Guru :
Wilujeng Siswidyastuti, S.Pd
Disusun oleh :
Yudistian Dzaky Yassar
SMK AL ISLAH
JURUSAN MULTIMEDIA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang proses penyelenggaraan negara
di Indonesia pada masa Orde Lama, Orde Baru dan Masa Reformasi.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari Bu Wilujeng Siswidyastuti, S.Pd agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang proses penyelenggaraan negara di Indonesia
pada masa Orde Lama, Orde Baru dan Masa Reformasi ini dapat memberikan manfaat maupun
pengetahuan.
2
Daftar isi
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………2
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………….3
BAB 1
PENDAHULUAN………………………………………………………………………..4
1.1 LATAR
BELAKANG……………………………………………………………………………4
1.2 Rumusan
masalah………………………………………………………………………….. 4
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………..
.....4
BAB 2
PEMBAHASAN………………………………………………………………………….5
2.1 Proses Penyelenggaraan negara di Indonesia pada masa Orde Lama………………….5
2.2 Proses Penyelenggaraan negara di Indonesia pada masa Orde Baru……………………6
2.3 Proses Penyelenggaraan negara di Indonesia pada masa Reformasi…………………..7
BAB 3
PENUTUPAN……………………………………………………………………………9
3.1
Kesimpulan…………………………………………………………………………………...
9
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………….. 10
3
Bab 1
pendahuluan
1.3 Tujuan
1. Memahami tentang proses penyelenggaraan negara di Indonesia pada masa Orde Lama, Orde
Baru dan Masa Reormasi?
4
BAB 2
Pembahasan
5
dan pandangan hidup bangsa diperas menjadi tiga unsur yang disebut Trisila, kemudian Trisila ini
diperas lagi menjadi satu unsur yang disebut Ekasila. Ekasila inilah yang dimaksud dengan
Nasakom (nasionalis, agama dan komunisme).
Gagasan Nasakom inilah yang memberi peluang bangkitnya Partai Komunis Indonesia (PKI).
Gagasan Nasakom ini begitu dijunjung tinggi oleh Presiden Soekarno, sampai-sampai
dimasukkan dalam UU RI Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pemerintah Daerah.
Semua unsur Nasakom termasuk di dalamnya PKI harus diperhatikan dalam penunjukkan unsur
pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Jadi, bila di suatu daerah hanya ada seorang tokoh
PKI, ia harus diikutsertakan sebagai pimpinan DPRD apabila ia menjadi anggota DPRD di satu
daerah.
Hal inilah yang membuat PKI mendapatkan posisi yang strategis bahkan dominan sehingga
karena merasa mempunyai posisi yang kuat, PKI melakukan pemberontakan pada tanggal 30
September 1965 yang ditandai dengan dibantainya 7 orang perwira TNI Angkatan Darat.
6
1) Bidang Ekonomi
Penyelengaraan ekonomi tidak didasarkan pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
Terjadinya praktik monopoli ekonomi. Pembangunan ekonomi bersifat sentralistik sehingga
terjadi jurang pemisah antara pusat dan daerah. Pembangunan ekonomi dilandasi oleh tekad
untuk kepentingan individu.
2) Bidang Politik
Kekuasaan berada di tangan lembaga eksekutif. Presiden sebagai pelaksana undang-undang
kedudukannya lebih dominan dibandingkan dengan lembaga legislatif. Pemerintahan bersifat
sentralistik, berbagai keputusan disosialisasikan dengan sistem komando. Tidak ada
kebebasan untuk mengkritik jalannya pemerintahan. Praktik kolusi, korupsi dan nepotisme
(KKN) biasa terjadi yang tentunya merugikan perekonomian negara dan kepercayaan
masyarakat.
3) Bidang hukum
Perundang-undangan yang mempunyai fungsi untuk membatasi kekuasaan presiden kurang
memadai sehingga kesempatan ini memberi peluang terjadinya praktik KKN dalam
pemerintahan.
Supremasi hukum tidak dapat ditegakkan karena banyaknya oknum penegak hukum yang
cenderung memihak pada orang tertentu sesuai kepentingan. Hukum bersifat kebal terhadap
penguasa dan konglomerat yang dekat dengan penguasa.
Segala penyimpangan yang disebutkan di atas telah melahirkan kekuasaan pemerintahan Orde
Baru menjadi absolut. Hal itu mengakibatkan negara Indonesia terjerembab pada suatu keadaan
krisis multidimensional.
Kondisi yang mencemaskan ini telah membangkitkan gerakan reformasi menumbangkan rezim
otoriter. Akibatnya, pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan
diri.
Sebagai gantinya, B.J. Habibie yang ketika itu menjabat sebagai wakil presiden dilantik sebagai
Presiden RI yang ketiga. Masa jabatan Presiden B.J. Habibie berakhir setelah
pertanggungjawabannya ditolak oleh Sidang Umum MPR pada tanggal 20 Oktober 1999.
7
Amandemen atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun
1999, 2000, 2001, dan 2002. Perubahan UUD 1945 pada hakikatnya tidak mengubah sistem
pemerintahan Indonesia, baik sebelum maupun sesudah perubahan sistem pemerintahan Indonesia
tetap presidensial.
Perubahan tersebut telah mengubah peran dan hubungan presiden dengan DPR. Jika dulu presiden
memiliki peranan yang dominan, bahkan dalam praktiknya dapat menekan lembaga-lembaga
negara yang lain, maka kini Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
memberi peran yang lebih proporsional (berimbang) terhadap lembaga-lembaga negara. Begitu
pula kontrol terhadap kekuasaan presiden menjadi lebih ketat.
Selain itu, perubahan Undang-Undang Dasar 1945 juga mengubah struktur ketatanegaraan
Indonesia. Jika dibandingkan dengan Undang-Undang Dasar 1945 sebelum diubah, maka pada
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 terdapat penghapusan dan penambahan
lembaga lembaga negara.
Untuk lebih jelasnya, berikut dipaparkan perubahan - perubahan mendasar dalam ketatanegaraan
Indonesia setelah perubahan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu sebagai berikut.
8
BAB 3
Penutupan
3.1 Kesimpulan
Pada proses penyelenggaraan negara republik Indonesia memang mengalami dinamika yang sangat
menarik. Meski pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 telah disahkan oleh panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia, sebagai negara kesatuan yang baku dan tidak bisa ditawar lagi, namun pada
kenyataannya tidak semulus yang diperkirakan.
Negara Indonesia juga pernah menjadi negara yang menganut sistem federalisme. Hal ini menjadi
salah satu bentuk sistem yang tidak seharusnya diterapkan pada negara republik Indonesia.
Alasan dari Negara kesatuan yang diganti dengan sitem federalisme adalah bahwa Indonesia ingin
Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia dan juga segera pergi dari negara Indonesia dan berhenti
menjajah.
Keadaan sistem yang diganti karena suatu paksaan yang memang harus diterapkan dengan alasan
yang kuat. Pada penyelengaraan proses perkembangan Negara Republik Indonesia mengalami lima
periode besar.
Perkembangan proses penyelenggaraan Negara Kesatuan Indonesia dapat dilihat dari masa ke masa.
Masa proses penyelelenggaraan dalam sejarah ketatanegaraan, Negara Indonesia pernah mengalami
dekrit presiden di masa Presiden Soekarno dan juga Abdurahman Wahid.
9
Daftar pustaka
https://pemerintah.net/sistem-penyelenggaraan-pemerintahan-indonesia/
https://www.maolioka.com/2017/10/perkembangan-proses-penyelenggaraan-NKRI.html
https://belajargiat.id/penyelenggaraan-pemerintahan-nkri/
10