Anda di halaman 1dari 19

PENYULUHAN BUDIKDAMBER SEBAGAI STRATEGI

PENGUATAN KETAHANAN PANGAN DI TENGAH


PANDEMI COVID-19

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Sosiologi dan Penyuluhan Perikanan

Tahun Akademik 2021

Disusun oleh :
Kelompok 5 / Perikanan A

Vika Nurhabibah 230110190003


Dinda Ayu Febrianti 230110190004
Mochammad Fachry Maula 230110190006
Alifia Ajmala Palsa 230110190015
Agnestha Aurellian Silvia Hermawan 230110190016

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya penyusun dapat melaksanakan dan menyelesaikan karya tulis
ilmiah mata kuliah Sosiologi dan Penyuluhan Perikanan mengenai Penyuluhan
Budikdamber Sebagai Strategi Penguatan Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi
Covid-19. Makalah ini kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Sosiologi dan
Penyuluhan Perikanan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
Sosiologi dan Penyuluhan Perikanan yang telah membimbing dan mencurahkan
ilmu kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
pada waktunya, walaupun dalam proses penyusunannya kami mengalami berbagai
kesulitan, seperti terbatasanya referensi.
Semoga laporan ini dapat menuntun ke arah yang lebih baik lagi dan mampu
menambah kemampuan penulis dalam meningkatkan ketelitian. Kritik dan saran
demi laporan ini selanjutnya sangat dinantikan.

Jatinangor, April 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
I PENDAHULUAN............................................................................................2
1. 1 Latar Belakang......................................................................................2
1. 2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1. 3 Tujuan...................................................................................................2
1. 4 Manfaat.................................................................................................2
II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................3
2. 1 Ketahanan Pangan................................................................................3
2. 2 Budikdamber........................................................................................3
III PEMBAHASAN.............................................................................................5
3. 1 Alat dan Bahan Budikdamber...............................................................5
3. 2 Cara Pembuatan dan Perawatan Media Budikdamber..........................5
3. 3 Jenis Ikan dan Tanaman Budidaya........................................................6
3. 4 Kelebihan dan Kelemahan Budikdamber..............................................7
3.4.1 Kelebihan Budikdamber........................................................................7
3.4.2 Kelemahan Budikdamber......................................................................7
3. 5 Dampak Covid-19.................................................................................8
3. 6 Perencanaan Penyuluhan Perikanan......................................................9
3. 7 Implementasi Penyuluh Perikanan Pada Pelaku Usaha Perikanan.....12
IV KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................14
4. 1 Kesimpulan.........................................................................................14
4. 2 Saran....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang

Kebutuhan dasar bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat adalah
masalah pangan. Pangan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan
suatu bangsa.
Seiring dengan perkembangan teknologi, manusia mulai mencari solusi
agar lahan pekarangan yang sempit masih mampu dimanfaatkan. Maka,
ditemukan solusi dengan cara pemanfaatan lahan pekarangan yang
berkesinambungan. Hal ini dapat diterapkan pada masyarakat dalam rangka untuk
mendukung masyarakat yang kreatif, mandiri, dan maju secara finansial ekonomi
rumah tangganya (Khomah et al. 2016). Salah satu langkah konkret yang dapat
dilakukan diantaranya dengan memanfaatkan pekarangan kosong di sekitar
perumahan. Kegiatan menanam sendiri sayuran dan budidaya ikan untuk
konsumsi keluarga juga memberi rasa aman, karena sumbernya jelas. Memang,
diperlukan proses yang cukup panjang untuk menciptakan kesadaran masyarakat
untuk bisa mewujudkan kegiatan ini.
Lahan pekarangan yang sempit, khususnya di daerah perkotaan bukan suatu
alasan sebagai hambatan dan halangan untuk berbudidaya. Sebab, sistem
pertanian kota dengan ketersediaan lahan yang sempit, dapat dijalankan dengan
usaha pengembangan teknologi pertanian yang hemat lahan, bahkan rumah yang
tidak punya halaman sama sekali pun bisa dilakukan (Maharanto 2005).

1. 2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana cara pembuatan budikdamber?
2. Apa saja kelebihan serta kelemahan budikdamber pada saat pandemi
Covid-19?
3. Apa saja dampak Covid-19 bagi pembudidaya sektor perikanan?
4. Apa cara penyuluhan yang dapat dilakukan?

1
2

1. 3 Tujuan
Tujuan dari penyuluhan ini adalah memberikan pemahaman dan
pengetahuan kepada masyarakat terkait pemanfaatan lahan pekarangan
untuk budidaya ikan dalam ember guna meningkatkan ketahanan pangan,
masyarakat mandiri, kreatif, dan produktif saat pandemi Covid-19.

1. 4 Manfaat
Manfaat dari penyuluhan ini diantaranya dalam kegiatan akademik
dapat dijadikan acuan untuk penelitian mengenai budikdamber, manfaat
untuk masyarakat dapat dijadikan acuan untuk mempraktikkan
budikdamber di antaranya menyediakan pangan keluarga dengan protein
hewani dan sayuran dalam kondisi sehat dan segar serta membantu
menjaga lingkungan dengan memanfaatkan barang bekas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. 1 Ketahanan Pangan
Definisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya mengacu
definisi dari Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992) yakni
“akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat (secure
access at all times to sufficient food for a healthy life).

Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 menyatakan kondisi


terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman,
merata dan terjangkau.

Ketahanan pangan memiliki lima unsur yang harus dipenuhi(Nuhfil Hanani AR,
2008):

(i) Berorientasi pada rumah tangga dan individu;


(ii) Dimensi waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses
(iii) Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik,
ekonomi dan sosial
(iv) Berorientasi pada pemenuhan gizi
(v) Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif

2. 2 Budikdamber
Pengertian budidaya perikanandalam arti sempit adalah usaha memelihara
ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan.
Budikdamber mengadaptasi teknik Yumina-Bumina yang merupakan teknik
budidaya yang memadukan antara ikan dan sayuran serta buah-buahan. Pada
budidaya Yumina-Bumina dikenal empat sistem, yaitu: rakit, aliran atas,
aliran bawah serta pasang surut. Pada sistem aliran atas ini distribusi air
dilakukan lewat atas ke setiap wadah media tanam sehingga nutrisi yang
berasal dari limbah budidaya dapat tersebar merata ke setiap batang
tanaman.

Bagi masyarakat perkotaan maupun pedesaan yang cenderung tidak


memiliki lahan lebih untuk bercocok tanam dan melakukan budidaya ikan, konsep
Budikdamber sangat membantu kondisi tersebut. Budidaya Ikan dalam Ember
(Budikdamber) memiliki prinsip dasar dapat dilakukan pada waktu yang
bersamaan dengan cara memanfaatkan limbah sisa makanan ikan dan limbah
kotoran ikan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman yang dibudidayakan (Nugroho

3
4

et al., 2012 dalam Ramadhani dkk 2020). Dengan cara seperti ini maka tidak ada
limbah yang terbuang begitu saja, melainkan dapat digunakan sebagai sumber
nutrisi bagi tanaman yang dibudidayakan.
BAB III
PEMBAHASAN

3. 1 Alat dan Bahan Budikdamber


Menurut Setiyaningsih et al. (2020), alat dan bahan yang digunakan untuk
membuat media pembuatan budikdamber, yaitu:
1. Alat yang digunakan
- Ember berukuran 80 liter
- Kawat
- Tissue
- Tang
- Solder
- Gelas plastik bekas ukuran 250 ml
2. Bahan yang digunakan
- Arang batok kelapa atau arang kayu
- Air
- Benih ikan lele
- Benih tanaman kangkung

3. 2 Cara Pembuatan dan Perawatan Media Budikdamber


Menurut Setiyaningsih et al. (2020), cara membuat media budikdamber
adalah sebagai berikut:
1. Siapkan gelas plastik untuk tempat bibit kangkung sebanyak 8-9 buah,
lubangi ember menggunakan solder di samping dan gelas plastik di samping
dan di bawah.
2. Isikan arang batok kelapa dan di atas nya diberi tissue yang sudah
dimasukkan bibit tanaman kangkung.
3. Potong kawat sekitar 10 cm dan kaitkan untuk pegangan gelas di dalam
ember
4. Isi ember dengan air sebanyak 65 liter.
5. Lalu, isikan bibit ikan lele dengan ukuran panjang 4-12 cm ke dalam ember,
diamkan 1-2 hari.

5
6

Untuk merawat lele dan kangkung yang dibudidayakan bersama, maka


ember perlu diletakkan di tempat yang terkena matahari maksimal. Sehingga
nantinya, kangkung terlihat tumbuh pada hari ke-3. Namun, perlu diperhatikan
apabila terdapat kutu di daun kangkung, maka segera buang daun atau batang
karena kangkung keriting dan mati. Sedangkan, untuk pakan ikan lele, bisa
diberikan 2-3 kali dengan waktu yang rutin. Untuk ukuran ikan sepanjang 5-7 cm,
maka pakan menggunakan pf800, ikan sepanjang 10 cm dengan pakan pf100, dan
lebih dari 12 cm diberikan pakan ikan lele 781-2, 781-1, 781. Selanjutnya, air
akan berubah menjadi hijau dan amati nafsu makan ikan. Lakukan penggantian air
saat nafsu makan ikan menurun, air berbau busuk dan ikan menggantung (kepala
di atas, ekor di bawah). Penggantian air atau sipon (penyedotan kotoran dasar
ember dengan selang) biasanya sekitar 10-14 hari sekali. Penyedotan dilakukan 5-
8 liter saja atau bila diperlukan, air diganti sepenuhnya. Perlu diketahui pula,
bahwa kangkung yang membesar membutuhkan air yang lebih banyak (Juniarti et
al. 2020).
Panen kangkung pertama dapat dilakukan 14-21 hari sejak tanam. Caranya
adalah dengan memotong kangkung dan menyisakan bagian bawah tunas untuk
pertumbuhan kembali. Panen umumnya bisa berjarak 10-14 hari sekali dan
tanaman dapat bertahan kurang lebih 4 bulan. Untuk panen ikan lele dapat
dilakukan dalam 2 bulan bila benih bagus dan pakan baik. Tingkat ketahanan
hidup lele dengan cara ini berkisar 40-100 persen (Juniarti et al. 2020).

3. 3 Jenis Ikan dan Tanaman Budidaya


Sistem budidaya ikan dalam ember yang dibuat dengan rancangan hemat
air, ember yang digunakan berukuran 80 liter dengan diisi air sebanyak 65 liter
air. Ikan yang digunakan dalam budidaya ikan dalam ember tidak hanya dengan
ikan lele saja, melainkan banyak ikan yang memiliki sifat dan karakteristik yang
sama dengan ikan lele, yaitu ikan yang tahan oksigen rendah seperti nila hitam,
patin, betok, sepat, gurame, dan gabus. Menurut Kordi (2010), terdapat beberapa
spesies ikan lele, yaitu Clarias batrachus, C. leiacanthus, C.maladerma, C.
Nieuhofi, C. Teijsmani, dan C. gariepinus. Dari enam spesies ikan lele yang
7

ditemukan di perairan umum Indonesia, spesies lokal (Clarias batrachus)


merupakan ikan konsumsi penting yang telah lama di budidayakan.
Bibit ikan yang sering digunakan dalam budikdamber adalah ikan lele.
Menurut Saanin (1984), ikan lele diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Oseriophsysi
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.
Tanaman yang dapat ditanam juga sangat tergantung dari jenis media yang
digunakan. Jika menggunakan media arang, jenis tanaman yang bisa
dibudidayakan di antaranya adalah kangkung dan bayam. Apabila menggunakan
media media AKT (arang, kain, tanah) semua jenis tanaman bisa dibudidayakan
(Nawa et al. 2015).

3. 4 Kelebihan dan Kelemahan Budikdamber


Kelebihan dan keuntungan itu sudah dibuktikan oleh banyaknya orang yang
meraih keuntungan besar dari budikdamber tersebut. Untuk mencapai
keberhasilan, tentu tekad saja tidak cukup untuk dulur pemula. Harus ada mentor
yang tepat untuk memulai budidaya ikan dalam ember. Maka pada tahapan
pemeliharaan yang tepat untuk budikdamber milik dulur, tentu harus ada
perawatan atau pemeliharaan yang tepat.

3.4.1 Kelebihan Budikdamber


Beberapa kelebihan pada budikdamber yaitu sebagai berikut :

- Modal sedikit.
- Hemat listrik.
- Hemat air.
- Hemat tempat.
- Perawatan yang lebih mudah dan simple dibandingkan kolam terpal/tanah.
- Serta penghasilan budikdamber yang menjanjikan.

3.4.2 Kelemahan Budikdamber


Beberapa kekurangan budidaya ikan dalam ember yang harus diantisipasi
oleh dulur pemula antara lain :
8

- Suhu yang sangat mudah turun dan naik.


- pH air yang cepat berubah, kandungan oksigen yang sedikit.
- Teknik memelihara ikan dalam ember yang harus cukup banyak berbeda
dengan budidaya ikan konvensional.

3. 5 Dampak Covid-19
Virus Corona atau dikenal juga dengan COVID-19 telah menyerang banyak
negara, termasuk Indonesia. Pandemi ini menyebabkan kerugian besar di berbagai
sektor. Salah satu sektor yang sangat terlihat dampaknya adalah sektor
perekonomian pada perikanan. Banyak korporasi ataupun UMKM yang harus
gulung tikar karena adanya pemerosotan kinerja dalam bisnisnya. Akibatnya,
tingkat pengangguran di Indonesia meningkat kira-kira 4 hingga 5,5 juta orang
(Gusman, 2020).

Dari adanya dampak buruk pada sektor perekonomian di perikanan, maka


sektor perikanan secara langsung juga menghadapi kerugian yang besar. Menurut
ketua Persepsi (Perhimpunan Ilmuan Sosial Ekonomi Perikanan Indonesia), Budi
Guntoro, S.Pt, M.Sc, Ph.D (2020), dalam webinar nasional Persepsi, hal ini
mulanya disebabkan oleh nilai tukar rupiah yang mengalami devaluasi dan
mempengaruhi tingginya harga bahan baku impor untuk industri perikanan. Selain
itu, turunnya pendapatan keluarga menyebabkan rendahnya daya beli terhadap
bahan pangan.

Salah satu contoh sektor perikanan yang terdampak adalah budikdamber


pada ikan lele. Permasalahan ini ditimbulkan oleh biaya pakan yang meningkat
dan menurunnya serapan pasar seiring dengan adanya peraturan pemerintah
perihal Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan pembatasan operasional
usaha. Perihal ini membuat harga ikan lele turun dari harga jual biasanya (Suyatra,
2020). Walau harga ikan lele telah turun, minat beli masyarakat tetap rendah,
sehingga ternak perikanan ikan lele ini tidak dapat menjualnya.

Selain Budikdamber, setelah dua sampai tiga bulan COVID-19 dinyatakan


pandemi oleh pemerintah di Indonesia, akhirnya terjadi peningkatan permintaan
masyarakat dengan dibantu oleh aplikasi budi daya ikan lele, Simbiofish.
9

Pandemi COVID-19 ini telah membawa dampak negatif bagi seluruh sektor,
termasuk ikan lele. Namun, dengan adanya inovasi berupa Budikdamber dan
aplikasi Simbiofish, ikan lele mulai dapat kembali mendapatkan pemasukan.
Semoga inovasi-inovasi lainnya di bidang perikanan dapat terus ditingkatkan agar
sektor ini dapat menghadapi pandemi dengan baik dan kembali berjalan
sebagaimana mestinya.

3. 6 Perencanaan Penyuluhan Perikanan


Arifin (2006) menyatakan bahwa kebutuhan utama seorang penyuluh adalah
perencanaan dan pengorganisasian kegiatan penyuluhan. Kompetensi penyuluh
yang harus dimiliki, yaitu seperti dikemukakan oleh Margono (2003) dalam Djari
(2009) bahwa seorang penyuluh harus memiliki kompetensi, yaitu sistem sosial
setempat, perilaku masyarakat, analisis sistem, analisis data, merancang
pendekatan penyuluhan, perencanaan usaha perikanan, manajemen teknologi,
ekonomi rumah tangga, mengembangkan teknologi lokal spesifik, memahami cara
masyarakat belajar, pengembangan kelompok dan organisasi, perilaku pasar, peta
kognitif, teknologi produksi, teknologi pasca panen, usaha sebagai bisnis, proses
pembangunan, berkepribadian sesuai dengan profesi sebagai penyuluh.
Kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan yang dimiliki seseorang
untuk melakukan suatu pekerjaan yang didasari oleh ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sikap sesuai dengan petunjuk kerja yang ditetapkan (Sumardjo
1999).
Sementara itu dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 19 Tahun 2008, menyatakan bahwa standar kompotensi yang
dipersyaratkan kepada penyuluh perikanan adalah standar kemampuan yang
disyaratkan untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu dalam bidang perikanan
yang menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian, serta sikap
kerja tertentu yang relevan dengan tugas dan syarat jabatan. Swanson (1990)
dalam Puspadi (2002) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan adalah membantu
memperbaiki tingkat kehidupan keluarga sasaran dan meningkatkan
kemampuannya melalui transfer teknologi, dimana untuk mencapai tujuan
10

tersebut, maka kegiatan penyuluhan harus dinamis, dibutuhkan masyarakat,


menjangkau mayoritas masyarakat sasaran, bersifat perbaikan dan dapat
dinilai/diukur dan fakta-faktanya dapat dikumpulkan.
Mardikanto (1993) yang dikutip Poernomo (2004) menyarankan agar dalam
kegiatan penyuluhan dapat diselenggarakan dengan metode atau cara yang dapat
disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan misi yang harus dicapai, diantaranya :
1. Secara persuasive, atau bujukan kepada sasaran, terutama menyentuh aspek
emosi secara bertahap dan berkelanjutan
2. Secara pervation, atau pengulangan pesan sehingga akhirnya masuk ke
dalam persepsi sasaran yang disuluh
3. Secara compulsion, yakni teknik pemaksaan tidak langsung dengan
menciptakan kondisi yang membuat tidak ada alternatif lain bagi sasaran
untuk harus mengikuti misi penyuluh.
4. Secara coercion atau pemberian stick and carrot, yakni pemaksaan secara
langsung dengan memberikan hadiah bagi yang melaksanakan/
mendukungnya.
Kelembagaan penyuluhan perikanan di Kabupaten/kota mempunyai tugas
sebagai berikut :
1. Merumuskan kebijakan perencanaan program dan kegiatan penyuluhan
perikanan di kabupaten/kota setelah mendapat masukan dari penyuluh
beserta nelayan, pembudidaya ikan, pengolahan ikan dan unsur masyarakat
lainnya.
2. Melakukan koordinasi, supervisi dan distribusi sumberdaya penyuluh
perikanan.
3. Menyelenggarakan kegiatan penyuluhan perikanan di kabupaten/kota.
4. Menetapkan, mengangkat, membina, mensupervisi petugas penyuluh yang
berada di kabupaten/kota.
5. Menetapkan lokasi dan memfasilitasi pos pelayanan penyuluhan perikanan.
6. Melaksanakan pembinaan, pemantauan, pengawasan, penilaian dan evaluasi
kegiatan penyuluhan perikanan di kabupaten/kota. (Pedoman Umum
11

Penyelenggaraan Penyuluhan Perikanan dengan keputusan Menteri


Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.44/MEN/2002).

Rencana pada rangkaian penyuluhan perikanan memiliki tujuan mendorong


kerjasama dengan pihak terkait untuk meningkatkan sumberdaya manusia nelayan
dan petugas penyuluhan perikanan, menciptakan berbagai kegiatan penyuluhan
perikanan secara periodik yang didukung oleh pemerintah dan swasta,
pembentukan dan/atau penguatan lembaga penyuluhan daerah tersebut.

Peningkatan kualitas kemampuan nelayan memiliki implikasi bahwa


kuantitas tenaga penyuluh juga harus diperbaiki karena tidak mungkin jumlah
penyuluh yang terbatas akan mampu meningkatkan kualitas nelayan di masa
pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Peningkatan kemampuan pengelolaan
program dapat dilakukan dengan pembuatan standar operasional prosedur tentang
pengelolaan program dan supervisi secara menyeluruh pelaksanaan program
penyuluhan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, seperti yang
disampaikan oleh Schwarz (2010) dimana dalam keberlanjutan program
penyuluhan hal yang paling utama adalah peningkatan kapasitas pada evaluasi
program.

Manfaat dari perencanaan pada rangkaian penyuluhan perikanan,


diantaranya :
1. Nelayan sejahtera, diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini, para nelayan
mampu memiliki keterampilan dalam Pembudidayaan Ikan dalam Ember
(BUDIKDAMBER) dan menghasilkan keuntungan yang besar
2. Pemerataan kesejahteraan, setelah seluruh elemen pelaku usaha memiliki
keterampilan yang seimbang, diharapkan kesejahteraan bisa merata ke
seluruh elemen.
3. Perikanan modern, Perlahan diarahkan menuju sektor perikanan berbasis
modern, membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun apabila kegiatan
ini konsisten dilakukan, bukan hal mustahil dapat terwujud dikemudian hari.
12

3. 7 Implementasi Penyuluh Perikanan Pada Pelaku Usaha Perikanan


Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 30/PERMEN-KP/2014 tentang Mekanisme Kerja dan Metode Penyuluhan
Perikanan, bahwa dikatakan Penyuluh Perikanan, baik Penyuluh Perikanan
Aparatur Sipil Negara, Swasta, maupun Swadaya adalah perorangan Warga
Negara Indonesia yang melakukan kegiatanpenyuluhan.
Implementasi penyuluh perikanan pada pelaku usaha perikanan merupakan
bentuk proses pembelajaran yang dilakukan oleh penyuluh, baik Penyuluh ASN,
Swasta, maupun Swadaya, kepada pelaku usaha perikanan, dimana hal ini
bertujuan untuk mendorong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan.
Adapun isi kebijakan yang diimplementasikan dalam Program Sistem
Penyuluhan Perikanan (PSPP) meliputi:
1. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang usaha perikanan Isi kebijakan
ini dimaksudkan agar tercipta masyarakat nelayan yang mandiri, berdaya
saing, dan tidak hanya memanfaatkan hasil tangkap sebagai pemenuhan
konsumsi saja.
2. Peningkatan pengetahuan masyarakat nelayan tentang teknologi tangkap
yang ramah lingkungan Isi kebijakan ini dimaksudkan agar kegiatan
tangkap ikan tidak hanya diorientasikan pada ekploitasi kekayaan laut demi
peningkatan ekonomi keluarga, tetapi harus dibarengi dengan kesadaran
akanpentingnya pelestarian kekayaan laut untuk menjaga keseimbangan
ekosistem kehidupan.
3. Peningkatan partisipasi masyarakat nelayan dalam pelestarian ekosistem
laut. Isi kebijakan ini terkait langsung dengan isi kebijakan kedua yang
dimaksudkan agar dalam upaya pelestarian ekosistem laut masyarakat
nelayan dapat ikut terlibat.

Bentuk implementasi perencanaan pada rangkaian penyuluhan perikanan,


diantaranya :
13

1. Melakukan sosialisasi mengenai teknologi terkini dalam bidang perikanan


guna membantu pelaku usaha perikanan dalam menjalankan usahanya.
2. Melakukan penyuluhan kepada pelaku usaha budidaya perikanan yang
berkaitan tentang metode Budidaya Ikan dalam Ember (BUDIKDAMBER).
3. Memberikan informasi kepada para pelaku usaha perikanan lewat media
sosial (Website, blog, atau media sosial lainnya).
4. Mengadakan pelatihan khusus bagi para nelayan dalam hal menjalani
strategi pemasaran hasil produknya.
5. Memberikan kemudahan permodalan pelaku usaha perikanan dengan
membuatkan kartu akses yang mudah dalam meminjam modal.
6. Melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha perikanan mengenai program
terbaru yang ada guna menjalin kerjasama penyuluh perikanan dengan
pelaku utama atau pelaku usaha perikanan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4. 1 Kesimpulan
Bagi masyarakat perkotaan maupun pedesaan yang cenderung tidak
memiliki lahan lebih untuk bercocok tanam dan melakukan budidaya ikan, konsep
Budikdamber sangat membantu kondisi tersebut. Ikan yang digunakan dalam
budidaya ikan dalam ember tidak hanya dengan ikan lele saja, melainkan banyak
ikan yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama dengan ikan lele, yaitu ikan
yang tahan oksigen rendah seperti nila hitam, patin, betok, sepat, gurame, dan
gabus.
Pandemi ini menyebabkan kerugian besar di berbagai sektor. Salah satu
sektor yang sangat terlihat dampaknya adalah sektor perekonomian pada
perikanan. Salah satu contoh sektor perikanan yang terdampak adalah
budikdamber pada ikan lele. Permasalahan ini ditimbulkan oleh biaya pakan yang
meningkat dan menurunnya serapan pasar seiring dengan adanya peraturan
pemerintah perihal Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan pembatasan
operasional usaha.
Penyuluhan yang tepat untuk hal ini adalah webinar mengenai
budikdamber, audience akan mengerti perihal budidaya perikanan di ember
dengan cara yang mudah dan efisien, selain itu kegiatan ini dapat dijadikan sarana
mengisi waktu luang di masa pandemi, mengingat saat pandemi masyarakat tidak
dapat leluasa bepergian, sehingga perlu ada kegiatan yang produktif dari rumah.

4. 2 Saran
Dengan diberlakukannya penyuluhan mengenaik budikdamber ini, maka
pembudidaya ikan khususnya budikdamber dapat memanfaatkan informasi dan
juga penanganan yang lebih efisien dari output webinar yang diselenggarakan
guna meningkatkan perekonomian yang turun karena adanya pandem Covid-19.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aida, N. R. 2020. Ramai Soal Budikdamber, Berikut Cara Ternak Lele dan
Tanam Kangkung dalam Ember. Jakarta.
Anonim. 2020. Budikdamber, Kiat Berkebun dan Budidaya Ikan di Lahan
Terbatas Selama Pandemi Covid-19. Jakarta.

Arifin, M. 2006. Profil Kemampuan Umum (Generic Competencies) yang


Diperlukan bagi Penyuluh Pertanian. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 2-
1:50- 64.

Djari.A. A. 2009. Sistim Pengembangan Penyuluhan Perikanan Era


Desentralisasi di Indonesia. Desertasi. tidak dipublikasikan. Sekolah
Pascasarjana IPB.
Gusman. 2013. Pengujian Organoleptik. Semarang : Universitas Muhammadiyah,
Semarang.
Juniarti, Nazwirman, Kusuma, I. 2020. Sosialisasi dan Pembinaan Budidaya Ikan
dalam Ember untuk Ketahanan Pangan. Jurnal Pengabdian Al-Ikhlas,
6(2): 228-237.

Kordi, M., Ghufran, H. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Lily
Publisher. Yogyakarta.

Manulang, S. 1999. Panduan Pelaksanaan Lokakarya IDF (Institutional


Development Framework) untuk Taman Nasional di Indonesia.
Jakarta: The Natural Resources Management/EPIQ Program's
Protected Areas Management Office.Poernomo, S.H. 2004.
Penyuluhan Perikanan dalam Era Perubahan. Pusat Pendidikan dan
Pelatihan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Nawa, Wicaksana, S., Hastuti, S., Arini, E. 2015. Performa Produksi Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus) yang dipelihara dengan Sistem Biofilter
Akuaponik dan Konvensional. Journal of Aquaculture Management
and Technology, 4(4): 109- 116.

15
16

Puspadi, K. 2002. Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian. Disertasi IPB.


Bogor.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta.
Jakarta.

Schwarz, M. H. 2010. A Need Assesment of Aquaculture Extention Agents,


Specialists and Program Administrators in Extension Programing.
Journal of Extension 48 (2):1-11.

Setiyaningsih, D., Bahar, H., Iswan, Al-Mas'udi, R.A.A. Penerapan Sistem


Budikdamber dan Akuaponik sebagai Strategi dalam Memperkuat
Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi Covid – 19. Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ, hal. 2-10.

Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju


Pengembangan Kemandirian Petani (Kasus di Provinsi Jawa Barat).
Disertasi IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai