Anda di halaman 1dari 7

Stasiun kereta api

Stasiun kereta api adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang
yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu
dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan
stasiun kereta api. Untuk daerah/kota yang baru dibangun mungkin stasiun
portabel dapat dipergunakan sebagai halte kereta.

Fasilitas stasiun kereta api

Fasilitas stasiun kereta api umumnya terdiri atas:

 Pelataran parkir di muka stasiun


 Tempat penjualan tiket, dan loket informasi
 Peron atau ruang tunggu
 Ruang kepala stasiun, dan
 Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti
sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon, telegraf, dan lain sebagainya.

Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak daripada stasiun
kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta
api, seperti ruang tunggu (VIP ber AC), restoran, toilet, mushola, area parkir,
sarana keamanan (Polsuska), sarana komunikasi, dipo lokomotif, dan sarana
pengisian bahan bakar. Pada papan nama stasiun yang dibangun pada zaman
Belanda, umumnya dilengkapi dengan ukuran ketinggian rata-rata wilayah itu dari
permukaan laut, misalnya Stasiun Bandung di bawahnya ada tulisan plus-minus
709 meter.
Berikut ini adalah contoh contoh stasiun kereta api Indonesia berdasarkan jenis :
A. Stasiun Besar Operasi

1. Stasiun Babadan

tasiun Babadan (BBD) adalah stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di
Dimong, Madiun, Madiun. Stasiun yang terletak pada ketinggian +63 m ini
termasuk dalam Daerah Operasi VII Madiun dan merupakan stasiun KA aktif yang
letaknya paling barat di Kabupaten Madiun. Stasiun ini memiliki tiga jalur kereta
api dengan jalur 1 sebagai sepur lurus.

Seperti Stasiun Gedangan, di bagian tengah emplasemen stasiun ini


terdapat perlintasan sebidang dari Jalan Tulungrejo yang menghubungkan Desa
Dimong dengan jalan raya Caruban-Madiun, sehingga ketika ada kereta api yang
berhenti di stasiun ini, sebagian rangkaian kereta menutupi jalan tersebut dan
perlintasan harus tetap ditutup, tidak peduli berapa lama kereta berhenti hingga
akhirnya kereta berangkat kembali dan tidak menutupi jalan tersebut lagi.

Saat ini stasiun ini hanya melayani persilangan dan persusulan antarkereta api saja,
tidak untuk melayani kedatangan dan keberangkatan penumpang. Persilangan dan
persusulan yang dilayani secara resmi berdasarkan Gapeka 1 April 2017 adalah:

 KA Malioboro Ekspres tujuan Yogyakarta (KA 95) bersilang dengan KA


Singasari tujuan Blitar (KA 156) yang melintas langsung
 KA Pasundan tujuan Bandung (KA 179) bersilang dengan KA Malioboro
Ekspres tujuan Malang (KA 94) yang melintas langsung
 KA Ranggajati tujuan Surabaya bersambung Jember (KA 102/103) bersilang
dengan KA Malioboro Ekspres tujuan Yogyakarta (KA 93) yang melintas
langsung
 KA Pasundan tujuan Surabaya (KA 180) bersilang dengan KA Gajayana
tujuan Jakarta (KA 41) yang melintas langsung

Sehubungan dengan pembangunan jalur ganda lintas Jawa, stasiun ini bersama
seluruh stasiun kereta api di lintas Madiun–Kertosono, kecuali Kertosono,
Wilangan, dan Nganjuk, akan menggunakan bangunan baru yang terletak di
seberang bangunan lama. Rencananya setelah proyek ini selesai, bangunan stasiun
lama yang merupakan peninggalan Staatsspoorwegen akan segera dirobohkan
2. Stasiun Ancol

Stasiun Ancol (AC) adalah stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di
Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, tepatnya pada jalur KA Commuter Jabodetabek
jalur Tanjung Priok yang dimulai dari Stasiun Jakarta Kota hingga Stasiun Tanjung
Priok. Stasiun Ancol terletak pada ketinggian +4 meter dan termasuk dalam
Daerah Operasi I Jakarta. Stasiun ini terletak tidak jauh dari Seaworld Taman
Impian Jaya Ancol.

Dahulu, dari stasiun ini terdapat percabangan rel menuju Pasoso-Depo Pertamina
Cilincing yang sudah ditutup sejak tahun 1990-an.

Mulai tanggal 25 Juni 2016 Stasiun Ancol diaktifkan kembali dan sampai saat ini
hanya melayani perjalanan KRL relasi Jakarta Kota-Tanjung Priok pp.
3. Stasiun Banjar

Stasiun Banjar (BJR) adalah stasiun kereta api kelas I yang terletak di
Hegarsari, Pataruman, Kota Banjar. Stasiun yang terletak pada ketinggian +32
meter ini adalah stasiun paling timur yang berlokasi di Daerah Operasi II Bandung
dan menjadi stasiun dengan ketinggian terendah di Daop II. Stasiun ini memiliki
enam jalur dengan jalur 1 sebagai sepur lurus.

Sebagai stasiun kelas I, stasiun ini biasa berfungsi sebagai tempat berhenti
kereta api untuk berganti masinis, lokomotif, ataupun terkadang penambahan
gerbong kereta api di jalur selatan. Dari stasiun ini, terdapat percabangan jalur rel
menuju Pangandaran hingga Cijulang yang sudah tidak aktif sejak tanggal 3
Februari 1981. Di stasiun ini terdapat pula dipo lokomotif dan bekas meja
pembalik.
B. Stasiun Non Operasi

1. Stasiun Balung (BUG)

Stasiun Balung (BUG) adalah stasiun kereta api non-aktif yang berada di
Balung Lor, Balung, Jember. Stasiun ini dibuka pada 1 Mei 1913 dan ditutup pada
tahun 1986.

Stasiun Balung dibangun oleh perusahaan kereta api Hindia Belanda yaitu
Staatsspoorwegen (SS). Stasiun ini resmi dibuka pada tanggal 3 Mei tahun 1913.
Awalnya, stasiun ini hanya mempunyai cabang menuju Puger dan Ambulu.
Barulah pada tahun 1921 SS membangun jalur kereta api menuju Kota Lumajang
sepanjang 47 km. Karena percabangan yang banyak, Stasiun Balung dahulu
merupakan stasiun kereta api yang cukup sibuk, hingga mengangkut sekitar
300.000 penumpang pada tahun 1950.

Jalur kereta api menuju ke Puger dan Ambulu dinon-aktifkan pada tahun 1945.
Pada sekitar dekade 1950-an, jalur kereta api ini yang awalnya mempunyai gauge
600 mm diubah menjadi 1067 mm sehingga jalur ini bisa tersambung dengan jalur
kereta api lainnya di Pulau Jawa. Jalur ini beroperasi hingga tahun 1986 karena
menurunya penumpang. Penumpang mulai menggunakan mobil pribadi dan
transportasi umum lainya karena saat itu harga oli sangat murah. Akhirnya, karena
terus merugi, Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), nama PT Kereta Api saat
itu, menutup jalur ini. Semua aset di jalur ini disewakan atau dijual. Rel, sinyal dan
wesel dibongkar dan dijual. Hanya tinggal sedikit sisa-sisanya yang masih tersisa.
2. Stasiun Buyaran

Stasiun Buyaran (BYA) adalah stasiun kereta api non-aktif yang berada di
Pulosari, Karangtengah, Demak. Stasiun ini dibangun pada tahun 1885.
Pembangun dan operator stasiun ini adalah sebuah perusahaan swasta Hindia
Belanda bernama Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij. Selama masa
pengoperasianya, stasiun ini melayani penumpang yang hendak menggunakan jasa
kereta api ke berbagai tempat. Selain itu, stasiun ini juga menjadi tempat bongkar
muat barang yang hendak diangkut ke luar negeri dari Pelabuhan Tanjung Emas di
Semarang.

Memasuki dekade 1970-an, aktifitas penumpang dan barang di Stasiun


Buyaran menurun. Ini dikarenakan prasarna kereta api yang sudah sangat tua.
Selain itu, para penumpang lebih memilih menggunakan moda transportasi lainya
yang lebih cepat dan handal seperti bus dan mobil. Karena terus merugi, PJKA
terpaksa menutup semua jalur kereta api yang dahulu dimiliki Samarang-Joana
Stoomtram Maatschappij secara bertahap dari tahun 1981 hingga tahun 1998.
Stasun Buyaran ditutup pada tahun 1986 bersama stasiun lainya di Jalur kereta api
Semarang Tawang-Demak. Bekas Stasiun Buyaran kini menjadi sebuah toko pulsa.

Anda mungkin juga menyukai