Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960, pengertian tanah negara ditemukan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1953 (L.N. 1953, No. 14, T.L.N. No. 362). Dalam Peraturan
Permerintah tersebut tanah negara dimaknai sebagai tanah yang dikuasai penuh oleh negara. Substansi
dari pengertian tanah negara ini adalah tanah-tanah memang bebas dari hak-hak yang melekat diatas
tanah tersebut, apakah hak barat maupun hak adat (vrij landsdomein). Dengan terbitnya UUPA tahun
1960, pengertian tanah Negara ditegaskan bukan dikuasai penuh akan tetapi merupakan tanah yang
dikuasai langsung oleh Negara.
Dasar hukum ketentuan hak-hak atas tanah diatur dalam pasal 4 ayat 1 UUPA, yaitu “Atas dasar hak
yang menguasai dari negara atas tanah sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya
macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan
dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-
badan hukum.
Hak atas tanah bersumber dari hak menguasai dari negara atas tanah dapat diberikan kepada
perseorang baik warga Negara Indonesia maupun warga negara asing, sekelompok orang secara
bersama-sama dan badan hukum baik badan hukum private maupun badan hukum politik.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hukum agraria di kenal konsep hak atas tanah, di dalamnya terdapat pembagian antara hak
tanah primer dan hak tanah sekunder . hak tanah atas primer ialah hak tanah yang dapat dimiliki atau
dikuasai secara langsung oleh badan hukum ataupun perorangan yang bersifat lama dan dapat di
wariskan , adapun hak tanah yang bersifat primer meliputi : hak milik atas tanah (HM) , Hak Guna Usaha
(HGU) , hak guna bangunan (HGB) dan hak pakai (HP).[1]
Sedangkan yang dimaksud dengan hak atas tanah sekunder ialah hak atas tanah yang memiliki sifat
hanya sementara saja , seperti hak gadai , hak usaha bagi hasil , hak menumpang , dan hak menyewa
atas tanah pertanian. Dalam hak atas tanah juga diatur mengenai perlindungan dan kepastian hukum
yang dimiliki yang memiliki mekanisme tersendiri yang disebut dengan Recht Kadaster [2]
Yang di maksud dengan hak milik atas tanah di jelaskan dalam pasal 20 ayat 1 dan 2 UUPA yang
berbunyi : “ hak milik adalah turun menurun , terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas
tanah dengan mengingat ketentuan pasal 6. Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada orang lain.
Dalam penjelasannya hak milik dikatakan yang terkuat hal ini untuk membedakannya dengan hak
atas tanah yang lain, karena memiliki kedudukan yang penting pemerintah memberikan perhatian lebih
atasnya yang dapat diperhatikan dari berbagai peraturan yang ada seperti peraturan MENDAGRI No. 6
tahun 1972 tentang wewenang memberikan ha katas tanah namun pada tahun 1999 peraturan tersebut
di ganti dengan peraturan Menteri Agraria No. 3 yang berisi
1. Pemberian hak milik atas tanah pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2 ha (hektar)
2. Pemberian hak milik atas atas tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2.000 kecuali
mengenai tanah bekas hak guna usaha
a. Transmigrasi
b. Redistribusi daerah
c. Konsolidasi tanah
d. Pendaftaran tanah secara masal baik dalam rangka pelaksanaan secara sistematik ataupun
sporondik
Hak milik atas tanah tidak hanya diberikan pada perorangan namun juga pada lembaga hukum
sesuai peraturan pemerintah yang di perlihatkan pada PP No. 38 Tahun 1963 yang mengatur badan
hukum yang dapat memiliki hak atas tanah yaitu :
b. Perkumpulan koperasi yang pertanian yang didirikan berdasarkan UU. No. 79 tahun 1958
c. Badan keagamaan yang ditunjuk oleh BPN atas persetujuan menteri agama
d. Bedan social yang ditunjuk oleh BPN atas persetujuan Menteri Kesejahteraan social
Perlindungan hak atas tanah menjadi sesuatu yang dianggap penting oleh pemerintah Indonesia
yang di laksanakan dengan peraturan yang ketat agar dalam tataran masyarakat terjadi pemerataan
tanah bagi setip orang , bahkan hak tanah tidak dapat berpindah dengan proses perkawinan antara
warga Negara Indonesia dengan warga Negara asing. [3]
Yang dapat mempunyai (subjek hak) tanah Hak Milik menurut UUPA dan peraturan pelaksaannya
adalah:
1. Perseorangan
Hanya warga negara indonesia yang dapat memunyai Hak Milik (Pasal 21 ayat (1) UUPA)Ketentuan ini
menentukan perseorangan yang hanya berkewarganegaraan Indonesia yang dapat memiliki tanah Hak
Milik.
2. Badan-badan hukum
Pemerintah menetapkan badan-badan hukum yang dapat mempunyai Hak Milik dan syarat-syaratnya
(Pasal 21 ayat (2) UUPA).
Badan-badan hukum ang dapat mempunyai tanah Hak Milik menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah
No. 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum yang Dapat Mempunyai Hak Milik atas
Tanah, yaitu bank-bank yang didirikan oleh negara (bank negara), koperasi pertanian, badan keagamaan,
dan badan sosial.
Menurut Pasal 8 ayat (1) Permen Agraria/Kepala BPN Np. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, badan-badan hukum yang
dapat mempunyai tanah Hak Milik adalah bank pemerintah, badan keagamaan, dan badan sosial yang
ditunjuk oleh Pemerintah.
Bagi pemilik tanah yang tidak memenuhi syarat sebagai subjek Hak Milik atas tanah, maka dalam waktu
1 tahun harus melepaskan atau Mengalihkan Hak Milik atas tanahnya kepada pihak lain yang memenuhi
syarat. Apabila hal ini tidak dilakukan, maka tanahnya hapus karena hukum dan tanahnya kembali
menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara (Pasal 21 ayat (3) dan ayat (4) UUPA).
Pengertian Hak Milik Atas Tanah dan Landasan Hukumnya. Pasal 20 berbunyi:
ayat (2): “Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain":
a. Juga ayat ini menjelaskan sifat “zakelijk" dari hak milik. Karena tak bersifat pribadi (persoonlijk)
maka hak ini dapat dialihkan dan beralih kepada pihak lain. Hak milik ini boleh dipandang seolah-olah
bekerja terhadap semua orang.
b. Karena bersifat kebendaan, maka hak milik ini perlu didaftarkan. Satu dan lain supaya dapat
bekerja terhadap pihak lain itu.[4]
Dengan singkat Ali Achmad Chomzah mengemukakakan,berdasarkan pasal 20 UUPA, bahwa sifat-sifat
hak milik sebagai berikut:
a) Turun-temurun. Artinya hak milik atas tanah dimaksud dapat beralih karena hukum dari seorang
pemilik tanah yang meninggal dunia kepada ahli waris.[5]
b) Terkuat. Artnya hak milik atas tanah tersebut yang paling kuat di antara hak-hak yang lain atas
tanah.[6]
c) Terpenuh. Artinya hak milik atas tanah tersebut dapat digunakan untuk usaha pertanian dan juga
untuk mendirikan bangunan.[7]
a. Terjadinya hak milik menurut hukum adat diatur dengan Peraturan Pemerintah.
b. Selain menurut cara sebagai yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, hak milik terjadi karena:
a.) Penetapan pemerintah, menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Atas dasar ketentuan Hukum Adat, Hak Milik dapat terjadi karena proses pertumbuhan tanah di tepi
sungai di pinggir laut. Pertumbuhan tanah ini menciptakan tanah baru yang disebut "lidah tanah". Lidah
tanah ini biasanya menjadi milik yang punya tanah yang berbatasan.
Dengan demikian, maka terjadilah Hak Milik atas tanah hasil pertumbuhan itu. Selain itu dapat juga
terjadi Hak Milik karena "pembukaan tanah". Misalnya tanah yang semula hutan, dibuka atau dikerjakan
oleh seseorang.
Tetapi dengan dibukanya tanah itu saja, Hak Milik atas tanah itu. belumlah tercipta. Yang membuka,
baru mempunyai "hak utama" untuk menanami tanah itu. Kalau tanah itu sudah ditanami, maka
terciptalah "Hak Pakai". Hak Pakai ini lama-kelamaan bisa bertumbuh menjadi "Hak Milik, kalau usaha
atau modal yang ditanam oleh orang yang membuka tadi di atas tanah itu terjadi terus-menerus dalam
waktu lama.
Di sini "Hak Pakai" bisa bertumbuh menjadi "Hak Milik", yang sekarang diakui sebagai Hak Milik
menurut UUPA. Terlihatlah bahwa terjadinya Hak Pakai menjadi Hak Milik itu memerlukan waktu. Lagi
pula memerlukan penegasan yang berupa pengakuan dari pemerintah.
Terjadilah Hak Milik yang kedua ini adalah atas dasar ketentuan konversi menurut Undang-undang
Pokok Agraria. Kita mengetahui bahwa pada tanggal 24 September 1960, semua hak-hak atas tanah
yang ada, diubah menjadi salah-satu hak yang baru. Perubahan itu disebut"konversi".
Begitulah, maka ada hak-hak yang dikonversi menjadi Hak Milik, yaitu yang berasal dari:
b) Hak Eigendom yang pada tanggal 24 September 1960, dipunyai oleh WNI tunggal dan dalam waktu
6 bulan datang membuktikan kewarganegaraan-nya di Kantor KPT.
c) Hak Milik Indonesia dan hak-hak semacam itu, yang pada tanggal 24 September 1960, dipunyai
WNI atau Badan Hukum yang mempunyai syarat sebagai subjek Hak Milik.
d) Hak gogolan yang bersifat tetap; Cara terjadinya Hak Milik atas kekuatan Undang-undang Pokok
Agraria ini, tidak melalui suatu pertumbuhan, tetapi terjadi seketika pada tanggal 24 September 1960.
Begitu UUPA berlaku terciptalah Hak Milik baru.
Cara terjadinya Hak Milik yang lazim, adalah cara yang ketiga ini, yaitu yang diberikan oleh
Pemerintah dengan suatu penetapan.
Yang boleh memberikan Hak Milik hanya pemerintah. Seorang pemegang hak atas tanah lainnya tidak
boleh memberikan Hak Milik. Yang boleh dilakukannya ialah mengalihkan Hak Miliknya.
Tanah yang boleh diberikan oleh pemerintah dengan Hak Milik itu, ialah Tanah Negara, yaitu tanah
yang dikuasai langsung oleh negara. Jadi tidak ada hak fihak lain selain negara di atasnya.
Lahirnya Hak Milik berdasarkan penetapan pemerintah memerlukan suatu proses yang berangkai.
Proses itu dapat kita bagi sebagai berikut:
a) Mengajukan permohonan,
b) Pemeriksaan tanah;
f) Mendaftarkan hak;
g) Mendaftarkan hak;
i) Menyerahkan "sertifikat”
Hak milik adalah satu-satunya hak primer yang mempunyai kedudukan paling kuat di bandingkan
dengan hak atas tanah lainnya. Yang di paparkan dalam pasal 20 ayat (1) UUPA yaitu :
“ hak milik adalah hak turun temurun , terkuat , terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah “ pasal
6
Dalam pasal tersebut dapat diketahui bahwa kata turun temurun artinya hak milik atas tanah dapat
berlangsung terus selama pemiliknya masih hidup dan apabila pemiliknya meninggal dunia maka hak
milik dapat di lanjutkan oleh ahli warisnya selama masih memenuhi syarat sebagi subjek hak milik.
Terkuat dalam pasal tersebut juga dapat diartikan bahwa hak milik atas tanah lebih kuat dari batas
waktu lainnya , tidak memilik batas waktu , mudah di pertahankan dan tidak mudah di hapus. Dan kata
terpenuh dapat diartikan bahwa hak milik atas tanah memberi kewenangan pada pemilikinya lebih luas
dari hak atas tanah lainnya.[8]
Pasal 27 UUPA menetapkan bahwa faktor-faktor penyebab hapusnya Hak Milik atas tanah dan
berakibat tanahnya jatuh kepada negara, yaitu:
3. Karena ditelantarkan;
4. Karena subjek hak nya tidak memenuhi syarat sebagai subjek Hak Milik atas tanah;
5. Karena peralihan hak yang menhgakibatkan tanahnya berpindah kepada lain tidak memenuhi
syarat sebagai subjek Hak Milik atas tanah.
6. Hak Milik atas tanah juga dapat hapus karena tanahnya musnah, misalnya karena adanya bencana
alam.
Menurut Pasal 28 ayat (1) UUPA, yang dimaksud dengan Hak Guna Usaha dalah hak untuk
mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara, dalam jangka waktu sebagaimana tersebut
dalam Pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan, atau peternakan. Peraturan Pemerintah No.40
Tahun 1996 menambahkan guna perusahaan perkebunan.[9]
H. Subjek dan Pemberian Hak Guna Usaha
Yang dapat mempunyai (subjek hukum) Hak Guna Usaha menurut Pasal 30 UUPA jo. Pasal 2
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 adalah :
2. Badan hukum yang didirikan menurut hukum indonesia dan berkedudukan di Indonesia (badan
hukum Indonesia).
Bagi pemegang Hak Guna Usaha yang tidak memenuhi syarat sebagai subyek Hak Guna Usaha, maka
dalam waktu 1 tahun wajib melepaskan atau mengalihkan tanahnya kepada pihak lain yang memenuhi
syarat. Kalau hal ini tidak di lakukan, maka Hak Guna Usahanya hapus karena hukum dan tanahnya
menjadi tanah negara.
Tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Usaha ialah tanah Negara dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Dalam hal tanah yang di berikan dengan Hak Guna Usaha adalah tanah Negara yang merupakan
tanah kawasan hutan , maka pemberian hak Guna Usaha dapat dilakukan setelah tanah tersebut telah
dikeluarkan dari tanah sebagai kawasan hutan.
2. Pemberian hak guna usaha atas tanah yang telah di kuasai dengan hak tertentu sesuai ketentuan
yang berlaku , pelaksanaan ketentuan hak Guna Usaha dapat dilaksanakan setelah tereslesaikannya
pelepasan hak tersebut sesuai dengan tata cara yang telah di atur
3. Dalam hal di atas tanah yang akan diberikan dengan hak guna usaha terdapat tanaman dan atau
bangunan milik pihak lain yang keberadaanya berdasarkan atas hak yang sah, pemilik bangunan dan
tanaman tersebut diberi ganti kerugian yang dibebankan pada hak Guna Usaha baru. (pasal 4 Peraturan
Pemerintah No. 40 Tahun 1996)
Luas minimum tanah yang dapat diberikan hak guna usaha adalah lima hektar , luas maksmimum
tanah yang dapat diberikan dengan hak guna usaha kepada perorangan adalah dua puluh lima hektar .
dan yang dapat di berikan pada badan hukum ialah bergantung pada keputusan menteri dengan
mempertimbangkan dari pejabat yang berwenang dan kegiatan usaha yang bersangkutan ( pasal 5)[10]
Hak guna usaha dapat terjadi dengan keputusan pemberian hak oleh menteri atau pejabat yang
ditunjuk . tata cara dan syarat permohonan pemberian hak guna usaha diatur lebih lanjut dengan
keputusan presiden (pasal 6)
Adapun syarat pemberian hak guna usaha di paparkan dalam beberapa pasal yaitu :
Pasal 18
a. Dasar penguasannya , dapat berupa akta pelepasan kawasan hutan , akta pelepasan bekas tanah
milik
c.
Pasal 19
Permohonan hak guna usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 dilampiri dengan :
c. Izizn lokasi
d. Bukti kepemilikan
Lebih lanjut tentang tata cara pemberian Hak Guna Usaha di paparkan dalam:
Pasal 20
1) Permohonan hak guna usaha diajukan kepada menteri melalui kantor wilayah , dengan tembusan
kepada kantor pertanahan di daerah bersangkutan
2) Apabila tanah terdapat lebiah dari satu kota maka akan mengirimkan kepada masing-masing
kantor pertanahan kota bersangkutan
Pasal 21
Setelah berkas permohonan tersebut di terima maka kepala kantor wilayah akan :
Selanjutnya akan dilakukan proses pemeriksaan lebih lanjut hingga di putuskan apakah pengajuan
yang di lakukan di terima atau di tolak yang di jabarkan pada pasal 22 dan 23 . apabila di terima maka
wajib di daftar dalam buku tanah pada kantor pertanahan . hak guna terjadi setelah di daftarkan pada
BPN pada buku tanah yang di gunakan sebagai tanda bukti (pasal 7).
c. Megusahakan sendiri hak guna usaha sesuai sesuai dengan kriterian yang telah di tetapkan
f. Menyampakan laporan tertulis tentang penggunaan hak guna usaha setiap akhir tahun
g. Menyerahkan kembali tanah kepada Negara apabila Hak Guna Usaha telah habis
Hak guna usaha dapat beralih ataupun dialihkan kepada pihak lain yaitu dengan cara : jual beli , tukar
menukar , hibah dan pewarisan . peralihan hak guna usaha harus di daftarkan pda kantor pertanahan .
peralihan hak guna usaha karena jual beli kecuali melalui lelang atau tykar menukar di lakukan dengan
akta yang di buat oleh pejabat pembuat akta tanah. Jual beli dengan lelang dilakukan dengan
menyertakan bukti bertita acara lelang. Dan apabila dengan jalan pewarisan maka harus menyertakan
bukti dari pejabat terkait ( pasal 16 ) [12]
L. Jangka Waktu Hak Guna Usaha
Hak Guna Usaha memiliki jangka waktu untuk pertama kalinya paling lama 35 tahun dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 25 tahun (Pasal 29 UUPA). Pasal 8 Peraturan Pemerintah
No. 40 Tahun 1996 mengatur jangka waktu Hak Guna Usaha adalah untuk pertama kalinya paling lama
35 tahun, dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 25 tahun, dan di perbaharui paling lama
35 tahun. Permohonan perpanjangan jangka waktu atau pembaharuan Hak Guna Usaha di ajukan
selambat-lambatnya dua tahun sebelum berakhirnya jangka waktu Hak Guna Usaha tersebut.
Perpanjangan atau pembaharuan Hak Guna Usaha di catat dalam Buku Tanah pada Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota setempat. Persyaratan yang harus di penuhi oleh pemegang hak untuk memperpanjang
jangka waktu atau pembaharuan Hak Guna Usaha adalah:
1. Tanahnya masih diusahan sengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak
tersebut;
2. Syarat-syarat pemberian hak tersebut dipenuhi dengan baik oleh pemegang hak; dan
Untuk kepentingan penanaman modal, permintaan perpanjangan atau pembaharuan HGU dapat
dilakukan sekaligus dengan membayar uang pemasukan yang ditentukan untuk itu pada saat pertama
kali mengajukan permohonan Hak Guna Usaha. Dalam hal uang pemasukan telah dibayar sekaligus,
untuk perpanjangan atau pembaharuan Hak Guna Usaha hanya di kenakan biaya administrasi.
Persetujuan untuk dapat memberikan perpanjangan atau pembahuruan Hak Guna Usaha dan perincian
uang pemasukan dicantumkan dalam keputusan pemberian Hak Guna Usaha yang bersangkutan (Pasal
11 Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 1996)
Sesuai dengan ketentuan pasal 34 UUPA Tahun 1960 di jelaskan bahwa hak guna juga memiliki jangka
waktu atau hapus yang dapat dikarenakan oleh :
b. Diberhentikan sebelum jangka waktu karena adanya syarat yang tidak terpenuhi
e. Ditelantarkan
f. Tanahnya musnah
Jika pasa pasal 34 UUPA diatur tentang hapusnya Hak Guna Usaha secara umum maka pada PP
No. 40 Tahun 1996 di jelaskan kembali secara terperinci yaitu :
a. berakhirnya Hak Guna Usaha karena jangka waktu sebagaimana di tetapkan dalam keputusan
e. ditelantarkan
f. tanahnya musnah
Sejalan dengan hal tersebut pada PP No. 40 Tahun 1996 diatur dengan jelas bahwa apabila HGU
tidak di perpanjang lagi maka bekas pemegang hak membongkar bangunan yang ada di atasnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak Milik adalah hak terkuat dan terpenuh, tetapi di atas itu ada hak pemerintah untuk
mempergunakan tanah demi kepentingan umum dan pemilik hak milik di berikann ganti rugi.
Pendaftaran hak atas tanah adat menurut ketentuan PP No. 24 Tahun 1997 adalah sebelum
didaftarkan harus dikonversi terlebih dahulu. Terhadap hak atas tanah adat yang memiliki bukti-bukti
tertulis atau tidak tertulis dimana pelaksanaan konversi dilakukan oleh Panitia Pendaftaran ajudikasi
yang bertindak atas nama Kepala Kantor Pertanahan Nasional, prosesnya dilakukan dengan penegasan
hak sedangkan terhadap hak atas tanah adat yang tidak mempunyai bukti dilakukandengan proses
pengakuan hak.
Tentang Hak Guna Usaha dalam pasal 28 UUPA adalah hak untuk mengusahakan
tanah yang dikuasai oleh Negara, dalam jangka waktu sebagaimana dalam pasal 29, guna perusahaan,
pertanian, perikanan atau peternakan. Hak Guna Usaha terikat oleh jangka waktu tertentu.
Menurut pasal 50 ayat 2 UUPA, ketentuan lebih lanjut mengenai HGU diatur dengan peraturan
perundangan. Peraturan yang dimaksud disini adalah Peraturan Pemerintah (PP) No. 40 Tahun 1996
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan hak pakai, secara khusus diatur dalam pasal 2
sampai dengan 18.
DAFTAR PUSTAKA
Sutedi ,Adrian,. 2010 . Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftrannya . Jakarta : Sinar Grafika
[1] Rahmat Kuncoro . Praktek Hukum Pertanahan di Indonesia. ( Bandung : Kencana Predana ) hal. 24
[2] Adrian Sutedi.peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftrannya ( Jakarta : Sinar Grafika ) hal.41
[3] Supriadi, S.H., M.Hum. Hukum Agrarian. ( Jakarta : Sinar Grafika ) hl. 56
[4] Sudargo Gautama, Tafsiran Undang-undang Pokok Agraria, Bandung: PT Citra Aditya Bhakti, 1993,
hlm. 124.
[5] Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2002, hlm. 5.
[6] Ibid.
[7] ibid
[8] Ibid, 47
[9] Ibid, 64
[10] Samun Ismayana. Pengantar Hukum Agraria. ( Yogyakarta : Graha Ilmu ) hal. 62
[12] Ibid, 63