Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DASAR EPIDEMIOLOGI

Transisi Epidemiologi

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

1. Arifah Sofriani Yusma (10011281823100)


2. Dinda Erizky Prayogi (10011381823154)
3. Mutiara Putri A (10011281823102)
4. Nanda Rizka Saputri (10011181823035)
5. Nyimas Fatimah (10011181823178)
6. Siti Ariffah Septiani (10011281823189)

KELAS : IKM C
Dosen Pengampu : Rini Muntahar, S.KM., M.KM.

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA
2018

Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dalam mata kuliah Dasar Epidemiologi “Transisi
Epidemiologi”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca sekaligus dapat menambah wawasan para
pembaca.

Indralaya , 26 Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................2
1.4 Metode Penulisan..........................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Epidemiologi ......................................................................... 3
2.2 Pengertian Transisi Epidemiologi ........................................................... 4
2.3 Tahapan-tahapan dalam Epidemiologi..................................................... 6
2.4 Fase-fase dalam transisi epidemiologi di Indonesia ............................... 7
2.5 Sebab Transisi Epidemiologi .................................................................. 8
2.6 Dampak Transisi Epidemiologi .............................................................. 10
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 9
3.2 Saran.......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia kesehatan kita sering mendengar kata Transisi Epidemiologi,


atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan
yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian
dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular),
sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin
meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi
dan meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya pola risiko
timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus,
hipertensi, dan lain sebagainya. Ya..mungkin seperti itulah pengertian Transisi
Epidemiologi yang saya ketahui.

Teori transisi epidemiologi sendiri pertama kali dikeluarkan oleh seorang


pakar Demografi Abdoel Omran pada tahun 1971. Pada saat itu ia mengamati
perkembangan kesehatan di negara industri sejak abad 18. Dia kemudian
menuliskan sebuah teori bahwa ada 3 fase transisi epidemiologis yaitu 1)The age
of pestilence and famine, yang ditandai dengan tingginya mortalitas dan
berfluktuasi serta angka harapan hidup kurang dari 30 tahun, 2)The age of
receding pandemics, era di mana angka harapan hidup mulai meningkat antara 30-
50 dan 3)The age of degenerative and man-made disease, fase dimana penyakit
infeksi mulai turun namun penyakit degeneratif mulai meningkat. gambaran itu
memang untuk negara Barat.

Transisi epidemiologi yang dimaksud adalah perubahan distribusi dan


faktor-faktor penyebab terkait yang melahirkan masalah epidemiologi yang baru.
keadaan transisi epidemiologi ini ditandai dengan perubahan pola frekuensi
penyakit.
Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan kompleks dalam pola
kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan
prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi
(penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan
berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup
yang berarti meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti
penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi dan lain-lain.
Sebagai orang yang bijak, seharusnya kita menghargai kesehatan yang saat
ini kita miliki. “Health is nothing but without health everything is
nothing” disadari atau tidak, istilah tersebut benar adanya. Jangan menunggu sakit
untuk menghargai kesehatan, karena bisa jadi setelah sakit, kesehatan tidak akan
kembali secara utuh. Untuk itu, menjaga kesehatan menjadi hal yang sangat
penting.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian epidemiologi itu sebenarnya ?
2. Apa itu transisi epidemiologi sebenarnya ?
3. Apa tahapan-tahapan pada transisi epidemiologi?
4. Bagaimana fase-fase dalam transisi epidemiologi di Indonesia ?
5. Apa saebab terjadi nya transisi epidemiologi ?
6. Apa saja dampak transisi epidemiologi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui epidemiologi itu sebenarnya.
2. Untuk mengetahui transisi epidemiologi sebenarnya.
3. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam transisi epidemiologi
4. Untuk mengetahui bagaimana fase-fase dalam transisi epidemiologi di
Indonesia.
5. Untuk mengetahui sebab terjadinya transisi epidemiologi
6. Untuk mengetahu dampak dari transisi epidemiologi
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini
menggunakan studi kepustakaan yang bersumber dari media buku (jurnal) maupun media
cetak/elektronik yang sesuai dengan materi yang akan dibahas.

BAB II
PEMBAHASA
N

2.1. Pengertian Epidemiologi

“Epidemiologi” berasal dari dari kata Yunani epi= atas, demos= rakyat,
populasi manusia, dan logos = ilmu (sains), bicara. Secara etimologis,
epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor yang berhubungan
dengan peristiwa yang banyak terjadi pada rakyat, yakni penyakit dan kematian
yang diakibatkannya yang disebut epidem. Kemudian pada tahap perkembangan
berikutnya, banyak ahli mendefinisikan epidemiologi dalam berbagai cara, antara
lain:

1. Hirsch (1883): Suatu gambaran kejadian, distribusi, dan tipe penyakit manusia,
pada saat tertentu di bumi dan kaitannya dengan kondisi eksternal.

2. Frost (1927): Ilmu fenomena massal penyakit infeksius, atau seperti riwayat
alamiah penyakit infeksius ... suatu ilmu induktif yang tidak hanya
mendeskripsikan distribusi penyakit, tetapi juga kesesuaiannya dalam suatu
filosofi yang konsisten. 2 Buku Ajar Epidemiologi

3. Greenwood (1934): Epidemiologi adalah studi penyakit sebagai fenomena


massal.

4. Lilienfeld (1957): Epidemiologi boleh didefinisikan sebagai studi distribusi


suatu penyakit atau kondisi dalam populasi dan faktor yang memengaruhi
distribusi ini.

5. Taylor (1963): Studi kesehatan atau penyakit dalam populasi.


6. Pada 1970, MacMahon dan Pugh mendefinisikan epidemiologi sebagai berikut:
Epidemiologi mempelajari penyebaran dan penentu dari frekuensi penyakit pada
manusia. (Epidemiologi is the study of the distribution and determinants of
disease frequency in man).

7. Pada 1983, International Epidemiological Association mendefinisikan


epidemiologi “the study of the distribution and determinants of health-related
states or events in specified populations, and the application of this study to
control of health problems” – Epidemiologi adalah “studi tentang distribusi dan
determinan keadaan dan peristiwa terkait kesehatan pada populasi, dan
penerapannya untuk mengendalikan masalah kesehatan”.

8. Prof. DR. Nur Nasry Noor, M.PH (2008) Epidemiologi adalah suatu cabang
ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah
kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya
masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun
penanggulangannya.

2.2. Pengertian Transisi Epidemiologi

Transisi Epidemiologi adalah keadaan yang ditandai dengan adanya perubahan


dari mortalitas dan morbiditas yang dulunya lebih disebabkan oleh penyakit
infeksi (infectious disease) atau penyakit menular (communicable disease)
sekarang lebih sering disebabkan oleh penyakit-penyakit yang sifatnya kronis atau
tidak menular (non-communicable disease) dan penyakit-penyakit degeneratif.
Secara konseptual, teori transisi epidemiologis berfokus pada perubahan plex
dalam pola kesehatan dan penyakit dan pada interaksi antara pola-pola ini dan
demografisnya, ekonomi dan sosiologis penentu dan konsekuensi.

Transisi epidemiologi merupakan suatu perubahan distribusi dan faktor-


faktor penyebabterkait yang melahirkan masalah epidemiologi yang baru. keadaan
transisi epidemiologi iniditandai dengan perubahan pola frekuensi penyakit.
Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan kompleks dalam pola
kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematiandimana terjadi penurunan
prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakitnon infeksi
(penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan
berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup
yang berartimeningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti
penyakit jantung koroner,diabetes melitus, hipertensi dan lain-lain.

Transisi epidemiologis memiliki paralisis leled transisi demografis dan


teknologi di sekarang dikembangkan negara di dunia dan masih berlangsung di
masyarakat yang kurang berkembang. Banyak bukti dapat dikutip untuk
mendokumentasikan transisi ini di mana penyakit generatif dan buatan manusia
menggantikan pandemi infeksi sebagai infeksi penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Sila utama dari teori transisi epidemiologi adalah pra- dikirim di
bawah. Data yang dihaluskan dari Tabel Model Kehidupan PBB (Departemen
Sosial PBB, 1955), mewakili Pandangan "lintas budaya" tentang pola kematian di
berbagai kehidupan tingkat pectancy, memberikan pengantar yang berguna untuk
proposisi dasar.

Pandangan longitudinal ditambahkan oleh data historis dan kontemporer


dari beberapa negara menyediakan dokumentasi lebih lanjut; data dari individu
negara - negara juga berfungsi untuk menggambarkan beberapa variasi aneh dari
transisi dan untuk mendukung tiga model yang membedakan pola yang berbeda
transisi epidemiologi. Model-model ini adalah klasik atau model barat, seperti
yang diwakili di sini oleh Inggris dan Wales dan Swedia; model transisi yang
dipercepat, sebagaimana diwakili oleh Jepang; dan kontemporer atau model
tertunda seperti yang diwakili oleh Chili dan Ceylon. Apa yang dimulai sebagai
latihan yang tampaknya bersifat akademis, berusaha untuk menggambarkan dan
menguraikan faktor penentu dan konsekuensi dari perubahan pola penyakit yang
telah menyertai modernisasi di sebagian besar barat negara, ditujukan juga untuk
menyoroti populasi yang ulet masalah negara-negara yang kurang berkembang.

Misalnya, pembuat kebijakan cenderung melihat kesuburan tinggi sebagai


penjahat yang keras kepala, menciptakan populasi akut tekanan dan kondisi sosial
ekonomi yang menindas dalam pengembangan Transisi Epidemiologi 733
masyarakat; akibatnya, program untuk mengatasi masalah berat ini miliki telah
hampir secara eksklusif ditujukan untuk pengendalian kelahiran. Salah
satunyaimplikasi praktis yang berasal dari studi historis epidemiologi transisi di
negara-negara barat adalah program pengendalian penyakit mungkin bukan hanya
prasyarat transisi kesuburan tetapi juga efektif instrumen pengembangan sosial
ekonomi juga.

2.3. Tahapan-Tahapan Transisi Epidemiologis

1. Zaman Sampar dan Kelaparan saat kematian tinggi dan berfluktuasi, dengan
demikian menghalangi pertumbuhan populasi yang berkelanjutan. Di tahap ini
harapan hidup rata-rata saat lahir rendah dan bervariasi, bimbang antara 20 dan 40
tahun.

2. Zaman Pandemi yang Menyembuhkan ketika kematian menurun secara


progresif; dan laju penurunan semakin cepat seiring dengan meningkatnya
epidemic lebih jarang atau hilang. Harapan hidup rata-rata di kelahiran meningkat
terus dari sekitar 30 menjadi sekitar 50 tahun. Populasi pertumbuhan
berkelanjutan dan mulai menggambarkan eksponensial melengkung.

3. Zaman Degeneratif dan Penyakit Buatan Manusia saat kematian berlanjut


menurun dan akhirnya mendekati stabilitas secara relative level rendah. Harapan
hidup rata-rata saat lahir naik secara bertahap sampai melebihi 50 tahun. Zaman
Sampar dan Kelaparan mewakili untuk semua tujuan praktis perpanjangan dari
pola kesehatan dan penyakit pra-modern. Di tahap ini penentu utama kematian
adalah "pemeriksaan positif" Malthus. yaitu, epidemi, kelaparan dan perang. Studi
Graunt tentang London's Bills Mortality (Graunt 1939) pada pertengahan abad
ketujuh belas menunjukkan, untuk

misalnya, bahwa hampir tiga perempat dari semua kematian dikaitkan dengan
infeksi penyakit, malnutrisi dan komplikasi kehamilan; kardiovaskular penyakit
dan kanker bertanggung jawab atas kurang dari enam persen.2 (Lihat grafik untuk
London abad ketujuh belas dalam Gambar 4.)
2.4. Tiga Fase Transisi Epidemiologi Di Indonesia

Teori transisi epidemiologi sendiri pertama kali dikeluarkan oleh seorang pakar
Demografi Abdoel Omran pada tahun 1971. Pada saat itu ia mengamati
perkembangan kesehatan di negara industri sejak abad 18. Dia kemudian
menuliskan sebuah teori bahwa ada 3fase transisi epidemiologis yaitu:

1) The age of pestilence and famine (masa wabah dan kelaparan), ditandai
dengan tingginya angka kematian, rendahnya usia harapan hidup yaitu dibawah
40 tahun, dan pertumbuhan populasi yang tidak terkontrol. Fase ini terjadi sejak
abad 17 d hingga awal abad 20. Pola penyakit dalam fase ini ditandai dengan
peningkatan paparan mikroba, gizi buruk, penyakit karena penyimpanan makanan
yang tidak adekuat, penyakit menular dan penyakit endemik.

2) The age of receding pandemics (masa menurunnya pandemi), ditandai


dengan penurunan angka kematian karena penurunan epidemi, dan peningkatan
usia harapan hidup menjadi sekitar 55 tahun. Masa ini terjadi pada pertengahan
abad ke 20. Pada fase ini mulai terjadi pergeseran pola penyakit dan kematian
yang awalnya dikarenakan penyakit infeksi, kini disebabkan karena penyakit
degeneratif dan kronik.

3) The age of triple health burden (masa tiga beban kesehatan), ditandai dengan
penurunan signifikan angka kematian dan peningkatan usia harapan hidup
menjadi mencapai 70 tahun. Fase ini terjadi pada akhir abad 20 atau awal abad 21.
Frenk dan Gomez-Dantes mengatakan triple burden of disease pada negara
berkembang di fase ini meliputi;

a. Timbunan permasalahan kesehatan klasik, seperti penyakit infeksi, gizi


buruk, dan kematian ibu,
b. Meningkatnya tantangan penyakit tidak menular, seperti kanker, diabetes,
penyakit jantung, dan penyakit mental,
c. Munculnya permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan
globalisasi, seperti new emerging disease dan permasalahan kesehatan
terkait perubahan iklim dan gaya hidup Nah berdasar teori tersebut dapat
disimpulkan bahwa kini Indonesia berada di fase ketiga, yaitu the age of
triple health burden.

2.5. Sebab Transisi Epidemiologi

Beberapa literatur dan buku menerangkan beberapa penyebab terjadinya


transisi epidemiologi. Noor (2008) menyatakan transisi epidemiologi
dipengaruhi oleh transisi demografi, transisi sosial dan ekonomi, serta transisi
lingkungan.
Dikaitkan dengan konsep Trias Epidemiologi, maka kejadian transisi
epidemiologi disebabkan oleh perubahan pada faktor Host dan Environment
dibandingkan oleh Agen. Perubahan tersebut antara lain:
a. Perubahan pada Host
1) Perubahan struktur masyarakat
Terjadi perubahan struktur dalam masyarakat, dari yang sebelumnya
bersifat agraris beralih ke masyarakat industri. Perubahan ini
menyebabkan penurunan penularan penyakit menular akibat sanitasi
yang lebih baik. Namun pada saat yang sama menimbulkan risiko
penyakit baru yaitu kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja.
Umumnya masyarakat industri identik dengan peningkatan penghasilan
yang menyebabkan perubahan gaya hidup tidak sehat (merokok, alkohol,
kurang gerak, narkoba). Perubahan lainnya adalah masyarakat lebih
konsumerisme, sehingga kebutuhan hidup tidak merasa terpenuhi.
Akibatnya masyarakat lebih disibukkan dengan mencari tambahan
penghasilan, yang secara tidak langsung menyebabkan peningkatan stres.
2) Perubahan struktur demografis
Perubahan ini disebut juga transisi demografis. Perubahan tersebut
ditandai dengan terjadinya penurunan proprosi usia anak muda dan
peningkatan jumlah penduduk usia lanjut. Keberhasilan program
Keluarga Berencana (family planning) ikut menyumbang perubahan ini.
Namun Noor (2008) menyatakan berdasarkan hasil Trend Assessment
Study yang dilakukan Balitbangkes, akan terjadi penurunan proporsi
Balita, dan terjadi peningkatan proporsi usia remaja, produktif, dan lanjut
usia.
3) Perubahan status pekerjaan
Penyebab utama perubahan ini adalah terjadinya pergeseran status
pekerjaan pada wanita akibat emansipasi dan kesetaraan jender.
Pergeseran ini akan menyebabkan perubahan pada pola asuh anak yang
lebih dipercayakan kepada babby sitter dibanding kepada keluarga.
4) Perubahan pola pikir tentang kesehatan
Perubahan ini sejalan dengan arus perkembangan globalisasi, teknologi,
komunikasi, dan segala bentuk modernisasi, yang menandai dimulainya
era baru dalam kesehatan masyarakat (new era of public health).

5) Perubahan mobilitas penduduk


Dengan semakin majunya komunikasi dan informasi maka mobilitas
penduduk meningkat yang berdampak pada penularan penyakit tertentu
atau penyakit baru pada masyarakat. Mobilitas juga ditandai dengan
makin berkurangnya aktifitas penduduk karena pengaruh teknologi dan
otomatisasi, yang berisiko pada penyakit degenerasi.
6) Perubahan nilai sosial dalam masyarakat
Antara lain perubahan dalam menilai lembaga perkawinan yang lebih
dilandasi oleh keinginan berteman dan bersosial dibanding untuk
kesehatan reproduktif. Perubahan menjadi masyarakat yang
individualistis menyebabkan angka kejahatan lebih tinggi akibat
masyarakat akan lebih survive dan mencari jalan selamat sendiri.
b. Perubahan pada Environment (lingkungan)
1) Perubahan sanitasi lingkungan
Perubahan ini terjadinya khususnya disebabkan oleh penyediaan air yang
bersih, sehingga penularan penyakit melalui air (waterborne disease)
berkurang. Namun di wilayah lain terjadi pula kesulitan akan air bersih
karena perubahan iklim, yang rawan menimbulkan penyakit menular
seperti kolera dan muntaber. Kepadatan penduduk juga berpengaruh pada
sanitasi lingkungan yang buruk. Beberapa penyakit timbul akibat
masalah-masalah sanitasi dasar yang rendah seperti: ISPA, infeksi
saluran penceraan, TBC, dan berbagai infeksi parasit.
2) Peningkatan pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan ikut berperan dalam pemberantasan penyakit infeksi
dan meningkatkan umur harapan hidup (life expectancy).

2.6. Dampak Transisi Epidemiologi

Dampak dari transisi epidemiologi yaitu :

a. Gangguan bersamaan pada penyakit menular, yaitu masih ditemukan


penyakit menular di daerah pedesaan dan pemukian kumuh perkotaan,
serta masih ditemukan penyakit menular lama dan timbulnya penyakit
menular baru.
b. Masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi yang berkaitan dengan penyakit
infeksi dan kemiskinan, serta masalah gizi lebih (over nutrition).
c. Gangguan kesehatan pada masyarakat jompo akibat meningkatnya umur
harapan hidup.
d. Kecenderungan perubahan pola penyakit dari penyakit menular yang
mudah disembuhkan ke penyakit tidak menular yang kronis dan sulit
disembuhkan.
Di Indonesia, transisi epidemiologi mengakibatkan berbagai kejadian yang
tidak terpikirkan sebelumnya, antara lain:
a. Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular. Keadaan ini ditandai
dengan munculnya empat besar penyakit tidak menular penyebab
kematian yakni cardiovascular, cancer, diabetes, dan penyakit paru
obstruksi kronis. Di era JKN, dana BPJS Kesehatan mengalami defisit
disebabkan prevalensi penyakit tidak menular antara lain stroke, jantung,
kanker, dan gagal ginjal.
b. Swastanisasi di bidang pelayanan kesehatan. Transisi epidemiologi juga
menyebabkan kesadaran akan pentingnya menyediakan pelayanan
kesehatan yang lebih banyak sehingga terjadi pemerataan kepada
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang semula disediakan oleh pemerintah
berangsur-angsur dilayani oleh swasta. Swastanisasi bukan hanya dalam
pelayanan kesehatan, tetapi juga dalam program kesehatan lainnya, antara
lain pengelolaan sampah, penyediaan air bersih, dan abatisasi (pencegahan
DBD).
c. Upaya promotif dan preventif menjadi prioritas utama. Transisi
epidemiologi menghasilkan kesadaran bahwa upaya peningkatan dan
pencegahan kesehatan memberikan keuntungan lebih besar dibanding
upaya pengobatan dan pemulihan. Di Indonesia hal ini sudah dicanangkan
pemerintah dengan program-program yang mengarah ke promotif dan
preventif, seperti: alokasi anggaran kesehatan yang lebih besar ditujukan
untuk upaya pencegahan, promosi Perilaku Hidup Besih dan Sehat
(PHBS), dan sebagainya.
BAB III
PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Transisi epidemiologi yang dimaksud adalah perubahan distribusi dan faktor-
faktor penyebab terkait yang melahirkan masalah epidemiologi yang baru.
keadaan transisi epidemiologi ini ditandai dengan perubahan pola frekuensi
penyakit.
Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan kompleks dalam pola
kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan
prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi
(penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan
berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup
yang berarti meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti
penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi dan lain-lain.
Transisi epidemiologi ini disebabkan karena terjadinya perubahan sosial
ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk, saat masyarakat telah
mengadopsi gaya hidup tidak sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas fisik,
makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi alkohol yang diduga merupakan
faktor risiko PTM.

3.2 SARAN
Strategi pemeliharaan kesehatan untuk masa transisi harus mencakup jaminan
pemeliharaan kesehatan yang berkeadilan bagi seluruh penduduk, memperhatikan
kualitas sumber daya tenaga kesehatan dan pengaturan pelaksanaan penugasan yang
merata di seluruh wilayah Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Heryana, Ade. (2016). “Transisi Epidemiologi”. Makalah Epidemiologi
Universitas Esa Unggul, Jakarta.

Depkes RI,2006 dalam Rahajeng E & Tuminah, S.,2009

Bustan, Nadjib M., Pengantar Epidemiologi, edisi revisi, Jakarta, Rineka Cipta,
2012

Anda mungkin juga menyukai