Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN

HASIL ANALISIS SURVEY GIZI KELUARGA

Diajukan untuk Mencapai Kompetensi Mata Kuliah Gizi Sektor Informal

Oleh

Agustin Dwi Merdiana


174101074
Kelas B

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................i
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................2
1. Penyediaan Pangan........................................................................................2
2. Pengolahan Pangan........................................................................................5
3. Penyajian Makanan........................................................................................8
4. Metode Recall 24 Jam Keluarga..................................................................10
5. Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi.....................................................11
6. Macam-Macam Status Gizi..........................................................................12
7. Indeks Massa Tubuh....................................................................................12
C. HASIL SURVEY........................................................................................14
1. Data Konsumsi Makan Keluarga.................................................................14
2. Penyediaan Pangan......................................................................................18
3. Pengolahan Pangan......................................................................................19
4. Penyajian Makanan......................................................................................20
D. ANALISIS KEBUTUHAN GIZI................................................................21
1. Analisis Kecukupan Gizi Berdasarkan Kebutuhan Gizi..............................21
2. Permasalahan Gizi.......................................................................................33
3. Penyelesaian Masalah Gizi..........................................................................33
E. SIMPULAN.................................................................................................35
F. SARAN........................................................................................................35

i
A. LATAR BELAKANG
Masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita masih menjadi
masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara langsung
disebabkan oleh asupan yang kurang dan tingginya penyakit infeksi. Hal ini
berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan yang tidak
memadai, gangguan akses makanan, perawatan ibu yang tidak adekuat serta
kurangnya pengetahuan ibu tentang cara pemberian makanan yang baik untuk
anak usia penyapihan (World Health Organization ,1998). Gizi memegang
peranan penting dalam siklus hidup manusia.

Status gizi baik atau pemenuhan secara optimal terjadi apabila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien (Miharti, 2013).
Gizi baik memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Miharti, 2013).
Adapun dampak dari pemenuhan gizi yang kurang dapat berpengaruh terhadap
kesehatan manusia.

Masalah pemenuhan gizi yang kurang ataupun gizi buruk di Indonesia


cenderung meningkat setiap tahunnya (Asrar, Hamam, & Dradjat, 2009). Apabila
konsumsi gizi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan
terjadi kesalahan akibat gizi (Miharti, 2013). Penyebab masalah gizi sekarang ini
sangat beragam, yaitu kurangnya asupan makanan, penyakit yang sedang diderita,
pola makan dan kehidupan manusia (Muliah, Agus, & Trias, 2017).

Di Indonesia masih menghadapi masalah gizi yaitu seperti kekurangan dan


kelebihan gizi pada semua kelompok umur baik itu anak-anak, remaja, dewasa
maupun lansia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian
Kesehatan 2018 menunjukkan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun (balita) masih
mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi
buruk sebesar 3,9% dan yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%. Hal tersebut
menunjukan bahwa masih perlu adanya perhatian lebih tentang gizi di lingkungan
masyarakat.

1
Dampak dari gizi kurang dapat mengakibatkan mudahnya terkena masalah
kesehatan yang meliputi infeksi, gagal tumbuh, penurunan daya tahan, timbulnya
kecacatan tingginya angka kesakitan. Sedangkan dampak dari gizi lebih tampak
dengan semakin meningkatnya penyakit degeneratif seperti jantung koroner,
diabetes militus, hipertensi dan penyakit hati. Faktor penyebab langsung meliputi
makanan tidak seimbang dan infeksi, sedangkan faktor penyebab tidak langsung
meliputi ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan
kesehatan anak dan lingkungan.
Beberapa penelitian yang biasanya dilakukan adalah tentang ketahanan
pangan keluarga karena dari beberapa penelitian menunjukan bahwa ketahanan
pangan keluarga berpengaruh pada status gizi keluarga. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh yang menyatakan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara ketahanan pangan keluarga dengan BB/U dan TB/U pada
anggota keluarga.Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh masalah gizi
kurang maupun gizi lebih serta masih kurangnya data mengenai analisis
kecukupan gizi keluarga sehingga saya tertarik untuk menganalisis hasil survey
gizi keluarga saya sebagai kajian dari gizi sektor informal.

2
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Ketahanan Pangan Keluarga
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah,
maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ketahanan pangan pada
dasarnya bicara soal ketersediaan pangan (food avaibilitas), stabilitas harga
pangan (food price stability), dan keterjangkauan pangan (food accessibility).
Sumber pangan tidak melulu berasal dari tanaman yang ada di sawah maupun
ladang saja, melainkan juga bisa disediakan sendiri. Salah satunya adalah dengan
pemanfaatan pekarangan.

Dalam rangka untuk mencapai kondisi ketahanan pangan harus memenuhi


4 komponen yang harus dipenuhi , yaitu: pertama, kecukupan ketersediaan bahan
pangan, kedua, stabilitas ketersediaan bahan pangan tanpa fluktuasi dari musim
ke musim atau dari tahun ke tahun, ketiga, aksesibilitas/keterjangkauan terhadap
bahan pangan, serta keempat, kualitas/keamanan bahan pangan yang
digunakan.Pemanfatan pekarangan dalam konteks ini tentunya pekarangan yang
dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan,
sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara
terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga. Untuk dapat memaksimalkan
fungsi pekarangan ini, maka peran perempuan sebagai pengelola rumah tangga
dan menjaga ketahanan pangan keluarga sangat diperlukan.

2. Penyediaan Pangan
Penyediaan pangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
ketahanan pangan
a. Bahan Makanan
Secara umum dapat dikatakan bahwa bahan makanan adalah segala
sesuatu yang dapat diolah menjadi makanan (Rojikin, 2018). Bahan makanan
tersbut dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok besar berdasarkan sumbernya,
yaitu:
1) Bahan makanan nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
Bahan makanan nabati adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang banyak mengandung protein, lemak, vitamin, mineral garam dan
karbihidrat, yang dikelompokan manjadi:
a) Sayuran (vegetables), yaitu semua jenis tanaman yang dapat diolah menjadi
3
makanan. Sebagian sayuran dapat dimakan dalam keadaan mentah dan
sebagian lagi hanya dapat dimakan setelah dimasak.
b) Sayuran buah (fruits vegetables), adalah bagian dari tanaman sayuran yang
berasal dari bagian buah tanaman tersebut.
c) Sayuran daun (leaf vegetables), adalah sayuran yang berasal dari daun
tumbuhan yang tumbuh diatas permukaan tanah, yang termasuk dalam
kelompok sayuran daun.
d) Sayuran polong (legume vegetables)
e) Sayuran batang (stem / shoot vegetables), adalah sayuran yang di ambil dari
bagian batang sayuran yang baru tumbuh di atas permukaan tanah, ada yang
hanya batang saja, namun ada pula sayuran batang berdaun
f) Sayuran umbi (root vegetables), adalah sayuran yang berasal dari akar
tanaman yang membesar sehingga menjadi umbi.
g) Sayuran umbi lapis (bulb vegetables) adalah juga sayuran dari akar yang
membesar dengan struktur bagian dagingnya berlapis-lapis.
h) Sayuran jamur (mushrooms).
2) Bahan makanan yang berasal dari binatang atau hewan
Bahan makanan hewani adalah bahan makanan yang berasal dari hewan
yang pada umumnya dimakan sebagai bahan makanan yang banyak
mengandung protein tinggi yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan juga
sangat disenangi oleh bakteri. Bahan makanan ini tergolong bahan makanan
yang cepat rusak, dengan demikian bahan makanan hewani ini memerlukan
penanganan yang

4
seksama mulai saat pembelian, pasca olah sampai pengolahan. Bahan makanan hewani
dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu :
a) Unggas (poultry), Unggas termasuk keluarga burung yang dipelihara khusus
untuk mendapatkan dagingnya untuk di konsumsi.
b) Ikan (fish), Ikan adalah binatang laut yang mempunyai lapisan lendir pada
kulitnya dan sebagian mempunyai sisik dan mempunyai karakter daging yang
lembut.
c) Daging (meat), Daging adalah serat-serat otot tubuh hewan potong berkaki
empat yang dapat dimakan, seperti; daging anak sapi, daging sapi, daging
domba, dan daging babi untuk sebagian orang.
d) Telur (eggs), Telur adalah sumber protein hewani yang berasal dari unggas
dan umumnya dapat dikonsumsi oleh mausia, seperti; telur ayam, telur bebek,
dan telur puyuh.
3) Bahan makanan hasil olah dari hewani dan nabati
a) Sosis adalah bahan makanan yang berbentuk bulat panjang terbuat dari
daging sapi, daging anak sapi, daging ayam dan daging babi.
b) Daging asap (smoke beef)
c) Ikan asap (smoke fish)
b. Pembersihan
Bahan makanan yang dalam keadaan segar seperti sayuran dan buah,
sebelum disimpan atau dimasukan dalam lemari pendingin sebaiknya
dibersihkan atau bila perlu dicuci terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya kontaminasi silang antara bahan makanan satu dengan
yang lainya, karena ada beberapa jenis bakteri yang dapat hidup pada suhu
chiller berkisar 10ºC - 15ºC pada proses pembersihan bahan makanan dipisahkan
berdasarkan jenis dan kelompoknya untuk menghindari kerusakan fisik yang
terjadi saat proses pembersihan (Rojikin, 2018).
c. Penyimpanan sebelum diolah
Bahan makanan disimpan berdasarkan jenis dan kelompoknya sebelum
diolah, seperti:
1). Sayuran
 Sayuran segar, kecuali umbi, disimpan ditempat yang sejuk dan lembab
dengan suhu 10ºC - 15ºC
 Sayuran umbi batang seeperti kentang, umbi jalar, dll disimpan ditempat
yang kering bersuhu kamar 28ºC - 30ºC
 Sayuran hijau dapat disimpan pada ruang pendingin selama 3-5 hari
 Sayuran akar dan buah dapat disimpan di ruang pedingin selama 5-8 hari
b. Unggas
 Unggas perlu dibersihkan dan dicuci sebelum dibersihkan
 Unggas yang akan digunakan dalam waktu singkat dapat disimpan pada
ruang pendingin (refrigerator) dan yang akan dipakai dalam waktu lama
disimpan di ruang pembeku (freezer)
 Unggas yang diterima beku harus segera disimpan dalam ruang pembeku
 Unggas yang beku, tidak baik kalau dibekukan beberapa kali karena
kualitas unggas akan menjadi kurang baik
c. Ikan dan kerang
 Ikan disimpan dalam keadaan sudah dibersihkan
 Suhu penyimpanan yang baik untuk ikan adalah 5ºC - 10ºC untuk
penyimpanan 1 sampai 2 hari
 Jika ikan akan disimpan dalam waktu yang lama 5 – 8 hari maka
simpanlah ikan dalam suhu -4ºC sampai -10ºC
 Kerang dibersihkan dan dicuci dengan baik sebelum disimpan
 Kerang yang disimpan beberapa hari saja dapat disimpan pada refrigerator
atau pada box yang berisi es serut
 Kerang yang akan disimpan di ruang pembeku, agar dipisahkan menjadi
unit kecil sesuai dengan kebutuhan sebelum dibekukan. Pemisahan ini
untuk memudahkan mengambil pada saat telah membeku.
 Kerang atau udang yang diterima beku agar segera disimpan pada ruang
pembeku
d. Daging
 Daging disimpan masih dalam keadaan utuh atau whole dan belum
dibersihkan (trimming)
 Suhu penyimpanan yang baik untuk daging adalah 5ºC - 10ºC untuk
penyimpanan 1 sampai 3 hari
 Jika daging akan disimpan dalam waktu yang lama 5 – 6 bulan maka
simpanlah daging dalam suhu -4ºC sampai -10ºC
 Sebaiknya daging disimpan dalam keadaan terbungkus plastik dan di vacum
 Label first in first out (fifo) pada kemasan harus tetap terjaga agar
pengambilan daging tidak terjadi penacakan.
e. Telur
 Telur disimpan pada tempat yang sejuk dengan suhu 0ºC - 5ºC
 Saat penyimpanan telur tidak disimpan berdekatan denan bahan-bahan lain
yang mempunyai bau yang tajam, misalnya ikan, keju dll.
 Sebelum disimpan, jangan dicuci untuk menghindari terkelupasnya lapisan
luar dari kulit telur
 Simpan telur dalam keadaa bersih posisi vertikal

3. Pengolahan Pangan
a. Pengertian
Pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan
untuk mengubah bahan mentah menjadi makanan atau mengubah makanan
menjadi bentuk lain untuk konsumsi oleh manusia atau hewan di rumah atau oleh
industri pengolahan makanan (Rojikin, 2018).
b. Cara Pengolahan
Bahan makanan yang telah diklarifikasi menurut jenisnya dan setelah
dipersiapkan (preparation), selanjutnya diolah berdasarkan sifat, jenis,
karakteristik bahan makanan tersebut dengan resep masakan yang tentunya juga
disesuaikan dengan kriteria tersebut diatas. Pemilihan metode memasak yang
tepat akan menghasilkan hidangan yang berkualitas baik dari segi nutrisi, lezat,
dan aman dimakan. Dari sekian banyak metode memasak yang ada khusus untuk
beberapa jenis sayuran daun yang digunakan untuk salad dan dimakan dalam
keadaan mentah dan segar metode-metode tersebut tidak dapat digunakan.
Metode-metode pengolahan bahan makanan yang tepat untuk setiap jenis bahan
makanan menururt (Rojikin, 2018) adalah sebagai berikut
1) Sayuran
Metode memasak yang tepat untuk hidangan sayuran dari bahan makanan
sayuran selain daun selada adalah :
 Tumis (saute)
 Celup (blanching)
 Rebus (boil)
 Kukus (steam)

Metode memasak diatas sangat tepat digunakan karena sayuran cenderung


mudah rusak bila terlalu panas langsung yang berlebihan dan terlalu lama dalam
proses pengolahanya, maka metode memasak china sangat tepat digunakan untuk
setiap jenis bahan sayuran.
Dalam (Rojikin, 2018) Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengolah
bahan makanan dari sayuran dengan metode tersebut diatas adalah:
 Sayuran yang terlalu lama menjalani proses pengolahan juga akan
mengakibatkan banyaknya kandungan nutrisi seperti fitamin dan mineral
banyak yang hilang atau rusak karena proses pemasakan tersebut.
 Sayuran yang menggunakan metode celup (blanching) sebaiknya cairanya
diberi garam atau soda kue tujuanya adalah agar dapat mempertahankan
warna cerah dan segar dari sayuran tersebut
 Setelah sayuran diangkat segera rendam (soak) dengan air es agar tidak
terjadi tingkat kematangan yang berlebihan (over cook) sehingga sayuran
dapat dipertahankan tingkat kesegarannya
2) Unggas
Metode memasak yang tepat untuk dihidangkan unggas adalah :
 Tumis (saute)
 Menggoreng dengan minyak sedikit pada pan dadar (pan frying)
 Menggoreng dengan minyak banyak (deep frying)
 Memanggang dengan oven (roasting)
 Memanggang dengan bara (grilling)
 Memasak dengan cairan berbulu (braising)
 Memasak dalam cairan berbumbu dan asam (poaching)
Metode memasak di atas sangat tepat digunakan untu bahan makanan
yang berasal dari unggas. Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengolah
bahan makanan dari unggas dengan metode tersebut diatas adalah :
 Saat proses pengolahan unggas yang banyak mengandung cairan
(braising) jangan terlalu lama dimasak dan jangan terlalu sering diaduk
aduk karena daging unggas tersebut akan menjadi hancur.
 Saat pengolahan dengan metode deep frying tehnik yang tepat untuk
unggas adalah dilapisi (coating) dengan tepung hal itu dilakukan untuk
melindugi kandungan protein yang terdapat pada ayam
 Saat diolah dengan metode grill bila ayam masih dalam keadaan mentah
sebaiknya bagian persendiannya dikerat agar terjadi sirkulasi panas yang
merata masuk kedalam seluruh bagian ayam tersebut sehingga akan
menghasilkan tingkat kematangan yang merata
3) Daging
Metode memasak yang tepat untuk hidangan daging adalah :
 Tumis (saute)
 Menggoreng dengan minyak sedikit pada pan dadar (pan frying)
 Memanggang dalam oven (roasting)
 Memanggang dalam oven (baking)
 Memanggang dengan bara (grilling)
 Memanggang dengan baja panas (gridling)
 Memasak dengan cairan berbuumbu (braising)
 Memasak dengan cairan berbumbu (stewing)
 Memasak dengan mengasap (smoked)
Metode memasak di atas sangat tepat digunakan untuk bahan makanan
yang berasal dari daging. Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengolah
bahan makanan dari daging dengan metode tersebut diatas adalah :
 Saat proses pengolahan daging yang banyak mengandung cairan
(braising) jangan terlalu lama dimasak akan mengakibatkan daging
menjadi keras, khusus untuk daging import.
 Saat diolah dengan metode grill atau griddle jangan ditekan-tekan dengan
grilled spatula karena akan banyak cairan (zat ekstaktive) yang keluar dari
daging sehingga akan mengurangi kelembutan, kelembapan, rasa dan
aroma daging tersebut.
 Sebaiknya memanggang daging jangan mengenai sumber panas langsung,
karena kurang baik untuk kesehatan.
4) Ikan dan kerang
Metode memasak yang tepat untuk hidangan dari bahan makanan ikan
dan kerang adalah :
 Tumis (saute)
 Celup (blanching)
 Rebus (boil)
 Memasak dalam cairan berbumbu dan asam (poaching)
 Menggoreng dengan minyak banyak (deep frying)
Metode memasak di atas sangat tepat digunakan untuk bahan makanan
ikan dan kerang. Hal-hal yang harus diperhatikan saat megolah bahan
makanan dari ikan dan kerang dengan metode tersebut diatas adalah :
 Khusus untuk cumi bila dimasak terlalu lama dagingnya akan menjadi keras
 Pada saat proses memasak dengan metode poaching untuk ikan kususnya
harus terkontrol keadaan airnya jangan sampai mendidih meletup-letup,
karena gelembung didih tersebut akan menghancurkan daging ikan
 Mayoritas jenis ikan dan kerang jangan dimasak terlalu lama, karena
hidangan seafood tersebut akan matang hanya beberapa menit saja (5-10
menit).

4. Penyajian Makanan
a. Tempat penyajian
Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan makanan ke
tempat penyajian serta hambatan yang mungkin terjadi selama pengangkutan
karena akan mempengaruhi kondisi penyajian. Hambatan di luar dugaan sangat
mempengaruhi keterlambatan penyajian (Kemenkes, 2011).
c. Cara penyajian
Penyajian makanan jadi/siap santap banyak ragam tergantung dari pesanan
konsumen yaitu :
1) Penyajian meja (table service) yaitu penyajian di meja secara bersama,
umumnya untuk acara keluarga atau pertemuan kelompok dengan jumlah terbatas
10 sampai 20 orang.
2) Prasmanan (buffet) yaitu penyajian terpusat untuk semua jenis makanan yang
dihidangkan dan makanan dapat dilih sendiri untuk dibawa ke tempat masing-
masing.
3) Saung (ala carte) yaitu penyajian terpisah untuk setiap jenis makanan dan
setiap orang dapat mengambil makanan sesuai dengan kesukaannya.
4) Dus (box) yaitu penyajian dengan kotak kertas atau kotak plastik yang sudah
berisi menu makanan lengkap termasuk air minum dan buah yang biasanya untuk
acara makan siang.
5) Nasi bungkus (pack/wrap) yaitu penyajian makanan dalam satu campuran
menu (mix) yang dibungkus dan siap santap.
6) Layanan cepat (fast food) yaitu penyajian makanan dalam satu rak makanan
(food counter) di rumah makan dengan cara mengambil sendiri makanan yang
dikehendaki dan membayar sebelum makanan tersebut dimakan.
7) Lesehan yaitu penyajian makanan dengan cara hidangan di lantai atau meja
rendah dengan duduk di lantai dengan menu lengkap.
d. Prinsip penyajian
1) Wadah yaitu setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah terpisah, tertutup
agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat memperpanjang masa saji
makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
2) Kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi (makanan berkuah)
baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan cepat
rusak dan basi.
3) Pemisah yaitu makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama seperti dus
atau rantang harus dipisah dari setiap jenis makanan agar tidak saling campur
aduk.
4) Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap dalam
keadaan panas dengan memperhatikan suhu makanan, sebelum ditempatkan
dalam alat saji panas (food warmer/bean merry) makanan harus berada pada suhu
> 600C.
5) Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh, tidak cacat
atau rusak.
6) Handling yaitu setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak
langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.
7) Edible part yaitu semua yang disajikan adalah makanan yang dapat dimakan,
bahan yang tidak dapat dimakan harus disingkirkan.
8) Tepat penyajian yaitu pelaksanaan penyajian makanan harus tepat sesuai
dengan seharusnya yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hidang dan tepat
volume (sesuai jumlah).
e. Sampel atau contoh
1) Setiap menu makanan harus ada satu porsi sampel (contoh) makanan yang
disimpan sebagai bank sampel untuk konfirmasi bila terjadi gangguan atau
tuntutan konsumen.
2) Penempatan sampel untuk setiap jenis makanan dengan menggunakan kantong
plasti steril dan sampel disimpan dalam suhu 100C selama 1 x24 jam.
3) Sampel yang sudah tidak diperlukan lagi tidak boleh dimakan tetapi harus
dibuang.
4) Jumlah makanan yang diambil untuk sampel sebagai berikut :
 makanan kering/gorengan dan kue : 1 potong
 makanan berkuah : 1 potong + kuah 1 sendok sayur
 makanan penyedap/sambal : 2 sendok makan
 makanan cair : 1 sendok sayur
 nasi : 100 gram
 minuman : 100 cc

5. Metode Recall 24 Jam Rumah Tangga (household 24-hours recall)


Pada metode ini anggota keluarga yang bertanggung jawab untuk
menyiapkan makanan diwawancarai untuk mengetahui komposisi anggota
keluarga dan total makanan yang dikonsumsi keluarga (bahan makanan, alat
makan yang digunakan, serta jumlah penggunaannya) selama periode 24 jam
(Supariasa, 2016). Konsumsi makanan masing-masing individu anggota keluarga
dapat diperkirakan dengan menggunakan faktor yang telah ditetapkan. Total
konsumsi makanan keluarga dibagi masing-masing anggota keluarga dengan
menggunakan
berat badan sesuai jenis kelamin dan umur (Supariasa,2018), sebagai berikut:
1 = laki-laki > 14 tahun
0,9 = perempuan >11 tahun, dan laki-laki 11-14 tahun
0,75 = anak 7-10 tahun
0,4 = anak 4-6 tahun
0,15 = anak < 4 tahun
Langkah-langkah recall 24 jam:
a. Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan
dan minuman yang dikonsumsi responden dala ukuran rumah tangga (URT),
dengan menggunakan food model terstandar atau foto/gambar alat terstandar,
atau sampel nyata makanan serta dengan menggunakan alat makan yang
digunakan responden tersebut selama kurun waktu 24 jam.
b. Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat 9gram). Dalam
menaksir/memperkirakan URT ke dalam ukuran berat (gram) pewawancara
menggunakan berbagai alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga (piring,
mangkok, gelas, sendok dan lain-lain) atau model makanan (food model).
Makanan yang dikonsumsi dapat dihitung dengan alat bantu ini atau dengan
menimbang langsung contoh makanan yang akan dimakan berikut informasi-
informasi tentang komposisi makanan yang tadi.

6. Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi


Untuk menilai tingkat konsumsi makanan (energi dan zat gizi), diperlukan
suatu standar kecukupan yang dianjurkan atau Recomended Dietary Allowance
(RDA) untuk populasi yang diteliti. Untuk Indonesia, Angka Kecukupan Gizi
(AKG) yang digunakan secara nasional saat ini adalah hasil Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi XI tahun 2012 yaitu pada Permenkes No.75 Tahun 2013 tentang
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia. Dasar
penyajian angka kecukupan gizi adalah:
a. Kelompok Umur
b. Jenis Kelamin
c. Tinggi Badan
d. Berat Badan
e. Kondisi Khusus (hamil dan menyusui)
Menurut Darwin Karyadi dan Muhilal (1996), berhubung AKG yang
tersedia bukan menggambarkan AKG individu, tetapi untuk golongan umur, jenis
kelamin, tinggi badan dan berat badan standar, maka untuk menentukan AKG
individu dapat dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap BB (berat badan)
aktual individu/perorangan tersebut dengan BB standar yang tercantum pada tabel
AKG (Supariasa,2016).
AKG Individual = BB Aktual x Nilai AKG
BB standar pada tabel AKG
Selanjutnya, pencapaian AKG (tingkat konsumsi energi) untuk individu tersebut
adalah:
Tingkat Konsumsi Energi = Asupan Energi Aktual x 100%
AKG Energi

7. Macam-Macam Status Gizi


Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu
(Supariasa, 2016). Macam-macam status gizi (Suparisa, 2016) yaitu:
a. Gizi Kurang: Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absollut untuk
periode tertentu.
b. Gizi Normal: Keadaan tubuh yang mencerminkan kesimbangan antara
konsumsi dan penggunaan gizi oleh tubuh.
c. Gizi Lebih: Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.

8. Indeks Massa Tubuh


Laporan FAO/WHO/UNO tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat
badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index
(BMI). Di Indonesia Body Mass Index (BMI) dikenal dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi untuk
orang dewasa. Rumus perhitungannya (Supariasa,2016) yaitu:
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
Klasifikasi IMT yaitu:

Status Gizi IMT

KEK <18,5

Normal 18,5-25,0

Gemuk >25

obesitas > 30
C. HASIL SURVEY
1. Data Konsumsi Makan Keluarga
Tabel 1.1 Data Konsumsi Keluarga yang Disediakan Dalam 1 Hari
Waktu Makanan Jenis Makanan URT Berat (gr)
Pagi Nasi Putih 1 Gelas 133 gr
Sayur Telur 4 Butir 240 gr
Tempe Goreng 12 Buah Sedang 25 gr
Kerupuk Udang 10 Buah 50 gr
Siang Nasi Putih 1 Gelas 133 gr
Ayam Goreng 4 Potong Sedang 200 gr
Sayur Bayam 1 Mangkok Besar 100 gr
Malam Nasi 1 Gelas 133 gr
Ikan Mas Goreng 4 Ekor 400 gr
Selingan Keripik Singkong 1 Toples 250 gr
Pepaya 2 Buah 200 gr
Kue Roma Sandwich 2 Bungkus 432 gr
Kue Sus 5 Buah 50
Sumber: Data Primer (Wawancara)
Tebel 1.2 Data Konsumsi Ibu Dalam 1 Hari
Waktu Makan Nama URT Berat (gr) Energi (kal)
Makanan
Pagi Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450
Sayur Telur 1 Butir 60 gr 92.4
Tempe Goreng 2 Buah 50 125
Kerupuk 2 Buah 10 gr 47.7
Udang
Selingan I Pepaya 2 Potong 200 gr 92
Kue Sus 1 Buah 10 gr 22.1
Siang Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450
Ayam Goreng 1 Potong 50 gr 123
Sayur Bayam 1 Mangkok 20 gr 4.6
Kecil
Selingan II Keripik 1 Piring Kecil 20 gr 95.6
Singkong
Kue Roma 4 Buah 39 200
Malam Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450
Ikan Mas 1 Ekor 100 gr 86
Goreng
Sumber: Data Primer (Wawancara)
Tabel 1.3 Data Konsumsi Ayah Dalam 1 Hari
Waktu Makan Nama URT Berat (gr) Energi
Makanan
Pagi Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450
Sayur Telur 1 Butir 60 gr 92.4
Tempe Goreng 1 Buah 25 62.5
Kerupuk 1 Buah 5 gr 23.75
Udang
Selingan I Kue Roma 4 Buah 39 200
Kue Sus 1 Buah 10 gr 22.1
Siang Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450
Ayam Goreng 1 Potong 50 gr 123
Sayur Bayam 1 Mangkok 20 gr 4.6
Kecil
Selingan II Pepaya 1 Potong 100 gr 46
Malam Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450
Ikan Mas 1 Ekor 100 gr 86
Goreng
Sumber: Data Primer (Wawancara)
Tabel 1.4 Data Konsumsi Anak Perempuan Dalam 1 Hari
Waktu Makan Nama URT Berat (gr) Energi
Makanan
Pagi Nasi Putih ¾ Piring 200 gr 360
Sayur Telur 1 Butir 60 gr 92.4
Tempe Goreng 1 Buah 25 62.5
Kerupuk 1 Buah 5 gr 23.75
Udang
Selingan I Es Krim 1 Buah 0.8 gr 209.6
Mie Ayam 1 Mangkok 200 gr 204
Selingan II Kue Sus 1 Buah 10 gr 22.1
Keripik 2 Piring Kecil 40 gr 95.6
Singkong
Malam Nasi Putih ¾ Piring 200 gr 360
Ikan Mas 1 Ekor 100 gr 86
Goreng
Sumber: Data Primer (Wawancara)
Tabel 1.5 Data Konsumsi Anak Laki-Laki Dalam 1 Hari
Waktu Makan Nama URT Berat (gr) Energi
Makanan
Pagi Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450
Sayur Telur 1 Butir 60 gr 92.4
Tempe Goreng 3 Buah 75 192.5
Kerupuk 2 Buah 10 gr 47.7
Udang
Selingan I Mie Baso 1 Mangkok 250 285

Siang Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450


Ayam Goreng 1 Potong 50 gr 123
Sayur Bayam ½ Mangkok 10 gr 2.3
Kecil
Selingan II Pepaya 1 Potong 100 gr 46
Keripik 1 Piring Kecil 20 gr 47.8
Singkong
Malam Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450
Ikan Mas 1 Ekor 100 gr 86
Goreng
Sumber: Data Primer (Wawancara)

2. Penyediaan Pangan
Bahan pangan yang disediakan oleh responden meliputi bahan pangan
hewani dan nabati Alasan responden menyediakan kedua bahan pangan tersebut
adalah karena kebutuhan gizi perlu adanya asupan yang seimbang, baik itu zat gizi
yang bersumber dari hewani maupun nabati. Akan tetapi keluarga responden
jarang menyediakan bahan pangan olahan hewani seperti sosis, baso. Hal tersebut
dikarenakan bahan pangan olahan biasanya mengandung pengawet yang kurang
sehat.
Penyimpanan bahan pangan sebelum diolah dilakukan dengan mencuci
bahan pangan terlebih dahulu, kemudian disimpan di dalam lemari es. Khusus
untuk daging ayam atau daging sapi, keluarga responden biasa menyimpan
dengan dibungkus plastik terlebih dahulu dan disimpan didalam freezer. Hal ini
sesuai dengan teori penyimpanan makanan yang termuat dalam (Rojikin, 2018)
dimana bahan pangan unggas atau daging harus disimpan dilemari es dengan
dibungkus plastik terlebih dahulu. Akan tetapi apabila bahan pangan tersebut akan
diolah secara langsung maka bahan pangan tersebut langsung dicuci dan langsung
dilakukan pengolahan.
Penyimpanan untuk buah-buahan dilakukan dengan mencuci terlebih
dahulu kemudian ditiriskan untuk kemudian disimpan di lemari es, buah-buahan
ini disimpan pada space khusus yang terdapat dalam lemari es. Hal ini bertujuan
agar buah-buahan tidak bercampur dengan makanan lainnya sehingga kualitas
buah- buahannya masih terjaga.

3. Pengolahan Pangan
a. Sayuran
Pengolahan sayuran yang dilakukan oleh keluarga Responden dilakukan
dengan cara merebus atau menumis. Merebus sayur biasanya dilakukan 15-20
menit. Hal ini mengakibatkan sayur menjadi sangat lunak. Alasan responden
merebus sayur sedikit lama dikarenakan anggota keluarganya lebih menyukai
sayur yang lunak dibandingkan sayur yang masih sedikit keras. Hal tersebut
kurang sesuai dengan aturan Kementrian Kesehatan (2017) yang menyatakan
bahwa sayuran tidak boleh direbus terlalu lama karena akan mengakibatkan zat
gizi yang terdapat dalam sayuran menjadi hilang. Selain itu, dalam merebus sayur
biasanya responden memasukan garam bersamaan dengan bumbu yang lainnya
saat sedang direbus. Hal ini kurang sesuai karena Seharusnya garam dimasukkan
setelah sayuran masak dan setelah dimasukkan sayuran ditutup (Almatsier, 2011).
b. Unggas
Metode pengolahan unggas yang biasa dilakukan oleh keluarga responden
yaitu menggoreng dengan minyak banyak (deep frying). Namun sebelum digoreng
biasanya unggas direbus terlebih dahulu dengan bumbu. Direbus ini dilakukan
selama 10-15 menit sampai air rebusan habis. Hal ini mengakibatkan tekstur
daging ayam menjadi sedikit rusak karena perebusan terlalu lama (Rojikin, 2018).
c.Ikan
Metode pengolahan pangan yang sering dilakukan untuk pengolahan ikan yang
dilakukan oleh keluarga Responden yaitu dengan menggoreng dengan minyak banyak
(deep frying) atau ditumis. Setelah ikan dicuci biasanya ikan langsung dilumuri bumbu
dan garam kemudian di goreng pada minyak yang cukup banyak sampai ikan menjadi
kering dan matang.
d. Beras/Makanan Pokok
Pengolahan padi menjadi beras dilakukan dengan mengukus pada rice
cooker. Beras dicuci kemudian diberi air dan masukan ke dalam rice cooker untuk
dimasak sekitar 40 menit.

4. Penyajian Makanan
Penyajian makanan yang dilakukan oleh keluarga Responden yaitu dengan
metode penyajian meja (table service) yaitu penyajian di meja secara bersama
pada meja makan (Kemenkes, 2011). Makanan yang disajikan disimpan pada
wadah yang terpisah untuk setiap makanannya. Hal ini bertujuan agar tidak
tercampurnya rasa makanan yang disajikan. Makanan yang disajikan pada wadah
ini ditutup dengan tudung saji agar tidak ada binatang seperti lalat, tikus dan yang
lainnya yang hinggap pada makanan.
D. ANALISIS KECUKUPAN GIZI
1. Analisis Kecukupan Gizi Berdasarkan Kebutuhan Gizi Anggota Keluarga
Tabel 1.6 Analisis Kecukupan Gizi Ibu
Waktu Makan Nama Makanan URT Berat (gr) Energi (kal) Karbohidrat (gr) Protein (gr) Lemak (gr)
Pagi Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450 99.8 7.5 0.75
Sayur Telur 1 Butir 60 gr 92.4 0.42 7.44 6.48
Tempe Goreng 2 Buah 50 125 5.7 12.25 13.3
Kerupuk Udang 2 Buah 10 gr 47.7 6.85 0.47 2.05
Selingan I Pepaya 2 Potong 200 gr 92 24.4 1 24
Kue Sus 1 Buah 10 gr 22.1 2.48 0.75 1.02
Siang Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450 99.8 7.5 0.75
Ayam Goreng 1 Potong 50 gr 123 0.35 18.95 4.5
Sayur Bayam 1 Mangkok Kecil 20 gr 4.6 0.74 0.24 0.12
Selingan II Keripik Singkong 1 Piring Kecil 20 gr 95.6 14.4 0.18 4.14
Kue Roma 4 Buah 39 200 29.3 2.7 5.6
Malam Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450 99.8 7.5 0.75
Ikan Mas Goreng 1 Ekor 100 gr 86 0 16 2
Total 2238.4 384.04 82.48 65.46

21
Keterangan: BB Ibu = 55Kg, Usia = 49 Tahun, Nilai AKG = 2150
a. Kecukupan Energi
1) AKG Ibu = BB Ibu x nilai AKG
BB standar AKG
AKG Ibu = 55 x 2150
55
AKG Ibu = 2150 kalori

2) TEE Ibu = Asupan Energi Ibu x 100%

AKG energi
TEE Ibu = 2238.4 x 100%
2150
TEE Ibu = 104.11%
Berdasarkan perhitungan AKG, AKG ideal ibu adalah 2150 kalori.
Sedangkan dalam AKG aktual ibu 2238.4 kalori. TEE ibu berdasarkan
perhitungan adalah 104.11%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat konsumsi dapat
dikatakan baik.

b. Kecukupan Karbohidrat
1) AKG Ibu = BB Ibu x nilai AKG

BB standar AKG
AKG Ibu = 55 x 323
55
AKG Ibu = 323 gr
2) TEE Ibu = Asupan KH Ibu x 100%

AKG KH
TEE Ibu = 384.04 x 100%
323
TEE Ibu = 118.89%
Berdasarkan perhitungan AKG dan TEE maka dapat dikatakan asupan
karbohidrat ibu sangat baik.

22
c. Kecukupan Protein
1) AKG Ibu = BB Ibu x nilai AKG

BB standar AKG
AKG Ibu = 55 x 57
55
AKG Ibu = 57 gr
2) TEE Ibu = Asupan Protein Ibu x 100%

AKG Protein
TEE Ibu = 82.48 x 100%
57
TEE Ibu = 144.7%
Berdasarkan perhitungan AKG dan TEE asupan protein ibu dapat dikatakan
baik.

d. Kecukupan Lemak
1) AKG Ibu = BB Ibu x nilai AKG

BB standar AKG
AKG Ibu = 55 x 60
55
AKG Ibu = 60 gr
2) TEE Ibu = Asupan Lemak Ibu x 100%

AKG Lemak
TEE Ibu = 65.46 x 100%
60
TEE Ibu = 109.1%
Berdasarkan perhitungan AKG dan TEE maka dapat dikatakan asupan
lemak ibu baik.
Tabel 1.7 Analisis Kecukupan Gizi Ayah
Waktu Makan Nama Makanan URT Berat (gr) Energi (kal) Karbohidrat (gr) Protein (gr) Lemak (gr)
Pagi Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450 99.8 7.5 0.75
Sayur Telur 1 Butir 60 gr 92.4 0.42 7.44 6.48
Tempe Goreng 1 Buah 25 62.5 2.85 6.125 6.65
Kerupuk Udang 1 Buah 5 gr 23.75 3.425 0.235 1.025
Selingan I Kue Roma 4 Buah 39 200 29.3 2.7 5.6
Kue Sus 1 Buah 10 gr 22.1 2.48 0.75 1.02
Siang Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450 99.8 7.5 0.75
Ayam Goreng 1 Potong 50 gr 123 0.35 18.95 4.5
Sayur Bayam 1 Mangkok Kecil 20 gr 4.6 0.74 0.24 0.12
Selingan II Pepaya 1 Potong 100 gr 46 12.2 0.5 12
Malam Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450 99.8 7.5 0.75
Ikan Mas Goreng 1 Ekor 100 gr 86 0 16 2
Total 2010.35 351.165 75.44 41.645
Keterangan: Berat Badan Ayah = 57 kg, Usia= 55 Tahun, nilai AKG = 2325

24
a. Kecukupan Energi
1) AKG Ayah = BB Ayah x nilai AKG
BB standar AKG
AKG Ayah = 57 x 2325
62
AKG Ayah = 2137.5 kalori

2) TEE Ayah = Asupan Energi Ayah x 100%

AKG energi
TEE Ayah = 2010.35 x 100%
2137.5
TEE Ayah = 94.05%
Berdasarkan perhitungan AKG ideal Ayah adalah 2137.5 kalori.
Sedangkan AKG aktual ayah adalah 2010.35. Berdasarkan perhitungan TEE, TEE
ayah adalah 94.05% . Hal ini menunjukan bahwa tingkat konsumsi ayah sedang.

b. Kecukupan KH
1) AKG Ayah = BB Ayah x nilai AKG
BB standar AKG
AKG Ayah = 57 x 349
62
AKG Ayah = 320.85 gr

2) TEE Ayah = Asupan KH Ayah x 100%

AKG KH
TEE Ayah = 351.165 x 100%
320.85
TEE Ayah = 109.44%
Berdasarkan perhitungan AKG dan TEE maka dapat dikatakan tingkat
kecukupan karbohidrat ayah termasuk kategori baik

25
c. Kecukupan Protein
1) AKG Ayah = BB Ayah x nilai AKG
BB standar AKG
AKG Ayah = 57 x 57
62
AKG Ayah = 52.4 gr

2) TEE Ayah = Asupan Protein Ayah x 100%

AKG Protein
TEE Ayah = 75.44 x 100%
52.4
TEE Ibu = 143.96%
Berdasarkan perhitungan AKG dan TEE maka dapat dikatakan asupan
protein ayah termasuk kategori baik.

d. Kecukupan Lemak
1) AKG Ayah = BB Ayah x nilai AKG
BB standar AKG
AKG Ayah = 57 x 60
62
AKG Ayah = 60 gr

2) TEE Ayah = Asupan Lemak Ayah x 100%

AKG Lemak
TEE Ayah = 41.645 x 100%
60
TEE Ibu = 69.4%
Berdasarkan perhitungan AKG dan TEE maka dapat dikatakan asupan
lemak ayah termasuk kategori baik.
Tabel 1.8 Analisis Kecukupan Gizi Anak Perempuan
Waktu Makan Nama Makanan URT Berat (gr) Energi (Kal) Karbohidrat (gr) Protein (gr) Lemak (gr)
Pagi Nasi Putih ¾ Piring 200 gr 360 79.6 6 0.6
Sayur Telur 1 Butir 60 gr 92.4 0.42 7.44 6.48
Tempe Goreng 1 Buah 25 62.5 2.85 6.125 6.65
Kerupuk Udang 1 Buah 5 gr 23.75 3.425 0.235 1.025
Selingan I Es Krim 1 Buah 0.8 gr 209.6 16.48 3.2 10
Mie Ayam 1 Mangkok 200 gr 204 21 12.4 7.8
Selingan II Kue Sus 1 Buah 10 gr 22.1 2.48 0.75 1.02
Keripik Singkong 2 Piring Kecil 40 gr 95.6 28.8 0.36 8.28
Malam Nasi Putih ¾ Piring 200 gr 360 79.6 6 0.6
Ikan Mas Goreng 1 Ekor 100 gr 86 0 16 2
Total 1515.96 234.655 58.51 44.455
Keterangan: BB anak perempuan = 40Kg, Umur = 20 Tahun, Nilai AKG = 2250

27
a. Kecukupan Energi
1) AKG Anak Pr = BB Anak Pr x nilai AKG

BB standar AKG
AKG Anak Pr = 40 x 2250
54
AKG Anak Pr = 1666.66 kalori
2) TEE Anak Pr = Asupan Energi Anak Pr x 100%

AKG energi
TEE Anak Pr = 1515.96 x 100%
1666.66
TEE Anak Pr = 90.95%
Berdasarkan perhitungan AKG, AKG normal anak perempuan
adalah 1666.66. Sedangkan AKG aktual anak perempuan adalah 1515.96 kalori.
Berdasarkan perhitungan, TEE anak perempuan adalah 90.95%. Hal ini
menunjukan bahwa tingkat konsumsi anak perempuan sedang.

b. Kecukupan Karbohidrat
1) AKG Anak Pr = BB Anak Pr x nilai AKG

BB standar AKG
AKG Anak Pr = 40 x 309
54
AKG Anak Pr = 228.88 gr
2) TEE Anak Pr = Asupan KH Anak Pr x 100%

AKG KH
TEE Anak Pr = 234.665 x 100%
228.88
TEE Anak Pr = 102.52 %
Berdasarkan hasil perhitungan AKG dan TEE maka asupan karbohidrat
anak perempuan termsuk kategori baik.

28
c. Kecukupan Protein
1) AKG Anak Pr = BB Anak Pr x nilai AKG

BB standar AKG
AKG Anak Pr = 40 x 56
54
AKG Anak Pr = 41.48 gr
2) TEE Anak Pr = Asupan Protein Anak Pr x 100%

AKG Protein
TEE Anak Pr = 58.51 x 100%
54
TEE Anak Pr = 108.35 %
Berdasarkan perhitungan AKG dan TEE maka asupan protein anak
perempuan termasuk kategori baik

d. Kecukupan Lemak
1) AKG Anak Pr = BB Anak Pr x nilai AKG

BB standar AKG
AKG Anak Pr = 40 x 75
54
AKG Anak Pr = 55.55 gr
2) TEE Anak Pr = Asupan Lemak Anak Pr x 100%

AKG Lemak
TEE Anak Pr = 44.45 x 100%
55.55
TEE Anak Pr = 80.01%
Berdasarkan perhitungan AKG dan TEE maka asupan lemak anak
perempuan termasuk kategori sedang.
Tabel 1.9 Analisis Kecukupan Gizi Anak Laki-Laki
Waktu Makan Nama Makanan URT Berat (gr) Energi Karbohidrat (gr) Protein (gr) Lemak (gr)
Pagi Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450 99.8 7.5 0.75
Sayur Telur 1 Butir 60 gr 92.4 0.42 7.44 6.48
Tempe Goreng 3 Buah 75 192.5 8.85 18.375 19.95
Kerupuk Udang 2 Buah 10 gr 47.7 6.85 0.47 2.05
Selingan I Mie Baso 1 Mangkok 250 285 41 13.25 7.5
Siang Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450 99.8 7.5 0.75
Ayam Goreng 1 Potong 50 gr 123 0.35 18.95 4.5
Sayur Bayam ½ Mangkok Kecil 10 gr 2.3 0.74 0.24 0.12
Selingan II Pepaya 1 Potong 100 gr 46 12.2 0.5 12
Keripik Singkong 1 Piring Kecil 20 gr 47.8 14.4 0.18 4.14
Malam Nasi Putih 1 Piring 250 gr 450 99.8 7.5 0.75
Ikan Mas Goreng 1 Ekor 100 gr 86 0 16 2
Total 2272.7 384.21 97.905 60.99
Keterangan: BB anak laki-laki: 60 Kg, Umur = 28 Tahun, Nilai AKG = 2725 kalori

30
a. Kecukupan Energi
1) AKG Anak Lk = BB Anak Lk x nilai AKG

BB standar AKG
AKG Anak Lk = 60 x 2725
60
AKG Anak Lk = 2725 kalori

2) TEE Anak Lk = Asupan Energi Anak Lk x 100%

AKG energi
TEE Anak Lk = 2272.7 x 100%
2725
TEE Anak Lk = 83.40 %
Berdasarkan perhitungan AKG anak laki-laki adalah 2725 kalori.
Sedangkan AKG aktual anak laki-laki adalah 2272.7 kalori. Berdasarkan
perhitungan TEE, TEE anak laki-laki adalah 83.40%. Hal ini menunjukan
bahwa tingkat konsumsi anak laki-laki sedang.

b. Kecukupan Karbohidrat
1) AKG Anak Lk = BB Anak Lk x nilai AKG

BB standar AKG
AKG Anak Lk = 60 x 375
60
AKG Anak Lk = 375 gr
2) TEE Anak Lk = Asupan Karbohidrat Anak Lk x 100%

AKG Karbohidrat
TEE Anak Pr = 375 x 100%
384.21
TEE Anak Pr = 97.6%
Berdasarkan perhitungan AKG dan TEE maka dapat dikatakan asupan
karbohidrat anak laki-laki termasuk kategori sedang.

31
c. Kecukupan Protein
1) AKG Anak Lk = BB Anak Lk x nilai AKG

BB standar AKG
AKG Anak Lk = 60 x 62
60
AKG Anak Lk = 62 gr
2) TEE Anak Lk = Asupan Protein Anak Lk x 100%

AKG Protein
TEE Anak Pr = 97.905 x 100%
62
TEE Anak Pr = 157.911%
Berdasarkan perhitungan AKG dan TEE maka asupan protein anak laki-
laki termasuk kategori baik.

c. Kecukupan Lemak
1) AKG Anak Lk = BB Anak Lk x nilai AKG

BB standar AKG
AKG Anak Lk = 60 x 91
60
AKG Anak Lk = 91 gr
2) TEE Anak Lk = Asupan Lemak Anak Lk x 100%

AKG Karbohidrat
TEE Anak Pr = 60.99 x 100%
91
TEE Anak Pr = 67.02 %
Berdasarkan perhitungan AKG dan TEE maka asupan lemak anak laki-
laki termasuk kategori defisit.
2. Permasalahan Gizi
Berdasarkan perhitungan kecukupan gizi anggota keluarga, tidak ada
anggota keluarga yang mengalami defisit konsumsi energi, karbohidrat, dan
protein. Akan tetapi untuk konsumsi lemak, anak laki-laki memiliki asupan yang
dapat dikategorikan defisit.
Selain dilihat dari asupan konsumsi, masalah gizi dapat dilihat dari berat
badan anggota keluarga. Anak perempuan memiliki berat badan jauh di bawah
standar AKG. Dimana standar berat badan AKG untuk perempuan usia 20 tahun
yaitu 54 Kg, sedangkan berat badan aktualnya 40 Kg. Jika dihitung berdasarkan
IMT:
IMT anak perempuan = Berat Badan Anak Perempuan
(Tinggi Anak Perempuan)2
IMT anak perempuan = 40
(1.52)2
IMT anak perempuan = 17.31
Berdasarkan perhitungan tersebut maka anak perempuan di keluarga
tersebut termasuk ke dalam kekurangan berat badan tingkat ringan dan tergolong
dalam KEK (kurang energi kronis).
Kekurangan berat badan tingkat rendah ini juga dapat dilihat dari pola
konsumsi anak perempuan keluarga tersebut, yaitu anak perempuan tersebut tidak
suka membiasakan makan siang serta porsi makan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan anggota keluarga yang lainnya. Hal ini mengakibatkan
intake nya menjadi kurang sehingga berat badan pun menjadi dibawah normal
(Supariasa, 2016).

3. Penyelesaian Masalah Gizi


Kurang energi kronis (KEK) yang ditandai oleh rendahnya berat badan
dapat diatasi dengan meningkatkan jumlah asupan konsumsi. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menambah jumlah waktu makan seperti adanya jam makan
siang, mengkonsumsi makanan yang bergizi, dan menambah jumlah asupan
makanan secara bertahap sehingga TEE (tingkat konsumsi) bisa mencapai 100%
atau lebih dari 100%. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Chinue
(2009), ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya KEK, antara lain :
a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, yaitu :
1) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayur
berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
2) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C
(seperti daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat
bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
b. Menambah pemasukan zat besi dalam tubuh dengan meminum tablet penambah
darah.
Adapun untuk penanganan masalah defisit lemak dapat dilakukan dengan
menambah jumlah asupan makanan yang mengandung lemak baik seperti roti
dengan margarin, buah alpukat, telur dan makanan lainnya yang mengandung zat
lemak.
E. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penyediaan pangan, pengolahan serta penyajian makanan yang dilakukan
oleh responden sudah hampir memenuhi ketentuan hygiene sanitasi makanan.
Hanya ada beberapa yang belum sesuai dikarenakan kurangnya pengetahuan
responden.
2. Kecukupan asupan gizi anggota keluarga rata-rata memiliki asupan yang
dikategorikan baik, baik itu kecukupan energi, karbohidrat, protein. Hanya
kecukupan lemak saja yang defisit pada salah satu anggota keluarga (anak
laki- laki).
3. Permasalahan gizi anggota keluarga yaitu IMT anak perempuan termasuk
kategori KEK, dan terjadi defisit asupan lemak pada anak laki-laki.

F. SARAN
Adapun saran atau rekomendasi dalam laporan ini yaitu:
1. Setiap anggota keluarga harus menjaga asupan gizi nya sehingga tidak ada
salah satu jenis zat gizi yang defisit, hal ini dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi makanan gizi seimbang setiap harinya.
2. Perlu adanya jam makan yang konsisten bagi anggota keluarga sehingga tidak
terjadinya kekurangan asupan yang berakibat pada rendahnya berat badan.
3. Setiap anggota keluarga harus saling mengingatkan satu sama lain akan
pentingnya menjaga kesehatan khususnya dalam pemenuhan gizi yang
seimbang.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes. 2018. Hasil Riskesdas 2018. Diunduh dari depkes.go.id

FK Rahim. 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Faktor Resiko Underweight


Balita Usia 7-59 Bulan.diunduh pada 15 September 2019 pada
journal.unnes.ac.id

Sholikhah. 2017. Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita di Pedasaan
dan Perkotaan. diunduh pada 15 September 2019 pada
journal.unnes.ac.id

Suharsa, Hari. 2014. Status Gizi Lebih dan Faktor Lain yang Berhubungan pada
Siswa Sekolah Dasar Islam Tirtayasa Kelas IV dan V di Kota Serang
Tahun 2014. Diunduh pada 15 September 2019 pada juliwi.com

Afrizal Afrius.2017. Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi


Balita (Studi di Desa Palasari dan Puskesmas Kecamatan Legok,
Kabupaten Tangerang) diunduh pada 15 September 2019 pada
jurnal.ug.ac.id

Rojikin. 2018. Tanpa Judul. Diunduh pada tanggal 16 September 2019 pada repo-
iain.tulungagung.ac.id

Permenkes RI Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Hygiene Sanitasi


Makanan. Diunduh pada 16 September 2019 pada jdih.pom.go.id

Supariasa, dkk. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi. Diunduh


pada 16 September 2019 pada kemenkes.go.id

Chinue. 2009. Perhitungan Kebutuhan Gizi. Malang: Media Grup

Almatsir, Sunita. 2011. Prinssip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Kemenkes. 2017. Pengaruh Proses Pemasakan Terhadap Komposisi Zat Gizi
Bahan
Pangan Sumber Protein. Diunduh pada 17 September 2019 pada
ejournal.litbang.depkes.go.id
LAMPIRAN

IDENTITAS RESPONDEN
Responden 1
Nama : Atik Kusmiyati
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Usia : 49 Tahun
Berat Badan : 55 Kg
Tinggi : 155 cm

Responden 2
Nama :Adang
Pekerjaan : Wiraswasta
Usia : 55 Tahun
Berat Badan : 57 Kg
Tinggi Badan : 157 cm

Responden 3
Nama : Kurniawati
Pekerjaan : Mahasiswa
Usia : 20 Tahun
Berat Badan : 40 Kg
Tinggi Badan : 152 cm

Responden 4
Nama : Anjar Munandar
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Usia : 28 Tahun
Berat Badan : 60 Kg
Tinggi Badan : 165 cm
LAMPIRAN
GAMBAR MENU KELUARGA

Ikan Goreng
Sayur Tahu

Potongan Tempe Kue Sus

Ayam Goreng
Pepaya

Keripik Singkong
Sayur Bayam

Anda mungkin juga menyukai