Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan bermacam ragam suku bangsa
dan adat serta budaya yang mendiam didalamnya. Keanekaragaman suku yang
dimiliki Bangsa Indonesia menciptakan keberagaman corak dan budaya yang
memperlihatkan ciri khas dari masing-masing suku yang ada. Budaya ini sendiri
meliputi unsur-unsur universal berupa sistem bahasa, pengetahuan, organisasi
kemasyarakatan, teknologi, ekonomi, religi serta kesenian. Dari banyaknya
keberagaman budaya, contoh keberagaman budaya yang ada di Indonesia dapat
dilihat dari beragamnya bahasa daerah, rumah adat, pakaian adat, kesenian, hingga
upacara adat dan tradisi-tradisi yang diturunkan oleh leluhur. Dengan banyaknya
kondisi yang dapat mempengaruhi, pertimbangan seperti aspek geologi, iklim,
kontur, dll dapat saja memberi perbedaan hingga persamaan corak antara budaya
suatu suku dengan suku lainnya.
Salah satu kebubudayaan yang sudah lama ada dan telah di akui oleh dunia
adalah kerajianan tenun ikat Sintang yang merupakan hasil budaya khas
Kalimantan Barat. Tenun ikat Sintang merupakan salah satu hasil seni rupa dua
dimensi yang merupakan warisan budaya suku Dayak Kalimantan Barat dan telah
diberikan penghargaan dari The United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) sebagai salah satu warisan budaya takbenda oleh
badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (Katalog Warisan Budaya
Takbenda Indonesia 2018 - Buku Satu, 2018).
Kegiatan menenun ini dilakukan pula secara turun temurun oleh masyarakat
Dayak dimana penenunan hanya dilakukan oleh para wanita Dayak sebagai kerjaan
sampingan dan mereka memiliki kepercayaan bahwa kegiatan menenun tidak boleh
dikerjakan oleh lelaki. Tenun ikat merupakan karya seni anyaman tekstil yang
dilakukan secara manual dengan peralatan tradisional. Kain tenun ikat Sintang
banyak dihasilkan oleh masyarakat Dayak di dua daerah kecil di kota Sintang, yaitu
desa Ensaid Panjang dan Bukit Kelam. Terletak di Ensaid Panjang yang menjadi
destinasi wisata dan cagar budaya, terdapat Rumah Betang yang menjadi tempat
para pengerajin tenun ikat yang masih aktif. Rumah Betang sendiri dijadikan
sebagai kawasan wisata dan dapat menajdi homestay bagi para wisatawan sehingga
dapat di kunjungi dan di akses oleh siapa saja yang ingin melihat proses
pengerajinan tenun ikat maupun arsitektur dari Rumah Betang.
Rumah Betang Ensaid Panjang hingga saat ini masih aktif digunakan sebagai
tempat tinggal keturunan asli suku Dayak yang ada di Ensaid Panjang dengan 32
keluarga dan 82 jiwa yang tinggal di dalamnya. Selain sebagai tempat tinggal dan
tempat wisata, pada kawasan seni kerajinan tenun ikat ini dapat pula melihat dan
mempelajari bagaimana pengerajin menenun dan menganyam tenun ikat. Karna
fungsinya yang bercampur dengan tempat tinggal, pada Rumah Betang ini tidak
dapat dilakukan kegiatan seperti pameran untuk menampilkan hasil karya tenun.
Pameran tenun biasanya dilakukan pada fasilitas lain seperti di galeri seni.
Di Kota Sintang sendiri terdapat fasilitas publik berupa gedung Galeri dan Pasar
Seni dimana fungsi utama dari bangunan ini sebagai tempat pameran dan
menampilkan hasil karya para pengerajin tenun ikat Sintang serta terdapat pasar
seni yang dapat mewadahi aktifitas jual beli produk yang telah dipamerkan.
Terdapatnya Galeri dan Pasar Seni ini dianggap sebagai langkah yang baik dari
Pemerintah Kabupaten Sintang dalam upayanya untuk menjadikan Kota Sintang
lebih aktif bergerak dalam bidang ekonomi kreatif.
Dilihat dari kondisi fisik bangunan Galeri dan Pasar Seni yang sudah ada,
tampak bahwa kawasan tidak dimanfaatkan secara optimal dengan sepinya
pengunjung serta tidak banyak aktivitas yang diadakan dan bangunan yang tampak
kurang terawat. Dikatakan dalam wawancara oleh Tribun Sintang dengan Wakil
Bupati Sintang, Askiman (2017), kawasan Galeri dan Pasar Seni Sintang ini akan
diperindah dan dirancang menjadi alun-alun kota bertepatan dengan lokasinya yang
berdampingan dengan Taman Entuyut yang merupakan taman kota dan area
terbuka di Kota Sintang. Pemkab Kota sintang juga berencana akan mendirikan
tempat penjualan souvenir khas Sintang seperti tenun ikat, kerajinan seperti
mandau, manik-manik, tas dan lain-lain serta akan dibangun pula kawasan kuliner
dan tempat penjualan produk makanan dan minuman milik Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) setempat. Adanya Galeri dan Pasar Seni di Kota Sintang tidak
serta dimanfaatkan sebagai wadah untuk menampilkan hasil karya seni tenun ikat
dengan kegiatan pameran, namun kegiatan pameran lebih sering diadakan di
Museum Kapuas Raya Sintang baik secara virtual maupun secara langsung.
Dari uraian di atas, sebagai upaya pelestarian tenun ikat yang menjadi aset seni
dan kultural, Kota Sintang membutuhkan wadah yang dapat memperkenalkan serta
menampung semua produk hasil karya seni para pengerajin sehingga dapat
dipamerkan dan dipasarkan. Dengan potensi tersebut, diperlukanlah wadah berupa
Galeri dan Pasar Seni Tenun untuk menampilkan hasil karya pengerajin dan sebagai
bentuk interaksi dan komunikasi antara konsumen dan seniman/pengerajin sebagai
penjual sehingga seni tenun ikat dapat lebih dikenal dan diapresiasi oleh
masyarakat.
Galeri dan Pasar Seni sendiri secara harafiah memiliki pengertian dari galeri
yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan karya seni dan pasar seni sebagai
tempat penjualan produk dan hasil karya seni. Ide perancangan Galeri dan Pasar
Seni ini didasari dari keinginan untuk membantu mempertahankan warisan budaya
dengan menyediakan wadahnya untuk berkembang serta dapat merangsang
keaktifan kegiatan seni tenun ikat di Kota Sintang sehingga dapat dikenal lebih luas
oleh masyarakat domestik maupun mancanegara. Harapan dari terdapatnya fasilitas
publik ini dapat pula menjadi sarana edukasi, hiburan serta rekreasi baik bagi
masyarakat lokal maupun luar dengan mengamati dan mempelajari secara langsung
bagaimana para pengerajin tenun ikat memintal benang, membuat pola dengan
teknik ikat dan kemudian mewarnai benang. Selain dari itu, diharapkan
perancangan Galeri dan Pasar Seni Tenun ini dapat mengakomodir berbagai jenis
kegiatan seperti wadah untuk kegiatan pameran dan penjualan karya seni, seminar,
pelatihan, workshop serta studio dan dapat menjadi salah satu bentuk usaha
pelestarian kesenian daerah berupa seni tenun ikat yang ada di Kota Sintang.

1.2 Rumusan Masalah Perancangan


Rumusan masalah merupakan penjelasan mengenai pemaparan tentang
permasalahan dalam perencanaan dan perancangan fasilitas Galeri dan Pasar Seni
Tenun di Kota Sintang. Adapun hal-hal yang termasuk dalam rumusan masalah
tersebut ialah:
a. Bagaimana merancang fasilitas Galeri dan Pasar Seni Tenun yang dapat
menjadi wadah dan memfasilitasi kegiatan para pelaku seni terutama para
pengerajin tenun ikat yang ada di Kota sintang serta upayanya menjadi daya
tarik bagi masyarakat lokal maupun luar.
b. Bagaimana merancang Galeri dan Pasar Seni Tenun yang informatif dan
edukatif dengan suasana sebagai kawasan rekreasi.
c. Bagaimana menentukan ruang-ruang yang diperlukan dalam perancangan,
penataan massa bangunan, penerapan teknologi pada bangunan serta
penerapan unsur estetika atau konsep yang akan diterapkan pada
perancangan Galeri dan Pasar Seni Tenun di Kota Sintang.

1.3 Tujuan
Tujuan dasar dalam perancangan ini adalah sebagai dasar untuk perencanaan
dan perancangan fasilitas Galeri dan Pasar Seni Tenun di Kota Sintang.

1.4 Sasaran
Adapun sasaran dari perancangan adalah untuk mendapatkan dan
mengidentifikasikan pelaku dan fungsi, data dan analisis tapak serta gubahan massa
dan metode yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan Galeri dan
Pasar Seni Tenun di Kota Sintang.

1.5 Lingkup Lokasi dan Pembahasan


a) Lingkup Lokasi Perancangan
Lokasi perencanaan dan perancangan Galeri dan Pasar Seni Tenun berada
di Kota Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Indonesia.
b) Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan pada perencanaan dan perancangan Galeri dan Pasar
Seni Tenun di Kota Sintang dibatasi dalam lingkup ilmu Arsitektur, terkait
pada bentuk, massa dan susunan ruang, arsitektur lingkungan, sejarah dan
teori arsitektur serta utilitas dan struktur.
1.6 Sistematika Laporan/Penulisan
Sistematika dari penulisan laporan Pra-Tugas Akhir ini diharapkan dapat
memberikan gambaran tahap-tahap dan proses dalam pengerjaan laporan dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah
perancangan, tujuan perancangan, sasaran perancangan, lingkup
lokasi pembahasan serta sistematika laporan terkait dengan
perencanaan dan perancangan Galeri dan Pasar Seni Tenun di Kota
Sintang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tinjauan pustaka ini berisi teori yang menjelaskan dan
memberi pemahaman mengenai judul perancangan, standar-standar,
data seta studi kasus yang berkaitan dengan perancangan serta
diperlukan dalam proses analisis sehingga dapat menjadi landasan
teori untuk tahap selanjutnya.
BAB III METODE PERANCANGAN
Pada bab metode perancangan menjelaskan mengenai keaslian
dalam perancangan, pendekatan dalam perancangan, metode
perancangan yang digunakan serta diagram alur yang dalam
perancangan.

Anda mungkin juga menyukai