Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ellanda Martha Adelia

NPM :
Kelas : Akuntansi B3
Buatlah kesimpulan dari apa yang saudara baca mengenai materi PPh pasal 22
dan 23 sekaligus sertakan contoh penerapan perhitungan pajaknya dalam bentuk
narasi singkat dan jelas?
Jawab:
PPh pasal 22 adalah pajak penghasilan yang didapat dari kegiatan
import,transaksi bendaharawan, BUMN, industri tertentu dan barang tergolong
mewah dalam tahun berjalan. Yang menjadi pemungut PPh pasal 22 adalah
Direktorat Jenderal pajak,Dirjen perbendaharaan,Badan usaha milik negara
(BUMN) dan BUMD,Bank Indonesia,Badan usaha bergerak dalam bidang
industri tertentu (Industri semen, baja, kertas,otomotif),Produsen Importir bahan
bakar minyak , gas dan pelumas ( atas penjualannya),Wajib pajak badan yang
melakukan penjualan barang tergolong mewah. Selanjutnya objek pada PPh pasal
22 adalah Import barang, Pembayaran yang dilakukan oleh dirjen anggaran dan
bendaharan pusat maupun daerah, Pembayaran BUMN/BUMD yang dananya
berasal dari APBN/APBD, Penjualan hasil produksi industri tertentu( Kertas,
baja,semen, rokok dan otomotif ), Penjualan produk pertanian dan badan usaha
selain PERTAMINA yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis
premis dan Gas), Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri, atau ekspor
dan eksportir dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian dan perikanandari
pedagang pengumpul,Penjualan barang yang tergolong mewah. Dari objek pada
PPh pasal 22 tersebut sudah diterapkan tarifnya, yaitu:
- Kegiatan Impor.
a. Impor dengan API: 2,5% dari Nilai Impor.
b. Import tanpa API : 7,5% dari Nilai Impor.
c. Yang tidak dikuasai : 7,5% dari harga Jual Lelang.
Contoh Penerapannya:
PT. JAYA mengimpor barang dari Jerman dengan harga faktur Rp1.700.000,00.
Barang yang diimpor adalah jenis barang yang tidak termasuk dalam barang-
barang tertentu yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan No.
16/PMK.010/2016. Biaya asuransi yang dibayar di luar negeri sebesar 5% dari
harga faktur dan biaya angkut sebesar 10% dari harga faktur.Bea masuk dan bea
masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10%. Hitunglah PPh Pasal 22
yang dipungut oleh Ditjen Bea Cukai jika PT. JAYA memiliki API (Angka
Pengenal Impor) dan jika tidak memiliki API?
Jawab:
Harga Faktur(Cost) Rp1.700.000.000,00
Biaya Asuransi(Insurance)
5% x Rp1.700.000.000,00 Rp 85.000.000,00
Biaya Angkut(Fright)
10% x Rp1.700.000.000,00 Rp 170.000.000,00 ( +)
Total CIF Rp1.955.000.000,00
Bea Masuk
20% x Rp1.955.000.000,00 Rp 391.000.000,00
Bea Masuk Tambahan
10% x Rp1.955.000.000,00 Rp 195.500.000,00 (+)
Nilai Impor Rp2.541.500.000,00
Jadi PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai jika PT
JAYA memiliki API (2,5% x Nilai Impor):
2,5% x Rp2.541.500.000,00 = Rp63.537.500,00
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai jika PT JAYA
tidak memiliki API (7,5% x Nilai Impor):
7,5% X Rp2.541.500.000,00 = Rp190.612.500,00

- Pembelian barang yang dananya dari APBN/APBD.


tarif: 1,5% x Harga Pembelian.
kecuali:dibawah Rp.1.000.000 tidak di pecah-pecah , BBM,Listrik, gas, air
PDAM dan benda-benda pos.
Contoh penerapan :
PT. Meja Kayu melakukan penjualan lemari arsip ke Departemen Dalam Negeri
senilai Rp220.000.000,00. Pembayaran dilakukan oleh Bendaharawan
Departemen Dalam Negeri. Dalam kontrak penjualan dengan pemerintah yang
didanai dari APBN/APBD, biasayanya harga jual sudah termasuk Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 10%.
Jawab:
PPN = 10 x Rp220.000.000,00
110
= Rp20.000.000,00
DPP = Rp220.000.000,00 – Rp 20.000.000,00
= Rp200.000.000,00
PPh pasal 22 yang dipungut Bendaharawan pemerintah dari transaksi pembayaran
1,5% x Rp200.000.000,00 = Rp3.000.000,00

- Penjualan untuk industri tertentu.


a. Industri Otomotif : 0,45% x DPP PPN.
b. Industri Rokok : 0,15% x Harga Banderol.
c .Industri Kertas: 0,1% x DPP PPN.
d. Industri Semen: 0.25% x DPP PPN.
e. Industri Baja : 0,3% x DPP PPN.
Contoh penerapan :
a. Honda menjual hasil produksinya berupa sebuah sepeda motor tipe Beat dengan
harga Rp13.000.000,00 (sudah termasuk PPN) kepada Tuan Hafidz. Berapakah
PPh pasal 22 yang harus dipungut atas penjualan barang tersebut?
Jawab :
Dasar Pengenaan Pajak : Rp13.000.000,00
PPh pasal 22 yang dipungut : 0,45% x Rp13.000.000,00 = Rp58.500,00
b. PT. Sampoerna menjual hasil produksinya berupa rokok kretek sebanyak 900
pack dengan harga Rp15.000/pack kepada Toko Harapan. Berapakah PPh pasal
22 yang harus dipungut atas penjualan barang tersebut jika harga barang belum
termasuk PPN?

Jawab :
DPP :
900 pack x Rp15.000,00 Rp13.600.000,00
Rp13.600.000,00 x 10% Rp 1.360.000,00 (+)
Rp14.960.000,00
PPh pasal 22 yang dipungut = 0,15% x Rp14.960.000,00 = Rp22.440,00
c. PT Mentari Dunia menjual hasil produksinya berupa kertas sebanyak 1.500
pack kepada PT. Agung Lestari dengan harga Rp45.000/pack. Harga yang
dibayarkan belum termasuk PPN 10%. Berapakah PPh pasal 22 yang harus
dipungut atas penjualan barang tersebut?
Jawab :
DPP :
1.500 x Rp45.000,00 Rp67.500.000,00
Rp67.500.000,00 x 10% Rp 6.750.000,00 (+)
Rp74.350.000,00
PPh pasal 22 yang dipungut :
0,25% x Rp74.350.000,00 = Rp185.875,00
d. PT. Semen Tonasa menjual hasil produksinya sebanyak 5.000 sak dengan harga
Rp150.000/sak kepada CV. Karya Abadi. Berapakah PPH pasal 22 yang harus
dipungut atas penjualan barang tersebut jika harga barang belum termasuk PPN?
Jawab:
DPP:
5.000 x Rp150.000,00 Rp750.000.000,00
Rp750.000.000,00 x 10% Rp 75.000.000,00 (+)
Rp825.000.000,00
PPh pasal 22 yang dipungut :
0,25% x Rp825.000.000,00 = Rp2.062.500,00
e. PT. BAJA menjual hasil produksinya sebanyak 15 ton dengan harga Rp9700/kg
kepada CV ABADI. Berapakah PPH pasal 22 yang harus dipungut atas penjualan
barang tersebut jika harga barang belum termasuk PPN?
Jawab:
DPP:
15 ton = 15.000kg
15.000 x Rp9.700,00 Rp145.500.000,00
Rp145.500.000,00 x 10% Rp 14.550.000,00 (+)
Rp160.050.000,00
PPh pasal 22 yang dipungut :
0,25% x Rp160.050.000,00 = Rp480.150,00

-Pembelian bahan-bahan untuk industri atau ekspor oleh industri : 0,25% x


pembelian
Catatan:
API : Angka Pengenal Impor(Biasanya yang mengeluarkan adalah Kementerian
Perdagangan)
DPP : Dasar Pengenaan pajak
PPN : Pajak Pertambahan Nilai

PPh pasal 23 adalah pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima oleh
wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap seperti modal, penyerahan jasa,
atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong PPh pasal 21. Yang menjadi
pemotong PPh pasal 23 seperti Badan Pemerintah, Subjek Pajak dalam Negeri,
Penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap, Perwakilan Perusahaan luar Negeri,
Orang probadi yang mendapat penunjukan dari Dirjen Pajak. Yang termasuk
objek dari PPh pasal 23 adalah Deviden, Bunga termasuk: diskonto dan imbalan
karena jaminan pengembalian utang, Royalty, Hadiah, penghargaan, bonus, dan
sejenisnya selain yang telah dipotong PPh pasal 21, Sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan,
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik , jasa manajemen,jasa konstruksi, jasa
konsultan dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh pasal 21. Akan tetapi
ada pengecualiaan objek yang tidak dipotong PPh pasal 23 seperti Penghasilan
yang dibayar atau terhutang kepada bank, Sewa yang dibayarkan atau terutang
sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi, Deviden yang diterima
oleh PT, Koperasi dan BUMN/D dengan syarat: deviden berasal dari laba ditahan
dan kepemilikan sahamnya serendah rendahnya 25%, Deviden diterima oleh
orang pribadi, Bagian laba yang diterima oleh anggota perseroan, Sisa Hasil
Usaha.
Contoh penerapannya :
a. Koperasi Pajajaran memiliki sebuah gelanggang olahraga yang disewakan
kepada Nn. Dyah Pitaloka selama 3 hari 3 malam untuk penyelenggaraan
pernikahan putra semata wayangnya. Atas maksud memastikan kesempurnaan
perhelatan, Nn. Dyah Pitaloka meminta penyediaan tiga set generator yang harus
dipindahkan dari fasilitas produksi Koperasi Pajajaran. Kedua pihak bersepakat
atas nilai Rp 30.000.000,00 sebagai akad atas keseluruhan kontrak. Sebagai
informasi tambahan, Koperasi Pajajaran telah menggunakan acuan biaya sewa
generator sebesar Rp 250.000,00 per hari yang lebih tinggi dari standar normal Rp
50.000,00 per hari akibat harus dihentikannya kegiatan fasilitas produksi.
Berapakah besar beban pajak?
Jawab :
Beban PPh 23 = 2% x 3 x 3 x Rp250.000,00
=2% x Rp2.250.000,00
=Rp 45.000,00
Beban PPh Final = 10% x (30.000.000 – 2.250.000)
= Rp 2.775.000,00
b. Fa. Mengwi sebagai pihak pertama pada tanggal 2 Maret 2012 menandatangani
kontrak dengan Koperasi Wora - Wari selaku perusahaan agen periklanan sebagai
pihak kedua untuk membuat media. Rincian keterangan terkait nilai kontrak
adalah:
Pembelian material iklan Rp 35.000.000,00
Jasa konsultan iklan 7.500.000,00
Upah agen 5.000.000,00
Biaya pemasangan iklan ke media 50.000.000,00
Total Rp 97.500.000,00
Berapakah besarnya PPh 23 yang dipotong antar setiap pihak yang terlibat dalam
kontrak ini?
Jawab:
Beban PPh 23 dipotong Koperasi Wora – Wari kepada Fa. Mengwi, jika terdapat
bukti pendukung rincian transaksi
= 2% x (7.500.000 + 5.000.000)
= 2% x 12.500.000
= Rp 250.000,00
Jika tidak terdapat bukti pendukung rincian transaksi
= 2% x (7.500.000 + 50.000.000 + 35.000.000)
= 2% x 97.500.000
= Rp 1.950.000,00
Beban PPh 23 dipotong Fa. Mengwi kepada perusahaan media
= 2% x 50.000.000
= Rp 1.000.000,00

Anda mungkin juga menyukai