Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aris Fadhillah (1703101010164)

NIM : 1703101010164
Tugas : Uraian Konkret Mengenai PPT Penggolongan Jaminan.

Jaminan dapat dibagi menjadi dua jenis yakni jaminan :

1. Umum : Jaminan yang timbul karena Undang – Undang


2. Khusus : Jaminan yang timbul karena Perjanjian

Jaminan umum dilandasi oleh Pasal 1131 dan 1132 BW yang menjelaskan “Segala barang-
barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang akan ada,
menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitur itu.” dan dilanjutkan ,
“Barang-barang itu menjadi jaminan bersama bagi semua kreditur terhadapnya hasil
penjualan barang-barang itu dibagi menurut perbandingan piutang masing-masing kecuali
bila di antara para kreditur itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan. “. Namun pengaturan
dalam BW tersebut hanya memberikan segala barang tanpa mensepsifikan barang apa yang
dapat dikategorikan sebagai jaminan. Agar seorang kreditur mem[unyai kedudukan yang
lebih baik dibanding kreditur lainnya, maka utang kreditur tersebut dapat diikat dengan hak
jaminan khusus sehingga kreditur tersebut memiliki hak preferensidalam pelunasan utangnya.
Hak preferensi ini dapat kita lihat pada klausul terakhir Pasal 1132 KUH Perdata, yakni: “…
kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk
didahulukan.”

Mengeani siapa saja orang yang memiliki hak preferensi ini menurut Pasal 1133 KUH
Perdata ialah orang-orang yang berpiutang terbit dari hak istimewa, dari gadai dan dari
hipotek. Dari ketentuan pasal ini pula diketahui hak jaminan yang bersifat khusus itu terjadi:

o Diberikan atau ditentukan oleh undang-undang sebagai piutang yang diistimewakan


(Pasal 1134 KUH Perdata).
o Diperjanjikan antara debitur dan kreditur, sehingga menimbulkan hak preferensi bagi
kreditur atas benda tertentu yang diserahkan debitur (Pasal 1150 dan Pasal 1162 KUH
Perdata, Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 27 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 dan Pasal 1180
KUH Perdata).
Dengan demikian, kedudukan kreditur dalam pelunasan piutangnya bergantung pada hak
jaminan yang dipegangnya. Karena kreditur yang memiliki hak preferensi atau memegang
hak jaminan khusus akan lebih baik kedudukannya dari kreditur yang memegang hak jaminan
umum. Adapun hak jaminan khusus ini timbul timbul karena diperjanjikan secara khusus
antara debitur dan kreditur. Bahwa jaminan khusus dapat dibagi menjadi dua yakni jaminan
perorangan dan jaminan kebendaan. Jaminan kebendaan pada praktiknya dapat dikateogirkan
menjadi dua yakni benda bergerak dan benda tetap / tidak bergerak. 

Berobjek benda bergerak; Gadai, Fidusia


Berobjek benda tetap; Hipotek, Hak tanggungan ( tanah dan benda-benda yang melekat
diatasnya).
Gadai, yang diatur dalam Pasal 1150 KUHPer s.d. Pasal 1160 KUHPer. Berdasarkan Pasal
1150 KUHPer, Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak,
yang diserahkan kepadanya oleh kreditur, atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya,
dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya dan
barang itu dengan mendahului kreditur-kreditur lain; dengan pengecualian biaya penjualan
sebagai pelaksanaan putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya
penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu sebagai gadai dan yang harus
didahulukan. Berdasarkan pengertian, maka sederhananya dalam gadai, benda yang dapat
dijadikan jaminan utang adalah barang bergerak dan piutang-piutang atas bawa, yang telah
ada pada saat penjaminan tersebut dilakukan, hal ini karena berdasarkan Pasal 1152 KUHPer,
benda yang digadaikan harus diletakkan di bawah kekuasaan si berpiutang atau pihak ketiga
yang disepakati oleh kedua belah pihak. Ini berarti tidak mungkin barang tersebut barang
yang akan ada di kemudian hari.

Fidusia, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
(“UU Fidusia”) dan peraturan-peraturan pelaksananya. Fidusia bedasarkan Pasal 1 angka 1
UU Fidusia merupakan pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam
penguasaan pemilik benda, sementara jaminan fidusia memiliki pengertian sebagai hak
jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda
tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana
dimaksud Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah (“UU Hak Tanggungan”) yang tetap
berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu,
yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditur
lainnya. Lebih lanjut, berdasarkan Pasal 9 UU Fidusia, fidusia juga dapat berupa piutang,
baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian. Jaminan
fidusia juga meliputi hasil dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia, serta meliputi juga
klaim asuransi dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia diasuransikan.

Hak Tanggungan , Hak Tanggungan, yang diatur dalam UU Hak Tanggungan serta
peraturan-peraturan pelaksananya. Dengan berlakunya UU Hak Tanggungan, maka
pengaturan hipotek hanya berlaku bagi hipotek kapal laut, pesawat terbang dan helikopter.

Benda yang dapat dijadikan jaminan utang dengan hak tanggungan adalah hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan
satu kesatuan dengan tanah itu. Hak Tanggungan mempunyai 4 ciri pokok, sebagai berikut:

1. Memberikan kedudukan yang diutamakan/mendahulu kepada kreditur pemegang Hak


Tanggunan terhadap kreditur-kreditur lain (hak prevent);

2. Selalu mengikuti objek yang dijaminkan ditangan siapapun objek itu berada;

3. Memenuhi asas spealisasi dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan
dapat memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang
berkepentingan; dan

4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.


Jaminan Perorangan (Personal Guaranty)

Jaminan perorangan adalah jaminan seseorang dari pihak ketiga yang bertindak untuk
menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari debitur. Dengan kata lain, jaminan
perorangan merupakan suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan orang
ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berutang (debitur).
Jaminan perorangan (borgtocht) ini berkaitan langsung dengan penanggungan,
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1820 KUH Perdata, yakni: “Penanggungan adalah
suatu persetujuan dengan mana seorang pijak ketiga, guna kepentingan si berutang,
mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang manakala orang ini sendiri tidak
memenuhinya.”
Sebagaimana halnya perjanjian-perjanjian lainnya, maka perjanjian perorangan ini juga
bersifat accesoir, dalam arti bahwa perjanjian penanggungan itu baru timbul setelah
dilahirkannya perjanjian pokoknya berupa perjanjian utang piutang.

 Jaminan Kebendaan
Jaminan kebendaan adalah suatu tindakan berupa suatu penjaminan yang dilakukan oleh
si berpiutang (keditur) terhadap debiturnya, atau antara si berpiutang dengan seorang pihak
ketiga guna memenuhi kewajiban-kewajiban dari si berutang (debitur).
Jaminan kebendaan memiliki ciri-ciri “kebendaan” dalam arti memberikan hak
mendahului atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda
yang bersangkutan. Jaminan kebendaan disebut pula dengan jaminan material. Adapun unsur-
unsur yang tercantum pada jaminan materill, yaitu:
a.    Hak mutlak atas suatu benda,
b.    Cirinya mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu,
c.    Dapat dipertahankan terhadap siapapun,
d.   Selalu mengikuti bendanya, dan
e.    Dapat dialihkan pada pihak lainnya.

Sifat Perjanjian Jaminan

Perjanjian jaminan tidak dapat berdiri sendiri kecuali jika didahului dengan perjanjian
sementara atau perjanjian pokok. Akibatnya, pengaturan jaminan adalah kesepakatan
(accessoire), tambahan, atau lanjutan. Karena tidak ada yang dapat menjamin hutang jika
tidak berwujud, perjanjian jaminan akan diselesaikan setelah perjanjian pokok diselesaikan.

Kaidah hukum dalam hukum jaminan dapat dibedakan menjadi2 (dua) macam, yaitu kaidah
hukum jaminan tertulis kaidah hukumjaminan tidak tertulis. Kaidah hukum jaminan tertulis
adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam Peraturan Perundang-undangan,Traktat,
dan Yurisprudensi. Adapun kaidah hukum tidak tertulis adalahkaidah-kaidah hukum jaminan
yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam masyarakat. hal ini terlihat pada gadai tanah
dalam masyarakatyang dilakukan secara lisan.

Anda mungkin juga menyukai