Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari sifat-sifat organisasi
berkaitan dengan tindakan manusia, baik aspek pengaruh anggota terhadap organisasi
maupun pengaruh organisasi terhadap anggota serta pengaruh lingkungan orgaanisasi
dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam tersebut untuk memperbaiki
keefektifan organisasi.
Tabel 3.1
Perbandingan Antara Manajer Masa Lalu dengan Manajer Masa Depan
Manajer Masa Lalu Manajer Masa Depan
Peranan Utama Pemberi perintah, orang yang Pemberi fasilitas, anggota
memiliki, pemanipulasi, tim, guru, penasihat,
pengendali pemberi sponsor, pelatih
1. Faktor-faktor kekuatan
(1) Kekuatan dinamis, merupakan kemampuan untuk mengenakan kekuatan otot
secara berulang-ulang atau sinambung sepanjang suatu kurun waktu
(2) Kekuatan tubuh, merupakan kaemampuan mengenakan kekuatan otot dengan
menggunakan otot-otot tubuh (terutama perut)
(3) Kekuatan statis, merupakan kemampuan mengenakan kekuatan terhadap obyek
luar.
(4) Kekuatan, merupakan kemampuan menghabiskan suatu maksimum energy
eksplosif dalam satu atau sederetan tingakan eksplosif
2. Faktor-faktor keluwesan
(5) Keluwesan extent, merupakan kemampuan menggerakkan otot tubuh dan
meregang sejauh mungkin
(6) Keluwesan dinamis, merupakan kemampuan melakukan gerakan cepat
3. Faktor-faktor lain
(7) Koordinasi tubuh, merupakan kemampuan mengkoordinasikan tindakan-tindakan
serentak dari bagian-bagian tubuh yang berlainan
(8) Keseimbangan, merupakan kemampuan mempertahankan keseimbangan
meskipun ada kekuatan-kekuatan yang menggangu keseimbangan itu
(9) Stamina, merupakan kemampuan melanjutkan upaya maksimum yang
menuntut upaya yang diperpanjang sepanjang suatu kurun waktu
c. Kepribadian
Kepribadian merupakan organisasi dinamis pada masing-masing sistem
psikofisik yang menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungannya. Suatu
argument dini dalam riset kepribadian adalah kepribadian seseorang merupakan hasil
keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan suatu hasil dari
kedua pengaruh itu. Kepribadian umumnya sekarang dianggap terbentuk dari baik
faktor keturunan maupun lingkungan, yang diperlunak oleh kondisi situasi.
Keturunan merujuk ke faktor-faktor yang ditentukan pada saat pembuahan. Sosok
fisik, daya tarik wajah, jenis kelamin, temperamen, komposisi otot, dan reflex, tingkat
energy, dan ritme hayati merupakan karakteristik yang umumnya dianggap sebagai
atau sama sekali atau sebagian besar dipengaruhi oleh siapa kedua orang tua anda
yaitu oleh susunan hayati, faali (fisiologis) dan psikologis yang melekat. Di antara
faktor-faktor yang menekan pada pembentukan kepribadian kita adalah budaya di
mana kita dibesarkan, pengkondisian dini, norma-norma di antara keluarga, teman-
teman dan kelompok-kelompok sosial, serta pengaruh-pengaruh lain yang kita alami.
Lingkungan yang dipaparkan pada kita memainkan suatu peran yang cukup besar
dalam membentuk kepribadian kita.
Situasi mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap
kepribadian. Adapun karya dini dalam struktur kepribadian berkisar pada upaya untuk
mengenali dan menandai karakteristik abadi yang menggambarkan suatu perilaku
individu. Karakteristik yang populer antara lain sifat malu, agresif, mengalah, malas,
ambisius, setia dan malu-malu. Karakteristik tersebut mencerminkan ciri kepribadian.
Salah satu kerangka kepribadian yang paling luas digunakan disebut tipe indikator
Myers Briggs (MBTI – Myers Briggs Type Indicator). Pada hakikatnya inidikator
ini berupa tes kepribadian 100 pertanyaan yang menanyai orang-orang bagaimana
biasanya mereka merasakan atau bertindak dalam situasi- situasi tertentu. Berdasarkan
jawaban yang diberikan individu-individu pada tes itu, individu dikelompokkan
sebagai ekstrovert atau introvert (E atau I), menginderai (sensing) atau intuitif (S atau
N), berpikir (thinking) atau merasakan (feeling) (T atau F) dan merasakan (perceiving)
atau menimbang-nimbang (judging) (P atau J), yang kemudian digabung menjadi
16 tipe kepribadian dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Pendiam lawan Ramah
b) Kurang cerdas lawan Lebih cerdas
c) Dipengaruhi perasaan lawan Mantap secara emosional
d) Mengalah lawan Dominan
e) Serius lawan Suka bersenang-senang
f) Mudah bersedia lawan berhati-hati
g) Malu-malu lawan Petualang
h) Keras hati lawan Peka
i) Mempercayai lawan Mencurigai
j) Praktis lawan Imajinatif
k) Terus terang lawan lihai/licin
1) Percaya diri lawan takut-takut
m) Konsevatif lawan suka bereksperimen
n) Bergantung kelompok lawan berdiri sendiri
o) Tak terkendali lawan terkendali
p) Santai lawan tegang
Persepsi
Persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna
bagi lingkungan mereka. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah
berada di pihak pelaku persepsi, dalam objeknya atau target yang dipersepsikan, atau
dalam konteks situasi di mana persepsi itu dilakukan. Orang, objek, peristiwa yang serupa
satu sama lain cenderung dikelompokkan bersama- sama. Makin besar kemiripan, makin
besar kemungkinan kita akan cenderung mempersepsikan mereka sebagai suatu kelompok
bersama. Penting bagi kita melihat konteks objek atau peristiwa. Unsur-unsur lingkungan
sekitar mempengaruhi persepsi kita.
Adapun faktor-faktor persepsi dapat dijelaskan pada Gambar 3.2 berikut ini :
Gambar 3.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi kita terhadap orang berbeda dari persepsi kita terhadap objek mati seperti
meja, mesin atau gedung karena kita menarik kesimpulan mengenai tindakan orang tersebut
yang tidak kita lakukan terhadap objek mati. Telah dikemukakan bahwa teori atribusi untuk
mengembangkan penjelasan dari cara- cara kita menilai orang secara berlainan, bergantung
pada makna apa yang kita hubungkan ke suatu perilaku tertentu. Teori itu menyarankan
bahwa bila kita mengamati perilaku seorang individu, kita berusaha menentukan apakah
perilaku itu karena penyebab internal atau eksternal. Penentuan itu sebagian besar
tergantung pada tiga faktor yaitu : kekhususan, konsensus dan konsistensi.
Pada Gambar 3.3 menunjukkan unsur-unsur kunci dalam teori atribusi. Salah satu
penemuan yang lebih menarik dari teori atribusi adalah bahwa ada kekeliruan, atau
prasangka yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi.
Gambar 3.3
Teori Atribusi
Koordinasi usaha dicapai melalui formulasi dan dorongan kebijakan, aturan, dan
regulasi. Pembagian tenaga kerja muncul saat tujuan bersama dikejar oleh para individu
yang menjalankan tugas-tugas yang terpisah namun berhubungan. Hierarki wewenang, juga
disebut sebagai rantai perintah merupakan mekanisme pengendalian yang ditujukan untuk
memastikan bahwa orang yang tepat menjalankan tugas yang tepat pada waktu yang tepat.
Secara historis, para manajer telah mempertahankan integritas hierarki wewenang dengan
menganut asas kesatuan perintah. Prinsip kesatuan komando mengatakan bahwa setiap
karyawan harus memberikan laporan kepada seorang manajer tunggal. Berikut ini contoh
bagan organisasi sebuah rumah saakit yang ditampilkan pada Gambar 3.5 menunjukkan
empat dimensi dasar struktur organisasi yaitu hierarki wewenang, pembagian tenaga kerja,
rentang pengendalian, posisi lini dan staf.
Gambar 3.5
Contoh Struktur Organisasi Sebuah Rumah Sakit
Hierarki wewenang dalam Gambar 3.5 menunjukkan kesatuan perintah yang jelas ke
atas dan ke bawah. Sebuah hierarki wewenang yang formal juga menggambarkan jaringna
komunikasi resmi. Rentang pengendalian mengacu pada jumlah orang yang melapor secara
langsung kepada seorang manajer tertentu. Pada Gambar 3.5 membedakan antara posisi lini
dan staf. Manajer lini seperti presiden, kedua direktur eksekutif dan berbagai direktur
memiliki posisi pengambil keputusan formal di dalam rantai perintah. Personel staf
melakukan penelitian latar belakang dan memberikan saran teknis dan rekomendasi kepada
manajer lini mereka, yang memiliki wewenang untuk membuat keputusan. Manajer lini
memiliki wewenang untuk membuat keputusan organisasi.
Struktur organisasi menetapkan cara tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan dan
dikoordinasi secara formal. Ada enam unsur kunci yang perlu disampaikan kepada manajer
bila mereka merancang struktur organisasinya. Elemen-elemen tersebut adalah spesialisasi
pekerjaan, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan
desentralisasi, serta formalisasi. Spesialisasi kerja atau pembagian tenaga kerja untuk
mendeskripsikan sampai tingkat mana tugas dalam organisasi dipecah-pecah menjadi
pekerjaan-pekerjaan yang terpisah. Hakikat spesialisasi kerja adalah bahwa daripada
dilakukan oleh satu individu, lebih baik seluruh pekerjaan itu dipecah-pecah menjadi
sejumlah langkah, dengan tiap langkah diselesaikan oleh seorang individu yang berlainan.
Pada hakikatnya individu-individu berspesialisasi dalam mengerjakan bagian dari suatu
kegiatan, bukannya mengerjakan seluruh kegiatan. Spesialisasi kerja meningkatkan efisiensi
dan produktivitas dengan mendorong penciptaan rekaan dan permesinan yang istimewa.
Departementalisasi merupakan dasar yang dipakai dalam pengelompokan pekerjaan. Salah
satu cara paling populer untuk mengelompokkan kegiatan adalah menurut fungsi yang
dijalankan. Ada cara lain melakukan departementalisasi adalah atas dasar geografi. Fungsi
penjualan misalnya perusahaan mempunyai kawasan barat, selatan, barat tengah dan timur.
Dengan demikian tiap kawasan ini merupakan sebuah departemen yang diorganisasikan
dalam lingkup geografi.
Rantai komando merupakan garis yang tidak putus dari wewenang yang terentang dari
puncak organisasi ke eselon terbawah dan memperjelas siapa melapor kepada siapa.
Wewenang merupakan hak-hak yang inheren dalam suatu posisi manajerial untuk
memberikan perintah dan mengharapkan dipatuhinya perintah itu. Kesatuan komando
merupakan seseorang bawahan hanya mempunyai satu atasan kepada siapa dia bertanggung
jawab secara langsung.
Rentang kendali merupakan jumlah bawahan yang dapat diarahkan secara efisien dan
efektif oleh seorang manajer. Sentralisasi mengacu pada sampai tingkat mana pengambilan
keputusan dipusatkan pada suatu titik tunggal dalam organisasi. Sedangkan desentraliasasi
mengacu pada keleluasaan keputusan dialihkan ke bawah ke karyawan tingkat yang lebih
rendah. Formalisasi mengacu pada suatu tingkat yang terhadapnya pekerjaan di dalam
organisasi itu dibakukan.
Desain Organisasi
Ada tiga dari desain organisasional yang lazim digunakan yaitu : struktur sederhana,
birokrasi dan struktur matriks. Struktur sederhana merupakan suatu struktur yang bercirikan
tingkat departementalisasi sederhana, rentang kendali yang luas, wewenang yang dipusatkan
dalam tangan satu orang dan formalisasi kecil. Birokrasi merupakan suatu struktur dengan
tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang dicapai lewat spesialisasi, aturan dan pengaturan
yang sangat formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam departemen-departemen
fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan
yang mengikuti rantai komando. Struktur matriks merupakan struktur yang menciptakan lini
rangkap dari wewenang, menggabungkan departementalisasi, fungsional dan produk.
Kekuatan departementalisasi fungsional terletak dalam menempatkan para spesialis yang
serupa secara bersama, yang meminimalkan jumlah yang diperlukan, sementara
memungkinkan pengumpulan dan menggunakan bersama sumber daya khusus untuk semua
produk. Kelemahan utamanya adalah kesulitan mengkoordinasi tugas dari spesialis
fungsional yang beraneka agar aktivitas mereka diselesaikan pada waktunya dan sesuai
anggaran. Departementalisasi produk, sebaliknya mempunyai manfaat dan cacat yang persis
berlawanan dengan departementalisasi fungsional. Dia memudahkan koordinasi di antara
spesialitas untuk mencapai penyelesaian tepat waktu dan memenuhi target anggaran. Lebih
lanjut, departementalisasi itu memberikan tanggung jawab yang jelas untuk semua aktivitas
yang dikaitkan dengan suatu produk, tetapi dengan duplikasi aktivitas dan biaya. Matriks itu
berupaya untuk memperoleh kekuatan dari masing-masing sambil menghindarkan kelemahan
mereka.
Karakteristik structural yang paling jelas dari matriks adalah bahwa matriks memecah
konsep kesatuan komando. Karyawan dalam matriks mempunyai dua atasan manajer
departemen fungsional dan manajer produknya. Oleh karena itu matriks mempunyai rantai
komando rangkap dua. Informasi menyerapi organisasi dan lebih cepat mencapai orang-
orang yang perlu memperhatikannya. Lebih lanjut, matriks itu mengurangi biropatologi. Lini
dual dari wewenang mengurangi kecenderungan dari anggota departemen untuk menjadi
begitu sibuk melindungi dunia-dunia kecil mereka sehingga tujuan keseluruhan organisasi
menjadi sekunder. Ada keuntungan lain dari matriks yaitu matriks mempermudah alokasi
yang efisien dari para spesialis. Bila inidividu-individu dengan keterampilan yang sangat
istimewa ditumpuk dalam satu departemen fungsional atau kelompok produk, bakat mereka
dimonopoli dan kurang dimanfaatkan. Matriks mencapai keuntungan skala ekonomi dengan
memberikan kepada organisasi baik sumber daya yang terbaik maupun cara yang efektif
untuk memastikan penyebaran mereka secara efisien. Kerugian utama dari matriks terletak
dalam kebingungan yang diciptakan, kecenderungan untuk memupuk pergulatan kekuasaan,
dan stress yang dikenakan pada para individu. Bila anda melepaskan konsep kesatuan
komando, ambiguitas meningkat dengan nyata dan ambiguitas sering mengarah ke konflik.
Ada tiga bagian desain structural yang terdiri atas struktur tim, organisasi virtual, dan
organisai tanpa tapal batas. Struktur tim merupakan penggunaan tim sebagai piranti pusat
untuk mengkoordinasi kegiatan kerja.Karakteristik primer dari struktur tim adalah bahwa
struktur itu memecah-mecah penghalang departemental dan mendesentralisasi pengambilan
keputusan sampai tingkat tim. Struktur tim juga menuntut para karyawan untuk menjadi
generalis maupun spesialis. Organisasi virtual merupakan suatu organisasi inti yang kecil,
yang menggunakan sumber luar untuk fungsi-fungsi bisnis utama. Dalam istilah structural,
organisasi virtual (organisasi jaringan) adalah sangat tersentralisasi, dengan sedikit atau
tanpa departementalisasi. Organisasi tanpa tapal batas merupakan suatu organisasi yang
mengusahakn penghapusan rantai komando, mempunyai rentang kendali yang tidak
terbatas, dan menggantikan departemen dengan tim yang diberdayakan.
Evolusi Organisasi
Ada empat metafora organisasi yang telah berkembang selama bertahun-tahun
menggambarkan organisasi sebagai sistem militer/mekanis, sistem biologis, siste kognitif,
dan partisipan ekosistem. Keempat metafora dapat digambarkan pada sebuah kontinum
berkisar dari sistem tertutup yang sederhana hingga sistem terbuka yang kompleks pada
Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3
Metafora Organisasi yang Berbeda
Gambar 3.6
Hubungan antara Pilihan strategis dan Struktur Organisasi
Pilihan strategis mengajarkan para manajer setidaknya dua pelajaran praktis yaitu :
lingkungan hanya merupakan salah satu dari banyak penentu struktur, sebagaimana proses
administrative lain, sedangkan desain organisasi merupakan subjek yang dimainkan oleh
politik dan kekuasaan pribadi.
Selanjutnya dalam Tabel 3.4. menggambarkan perbedaan sifat organisasi gaya lama
dan gaya baru.
Tabel 3.4
Profil Organisasi Gaya lama dan Gaya baru
LAMA BARU
Stabil Dinamis, belajar
Informasi jarang Kaya akan informasi
Lokal Global
Besar Kecil dan besar
Fungsional Berorientasi pada produk/pelanggan
Berorientasi pada pekerjaan Berorientasi pada keterampilan
Berorientasi pada individu Berorientasi pada tim
Berorientasi pada perintah/kendali Berorientasi pada keterlibatan
Hierarkis Lateral/tergabung dalam jaringan
Berorientasi pada persyaratan kerja Berorientasi pada pelanggan
Organisasi tradisional yang berbentuk piramida, sesuai dengan pola gaya lama,
cenderung terlalu lamban dan tidak fleksibel pada masa kini. Organisasi yang lebih ramping,
lebih organis dibutuhkan untuk mengakomodasi tindakan menyeimbangkan strategis antara
biaya, kualitas, dan kecepatan.
Ada tiga perubahan radikal dari organisasi tradisional berbentuk piramida. Masing-
masing adalah hasil logis dari beragam kecenderungan yang terbukti pada masa kini seperti
yang ditampilkan pada Gambar 3.7. berikut ini
Gambar 3.7
Bentuk Organisasi Masa Depan
Organisasi horizontal mencakup potensial sebagai berikut tim yang akan menyediakan
fondasi desain organisasi. Meskipun terdapat fakta bahwa rekayasa ulang menjadi sinonim
dari pemberhentian besar-besaran dan telah disebut sebagai mode yang sudah ketinggalan
zaman, hal ini cenderung memiliki efek yang berlanjut pada desain organisasi. Rekayasa
ulang membantu menyaring konsep organisasi yang berorientasi secara horizontal.
Tidak seperti organisasi tradisional yang berorientasi vertikal dengan unit-unit fungsional
seperti produksi, pemasaran, dan keuangan, organisasi horizontal berbentuk datar dan
dibangun di sekitar proses inti yang bertujuan untuk memuaskan pelanggan.
Organisasi gelas jam merupakan sebutan bagi organisasi yang terjepit di tengah. Berkat
teknologi informasi modern, kelompok eksekutif yang relative kecil akan dapat
mengkoordinasi usaha sejumlah karyawan yang menghasilkan produk atau jasa. Organisasi
virtual merupakan produk zaman modern yang merupakan tekonologi informasi
memungkinkan anggota kelompok di lokasi yang berbeda untuk menjalankan usaha.
Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-
anggota organisasi, suatu sistem dari makna bersama. Ada tujuh karakteristik primer berikut
yang bersama- sama menangkap hakikat dari budaya suatu organisasi yaitu :
a. Inovasi dan pengambilan resiko
Sejauh mana para karyawan didorong untuk inovatif dan mengambil
resiko b. Perhatian ke rincian
Sejauh mana para karyawan diharapkan memperlihatkan persisi (kecermatan),
analisis, dan perhatian kepada rincian
c. Orientasi hasil
Sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan
proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu.
d. Orientasi tim
Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, bukannya individu-
individu.
e. Keagresifan
Sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya santai-
santai f. Kemantapan
Sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo daripada
pertumbuhan.
Budaya organisasi itu berkaitan dengan bagaimana karyawan mempersepsikan
karakteristik dari budaya suatu organisasi, bukannya dengan apakah mereka menyukai
budaya itu atau tidak. Artinya budaya itu merupakan suatu istilah deskriptif. Ini penting
karena hal ini memperbedakan konsep ini dari konsep kepuasan kerja. Riset mengenai
budaya organisasi telah berupaya mengukur bagaimana karyawan memandang
organisasinya. Apakah organisasi itu mendorong kerja tim? Apakah organisasi itu
menghargai inovasin? Apakah melumpuhkan prakarsa?
Sebaliknya kepuasan kerja berupaya mengukur respons afektif terhadap lingkungan
kerja. Kepuasan kerja berhubungan dengan bagaimana perasaan karyawan merasa
menyangkut harapan organisasi itu, praktek imbalan, dan yang serupa. Meskipun tidak
diragukan kedua istilah itu mempunyai karakteristik tumpang tindih, hendaknya diingat
bahwa istilah budaya organisasi adalah deskriptif sedangkan kepuasan kerja adalah
evaluative.
Budaya organisasi menyatakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-
anggota organisasi itu. Budaya dominan mengungkapkan nilai-nilai inti yang dianut bersama
oleh suatu mayoritas anggota organisasi itu. Sub budaya merupakan budaya-budaya mini di
dalam organisasi, yang lazimnya ditentukan oleh rambu departemen dan pemisahan
geografis. Sub budaya cenderung berkembang dalam organisasi besar untuk mencerminkan
masalah, situasi atau pengalaman bersama yang dihadapi para anggotanya. Nilai inti
merupakan nilai primer atau dominan yang diterima di seluruh organisasi itu.
Budaya kuat merupakan suatu budaya di mana nilai-nilai inti dipegang secara intensif
dan dianut bersama secara meluas. Suatu budaya kuat akan mempunyai pengaruh yang besar
pada perilaku anggota-anggotanya karena tingginya tingkat kebersamaan dan intensitas
menciptakan suatu iklim internal dari kendali perilaku yang tinggi.
Ada beberapa fungsi budaya dalam sebuah organisasi yaitu :
a. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas artinya budaya
menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan diri pribadi seseorang.
d. Budaya itu meningkatkan kemantapan sistem sosial
e. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yng tepat untuk apa yang harus dikatakan dan
dilakukan oleh para karyawan.
f. Budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku para karyawan.
g. Budaya menetapkan aturan permainan.
Proses seleksi, criteria evaluasi kinerja, praktek pemberian imbalan, kegiatan
pelatihan dan pengembangan karir, dan prosedur promosi memastikan bahwa mereka yang
dipekerjakan cocok dalam budaya itu, menghargai mereka yang mendukungnya, dan
menghukum, mereka yang menentangnya. Tiga kekuatan dalam mempertahankan suatu
budaya yaitu praktek seleksi, tindakan manajemen puncak dan metode sosialisasi.
Tujuan eksplisit dari proses seleksi adalah mengidentifikasi dan memperkerjakan
individu-individu yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk
melakukan pekerjaan dengan sukses di dalam organisasi itu. Tetapi lazimnya lebih dari satu
calon akan diidentifikasi sebagai memenuhi persyaratan setiap pekerjaan tertentu. Para calon
belajar mengenai organisasi itu, dan jika mereka merasakan suatu konflik antara nilai
mereka dan nilai organisasi, mereka dapat menyeleksi diri keluar dari kumpulan pelamar.
Oleh sebab itu seleksi menjadi jalan dua arah, dengan memungkinkan pemberi kerja atau
pelamar untuk memutuskan perkawinan jika tampaknya ada ketidakcocokan. Dengan cara
ini, proses seleksi mendukung budaya organisasi dengan menyeleksi keluar individu-
individu yang mungkin menyerang atau menghancurkan nilai-nilai intinya.
Tindakan manajemen puncak juga mempunyai dampak besar pada budaya organisasi.
Lewat apa yang mereka katakan dan bagaimana mereka berperilaku eksekutif senior
menegakkan norma-norma yang merembes ke bawah sepanjang organisasi, misalnya
apakah pengambilan resiko diinginkan; berapa banyak kebebasan seharusnya diberikan oleh
para manajer kepada bawahan mereka, pakaian apakah yang pantas, dan tindakan apakah
yang akan dihargai dalam kenaikan upah, promosi, dan ganjaran lain.
Sosialisasi merupakan proses yang mengadaptasikan para karyawan pada budaya
organisasi itu. Berikut ini ditampilkan model sosialisasi pada Gambar 3.8. sebagai berikut :
Gambar 3.8
Model Sosialisasi
Sosialisasi dapat dikonsepkan sebagai suatu proses yang terdiri atas tiga tahap yaitu :
prakedatangan, perjumpaan dan metamorphosis.
(1) Tahap prakedatangan adalah kurun waktu pembelajaran dalam proses sosialisasi yang
terjadi sebelum seorang karyawan baru bergabung dengan organisasi itu.
(2) Tahap perjumpaan adalah tahap dalam proses sosialisasi dalam mana seorang
karyawan baru menyaksikan seperti apa sebenarnya organisasi itu dan menghadapi
kemungkinan bahwa harapan dan kenyataan dapat berbeda.
(3) Tahap metamorphosis adalah tahap dalam proses sosialisasi yang melaluinya
karyawan baru menyesuaikan diri pada nilai dan norma kelompok kerjanya.
Berikut ini digambarkan pada Gambar 3.9 bagaimana terbentuknya budaya
organisasi
Gambar 3.9
Terbentuknya Budaya Organisasi
Budaya diteruskan kepada para karyawan dalam sejumlah ragam yang paling ampuh
adalah cerita, ritual, lambang-lambang yang bersifat kebendaan dan bahasa. Cerita-cerita
biasanya berisi dongeng dari peristiwa mengenai pendiri organisasi, pelanggaran aturan,
sukses dari miskin ke kaya, pengurangan angkatan kerja, lokasi karyawan, reaksi terhadap
kesalahan masa lalu dan mengatasi masalah organisasi. Cerita-cerita menautkan
masa kini pada masa lampau dan memberikan penjelasan dan pengesahan untuk praktek-
praktek dewasa ini.
Ritual merupakan deretan berulang dari kegiatan yang mengungkapkan dan
memperkuat nilai-nilai utama organisasi itu, tujuan apakah yang paling penting, orang-
orang manakah yang penting dan mana yang dapat dikorbankan. Banyak organisasi dan unit
di dalam organisasi menggunakan bahasa sebagai suatu cara untuk mengidentifikasi anggota
suatu budaya atau sub budaya. Dengan mempelajari bahasa ini, anggota membuktikan
penerimaan mereka akan budaya itu dan, dengan berbuat seperti itu, membantu
melestarikannya.
Keselarasan Tujuan
Faktor eksternal dapat berupa norma mengenai perilaku yang diharapkan didlam
masyarakat. Norma bisa menyangkut: sikap (etos kerja), keuletan, semangat, dan juga
kebangsaan yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas.
1. Budaya
Meliputi keyakinan bersama, nilai hidup yang dianut, norma-norma perilaku serta
asumsi-asumsi yang secara implisit diterima dan secara eksplisit dimanifestasikan di
seluruh jajaran organisasi.
2. Gaya Manajemen
Gaya menajemen memiliki dampak paling kuat terhadap pengendalian manajemen.
Sikap bawahan biasanya mencerminkan apa yang mereka anggap sebagai sikap atasan
mereka.
3. Organisasi Informal
Kenyataan-kenyataan yang ditemui selama berlangsungnya proses pengendalian
manajemen tidak bisa dipahamitanpa mengenali arti penting dari hubungan -hubungan
yang menyusun di organisasi yang bersifat informal.
4. Persepsi dan Komunikasi
Jalur penyerapan informasi itu beragam dan tujuan yang diharapkan bisa saja menjadi
tidak jelas bahkan dalam situasi terbaik sekalipun.
Rangkuman
Perilaku organisasi sesungguhnya terbentuk dari perilaku-perilaku individu yang
terdapat dalam organisasi tersebut. Aspek-aspek yang menjadi unsur-unsur, komponen,
atau sub sistem dari ilmu perilaku organisasi antara lain adalah : motivasi,
kepemimpinan, stress dan atau konflik, pembinaan karier, masalah sistem
imbalan, hubungan komunikasi, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan,
produktivitas dan atau kinerja, kepuasan, pembinaan dan pengembangan organisasi.
Karakteristik kepribadian tertentu yang cenderung dikaitkan dengan sukses
pekerjaan, mengetes ciri-ciri ini, dan menggunakan data tersebut untuk membuat seleksi
yang efektif. Kemungkinan besar seorang yang menerima baik aturan, kepatuhan, dan
ketergantungan serta otoritarian tinggi merasa lebih nyaman dalam, katakan, pekerjaan lini
perakitan yang terstruktur, sebagai kerani penerima tamu di sebuah rumah sakit, atau
sebagai seorang tenaga administrasi di sebuah badan publik yang besar daripada
sebagai seorang peneliti atau seorang karyawan yang pekerjaannya menuntut derajat
kreativitas yang tinggi.
Persepsi merupakan proses mental dan kognitif yang memungkinkan kita dapat
menafsirkan dan memahami lingkungan-lingkungan kita. Persepsi sosial, juga dikenal
sebagai proses informasi sosial dan kognisi sosial, yang merupakan proses empat tahap.
Empat tahap itu adalah perhatian yang selektif/mendalam pengkodean dan penyederhanaan,
penyimpanan dan ingatan, serta memperoleh kembali dan tanggapan. Persepsi sosial
mempengaruhi keputusan mengontrol karyawan, penilaian kinerja, persepsi kepemimpinan
dan proses-proses komunikasi.
Organisasi merupakan sistem aktivitas dua orang atau lebih yang dikoordinasi
dengan sadar. Termasuk dalam aspek koordinasi yang dilakukan dengan sadar dari definisi
ini adalah empat denominator umum dari semua organisasi, koordinasi usaha, suatu tujuan
bersama pembagian tenaga kerja, dan hierarki wewenang. Organisasi ditandai oleh
keberadaannya di dalam perjuangan hidup dan mati untuk bertahan hidup dalam sebuah
lingkungan yang memberikan kesempatan baik untuk bersaing dan bekerja sama. Strategi
menekankan perlunya membangun hubungan kerjasama dan mengeksploitasi kesempatan
di dalam komunitas organisasi yang beragam. Organisasi pasca modern adalah organisasi
yang terdesentralisasi, memiliki jaringan komputer, dan kurang hierarkis dibanding
organisasi tradisional.