Menulis adalah kegiatan untuk menciptakan catatan atau informasi dengan kertas sebagai
medianya. Terampilan menulis adalah tuntutan setiap orang, terutama bagi mereka yang
bergerak
di dunia akademik. Kegiatan menulis adalah kegiatan aktif dan produktif. Karena dengan
menulis,
penulis harus aktif dan kreaktif menyusun pikirannya dengan teratur agar tulisannya dipahami
orang lain. Menulis dikatakan produktif karena penulis menghasilkan sesuatu, yaitu hasil
pikiran
yang telah ditulisnya dengan sistem logis sehingga menjadi karya tulis yang dapat diterima
oleh
pembaca.
insan Indonesia yang terpelajar. Terkait dengan keyakinan ini, mahasiswa dilibatkan dalam
berbagai kegiatan yang membantu mereka untuk mencapai pemahaman yang mantap tentang
pengertian tulisan akademik dengan kriterianya, dan ragam tulisan akademik seperti makalah,
artikel, dan laporan. Kemudian mereka diberi tugas untuk menyusun makalah, artikel, dan
laporan
karya sendiri atau karya orang lain), dan perbaikan. Hasil akhir adalah makalah mahasiswa
yang
telah direvisi.
Menulis akademik bukan pekerjaan yang sulit melainkan mudah. Ketika memulai menulis
secara
ilmiah, setiap penulis tidak perlu menjadi seorang penulis yang terampil. Belajar teori menulis
itu
mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali atau dua kali saja. Frekuensi dan
kontinuitas latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis menulis.
Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis. Artinya, kapan pun seseorang dapat
melakukannya. Ketakutan akan gagal bukanlah penyebab yang harus dipertahankan. Adapun
struktur generik wacana dari masing-masing jenis karangan atau tulisan tidak menunjukkan
perbedaan yang
mencolok. Hanya pada jenis karangan narasi menunjukkan struktur yang lengkap, yang terdiri
atas
orientasi, komplikasi, dan resolusi. Hal inilah yang menjadi ciri khas atau karakteristik jenis
karangan narasi.
Untuk menambah wawasan tentang menulis akademik, kita perlu mengetahui antara penulis
yang
terampil dan penulis yang tidak terampil agar kita dapat mengambil manfaat dari keduanya.
Kita
dapat mengetahui kesulitan yang dialami oleh penulis pemula (penulis tidak terampil). Salah
satu
kesulitan yang dihadapi adalah ia kurang mampu mengantisipasi masalah yang ada pada
pembaca.
Adapun penulis yang terampil, ia mampu mengatasi masalah tersebut ataupun masalah yang
lainnya. Masalah lain adalah berkenaan dengan proses menulis itu sendiri.
Menulis adalah kegiatan menyusun serta merangkai kalimat sedemikian rupa agar pesan,
in!ormasi, serta maksud yang terkandung dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat
disampaikan dengan baik. Untuk itu, setiap kalimat harus disusun sesuai dengan kaidah-kaidah
gramatika, serta mampu mendukung pengertian baik dalam taraf signifinance maupun dalam
taraf
value. Kalimat-kalimat yang demikian itu diwujudkan di atas kertas dengan menggunakan
media
visual menurut gra!ologi tertentu. Penguasaan terhadap sistem gra!ologi ini, yaitu sistem yang
digunakan dalam suatu bahasa merupakan kemampuan prasarana yang harus dikuasai oleh
seorang
penulis.
Ada tiga tahap proses menulis sebagaimana ditawarkan oleh David Nunan, yaitu: (1) tahap
prapenulisan; (2) tahap penulisan; dan (3) tahap revisi atau penyempurnaan. Untuk
menerapkan
ketiga tahap tersebut, dalam pendidikan bahasa, khususnya keterampilan menulis diperlukan
keterpaduan antara proses dan produk menulis di dalam kelas. Hal ini amat bergantung pada
minat