B56aa-Lakin 2016
B56aa-Lakin 2016
B56aa-Lakin 2016
Akhirnya dengan disusunnya Laporan Kinerja ini, diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh
pihak yang terkait mengenai tugas fungsi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, sehingga dapat memberikan umpan balik
guna peningkatan kinerja pada periode berikutnya. Secara internal, Laporan Kinerja harus dijadikan motivator bagi Direktorat
Jenderal Ketenagalistrikan untuk lebih meningkatkan kinerja organisasi dengan jalan selalu menyesuaikan indikator- indikator
kinerja yang telah ada dengan perkembangan tuntutan stakeholders, sehingga dapat semakin dirasakan keberadaannya oleh
masyarakat dengan pelayanan yang profesional.
Jarman
BAB I. P E N D A H U L U A N 1
1. 1. Latar Belakang 2
1. 2. Tugas dan Fungsi 4
1. 3. Struktur Organisasi 5
1. 4. Kekuatan Pegawai 8
1. 5. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama 11
BAB IV. P E N U T U P 73
4. 1. Kesimpulan Umum 74
4. 2. Langkah Perbaikan ke Masa Depan 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN 76
Pangsa energi primer BBM untuk pembangkit tenaga Regulasi sub sektor ketenagalistrikan
SS2. Terwujudnya listrik = 6,97% = 5 peraturan
pengurangan subsidi SS4. Meningkatnya
listrik investasi sub sektor
ketenagalistrikan
Ringkasan
besar. Kapasitas terpasang tenaga listrik sampai dengan tahun
2016 telah mencapai sekitar 59.656 MW dan akan terus
dilakukan upaya pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan
dengan fokus pada wilayah Indonesia timur dan juga pulau-
pulau terdepan yang berbatasan dengan negara tetangga.
Eksekutif
Secara umum pencapaian IKU pada tahun 2016 masih
terdapat beberapa Indikator Kinerja yang belum mencapai
target yang telah ditetapkan. Dari 12 IKU level Direktorat
Jenderal Ketenagalistrikan terdapat 6 IKU yang mencapai
target, 6 IKU tidak mencapai target, dan 1 IKU masih
menunggu hasil audit dan penyampaian resmi dari PLN
(Persero). IKU yang mencapai target meliputi : (1) Rasio
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN LAKIN 2016 | vii
BAB I, PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN LAKIN 2016 | 1
BAB I, PENDAHULUAN
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan penggunaan tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan
BBM antara lain: melalui program diversifikasi bahan bakar Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
pembangkit dari BBM ke Non BBM (Program percepatan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014. Laporan Kinerja
tahap 1 dan 2); larangan pembangunan pembangkit baru Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Tahun 2015 merupakan
yang menggunakan BBM dan mendorong pengembangan pertanggungjawaban atas pencapaian pelaksanaan visi
pembangkit tenaga listrik dari energi terbarukan melalui dan misi organisasi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan.
kebijakan Feed in Tariff. Penyusunan Laporan Kinerja dimaksudkan sebagai sarana
untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan sebagai unit eselon
seluruh para pemangku kepentingan (stakeholders)
I yang berada dibawah lingkungan Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral bertanggung jawab dalam hal 1.2. Tugas dan Fungsi
penyusunan program, regulasi, dan kebijakan sub sektor
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan mempunyai tugas
ketenagalistrikan yang merupakan bagian dari sektor energi
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi
dan sumber daya mineral. Dalam rangka pertanggungjawaban
teknis di bidang ketenagalistrikan. Dalam melaksanakan tugas
pelaksanaan program, kebijakan, dan regulasi di sub sektor
sebagaimana dimaksud, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
ketenagalistrikan, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
menyelenggarakan fungsi :
menerbitkan Laporan Kinerja sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan kinerja. Penyusunan Laporan Kinerja ini 1) Penyiapan rumusan kebijakan Kementerian di bidang
mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 ketenagalistrikan.
Gambar 1.2 :
Pejabat dan Struktur Organisasi
Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan
Ir. Jarman, M.Sc
Direktur Pembinaan
Direktur Pembinaan Program Direktur Teknik dan Lingkungan
Pengusahaan
Ketenagalistrikan Ketenagalistrikan
Ketenagalistrikan
Ir. Alihuddin Sitompul, MM Ir. Munir Ahmad
Ir. Satya Zulfanitra, M.Sc
Penjelasan lebih lanjut dari struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 1.3
Distribusi Kekuatan Pegawai Berdasarkan Golongan Ruang
Gambar 1.4
Jumlah Pejabat Struktural
Gambar 1.5
Jumlah Pejabat Fungsional Tertentu
Gambar 1.6
Jumlah PNS Menurut Jenjang Pendidikan
BAB II
Perencanaan
Kinerja
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN LAKIN 2016 | 13
BAB II, PERENCANAAN KINERJA
BAB II 1) Terjaminnya penyediaan energi dan bahan baku
PERENCANAAN KINERJA domestik sub sektor ketenagalistrikan.
2) Terwujudnya subsidi energi sub sektor ketenagalistrikan
2.1. Visi dan Misi yang lebih tepat sasaran dan harga yang kompetitif.
Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, 3) Terwujudnya peningkatan investasi sub sektor
tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian ketenagalistrikan.
pembangunan selama ini, maka Visi Pembangunan Nasional
untuk tahun 2015-2019 adalah: 2.3. SASARAN STRATEGIS
“Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong” Sasaran Strategis merupakan kondisi yang ingin dicapai
oleh oleh Unit Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan setiap
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi tahunnya. Sasaran Strategis ini ditetapkan berdasarkan tujuan
Pembangunan, yaitu: yang ingin dicapai pada Rencana Strategis (Renstra). Sasaran
1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga Strategis Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan sesuai dengan
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi Renstra Kementerian ESDM Tahun 2015 – 2019 adalah
dengan mengamankan sumber daya maritim, dan sebagai berikut:
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan. 1) Menyediakan akses dan infrastruktur ketenagalistrikan.
2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan 2) Terwujudnya pengurangan subsidi listrik.
demokratis berlandaskan negara hukum. 3) Menurunnya Pangsa Energi Primer BBM untuk
3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan Pembangkit Tenaga Listrik.
memperkuat jati diri sebagai negara maritim. 4) Meningkatnya investasi sub sektor ketenagalistrikan.
4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang 5) Terwujudnya pengaturan regulasi dan kebijakan sub
tinggi, maju dan sejahtera. sektor ketenagalistrikan.
5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang 2.4. SASARAN YANG TERKAIT DENGAN TUJUAN
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan STRATEGIS
nasional. Sesuai rencana strategis Kementerian Energi dan Sumber
7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam Daya Mineral tahun 2015, sasaran strategis yang terkait
kebudayaan. dengan tujuan strategis yang akan dicapai selama tahun 2016
adalah sebagai berikut:
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan melaksanakan visi dan 1) Sasaran yang terkait dengan tujuan Terjaminnya
misi pembangunan nasional tersebut, khususnya bidang penyediaan energi dan bahan baku domestik sub sektor
energi listrik dengan menetapkan tujuan, sasaran, kebijakan ketenagalistrikan.
dan strategi yang lebih operasional dengan mengacu pada
RPJMN 2015-2019.
Tabel 2.2:
Indikator Sasaran
Terwujudnya Subsidi Listrik yang lebih tepat sasaran dan harga yang wajar
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan
Menurunnya Pangsa
Energi Primer BBM untuk Pangsa Energi Primer BBM untuk Pembangkit Tenaga Listrik %
Pembangkit Tenaga Listrik
Tabel 2.4 :
Perjanjian Kinerja Ditjen Ketenagalistrikan Tahun 2016
Gambar 2.1 :
Peta Strategi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Tahun 2016
Stakeholder Perspective
1. Rasio Elektrifikasi = 90,15%
2. Rasio Desa Berlistrik = 98,00%
SS1. Menyediakan akses dan 3. Infrastruktur Ketenagalistrikan:
Infrastruktur ketenagalistrikan a. Penambahan kapasitas pembangkit = 4.212 MW
b. Penambahan penyaluran tenaga listrik = 8.295 kms
4. Persentase Instalasi penyediaan tenaga listrik yang laik operasi:
a. Pembangkit = 90%
b. Penyaluran = 90%
5. Konsumsi listrik per kapita = 940,8 kWh/orang
Internal Process Perspective
Pangsa energi primer BBM untuk pembangkit tenaga Regulasi sub sektor ketenagalistrikan
SS2. Terwujudnya listrik = 6,97% = 5 peraturan
pengurangan subsidi SS4. Meningkatnya
listrik investasi sub sektor
ketenagalistrikan
Tabel 2.5 :
Kegiatan dan Anggaran Tahun 2016
Total 149.985.704.000
BAB III
Akuntabilitas
Kinerja
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN LAKIN 2016 | 23
BAB III, AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Pengukuran Capaian Kinerja kegagalan dalam pencapaian rencana kinerja dan sebagai
Salah satu fondasi utama dalam menerapkan bahan evaluasi akuntabilitas kinerja, maka diperlukan
manajemen kinerja adalah pengukuran kinerja suatu gambaran tentang capaian-capaian kinerja
dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam tersebut. Pengukuran tingkat capaian kinerja Direktorat
pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas Jenderal Ketenagalistrikan tahun 2016 dilakukan dengan
dengan melakukan klarifikasi output dan outcome cara membandingkan antara target dengan realisasi
yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan masing-masing indikator kinerja sasaran.
terwujudnya organisasi yang akuntabel. Pengukuran Secara umum sasaran strategis yang telah ditargetkan
kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja dapat dicapai, namun demikian masih terdapat beberapa
yang direncanakan dengan kinerja yang diharapkan. sasaran strategis yang tidak berhasil diwujudkan pada
Pengukuran kinerja dilakukan secara berkala (triwulan tahun 2016 ini. Terhadap sasaran maupun target
dan tahunan). Pengukuran dan pembandingan kinerja indikator kinerja yang tidak berhasil diwujudkan tersebut,
menggambarkan posisi kinerja instansi pemerintah. Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan telah melakukan
Sebagai bentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas beberapa analisis dan evaluasi agar terdapat perbaikan
kinerja, Ditjen Ketenagalistrikan berkewajiban untuk penanganan dimasa mendatang.
menyampaikan realisasi dari target sesuai dengan Rincian capaian kinerja dari masing-masing sasaran
rencana kinerja yang telah ditetapkan pada awal tahun strategis sebagaimana tercantum dalam tabel 3.1:
2016. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan maupun
SASARAN
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI
STRATEGIS
1 Meningkatnya a. Rasio Elektrifikasi 90,15% 91,16%
pembangunan b. Rasio Desa Berlistrik 98% 96,95%
infrastruktur energi c. Infrastruktur Ketenagalistrikan:
a. Penambahan kapasitas pembangkit
4.212 MW 4.128,2 MW
(sinkron dan COD)
b. Penambahan Penyaluran Tenaga Listrik 8.295 kms 2.116 kms
d. Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik yang Laik
Operasi :
1) Persentase Pembangkit 90% 86,32%
TUJUAN 1 :
1 1
SASARAN 1 :
Terjaminnya Penyediaan Energi Menyediakan Akses dan Infrastruktur
Listrik Ketenagalistrikan
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang Pencapaian keberhasilan dari sasaran ini dilihat dari 5
ditetapkan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan tahun (lima) indikator kinerja yang disertai target dan realisasi
2016 yaitu Menyediakan Akses dan Infrastruktur sebagaimana tercantum dalam tabel berikut :
Ketenagalistrikan.
Tabel 3.2:
Infrastruktur Ketenagalistrikan:
Penambahan kapasitas pembangkit
3 a MW 3.782 4.128,2
(sinkron dan COD)
b Penambahan Penyaluran Tenaga Listrik KMS 11.805 2.116
Persentase Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik yang
Laik Operasi:
4 a Pembangkit % 90 86,32
b Penyaluran % 90 34,19
Tabel 3.3:
Penambahan Rumah Tangga
Tabel 3.4:
Capaian Rasio Elektrifikasi Terhadap Target
Gambar 3.1:
Peta Rasio Elektrifikasi Nasional Tahun 2016
yaitu:
Tabel 3.5:
Realisasi Rasio Elektifikasi Tiap Provinsi Tahun 2015 dan Tahun 2016
2) Rasio Desa Berlistrik yang berlokasi di pulau kecil yang belum mendapatkan
Selain dengan rasio elektrifikasi, untuk mengukur tingkat pelayanan listrik, untuk mempercepat elektrifikasi pada
Guna mendukung pembangunan ketenagalistrikan dan daerah tersebut dilakukan dengan melibatkan peran
bantuan bagi masyarakat tidak mampu serta menjaga pemerintah daerah dan partisipasi badan usaha milik
kelangsungan upaya perluasan akses pelayanan listrik daerah, badan usaha swasta, koperasi, dalam usaha
pada wilayah yang belum terjangkau listrik, mendorong penyediaan tenaga listrik yang terintegrasi skala kecil di
pembangunan/pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daerah tersebut melalui penetapan wilayah usaha.
kesejahteraan, maka Pemerintah menjalankan program Selain dengan rasio elektrifikasi, untuk mengukur tingkat
listrik perdesaan yang merupakan kebijakan Pemerintah ketersediaan tenaga listrik terutama dalam sebuah desa
dalam bidang Ketenagalistrikan untuk perluasaan akses adalah dengan menggunakan rasio desa berlistrik. Rasio
listrik pada wilayah yang belum terjangkau jaringan desa berlistrik didapatkan dengan cara membandingan
distribusi tenaga listrik di daerah perdesaan melalui antara jumlah desa yang sudah menikmati tenaga listrik
pembangunan perluasaan jaringan distribusi untuk desa dengan jumlah total desa. Selain itu sedang dilakukan
yang dekat dengan jaringan existing dan pembangunan upaya percepatan melistriki desa sampai dengan tahun
sistem tenaga listrik kecil terintegrasi untuk desa pada 2019 sebanyak 2500 desa. Rasio desa berlistrik selama
daerah terisolasi. tahun 2016 masih sama dengan tahun 2015 yaitu 96,95%
Pada masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan dengan rincian sebagai berikut :
yang belum berkembang, terpencil, perbatasan dan
Tabel 3.7:
Capaian Rasio Desa Berlistrik Terhadap Target
Tabel 3.8:
Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik
Tabel 3.9:
Capaian Penambahan Kapasitas
Pembangkit Terhadap Target
Gambar 3.2:
Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Tahun 2011-2016
Tabel 3.12 :
Perbandingan Penambahan Penyaluran Tenaga Listrik
Pada tabel diatas dapat terlihat penurunan penambahan instalasi penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan
Penyaluran Tenaga Listrik pada tahun 2016 sebesar 1.825 umum maupun untuk kepentingan sendiri dan dilakukan
kms jika dibandingkan penambahan Penyaluran Tenaga Listrik oleh lembaga inspeksi teknik yang telah terakreditasi atau
pada tahun 2015. ditunjuk dan dilaporkan kepada Dirjen/Gubernur sesuai
kewenangannya untuk diregistrasi. Sertifikat laik operasi
5) Persentase Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik yang Laik dapat diterbitkan apabila instalasi tenaga listrik telah dilakukan
Operasi pemeriksaan dan pengujian yang memenuhi kesesuaian
Dasar pelaksanaan sertifikasi laik operasi di Indonesia standar atau peraturan yang berlaku serta memeperoleh
mengacu kepada: nomor registrasi.
●●Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan melakukan pengawasan
Ketenagalistrikan terhadap proses sertifikasi laik operasi yang dilaksanakan
●●Peraturan Pemerintah Nomor 14 tentang Kegiatan oleh lembaga inspeksi teknik. Pengawasan dapat dilakukan
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik melalui evaluasi data hasil pemeriksaan dan pengujian,
●●Peraturan Pemerintah Nomor 62 tentang Usaha maupun pengawasan langsung di lapangan saat proses
Penunjang Tenaga Listrik sertifikasi. Apabila dalam proses sertifikasi ditemukan adanya
●●Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2016 ketidaksesuaian dengan standar atau peraturan yang berlaku,
tentang Perubahan Peraturan Menteri ESDM nomor Sertifikat Laik Operasi tidak dapat memperoleh Nomor
05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan Registrasi.
Sertifikasi Ketenagalistrikan. Sistem database registrasi sertifikat laik operasi yang dimiliki
●●Peraturan Dirjen Ketenagalistrikan Nomor 556K/20/ oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan juga dapat
DJL.1/2014 tentang Tata Cara penomoran dan mempermudah pengumpulan data sertifikat laik operasi
Registrasi Sertifikat di Bidang Ketenagalistrikan. yang diberikan oleh Direktur Jenderal Ketenagalistrikan.
Data-data tersebut kemudian dihimpun dan dievaluasi guna
Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik dilakukan proses pemutakhiran data.
terhadap instalasi yang selesai dibangun dan dipasang, Data hasil pembahasan tim updating database registrasi
direkondisi, dilakukan perubahan kapasitas atau direlokasi. sertifikasi laik operasi instalasi tenaga listrik yang berhasil
Pemeriksaan dan pengujian di atas dilakukan baik untuk disusun untuk instalasi Pembangkit dan Transmisi, dibagi
Tabel 3.13 :
Data Registrasi SLO Tahun 2016
Februari 1 0
Maret 0 1
April 7 0
Mei 0 1
Juni 4 1
Juli 1 2
Agustus 2 1
September 4 1
Oktober 3 14
November 2 3
Desember 12 25
Total 36 49
Gambar 3.3:
Data Statistik Registrasi SLO Tahun 2016
Gambar 3.4:
Data Statistik Registrasi SLO Tahun 2016 Tiap Bulan
Capaian instalasi penyediaan tenaga listrik yang laik operasi hambatan baik karena masalah perijinan pembebasan
sampai dengan Desember 2016 untuk pembangkit mencapai lahan dan juga kendala teknis lainnya yang menyebabkan
86.32% (2465.50 MW), sedangkan untuk transmisi mencapai terlambatnya penyelesaian pekerjaan infrastruktur
34.19 % (2836.41. kms). Target yang ditetapkan sebesar 90% ketenagalistrikan.
tidak tercapai dikarenakan banyak proyek yang mengalami
Tabel 3.14:
Capaian Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik yang Laik Operasi
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (%) Realisasi (%) Capaian (%)
Data tersebut adalah data Sertifikat Laik Operasi yang 6) Konsumsi Listrik per Kapita
diterbitkan terhadap instalasi Pembangkit dan Transmisi Perhitungan konsumsi listrik per kapita dihitung
yang sudah beroperasi/energize dan merupakan bagian dari berdasarkan jumlah total konsumsi listrik dibagi dengan
target Rencana Strategis (Renstra) penambahan Infrastruktur jumlah penduduk. Pada tahun 2016 ini data konsumsi
Ketenagalistrikan. listrik dari PLN sebesar 847,77 kWh, data konsumsi listrik
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan juga melakukan dari gabungan PPU/IO sebesar 103,39 kWh, dan data
pengawasan dan pembinaan terhadap proses sertifikasi laik konsumsi listrik dari EBT dan lainnya sebesar 5,21 kWh
operasi instalasi penyediaan tenaga listrik yang tidak menjadi sehingga konsumsi listrik nasional sebesar 956,36 kWh
bagian dari target Rencana Strategis (Renstra) serta instalasi per kapita dari target yang ditetapkan sebesar 940,8 kWh
pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi hingga tegangan per kapita.
rendah. Percepatan penyelesaian program 35.000 MW sangat
diperlukan dan dibutuhkan dalam rangka meningkatkan
konsumsi listrik per kapita.
Tabel 3.15:
Capaian Konsumsi Listrik per Kapita Terhadap Target
TUJUAN 2 :
2 1
Terwujudnya Subsidi Energi Sub SASARAN 1 :
Sektor Ketenagalistrikan yang Lebih Terwujudnya Pengurangan Subsidi
Tepat Sasaran dan Harga yang Listrik
Kompetitif
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang Pencapaian keberhasilan dari sasaran ini dilihat dari 2 (dua)
ditetapkan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan tahun 2016 indikator kinerja yang disertai target dan realisasi sebagaimana
yaitu: tercantum dalam tabel berikut:
a) Terwujudnya pengurangan subsidi listrik
b) Menurunnya Pangsa Energi Primer BBM untuk Pembangkit
Tenaga Listrik
Tabel 3.16 :
Indikator Kinerja Pada Sasaran Strategis Terwujudnya pengurangan subsidi listrik
Tabel 3.17:
Capaian Persentase Susut Jaringan Tenaga Listrik
Terhadap Target
Dalam rangka upaya untuk menurunkan susut jaringan, maka Roadmap dan Realisasi Penetapan susut jaringan adalah sebagai
berikut :
Gambar 3.5 :
Roadmap dan Realisasi Penurunan Susut Jaringan
Gambar 3.6 :
Subsidi Listrik Tahun 2012-2016
(Triliun Rupiah)
120
103,33
101,21
99,3
100
80
59,23
60 56,55
40
20
0
2012 2013 2014 2015 2016
Tabel 3.18:
Capaian Realisasi Subsidi Listrik Terhadap Target
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi s.d TW III Prognosa TW IV
Terwujudnya pengurangan
Subsidi Listrik Triliun Rp. 69,76 44,42 59,23
subsidi listrik
Penurunan subsidi listrik dapat dilakukan dengan penyesuaian Pemda, sosialisasi kepada Media/Forum Redaktur.
tarif tenaga listrik untuk golongan tertentu, perbaikan energi 2. Telah dibentuk Tim Penanganan Pengaduan Posko Pusat
mix pembangkit, pengurangan losses, dan mekanisme Dalam Rangka Pelaksanaan Subsidi Listrik Tepat Sasaran
pemberian marjin PT PLN (Persero) yang lebih terukur. (Posko Pusat) melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor
Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 28 Tahun 476K/75/DJL.1/2016 tanggal 7 November 2016.
2016 tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan oleh PT 3. Telah ditetapkan rumah tangga miskin dan tidak mampu
PLN (Persero), bahwa terhadap rumah tangga mampu 900 penerima subsidi listrik sejumlah 3.021.433 rumah tangga
VA, mulai 1 Januari 2017 tarifnya disesuaikan menuju tarif melalui Keputusan Dirjen Ketenagalistrikan nomor
keekonomian secara bertahap setiap dua bulan, sedangkan 524K/40/DJL.3/2016 tanggal 23 Desember 2016.
rumah tangga miskin dan tidak mampu 900 VA tarifnya 4. Telah dilakukan penyesuaian tarif tenaga listrik tahap
tetap dan diberikan subsidi listrik. Kemudian telah terbit juga pertama (Jan-Feb 2017) terhadap rumah tangga mampu
Peraturan Menteri nomor 29 Tahun 2016 tentang Mekanisme daya 900 VA.
pemberian subsidi tarif tenaga listrik untuk rumah tangga.
Kedua Permen ESDM diatas dikeluarkan dengan tujuan Sedangkan rencana sosialisasi yang sedang/akan dilakukan di
untuk melaksanakan kebijakan subsidi listrik tepat sasaran tahun 2017 yaitu:
pada rumah tangga dengan daya 900 VA.
Kemajuan dari kebijakan subsidi listrik tepat sasaran pada 1. Penayangan kembali ILM Subsidi Listrik Tepat Sasaran
rumah tangga dengan daya 900 VA selain telah terbitnya (sedang ditayangkan).
Permen ESDM yaitu: 2. Sosialisasi dengan Pemda di Medan, Balikpapan, Surabaya,
Bandung, Palembang.
1. Telah dilaksanakan sosialisasi melalui penayangan Iklan 3. Sosialisasi kepada Media/Forum Redaktur di Medan,
Layanan Masyarakat (ILM), talkshow di TV dan radio, Balikpapan, Surabaya, Bandung, dan Palembang.
sosialisasi melalui Coffee Morning di DJK, sosialisasi ke
Gambar 3.7 :
Mekanisme Pengaduan Subsidi Listrik Tepat Sasaran
SASARAN 2 :
**) unaudited
tenaga listrik dari Non BBM adalah sebagai berikut:
Capaian dari indikator kinerja Pangsa Energi Primer BBM · Gas 25,89%
untuk Pembangkit Tenaga Listrik yaitu: · Batu Bara 54,69%
a. BBM · Hydro 7,88%
Realisasi dari pangsa energi primer untuk pembangkit · Panas Bumi 4,33%
tenaga listrik dari BBM ditambah dengan BBN adalah · EBT Lainnya 0,24%
sebesar 6,97%.
Perkembangan dan Target Energy primer Pembangkit Listrik
b. Non BBM Tahun 2009-2016 dapat digambarkan sebagai berikut:
Realisasi dari pangsa energi primer untuk pembangkit
Gambar 3.8 :
Perkembangan dan Target Energy Primer
TUJUAN 3 : SASARAN 1 :
3 Terwujudnya Peningkatan Investasi
Sub Sektor Ketenagalistrikan 1 Meningkatnya Investasi sub
Sektor Ketenagalistrikan
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang Pencapaian keberhasilan dari sasaran ini dilihat dari 1 (satu)
ditetapkan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan tahun 2016 indikator kinerja yang disertai target dan realisasi sebagaimana
yaitu: tercantum dalam tabel berikut:
a) Meningkatnya investasi sub sektor ketenagalistrikan.
b) Terwujudnya pengaturan regulasi dan kebijakan sub sektor
ketenagalistrikan
Tabel 3.20:
Indikator Kinerja Pada Sasaran Strategis
Meningkatnya Investasi sub Sektor Ketenagalistrikan
Indikator
Sasaran Strategis Satuan Target Realisasi
Kinerja
Gambar 3.9 :
Investasi Sub Sektor Ketenagalistrikan Tahun 2010-2016
(Miliar USD)
9
8,06 8,12
8
7 6,42 6,38
5
4,28
3,93 3,91
4
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
a. Penyederhanan Perizinan
Investasi merupakan modal dasar penggerak perekonomian, b. Pendelegasian Kewenangan Perizinan Kepada BKPM
yang mewujudkan kegiatan usaha di sektor ESDM. Penyediaan (Badan Koordinasi Penanaman Modal) dalam rangka
energi dan mineral serta penerimaan sektor ESDM yang Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
mendorong pertumbuhan ekonomi dan c. Regulasi terkait Prosedur Pembelian Tenaga Listrik &
kesejateraan rakyat, berawal dari investasi. Investasi Harga Patokan Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT PLN
ketenagalistrikan mencakup pembangunan pembangkitan, (Persero) serta mekanisme Pemilihan Langsung dan
transmisi, gardu induk, gardu distribusi dan jaringan distribusi Penunjukan Langsung dengan maksud antara lain :
serta usaha penunjang ketenagalistrikan. Peran Pemerintah v Mempercepat negosiasi harga dengan adanya harga
dalam investasi di subsektor ketenagaslitrikan cukup besar. patokan;
Lebih dari Rp 3 triliun per tahun dialokasikan APBN untuk v Mempercepat prosedur persetujuan harga antara
infrastruktur pembangkit listrik. PLN dan IPP (mempercepat waktu negosiasi) yang
Target investasi ketenagalistrikan tahun 2016 sebesar selama ini memakan waktu lama dan berlarut-larut
US$ 16,3 miliar dan direncanakan pada 2019 sekitar US$ lebih dari setahun;
15,9 miliar utamanya karena pembangunan Program v Memberikan kepastian/keyakinan bagi PLN dalam
Ketenagalistrikan 35.000 MW. pelaksanaan pembelian tenaga listrik;
Terdapat beberapa kebijakan sub sektor ketenagalistrikan v Membangun iklim investasi yang lebih kondusif.
yang akan dilakukan dalam rangka mendongkrak investasi,
antara lain :
SASARAN 2 :
Tabel 3.21:
Indikator Kinerja Pada Sasaran Strategis Terwujudnya Pengaturan Regulasi Dan Kebijakan
Sub Sektor Ketenagalistrikan
Pada tahun 2016 ini Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan berhasil melebihi target yang telah ditetapkan dengan menyelesaikan
14 (empat belas) peraturan. Keseluruhan peraturan yang berhasil diselesaikan yaitu:
Tabel 3.22:
Realisasi Peraturan Tahun 2016
No. HA L KETERANGAN
1 Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Telah ditandatangano oleh Presiden RI
Infrastruktur Ketenagalistrikan Nomor 4 Tahun 2016 tanggal 8 Januari 2016
2 Permen ESDM tentang Tata Cara Pengakuan Terhadap Sertifikat Telah ditandatangani oleh MESDM Nomor 1
Produk dan Laporan Hasil Uji Peralatan dan Pemanfaat Tenaga Tanggal 7 Januari 2016
Listrik dari Lembaga Penilaian Kesesuaian Terdaftar Di ASEAN
3. Permen ESDM Penetapan dan Pemberlakuan Standar Telah ditanda tangani oleh MESDM Nomor
Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan Bidang Instalasi 2 Tahun 2016, tanggal 7 Januari 2016.
Pemanfaatan Tenaga Listrik Sub Bidang Asesor Ketenagalistrikan
Tenaga Listrik, dan Bidang Distribusi Tenaga Listrik)
4. Permen ESDM tentang Perubahan Permen ESDM No 5 Telah ditandatngani oleh MESDM dengan
Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi Nomor 10 Tahun 2016, tanggal 5 April 2016.
Ketenagalistrikan
5. Permen ESDM tentang Perubahan Atas Permen ESDM Nomor Telah ditandangani oleh MESDM Nomor 7
28 Tahun 2013 tentang Tata Cara Permohonan Wilayah Usaha Tahun 2016, tanggal 7 Maret 2016;
Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum.
No. HA L KETERANGAN
6 Permen ESDM tentang Perubahan Permen ESDM No. 33 Tahun Telah ditandatangani oleh MESDM Nomor
2014 tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya Yang Terkait 08 Tahun 2016 tanggal 15 Maret 2016
Dengan Penyaluran Tenaga Listrik Oleh Perusahaan (Perseroaan)
PT PLN (sehubungan dengan Getting Electricity dan regulasi
TMP)
7 Permen ESDM tentang Perubahan Atas Permen ESDM Telah ditandatangani oleh MESDM Nomor
Nomor 35 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perizinan Usaha 12 Tahun 2016 tanggal 29 April 2016.
Ketenagalistrikan
8 Kepmen ESDM tentang Pengesahan RUPTL Tahun 2016 s.d. Telah ditandatangai oleh MESDM Nomor
2025 5899 tahun 2016 tanggal 12 Juni 2016.
9 Permen ESDM tentang Jaringan Tenaga Listrik Kalimantan Telah ditandatangani oleh MESDM Nomor
18 Tahun 2016 tanggal. 29 Juni 2016
10 Permen Tarif Tenaga Listrik yang disediakan oleh PT PLN Telah ditandatangani oleh MESDM Nomor
(Persero) 28 Tahun 2016 tanggal 13 Oktober 2016
11 Permen Mekanisme Pemberiaan Subsidi Tarif Tenaga Listrik Untuk Telah ditandatangani oleh MESDM Nomor
Rumah Tangga. 29 Tahun 2016 tanggal 13 Oktober 2016
12 Permen Energi dan Sumber Daya Mineral Penyelesaian Teknis Telah ditandatangani oleh MESDM Nomor
Terhadap Tanaman, Bangunan, dan atau Tanaman yang dikuasasi 33 Tahun 2016 tanggal 2 Nopember 2016.
masyarakat pada kawasan Hutan dalam Rangka Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
13 RPermen ESDM tentang Pelaksanaan Usaha Penyediaan Tenaga Telah ditandatangani oleh MESDM Nomor
Listrik Skala Kecil Untuk Percepatan Elektrifikasi di Perdesaan 38 Tahun 2016 tanggal 25 November 2016
yang Belum Berkembang, Terpencil, Perbatasan dan Pulau Kecil
Berpenduduk Melalui Pelaksanaan Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik Skala Kecil
14 Permen Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Penetapan Telah ditandatangani oleh MESDM Nomor
dan Pemberlakuan Standar Kompetensi Tenaga Teknik Tahun 2016 tanggal Desember telah
Ketenagalistrikan Bidang Transmisi Tenaga Listrik Sub Bidang ditandatangani oleh MESDM Nomor 45
Pembangunan dan Pemasangan, Sub bidang Pemeriksaan dan Tahun 2016 tanggal 30 Desember 2016.
Pengujian, Subbidang Pengoperasian, Subbidang Pemeliharaan dan
Sub Bidang Asesor Ketenagalistrikan
Dengan terbitnya seluruh peraturan diatas diharapkan dapat meningkatkan investasi sub sektor ketenagalistrikan, sehingga
pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan dapat terus berjalan dan target rasio elektrifikasi 97% pada tahun 2019 dapat
tercapai.
§ Coffee Morning tanggal 29 April 2016 mengenai Instalasi Listrik, serta Kompetensi Tenaga Teknik
Sosialisasi Peraturan Menteri ESDM nomor 08 dan Ketenagalistrikan Indonesia.
10 Tahun 2016 serta Perlindungan Konsumen Listrik. § Coffee Morning tanggal 18 November 2016
§ Coffee Morning tanggal 22 Juli 2016 mengenai mengenai Kebijakan subsidi listrik tepat sasaran,
RUKN dan RUPTL 2016-2025. Permen ESDM No. 28 dan 29 Th 2016 serta Dampak
§ Coffee Morning tanggal 26 September 2016 Inflasi Kebijakan Penyesuaian TTL 900 VA.
mengenai Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik
Kalimantan, Pedoman Keselamatan dan Pemasangan
Gambar 3.10 :
Pelaksanaan Coffee Morning
2. Kegiatan Kerjasama Capacity Building Inspektur Pulomas dan Cilegon pada tanggal 16 – 17 Mei 2016.
Ketenagalistrikan Dalam kegiatan tersebut dilakukan kunjungan pada
Dalam rangka meningkatkan capacity building kemampuan proses produksi panel proteksi dan kontrol untuk
teknis inspeksi ketenagalistrikan pada instalasi tenaga Gardu Induk (GI) dan Gardu Induk Tegangan Ekstra
listrik, maka dalam periode tahun 2016 Inspektur Tinggi (GITET) serta aplikasi sistem otomasi dan smart
Ketenagalistrikan telah melakukan kerjasama dengan PT grid untuk sistem transmisi dan distribusi yang berada
Siemens Indonesia dan kerjasama bilateral Kementerian di pabrik Pulomas, selain itu dilakukan kunjungan
Energi dan Sumber Daya Mineral-Indonesia dan Ministry pada proses produksi turbin dan kondensor di pabrik
of Trade, Industry and Energy (MOTIE)-Korea Selatan di Cilegon.
bidang Energy Safety Management System. Gambar 3.12 :
a. Kerjasama dengan PT Siemens Indonesia SIEMENS Factory Site Visit
Kerjasama dengan PT. Siemens Indonesia
diimplementasikan dengan kegiatan workshop “Power
System Planning” yang diselenggarakan pada tanggal
5-6 April 2016 untuk melakukan pendalaman tentang
basic load flow analysis, short circuit and protection
system analysis dan transient stability analysis yang
akan diikuti oleh 30 (tiga puluh) orang Inspektur
Ketenagalistrikan, yang menghadirkan narasumber
dari Siemens AG, Jerman, yaitu Dr. Benedikt Roemer
dan Dr. Yannick Julliord.
Gambar 3.11 :
Power System Planning Workshop
Gamb.ar 3.13 :
Mutual Co-Operation Improving Energy
Safety Management System
MoU Comprehensive Cooperation in Energy Safety 1st Working Group Meeting sehingga kegiatan dapat
Management tersebut ditandatangani pada pelaksanaan berjalan dengan efektif dan efisien.
pertemuan ke-9 Indonesia-Korea Energy Forum (IKEF) SusunanTask Force Pemerintah Indonesia untuk kerjasama
pada tanggal 7 s.d 8 September 2016 di Seoul, Korea tersebut menempatkan Direktur Teknik dan Lingkungan
Selatan. Ketenagalistrikan sebagai Control Tower, sedangkan
Kerjasama bidang Energy Management System memiliki Executive Institution dilakukan oleh Direktorat Jenderal
tujuan untuk memberikan dukungan energy safety Ketenagalistrikan, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas
management system di bidang usaha penyediaan tenaga Bumi, serta Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
listrik dan pemanfaatan tenaga listrik. Kerjasama ini sesuai kewenangan masing-masing.
terutama sebagai sarana capacity building dan knowledge 3. Kegiatan Pameran
sharing bagi pengembangan Inspektur Ketenagalistrikan Kegiatan Pameran seputar ketenagalistrikan sangat
dibidang safety management system dan juga meliputi diperlukan mengingat kesibukan sangat membatasi
antara lain pengiriman tenaga ahli bidang energy para pemangku kepentingan mendapatkan informasi
safety management system, penerapan inspeksi pada yang ditetapkan oleh pemerintah, apalagi bila kebijakan
instalasi tenaga listrik dan peningkatan energy safety itu tidak menyentuh langsung kepada mereka. Guna
management system di Indonesia melalui penerapan mendekatkan diri pemerintah kepada masyarakat, maka
regulasi, standardisasi, dan inspeksi keselamatan sektor Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan berusaha tampil
ketenagalistrikan, penerapan kebijakan energy safety dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pameran.
untuk mengoperasikan instalasi tenaga listrik. Dalam pameran yang dipilih tersebut, akan ditampilkan
Dalam rangka pelaksanaan MoU Comprehensive beberapa kebijakan pemerintah berkaitan dengan
Cooperation in Energy Safety Management, KESDM- ketenagalistrikan dan energi.
Indonesia dan MOTIE-Korea Selatan bersepakat untuk Agar pameran-pameran dapat berjalan dengan lancar,
membentuk tim task force dan segera menyelenggarakan diperlukan suatu tim khusus yang bertugas untuk
Gambar 3.14 :
Pelaksanaan Pameran
3.4. Inovasi Pelayanan Publik diketahui informasi tentang banyaknya, banyaknya yang
sudah kompeten, perusahaan yang mempekerjakannya,
4. Sistem Informasi Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik status dari sertifikat kompetensi yang dimiliki, serta di
Ketenagalistrikan (SI SKTTK) bidang mana dari sektor ketenagalistrikan tenaga teknik
Usaha ketenagalistrikan saat ini berkembang pesat tersebut bekerja. Sistem informasi ini merupakan sistem
dikarenakan permintaan akan kebutuhan tenaga listrik informasi tenaga teknik ketenagalistrikan, sehingga dengan
yang terus meningkat, sehingga usaha ketenagalistrikan adanya sistem ini, informasi yang andal, akurat dan berdaya
saat ini memerlukan sumber daya manusia yang guna dapat tercapai sehingga mendukung pembinaan dan
kompeten. Hal itu juga tertuang pada Undang-undang pengawasan kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan
Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Pasal 44 yang dilakukan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan.
ayat (6), yang berbunyi “Setiap tenaga teknik dalam usaha Maksud dari Sistem ini yaitu Sebagai pelaksanaan
ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat kompetensi”. fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintah, yang
Undang-undang Ketenagalistrikan juga menyatakan bahwa diamanatkan dalam Undang-Undang 30 Tahun 2009
pemerintah (c.q. Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan) tentang ketenagalistrikan, dalam rangka mewujudkan
melakukan pembinaan dan pengawasan umum tercapainya keselamatan ketenagalistrikan, yang berkenaan dengan
standardisasi dalam bidang ketenagalistrikan. Dalam aspek kompetensi tenaga teknik di sektor ketenagalistrikan;
mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 30 serta mewujudkan standardisasi kompetensi yang mampu
Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan tersebut, diperlukan telusur; sehingga dibutuhkan suatu sistem informasi yang
suatu sistem informasi sebagai dasar untuk melaksanakan memuat data sertifikasi secara menyeluruh dan terkini.
pembinaan dan pengawasan sumber daya manusia Adanya sistem informasi yang akurat, andal dan berdaya
yang bekerja di sektor ketenagalistrikan; sehingga dapat guna; akan sangat membantu fungsi pembinaan dan
Gambar 3.15 :
Tampilan SI SKTTK
Gambar 3.17 :
Tampilan SLO Online
Para pemilik instalasi (masyarakat dan badan usaha) juga dimudahkan dengan adanya Sistem Database Registrasi SLO Online
ini. Masyarakat diberikan akses untuk menyampaikan keluhan, memonitor status permohonan SLO, cek keabsahan dan cetak
salinan SLO.
Gambar 3.18 :
Akses Masyarakat Pada Sistem Database Registrasi SLO Online
Sistem Database Registrasi SLO Online ini telah berdampak para pemilik instalasi untuk meperoleh SLO sebagai dampak
luas pada masyarakat, terbukti dengan beberapa indikator dari kemudahan mendapat akses untuk mensertifikasi
antara lain waktu penerbitan SLO yang lebih cepat, kenaikan instalasinya melalui Sistem Database Registrasi SLO Online
peringkat Getting Electricity, dan menurunnya jumlah ini.
kebakaran akibat listrik karena meningkatnya partisipasi dari
Sistem Database Registrasi SLO Online juga memperoleh penghargaan Top 99 Inovasi Pelayanan Publik tahun 2016 yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Gambar 3.20:
Penghargaan Top 99 Inovasi Pelayanan Publik tahun 2016
Gambar 3.22:
Grafik Perbandingan Jumlah Registrasi SBU Sebelum dan Sesudah
Pemberlakuan Sistem Informasi
8. Aplikasi Sistem Informasi Sertifikasi Kompetensi Tenaga ü Informasi Statistik tenaga teknik yang memiliki
Teknik Ketenagalistrikan secara online sertifikat kompetensi secara up to date;
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan melakukan ü Informasi Standar Kompetensi yang berlaku,
terobosan dalam sistem pelayanan sertifikasi dan yang digunakan sebagai dasar pengujian sertifikasi
registrasi sertifikat kompetensi tenaga teknik bidang kompetensi;
ketenagalistrikan melalui system aplikasi online SI SKTTK ü Informasi terkait kelompok usaha jasa sertifikasi
(Sistem Informasi Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan;
Ketenagalistrikan). Aplikasi SI SKTTK merupakan aplikasi ü Informasi lembaga sertifikasi kompetensi yang telah
yang berbasis web sehingga akan dapat diakses oleh diakui oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan; dan
siapa saja yang berkepentingan dalam pengelolaan data ü Informasi terkait persyaratan yang diperlukan untuk
sertifikasi tenaga teknik ketenagalistrikan. Untuk mengelola dapat mengajukan permohonan sertifikat kompetensi.
informasi sertifikasi tenaga teknik ketenagalistrikan maka Untuk tenaga teknik yang telah melakukan uji sertifikasi
pengguna akan dikelompokkan ke dalam dua kelompok kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan dapat
yaitu pengguna umum dan pengguna yang terautorisasi. melakukan akses lebih detail terkait:
Pengguna umum ini hanya mendapatkan informasi umum ü Verifikasi Sertifikat, dengan fungsi ini, pemegang
saja sedangkan pengguna autorisasi ini dapat mengakses sertifikat kompetensi dapat memastikan sertifikat
informasi sertifikasi tenaga teknik ketenagalistrikan sesuai tersebut terregister oleh Direktorat Jenderal
dengan perannya. Peran dari pengguna umum antara lain Ketenagalistrikan
dapat mengakses: ü Informasi terkait progress uji sertifikasi yang telah
Gambar 3.23:
Tampilan Halaman Beranda
Melalui aplikasi SI SKTTK, pemerintah dalam hal ini mewujudkan Keselamatan Ketenagalistrikan yaitu kondisi
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan dapat melakukan andal bagi instalasi tenaga listrik, aman bagi manusia dan
pengawasan dan control terhadap proses sertifikasi makhluk hidup lainnya dan ramah lingkungan.
kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan demi
mewujudkan amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2009 tentang Ketenagalistrikan padal 44 ayat 6 yang
menyatakan bahwa setiap tenaga teknik dalam usaha
ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat kompetensi.
Untuk menunjang program pengawasan keteknikan yang Ketenagalistrikan Pusat mulai tahap perencanaan,
mencakup seluruh wilayah Indonesia sebagaimana dimaksud pelaksanaan sampai dengan pelaporan dan tindak lanjut
diatas, Inspektur Ketenagalistrikan telah menerapkan aplikasi inspeksi ketenagalistrikan;
Sistem Manajemen Inspektur Ketenagalistrikan (SIMIK) yang c. Sarana koordinasi dan knowledge sharing seluruh
berfungsi untuk: Inspektur Ketenagalistrikan baik yang berada di
a. Pusat data dan informasi pelaksanaan inspeksi Pemerintah Pusat dan Provinsi;
ketenagalistrikan untuk mendukung Pemerintah dalam d. Sarana pendukung pengajuan angka kredit bagi Inspektur
melaksanakan pengawasan keteknikan pada usaha Ketenagalistrikan Provinsi untuk jenjang Inspektur
penyediaan tenaga listrik dan usaha jasa penunjang tenaga Ketenagalistrikan Madya;
listrik; Sistem Manajemen Inspektur Ketenagalistrikan (SIMIK)
b. Monitoring on-line terhadap kinerja pelaksanaan memiliki Site Map dan halaman website sebagai berikut:
inspeksi ketenagalistrikan yang dilakukan oleh Inspektur
Gambar 3.27:
Peta Hasil Inspeksi Ketenagalistrikan di Seluruh Wilayah Indonesia Pada Aplikasi SIMIK
Gambar 3.24:
Data Instalasi Tenaga Listrik yang telah diinspeksi pada Aplikasi SIMIK
Untuk monitoring rencana dan jadwal pelaksanaan inspeksi ketenagalistrikan yang telah ditetapkan, Inspektur Ketenagalistrikan
dapat mengakses halaman sebagai berikut:
Gambar 3.28:
Rencana dan Jadwal Inspeksi Ketenagalistrikan pada Aplikasi SIMIK
Gambar 3.29:
Tampilan Halaman Forum Diskusi dalam kolom “Inspeksi”
Pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan pengurangan pagu sebesar Rp. 43.251.023.000,- untuk
menerima pagu anggaran sebesar Rp. 193.236.727.000,-. penghematan, sehingga pagu APBN-P Tahun 2016
Dalam perjalanan pelaksanaan APBN Tahun 2016, Ditjen Ketenagalistrikan menjadi Rp. 149.985.704.000,-
terdapat revisi APBN-P Tahun 2016 berupa dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.23 :
Pagu Anggaran Ditjen Ketenagalistrikan Tahun 2016
Tabel 3.24:
Realisasi Anggaran per Unit Eselon II Tahun 2016
BAB IV
Penutup
Tabel 4.1 :
Capaian Kinerja Tahun 2016
SASARAN INDIKATOR
NO TARGET REALISASI CAPAIAN
STRATEGIS KINERJA
a. Rasio Elektrifikasi 90,15% 91,16% 101,12%
b. Rasio Desa Berlistrik 98% 96,95% 98,92%
c. Infrastruktur Ketenagalistrikan:
a. Penambahan kapasitas
4.212 MW 4.128,2 MW 98,01%
pembangkit (sinkron dan COD)
4.2. Langkah Perbaikan Ke Masa Depan dalam penerapan manajemen berbasis kinerja,
khususnya dalam perencanaan kinerja maupun
Selanjutnya seluruh capaian kinerja tersebut di atas, monitoring dan evaluasi capaian kinerja
baik yang berhasil maupun yang masih belum berhasil (6) Mengoptimalkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan
telah memberikan pelajaran yang sangat berharga untuk sumber-sumber daya dan dana melalui berbagai
meningkatkan kinerja di masa mendatang dalam rangka program dan kegiatan yang berorientasi pada
merumuskan beberapa langkah penting sebagai strategi outcome sehingga tujuan dan sasaran langsung
pemecahan masalah yang akan dijadikan masukan bisa dirasakan oleh para pemangku kepentingan,
atau sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan khususnya masyarakat.
perencananaan strategis. (7) Memperhatikan dan mengantisipasi perubahan
Langkah-langkah ke depan yang harus dilakukan oleh lingkungan strategis. Hal ini dapat dicapai antara lain
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan dalam rangka melalui koordinasi yang intensif dengan unit-unit kerja
perbaikan kinerja dan menghadapi tantangan ke depan, yang berada dalam lingkungan Kementerian Energi
antara lain: dan Sumber Daya Mineral dan instansi pemerintah
(1) Perlunya menggunakan metode Balanced Scorecard maupun pihak-pihak terkait lainnya dalam pelaksanaan
dalam menyusun Laporan Kinerja agar lebih terukur kegiatan.
dan dapat dijabarkan ke dalam peta strategi untuk (8) Konsisten melakukan pengkajian yang mendalam atas
mencapai visi yang ditetapkan. kuantitas dan kualitas target dari indikator kinerja
(2) Dengan menggunakan metode Balanced Scorecard, sasaran strategis.
maka perlu adanya penyesuaian dalam Renstra
KESDM yang disertai penambahan Sasaran Strategis Akhirnya dengan disusunnya Laporan Kinerja ini, diharapkan
baru terkait Sumber Daya Manusia, Struktur dapat memberikan informasi secara transparan kepada
Organisasi, Sistem Informasi, dan Pelaksanaan seluruh pihak yang terkait mengenai tugas fungsi Direktorat
anggaran yang optimal dimana Sasaran Strategis Jenderal Ketenagalistrikan, sehingga dapat memberikan
ini dapat mengakomodir Learning and Growth umpan balik guna peningkatan kinerja pada periode
Perspective dalam Peta Strategi. berikutnya. Secara internal, Laporan Kinerja harus dijadikan
(3) Pembatasan Indikator Kinerja utama maksimal 3 buah motivator bagi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan untuk
dalam setiap Sasaran Strategis agar lebih terukur dan lebih meningkatkan kinerja organisasi dengan jalan selalu
efisien. menyesuaikan indikator- indikator kinerja yang telah ada
(4) Meningkatkan koordinasi dengan para pemangku dengan perkembangan tuntutan stakeholders, sehingga dapat
kepentingan (stakeholders) di sub sektor semakin dirasakan keberadaannya oleh masyarakat dengan
ketenagalistrikan pelayanan yang profesional.
(5) Meningkatkan komitmen antar unit-unit organisasi