OLEH :
201121009
2021
1.1. LATAR BELAKANG
Permasalahan lingkungan yang sampai saat ini masih menjadi pekerjaan rumah bersama
adalah sampah. Sampah merupakan sisa-sisa benda atau barang yang telah digunakan
manusia. Pada dasarnya sampah merupakan konsep buatan manusia. Sampah dapat dibagi
menjadi dua bentuk. Yang pertama anorganik dan organik. Sampah anorganik adalah sampah
yang berasal dari benda-benda yang tidak dapat diuraikan. Contohnya adalah plastik, kaleng, dan
lain-lain. Sedangkan sampah organik adalah sampah yang terbentuk dari zat-zat organik dan
dapat diuraikan, contohnya daun. Masyarakat masih menganggap bahwa sampah itu merupakan
limbah yang harus disingkirkan dari lingkungannya. Sehingga tempat pembuangan akhir (TPA)
menjadi muara dari aktivitas manusia tersebut. Akan tetapi, tempat pembuangan akhir tersebut
memiliki keterbatasan dalam menampung volume sampah yang yang semakin bertambah tiap
tahunnya.
Pembekalan ketrampilan bagi warga untuk mengolah sampah baik organik maupun
anorganik menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis cukup
tinggi merupakan salah satu penerapan pemilahan dalam usaha untuk membatasi volume sampah
yang merupakan bagian terpenting dalam pengelolaan sampah di suatu masyarakat dengan pola
intensif. Dikatakan kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan dikoordinasi secara langsung
oleh warga Dusun Bantardowo. Dengan memberikan pembekalan kepada warga berupa
ketrampilan mengolah sampah, akan ditemukan satu langkah yang inovatif dalam usaha untuk
membiasakan masyarakat memilah-milah sampah. Dan pada akhirnya masyarakat akan lebih
menghargai sampah sesuai dengan nilai dan jenisnya sehingga mau untuk memilah sampah yang
pada saatnya dapat mengurangi timbunan atau volume sampah. Ketrampilan mengolah
sampah juga dapat menumbuhkembangkan perekonomian rakyat karena warga dapat berkreasi
memanfaatkan sampah dalam bentuk sampah yang sudah dikelompokkan sesuai
jenisnya menjadi menjadi lebih bermanfaat, baik dari segi lingkungan untuk mengurangi volume
sampah maupun segi ekonomi berupa pengolahan sampah plastik menjadi barang-barang bernilai
jual.
Masyarakat di Tanjung Raya memiliki beberapa pola pengelolaan sampah. Pengelolaan
yang dimaksud yakni terbatas pada pemusnahan sampah dengan cara dibuang, dibakar serta
ditimbun. Pada masyarakat yang pola pengelolaan sampah dengan cara dibuang dilakukan
dengan cara membuang sampah di sungai. Sedangkan pada masyarakat yang memusnahkan
sampah dengan cara membakar dan atau menimbun tanpa memilah terlebih dahulu akan
memberikan dampak pencemaran lingkungan jangka panjang. Ditambah dengan kebiasaan
primitif di mana masih banyak yang sekedar membuang bungkusan sampah dengan sengaja di
sepanjang jalan.
Pola perilaku yang baik merupakan salah satu tolok ukur pola pemikiran yang baik pula. Secara
sosiologis, pola perilaku masyarakat merupakan pengejawentahan dari pribadi yang
bersangkutan untuk nantinya berubah menjadi tindakan sosial. Tindakan sosial merupakan
bentuk perilaku masyarakat yang sudah diakui secara universal, baik maupun buruk. Oleh karena
itu, diperlukan pendekatan yang tepat untuk merubah pola perilaku masyarakat dalam upaya
penyadaran dengan merubah pola pikir terlebih dahulu dalam hal pengelolaan sampah yang
berbeda pada tiap tipe sampah pada warga Tanjung Raya agar sampah menjadi lebih bermanfaat.
Tolok ukur keberhasilan dalam merubah pola perilaku pengelolaan sampah ini bisa dilihat dari
berjalannya dan semakin berkembangnya kreativitas warga Dusun Bantardowo secara
berkelanjutan dalam mengolah sampah meskipun program sosialisasi, penyuluhan, dan
pelatihan telah usai. Untuk itu proposal dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Mengelolah Sampah Di Tanjung Raya Pontianak Timur” diajukan dalam upaya untuk
penyadaran secara menyeluruh.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang dihadapi yaitu sebagai
berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan rangkaian kegiatan pada saat sebelum kegiatan, saat kegiatan,
maupun sesudah kegiatan pelatihan ketrampilan pengelolaan sampah di Tanjung Raya
Pontianak Timur
2. Bagaimana respon warga Tanjung Raya terhadap pelatihan ketrampilan yang dilakukan?
3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan setelah kegiatan pelatihan ketrampilan telah selesai
dilaksanakan?
1.3. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pelaksanaan rangkaian kegiatan pada saat sebelum kegiatan, saat kegiatan,
maupun sesudah kegiatan pelatihan ketrampilan pengelolaan sampah di Tanjung Raya
Pontianak Timur
2. Mengetahui respon warga Tanjung Raya terhadap pelatihan yang dilakukan.
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan setelah kegiatan pelatihan telah selesai
dilaksanakan.
1. Merubah pola pikir masyarakat serta penyadaran jangka panjang terkait pentingnya
pengelolaan sampah guna peningkatan perekonomian warga Tanjung Raya.
2. Masyarakat merubah pola perilaku dalam pengelolaan sampah dengan langkah awal pada
kesadaran pemilahan sampah untuk nantinya memanfaatkan sampah sebagai bahan utama
yang nantinya dapat didaur ulang sesuai dengan jenis sampah agar lebih bermanfaat dan
dikelola menjadi barang-barang ekonomis yang mempunyai nilai jual.
3. Warga Tanjung Raya dapat memahami pentingnya mendaur ulang sampah sebagai
alternatif untuk berwirausaha dengan memberi nilai ekonomis pada sampah.
4. Lingkungan menjadi bersih, sehat, dan sampah bermanfaat.
Tanjung Raya masih dapat dikategorikan sebagai daerah yang cukup maju, bila dibandingkan
dengan daerah lainnya. Warga Tanjung Raya sebagian besar masyarakatnya bermata
pencaharian sebagai pedagang, dan usaha-usaha lainnya seperti membangun tempat kos, warung
makan, dan lain-lain, karena kawasan ini merupakan kawasan pendidikan tinggi dan akses
jalannnya masih bagus. sehingga masuknya alat transportasi truk pengangkut sampah yang
bertugas mengambil sampah-sampah yang ada lingkungan masyarakat.
1.7. EVALUASI
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi kegiatan, yakni berupa respon yang didapat dari
peserta pelatihan yang dikader untuk turut menggerakkan kesadaran dalam pengelolaan sampah.
Sehingga hasil yang diperoleh dari pelatihan ini tidak otomatis berhenti setelah program usai,
karena kesadaran jangka panjang seluruh masyarakat untuk mengelola sampah merupakan
indikator keberhasilan pelatihan ketrampilan ini.