalahkaidah-kaidah hukum jaminan
yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam masyarakat. hal ini terlihat pada gadai tanah
dalam masyarakatyang dilakukan secara lisan.